Anda di halaman 1dari 23

Tugas Biologi

KATABOLISME

Disusun oleh:

Niluh Yuliastri
Kelas E

Fakultas Perternakan
Universitas Halu Oleo
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan taufik, serta hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah metabolisme yang membahas Katabolisme ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima
kasih pada Dosen mata kuliah Biologi Dasar yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon maaf. Terima kasih.

Kendari, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat

BAB II Pembahasan

Pengertian Katabolisme

Katabolisme Karbohidrat

BAB III Kesimpulan

Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan
tersusun atas jutaan sel. Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan
hidup suatu organisme. Untuk menjalankan fungsinya, sel melakukan proses
metabolisme. Metabolisme adalah reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam
sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain. Metabolisme
merupakan rangkaian reaksi kimia yang diawali dengan substrat yang diakhiri
dengan produk. Reaksi dalam sel tidak terjadi bolak-balik, melainkan berjalan
ke satu arah. Tiap produk akan menjadi reaktan bagi reaksi selanjutnya.
Reaksi ini berurutan sampai produk akhir, membentuk suatu jalur
metabolisme. Metabolisme sel dapat dibagi menjadi dua, yaitu katabolisme
dan anabolisme. Metabolisme merupakan segala bentuk reaksi yang terjadi
dalam tubuh yang bersifat enzimatis.
Katabolisme disebut juga respirasi, merupakan proses pemecahan
bahan organik menjadi bahan anorganik dan melepaskan sejumlah energi
(reaksi eksergonik). Respirasi dilakukan oleh semua makhluk hidup dengan
semua penyusun tubuh, baik sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia.
Respirasi ini dilakukan baik siang maupun malam.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian Katabolisme?
b. Apa tujuan katabolisme karbohidrat, lemak dan protein?
c. Apa fungsi katabolisme karbohidrat, lemak dan protein?
d. Bagaimana proses dan tempat berlangsungnya katabolisme karbohidrat,
lemak dan protein?
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian katabolisme
b. Untuk mengetahui tujuan katabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
c. Untuk mengetahui fungsi katabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
d. Untuk mengetahui dimana tempat berlangsungnya katabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.

1.4. Manfaat
a. Kita dapat mengetahui pengetian katabolisme.
b. Kita dapat mengetahui tujuan katabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.
c. Kita dapat mengetahui fungsi katabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.
d. Kita dapat mengetahui dimana tempat berlangsungnya katabolisme
karbohidrat, lemak dan protein.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Katabolisme


Menurut Lehninger (2005: 10), katabolisme merupakan fase
metabolisme yang bersifat menguraikan, yang menyebabkan molekul organik
nutrien seperti karbohidrat, lipid, dan protein yang datang dari lingkungan
atau dari cadangan makanan sel itu sendiri terurai di dalam reaksi-reaksi
bertahap menjadi produk akhir yang lebih kecil dan sederhana, seperti asam
laktat, CO2, dan amonia. Katabolisme diikuti oleh pelepasan energi bebas yang
telah tersimpan di dalam struktur kompleks molekul organik yang lebih besar
tersebut. Pada tahap-tahap tertentu di dalam lintas katabolik, banyak dari
energi bebas ini yang disimpan melalui reaksi-reaksi enzimatik yang saling
berkaitan, di dalam bentuk molekul pembawa energi adenosine trifosfat
(ATP). Sejumlah energi mungkin tersimpan di dalam atom hidrogen berenergi
tinggi yang dibawa oleh koenzim nikotinamida adenine dinukleotida fosfat
dalam bentuk tereduksinya, yaitu NAHPD. Katabolisme disebut pula
desimilasi (Pratiwi, 2006: 15).
2.2 Katabolisme Karbohidrat
Walaupun karbohidrat, lemak, dan protein semuanya dapat diproses
dan dikonsumsi sebagai bahan kabar, kita terbiasa untuk mempelajari
langkah-langkah respirasi seluler dengan menelusuri perombakan gula
glukosa (C6H12O6) (Campbell, 2003: 160). Pembakaran glukosa memerlukan
oksigen. Tetapi beberapa sel harus hidup dimana tidak ada atau tidak selalu
terdapat oksigen. Sebagai contoh, sel-sel ragi di dalam botol yang tertutup
tidak mendapat oksigen. Akan tetapi, semua sel mempunyai peralatan
enzimatik untuk mengkatabolis glukosa tanpa bantuan oksigen (Kimball,
2003: 144). Perombakan anarobik (tanpa oksigen) disebut fermentasi.
Sedangkan perombakan secara aerobik (menggunakan oksigen) disebut
respirasi sel. Tetapi meskipun sel melangsungkan respirasi glukosa dan tidak
melakukan fermentasi, langkah-langkah permulaannya tetap sama: langkah-
langkah glikolisis.
A. Katabolisme Karbohidrat Aerobik
Adapun langkah-langkah katabolisme gula glukosa secara aerobik
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Glikolisis
Glikolisis berasal dari kata Yunani yang berarti gula dan pelarutan.
Glikolisis merupakan suatu proses penguraian molekul glukosa yang
memiliki 6 atom karbon, secara enzimatik, untuk menghasilkan dua
molekul piruvat, yang memiliki 3 atom karbon. Selama reaksi-reaksi
glikolisis yang berurutan, banyak energi bebas yang diberikan oleh
glukosa yang disimpan dalam bentuk ATP (Lehninger, 2005: 73).
Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan
terbentuknya asam laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses
glikolisis tersebut dinamakan juga jalur Embden-Meyerhof (Poedjiadi,
1994: 255). Glikolisis terjadi tanpa memandang ada atau tidaknya oksigen
molekuler (O2) (Campbell, 2003: 168). Jalur katabolik glikolisis terdiri
atas sepuluh langkah, yang masing-masing dikatalisis oleh enzim spesifik.
Kita dapat membagi kesepuluh langkah ini menjadi dua fase, yaitu fase
investasi energi yang mencakup lima langkah pertama dan fase
pembayaran energi yang mencakup lima langkah berikutnya (Campbell,
2003: 165). Adapun langkah-langkah glikolisis dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Pada tahap pertama, molekul D-Glukosa diaktifkan bagi reaksi
berikutnya dengan fosforilasi pada posisi 6, menghasilkan glukosa-6-
fosfat dengan memanfaatkan ATP (Gambar 2). Reaksi ini bersifat tidak
dapat balik. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut
dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor.
Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-
fosfat, yang merupakan suatu aldosa, menjadi fruktosa-6-fosfat, yang
merupakan suatu ketosa, dengan enzim fosfoglukoisomerase dan dibantu
oleh ion Mg2+.
Pada tahap ini fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat
oleh enzim fosoffruktokinase dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor.
Dalam reaksi ini, gugus fosfat dipindahkan dari ATP ke fruktosa-6-fosfat
pada posisi 1.
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah
penguraian molekul fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa
fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseraldehid-3-fosfat oleh
enzim aldolase fruktosa difosfat atau enzim aldolase.
Hanya satu di antara dua triosa fosfat yang dibentuk oleh aldolase,
yaitu gliseraldehid-3-fosfat, yang dapat langsung diuraikan pada tahap
reaksi glikolisis berikutnya. Tetapi, dihidroksi aseton fosfat dapat dengan
cepat dan dalam reaksi dapat balik, berubah menjadi gliseraldehid-3-
fosfat oleh enzim isomerase triosa fosfat.
Tahap selanjutnya adalah reaksi oksidasi gliseraldehid-3fosfat
menjadi asam 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim
NAD+, sedangkan gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat. Enzim yang
mengkatalisis dalam tahap ini adalah dehidrogenase gliseraldehida fosfat.
Pada tahap ini, enzim kinase fosfogliserat mengubah asam 1,3-
difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk
satu molekul ATP dari ADP dan memerlukan ion Mg2+ sebagai kofaktor.
Pada tahap ini, terjadi pengubahan asam 3-fosfoliserat menjadi asam
2-fosfogliserat. Reaksi ini melibatkan pergeseran dapat balik gugus fosfat
dari posisi 3 ke posisi 2. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfogliseril
mutase dengan ion Mg2+ sebagai kofaktor.
Reaksi berikutnya adalah reaksi pembentukan asam fosfoenolpiruvat
dari asam 2-fosfogliserat dengan katalisis enzim enolase dan ion Mg2+
sebagai kofaktor. Reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah
reaksi dehidrasi.
Tahap terakhir pada glikolisis ialah reaksi pemindahan gugus fosfat
berenergi tinggi dari fosfoenolpiruvat ke ADP yang dikatalisis oleh enzim
piruvat kinase sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul asam
piruvat.
Glikolisis melepaskan energi kurang dari seperempat energi kimiawi
yang tersimpan dalam glukosa; sebagian besar energi itu tetap tersimpan
dalam dua molekul piruvat (Campbell, 2003: 168). Terdapat tiga jalur
penting yang dapat dilalui oleh piruvat setelah glikolisis. Pada organism
aerobik, glikolisis menyususun hanya tahap pertama dari keseluruhan
degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Lintas piruvat ke dua
adalah reduksinya menjadi laktat, jika jaringan hewan dalam keadaan
anaerobik, terutama pada kontraksi aktif otot kerangka.Lintas piruvat
utama yang ketiga menyebabkan pembentukan etanol (Lehninger, 2005:
73-74).

Gambar 1 Bagan Glikolisis


2. Dekarboksilasi Oksidatif
Proses dekarboksilasi Oksidatif ini terjadi di
membran luar mitocondria sebagai fase antara
sebelum Siklus Krebs ( Pra Siklus Krebs ) sehingga DO
sering dimasukkan langsung dalam Siklus krebs.
Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang
mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi
senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil
koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi DO ini mengambil
tempat di intermembran mitokondria. Gambar 2 Bagan Dekarboksilasi
Tahap reaksi pertama dikatalis oleh piruvat Oksidatif
dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat sebagai koenzimnya.
Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa -hidroksietil yang terkait
pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.
Pada tahap reaksi kedua -hidroksietil didehidrogenase menjadi
asetil yang kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari
koenzim yang berikutnya, yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim
dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat
diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi
ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus lipoil
pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat
dehidrogenase.
Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat
pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk
disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan
dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH+ (bentuk reduksi dari FAD)
yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD+
(nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi FAD, sedangkan NAD+
berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD+).
3. Tahap Siklus Krebs
Karbohidrat, asam lemak, dan hamper semua asam amino, akhirnya
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat (Lehninger,
2005: 115). Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel,
yaitu pada mitokondria, yang berlangsung secara berurutan dan berulang,
bertujuan untuk mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah
energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen
atau aerob. Siklus asam sitrat ini disebut juga siklus Krebs, menggunakan
nama Hans Krebs, seorang ahli biokimia yang banyak jasa atau
sumbangannya dalam penelitian tentang metabolisme karbohidrat.
Setelah memasuki mitokondria, piruvat mula-mula diubah menjadi
suatu senyawa yang disebut asetil CoA. Langkah ini merupakan
persambungan antara glikolisis dan siklus Krebs, yang diselesaikan oleh
kompleks multi enzim yang mengkatalisis tiga reaksi: (1) Gugus karboksil
piruvat, yang memiliki sedikit energi kimiawi, dikeluarkan dan dilepas
sebagai molekul CO2, (2) Fragmen berkarbon dua yang tersisa dioksidasi
untuk membuat senyawa yang dinamai asetat. Suatu enzim mentransfer
elektron yang diekstraksi ke NAD+, dan menyimpan energi dalam bentuk
NADH, (3) Akhirnya, koenzim A, senyawa mengandung sulfur turunan
dari vitamin B, diikatkan pada asetat tadi oleh ikatan tak stabil yang
membuat gugus asetil sangat reaktif (Campbell, 2003: 168).
Gabungan dehidrogenasi dan dekarboksilasi piruvat menjadi asetil
KoA melibatkan kerja tiga enzim yang berbeda secara berurutan, yaitu
piruvat dehidrogenase (E1), dihidrolipoil transasetilase (E2), dan
dihidrolipoil dehidrogenase (E3), dan juga lima koenzim atau gugus
prostetik yang berbeda, tiamin pirofosfat (PPP), flavin adenine
dinukleotida (FAD), koenzim A (CoA), nikotinamida adenin dinukleotida
(NAD+), dan asam lipoat (Lehninger, 2005: 116). Tahapan pembentukan
asetil CoA dari asam piruvat dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Reaksi pertama pada siklus Krebs adalah pembentukan asam sitrat
dari asetil KoA dengan asam oksaloasetat dengan cara kondensasi. Enzim
yang bekerja sebagai katalis adalah sitrat sintetase. Pada reaksi ini,
karbon meil gugus asetil dari asetil KoA berkondensasi dengan gugus
karbonil pada oksaloasetat; secara serentak, ikatan tioester dipecahkan
untuk membebaskan koenzim A.
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam
akonitat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini ialah akonitase. Pada reaksi
ini, satu molekul air dikeluarkan dan yang lain ditambahkan kembali.
Pada tahap selanjutnya, asam isositrat diubah menjadi menjadi asam
oksalosuksinat oleh enzim isositrat dehidrogenase dengan koenzim
NADP+, kemudian diubah lebih lanjut menjadi asam a-ketoglutarat oleh
enzim karboksilase. Pada reaksi yang kedua ini dihasilkan pula CO2.
Untuk 1 mol asam isositrat yang diubah dihasilkan 1 mol NADPH dan 1
mol CO2.
Pada tahap selanjutnya, a-ketoglutarat mengalami dekarboksilasi
oksidatif, membentuk suksinil KoA dan CO2 oleh kerja kompleks a-
ketoglutarat dehidrogenase. Raksi ini analog dengan reaksi pembentukan
asetil KoA dari asam piruvat. Koenzim TPP dan NAD+ diperlukan juga
dalam reaksi pembentukan suksinil KoA. Reaksi ini menghasilkan Suksinil
KoA dan melepaskan CO2 da NADH.
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan
koensim A serta pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin
difosfat (GDP). Enzim suksinil KoA sintetase bekerja pada reaksi yang
bersifat reversible ini. Gugus fosfat yang terdapat pada molekul GTP
segera dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam reaksi ini adalah
dinukleosida difosfokinase.
Pada tahap ini, asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui
proses oksidasi dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan
FAD sebagai koenzim.
Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul
air. Enzim fumarat hidratase atau yang lebih dikenal dengan nama enzim
fumarase, bekerja sebagai katalis dalam reaksi ini.
Tahap akhir dalam siklus asam sitrat ialah dehidrogenasi asam malat
untuk membentuk asam oksaloasetat yang dikatalisis oleh enzim malat
dehidrogenase.
Oksaloasetat yang terjadi kemudian bereaksi dengan asetil koenzim A
dan asam sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut dalam siklus asam
sitrat. Demikian reaksi-reaksi tersebut di atas berlangsung terus menerus
dan berulang kali. Tahap-tahap dalm siklus Krebs ini dapat digambarkan
sebagai berikut.

Gambar 3 Bagan Siklus Krebs


4. Rantai Transpor Elektron
Pada sistem transpor elektron, berlangsung pengepakan energi dari
glukosa menjadi ATPReaksi ini terjadi di dalam membrane dalam
mitokondria. Hidrogen dari siklus Krebs yang tergabung dalam FADH2
dan NADH diubah menjadi elektron dan proton. Sebagai pembawa
elektron adalah sejenis protein dan gugus yang dapat berkaitan dengan
protein. Golongan ini mencakup NAD, FAD, ubikuinon, dan protein
sitokrom. Pada sistem transpor elektron ini, oksigen adalah akseptor
elektron terakhir. Setelah menerima elektron, O2 akan bereaksi dengan
H+ membentuk H2O (Pratiwi, 2006: 32). Elektron-elektron berenergi
tinggi hasil glikolisis dan siklus krebs akan masuk ke system transport
electron melalui bantuan NADH dan FADH2
Selain itu, molekul lain yang juga berperan dalam transport electron
adalah molekul oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c,
dan sitokrom a.
Rantai transpor electron
dimulai ketika NAD dioksidasi
dengan menambahkan dua electron
dan dua ion H+ sehingga NAD
direduksi menjadi NADH2.
Selanjutnya, NADH2 memindahkan
dua electron dan dua ion H+ ke suatu
enzim flavin, yaitu flavin
mononukleotida (FMN) atau flafin
adenine nukleotida (FAD) sehingga
senyawa tersebut tereduksi menjadi
FMN2 atau FADH2. Energi yang
diperlukan untuk mereduksi FAD
lebih kecil jika dibandingkan dengan
Gambar 4 Bagan Siklus Transfer
energi yang dibebaskan melalui
Elektron
oksidasi NAD. Sehingga energi yang tersisa digunakan untuk mensintesis
satu molekul ATP dari ADP dan ion posfat (Pi). Selanjutnya
FADH2 mereduksi inti besi pada suatu protein kompleks, kemudian
mereduksi besi pada sitokrom b. Sitokrom b mereduksi senyawa fenolik
menjadi kinon, yaitu unikuinon (Q). Unikuinon merupakan anggota rantai
transpor electron yang bukan protein. Selain melepaskan elektron,
koenzim Q juga melepaskan dua ion H+. Elektron dari Q kemudian
mereduksi sitokrom c, dan membebaskan energi yang cukup untuk
menyatukan ADP dan ion posfat (Pi) menjadi ATP kedua.
Sitokrom c kemudian mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir
dari rantai transpor elektron. Sitokrom a3 merupakan anggota system
angkutan transpor electron yang dapat bereaksi dengan molekul oksigen.
Selanjutnya pada tahap terakhir rantai transpor electron ini, dua ion
H+akan bergabung dengan O2 membentuk air (H2O). Oksidasi yang
terakhir ini mampu menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat
melakukan sintesis ATP ketiga. Jadi, secara keseluruhan ada tiga tempat
pada transpor elektron yang dapat menyatukan ADP dan Pi menjadi ATP.
Rantai transpor electron tidak secara langsung membuat ATP. Fungsi
rantai transpor ialah untuk mempermudah jatuhya electron dari
makanan ke oksigen, memecah penurunan energy bebas yang besar

Gambar 5 Siklus Transfer Elektron


menjadi sederetan langkah yang lebih kecil yang melepaskan energy
dalam jumlah yang bisa diatur.
Tabel Jumlah ATP yang dihasilkan dari system transfer electron
Energi
Proses Fosforilasi Tingkat
Fosforilasi Oksidatif
Substrat
Glikolisis 1 NADH2 = 1x2x3 ATP = 6 ATP 2 ATP = 2x2x1 ATP = 4 ATP
Dipakai 2 ATP saat fase
Investasi maka
4 ATP 2 ATP = 2 ATP
DO 1 NADH2 = 1x2x3 ATP = 6 ATP
Siklus 3 NADH2 = 3x2x3 ATP = 18 ATP 1 ATP = 1x2x1 ATP = 2 ATP
Krebs 1 FADH2 = 1x2x2 ATP = 4 ATP
Total 34 ATP 4 ATP

B. Katabolisme Karbohidrat Anaerob


Katabolisme anaerobik dari nutrien organik dapat terjadi dengan
fermentasi. Fermentasi terdiri atas glikolisis ditambah dengan reaksi yang
menghasilkan NADH ke piruvat. Terdapat banyak jenis fermentasi,
perbedaannya dalam produk limbahnya yang terbentuk dari piruvat. Dua jenis
yang umum ialah fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat (Campbell,
2003: 174).
1. Fermentasi Alkohol
Pada fermentasi alkohol, piruvat diubah menjadi etanol (etil alkohol)
dalam dua langkah. Langkah pertama, melepaskan karbon dioksida dari
piruvat, yang diubah menjadi senyawa asetaldehida berkarbon dua. Dalam
langkah kedua, asetaldehida direduksi oleh NADH menjadi etanol. Ini
meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan untuk glikolisis. Fermentasi
alkohol oleh ragi, digunakan dalam pembuatan bir dan anggur. Banyak bakteri
juga melakukan fermentasi alkohol dalam kondisi anaerobik (Campbell, 2003:
174).
2. Fermentasi Asam Laktat
Pada fermentasi asam laktat, piruvat direduksi
langsung oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai
produk limbahnya, tanpa melepas CO2 (Campbell,
2003: 174). Fermentasi asam laktat dapat terjadi pada fungi
atau bakteri. Selain itu, fermentasi asam laktat juga dapat
terjadi pada otot-otot yang bekerja terlalu berat, yang
oksigennya tidak cukup untuk respirasi sel (Kimball, 2003:
150).

C. Katabolisme Protein
Tahap awal metabolisme asam amino melibatkan pelepasan gugus
amino, kemudian baru perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino.
Dua proses utama pelepasan gugus amino, yaitu 1) transaminasi, yaitu proses
katabolisme asam amino yang melibatkan gugus amino dari satu asam amino
kepada asam amino lain, 2) deaminasi oksidatif yang menggunakan enzim
dehidrogenase sebagai katalis (Poedjiadi, 1994: 301-302).
Pada gambar berikut terlihat bahwa kerangka karbon dari 10 asam
amino menghasilkan asetil KoA, yang laangsung memasuki siklus asam sitrat.
Lima dari sepuluh asam amino diuraikan menjadi asetil KoA melalui piruvat.
Kelima asam amino yang masuk melalui piruvat adalah alanin, sistein, glisin,
serin, dan treonin. Sedangkan lima lainnya, yaitu asam amino fenilalanin,
tirosin, lisin, tritofan, dan leusin sebagian karbon asam aminonya
menghasilkan asetoasetil KoA, yang lalu diubah menjadi asetil KoA. Kerangka
karbon metionin, isoleusin, dan valin lambat laun terdegradasi oleh lintas yang
menghasilkan suksinil KoA, senyawa antara siklus asam sitrat. Fenilalanin dan
tirosin masing-masing menghasilkan dua produk dengan 4 karbon, yaitu
asetoasetat dan fumarat. Asetoasetat memasuki siklus asam sitrat dalam
bentuk asetil KoA. Kerangka karbon asparagin dan asam aspartat pada
akhirnya memasuki siklus asam sitrat melalui oksaloasetat (Lehninger, 2005:
225, 226, 232, 233, 234).
Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein. Setelah gugus
amino dari asam amino dilepas, beberapa asam amino diubah menjadi asam
piruvat dan ada juga diubah menjadi asetil koenzim A. Gugus amino yang
dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi amoniak (NH3)
dan dibuang lewat urine, 1 gram protein menghasilkan energi yang sama
dengan 1 gram karbohirat (Anonim, 2009).

D. Katabolisme Lipid
Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam
lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi
trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak
tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil
KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat
dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam
sitrat sehingga dihasilkan energi (Nugroho, 2009). Lebih lanjut Nugroho
menguraikan proses metabolisme asam lemak sebagai berikut.
1. Katabolisme Gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi
sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme
karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus
fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk
ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk
antara dalam jalur glikolisis.
2. Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi Beta)
Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus
diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim
A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase
(Tiokinase).
Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai
panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam
mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin. Langkah-langkah masuknya
asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut.
a. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir
oleh enzim tiokinase.
b. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin
palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna
mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah
senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.
c. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin
translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam
dan karnitin keluar.
d. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi
dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase
II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan
karnitin dibebaskan.
e. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk
dalam proses oksidasi beta.
Pada proses oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian
siklus dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C
dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam
siklus asam sitrat. Menurut Poedjiadi (1994: 279-280), tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pembentukan asil KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis
enzim asil KoA sintetase yang disebut juga tiokinase.
b. Reaksi kedua adalah reaksi pembentukan enoil KoA dengan cara
oksidasi. Enzim asil KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam
reaksi ini. Koenzim yang dibutuhkan dalam reaksi ini adalah FAD yang
berperan sebagai akseptor hydrogen. Dua molekul ATP dibentuk untuk
tiap pasang electron yang ditransportasikan dari molekul FADH2
melalui sistem transport electron.
c. Pada reaksi ketiga, enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang
menghasilkan L-hidroksiasil KoA. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi
terhadap ikatan rangkap anatar C-2 dan C-3.
d. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil
koenzim A menjadi ketoasil koenzim A. Enzim L-hidrokdiasil koenzim A
dehidrogenase melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH.
e. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C-C, sehingga
menghasilkan aseil koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai
jumlah atom C dua buah lebih pendek dari molekul semula.
Asil KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami metabolisme
lebih lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian seterusnya
sampai rantai C pada asam lemak terpecah menjadi molekul-molekul asetil
KoA. Selanjutnya asetil KoA dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui
siklus asam sitrat (Poedjiadi, 1994: 282). Asetil KoA yang dihasilkan dari
oksidasi asam lemak tidak berbeda dengan asetil KoA yang dibentuk dari
piruvat (Lehninger, 2005: 204).
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Katabolisme (desimiliasi) merupakan fase metabolisme yang bersifat
menguraikan, yang menyebabkan molekul organik nutrien terurai di
dalam reaksi-reaksi bertahap menjadi produk akhir yang lebih kecil dan
sederhana, seperti asam laktat, CO2, dan amonia.
2. Katabolisme karbohidrat, khususnya glukosa terdiri atas tahap glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan rantai transpor elektron
pada kondisi aerob. Sedangkan pada kondisi anaerob, katabolisme
glukosa berupa fermentasi.
3. Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan
terbentuknya asam laktat. Dalam proses glikolisis terdiri atas 10 tahapan
reaksi yang dikatalisis oleh enzim spesifik. Kesepuluh tahapan dalam
glikolisis dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase investasi energi dan
fase pembayaran energi.
4. Tahapan-tahapan yang terdapat dalam siklus asam sitrat adalah (a)
pembentukan asam sitrat dari asetil KoA dengan asam oksaloasetat, (b)
pembentukan asam isositrat oleh enzim akonitase, (c) pembentukan
asam a-ketoglutarat oleh enzim karboksilase, (d) a-ketoglutarat
mengalami dekarboksilasi oksidatif, membentuk suksinil KoA oleh
enzim a-ketoglutarat dehidrogenase, (e) asam suksinat terbentuk dari
suksinil KoA oleh enzim suksinil KoA sintetase, (f) pembentukan asam
fumarat dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase, (g)
pembentukan asam malat oleh enzim fumarase, (h) pembentukan asam
oksaloasetat oleh enzim malat dehidrogenase, (i) pembentukan a-
ketoglutarat oleh enzim karboksilase.
5. Katabolisme protein diawali dengan tahap transaminasi dan deaminasi
oksidatif. Setelah gugus amino dari asam amino dilepas, beberapa asam
amino diubah menjadi asam piruvat dan ada juga diubah menjadi asetil
koenzim A. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati
untuk diubah menjadi amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine.
Sedangkan katabolisme lemak dimulai dengan pemecahan lemak
menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dirubah menjadi gliseral dehid
3-fosfat dan selanjutnya mengikuti jalur glikolisis sehingga terbentuk
piruvat. Sedangkan asam lemak dapat dipecah menjadi molekul-molekul
dengan 2 atom C. Molekul dengan 2 atom C ini kemudian diubah menjadi
asetil koenzim A.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Katabolisme.


http://www.webng.com/spons/katabolisme.html. Diakses pada
tanggal Kamis, 12 Oktober 2017

Aprilia. 2009. Metabolisme Asam Amino. http://www.


http://www.scribd.com/document_downloads/8216443?extension
=pdf&secret_password=. Diakses pada tanggal Kamis, 12 Oktober
2017.

Campbell, dkk. 2003. Biology Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Kimball, dkk. 2003. Biology Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Lehninger. 2005. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Nugroho. 2009. Respirasi Seluler.


http://biodas.files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt.
Diakses pada tanggal Kamis, 12 Oktober 2017.

Nuringtyas, Tri Rini. 2009. Metabolisme Karbohidrat.


http://elisa.ugm.ac.id/files/chimera73/uJTdO7NM/Metabolisme%2
0KH%20(ok).ppt. Diakses pada tanggal Kamis, 12 Oktober 2017

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai