LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh:
Offering I
Kelompok 1
Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus
dinding tebal spora. Penggunaan zat warna bertujuan agar endospora mudah diamati karena
sejatinya sel bakteri dan endosporanya tidak berwarna atau transparan (Volk dan Wheeler,
1993). Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu metode
Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang
digunakan adalah hijau malakit dan safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna
yang digunakan adalah karbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin (Hogg, 2013). Teknik
pewarnaan yang paling umum digunakan adalah teknik Schaeffer-fulton dengan
penggunaan larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk membedakan antara sel vegetatif dengan
endosporanya maka sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga sel
vegetatif akan berwarna merah sedangkan spora berwarna hijau sehingga keduanya lebih
mudah dibedakan apabila diamati di bawah mikroskop. Selain itu, tujuan pewarnaan
tersebut adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya spora pada bakteri yang teramati,
bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi (Radji, 2009).
Ada zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan proses pemanasan, yaitu spora dipanaskan bersamaan dengan zat warna
tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding
pelindung spora bakteri yang tebal. Zat warna khusus yang dapat mewarnai spora bakteri
memiliki karakteristik yang cocok dengan struktur kimiawi dinding spora bakteri tersebut.
Semua spora bakteri mengandung asam dupikolinat yang merupakan senyawa khas yang
hanya dimiliki oleh spora bakteri dan tidak dimiliki oleh bagian lain dari sel vegetatif
bakteri. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa asam dupikolinat ini yang kemudian
dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan pewarna tertentu seperti hijau malakit
(Dwidjoseputro, 1994).
Disediakan kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spirtus
Secara aseptik diambil inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu diletakkan di atas
tetesan aquades itu. Kemudian diratakan perlahan dan ditunggu sampai mengering.
Dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan diatas nyala api lampu spiritus
Diteteskan larutan hijau malakit diatas sediaan, lalu dipanaskan selama 3 menit.
Sediaan dijaga jangan sampai mendidih atau mengering. Jika mengering maka
ditambahkan larutan hijau malakit.
Sediaan diletakkan diatas penyangga diatas mangkuk pewarna, lalu dibiarkan sampai
dingin.
Kelebihan larutan hijau malakit dicuci dengan air kran dalam botol penyemprot
Ada/Tidaknya
Koloni Bentuk Spora Letak Gambar
Spora
Hasil dari praktikum tersebut, bakteri yang diambil dari koloni 1 menunjukkan adanya
spora yang terwarnai hijau pada sediaan yang diamati pada mikroskop dengan perbesaran
1000 kali, dan hasil amatan yang sama juga dijumpai pada preparat yang berasal dari koloni
2 yaitu di dalam sel vegetatif terdapat spora terwarnai hijau. Spora bakteri yang berasal dari
koloni 1 dan 2 sama-sama memiliki bentuk bulat. Letak spora pada bakteri yang berasal
dari koloni 1 maupun 2 terletak di tengah sel sehingga digolongkan pada letak spora sentral.
I. Pembahasan
J. Kesimpulan
1. Pewarnaan spora bakteri dilakukan untuk mengetahui adanya spora pada koloni bakteri.
Pewarna yang dipakai yaitu hijau malakit dan safranin.
2. Pada pengamatan spora bakteri didapatkan hasil bahwa pada bakteri yang berasal dari
koloni 1 maupun koloni 2 menghasilkan spora yang ditandai dengan warna merah
disekitar sel bakteri dan warna hijau gelap pada sporanya. Letak spora pada bagian
tengah bakteri (bersifat sentral) dan berbentuk bulat.
K. Diskusi
1. Apakah fungsi spora bagi bakteri?
Endospora pada bakteri bukan merupakan alat untuk berkembang biak, melainkan
berfungsi sebagai alat pertahanan diri bakteri pada kondisi yang tidak menguntungkan
untuk bertahan hidup hingga kondisi lingkungan kembali memungkinkan. Endospora
bakteri memiliki struktur yang sangat kuat sehingga mampu bertahan pada kondisi
lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekurangan air, paparan senyawa kimia
beracun seperti desinfektan dan antibiotik, serta paparan radiasi sinar ultraviolet hingga
radiasi radioaktif. Ketika endospora terbentuk, aktivitas pada sel vegetatif bakteri
terhenti dan bakteri akan memasuki fase dorman. Endospora mampu bertahan hingga
kondisi lingkungan kembali menguntungkan, kemudian akan mengalami proses
germinasi atau perkecambahan dan membentuk kembali sel bakteri.