OLEH
Bakteri Bacillus cereus dapat dijumpai umumnya pada tanah di sekitar kita.
Bakteri Bacillus cereus menjadi penting karena mampu menyebabkan dua tipe sakit
yaitu emetic dan diare yang juga dapat menginfeksi manusia serta hewan. Pentingnya
efek dari penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus cereus maka banyak penelitian
dilakukan guna mencegah maupun menanggulangi penyakit ini. Sebelum tata laksana
pencegahan dan penanggulangan dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu metode
isolasi dan identifikasi Bacillus cereus untuk mendapatkan isolate murni Bacillus
cereus. Pihak-pihak medis kedokteran maupun medis veteriner serta mahasiswa
Kedokteran Hewan juga perlu mengetahui teknik isolasi dan identifikasi bakteri
khususnya bakteri Bacillus cereus. Oleh sebab itu,praktikum ini penting dilakukan
sebagai modal dasar dan latihan dalam memahami teknik-teknik isolasi dan
identifikasi bakteri lainnya selain Bacillus cereus.
1.2. TUJUAN
Tujuan praktikum ini dilakukan adalah untuk mengetahui teknik isolasi dan
identifikasi bakteri Bacillus cereus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada infeksi yang dicurigai akibat Bacillus cereus, terapi empiris mungkin
diperlukan hingga menunggu profil uji kepekaan antibiotik. Resistensi Bacillus
cereus terhadap eritromisin, tetrasiklin, dan karbapenem telah dilaporkan
sehingga dapat mempersulit pemilihan pengobatan empiris (Bottone, 2010).
Antibiotik yang digunakan pada Bacillus cereus memiliki beberapa kerugian jika
penggunaannya tidak benar terutama jika dosis tidak diperhatikan. Antibiotik-
antibiotik tersebut memiliki efek samping yang kurang dapat ditoleransi, selain itu
antibiotik yang dapat digunakan sebagai terapi hanya sedikit. Bahan dari
tumbuhan diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk dijadikan salah
satu alternatif pengobatan infeksi bakteri Bacillus cereus.
4.2.9 Uji MR
Uji Metyl Red (MR) adalah uji biokimia yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan dari bakteri membentuk asam dari hidrolisis
glukosa. Pengujian ini menggunakan MR-VP medium atau Glucose
Phosphate Broth. Media ini digunakan untuk uji Methyl Red dan Voges
Proskauer. Uji voges preskauer merupakan uji biokimia yang dilakukan
untuk mengetahui bakteri yang dapat menfermentasi glukosa berdasarkan
akumulasi 2,3-butanediol, dengan mendeteksi adanya acetoin ynag
merupakan prekursor 2,3-butanediol (Gandjar dkk., 1992). Pada praktikum
ini hanya dilakukan pengujian metyl red, sedangkan Voges Preskauer tidak
dilakukan karena tidak terdapat reagen aftanaftol untuk mendeteksi acetoin.
Pengujian metyl red menunjukkan perubahan warna medium dari
coklat menjadi merah (positif), sehingga dapat dikatakan bakteri
menghidrolisis glukosa dan membentuk senyawa asam.
Gambar 10. Hasil Pengujian pada Media MR-VP
BAB V
PENUTUP
Aminah,N.S dan Supraptini. 2010. Minyak Kelapa Berpotensi Sebagai Pengawet Buah dan
Sayuran. Buletin Penelitian Kesehatan . Vol 38 (2).
Ash, A J. Elliott R. 1991. Tropical crop and crop by product additives can improve the quality of
leaf(colocasia esculenta) silage J. Agric Sci ; 117 (2) 233-239.
Blackburn, Clive de and Mc Clure, P. J., 2002, Foodborne Pathogens: Hazards, Risk Analysis
and Control, CRC Press, New York.
Blackburn, Clive de dan McClure, PJ. 2002. Foodborne Pathogens : Hazards, Risk Analysis
and Control. New York:CRC Press.
Bottone Edward J.. 2010. Bacillus cereus, a Volatile Human Pathogen. Clin Microbiol Rev. 2010
Apr; 23(2): 382–398.
CFSAN, 2001, Bacillus cereus and other Bacillus spp. In: Foodborne Pathogenic
Microorganisms and Natural Toxins Handbook, FDA, Washington.
Fardiaz, 1998, Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Pertanian
Bogor Press, Bogor.
Giffel M.C., R.R. Beumer., B.A. Slaghuis and F.M. Rombouts., 1995, Occurrence and
characterization of (psychrotrophic) Bacillus cereus on farms in the Netherlands, Milk
Dairy J, 49, 125-138.
Granum dan Baird-Parker, 2000. Bacillus cereus and its Food Poisoning Toxin. FEMS Microbial
Letter. 157
Granum, P. E., 1995, Bacillus cereus and its toxins, J. Appl. Bacteriol, 76, 615–665.
Harley dan Prescott 2002. Laboratory Exercise in Microbiology. The MC Graw Hill Companies.
New York.
Harmon S.M., Goepfert J.M., and Bennet R.W., 1992, Compendium of Method For The
Microbiological Examination of Food, 3rd ed., American Public Health Association,
Washington.
James J. 2002. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Retno Indah, Penerjrmah. Jakarta :
Erlangga. Terjemahan dari : Principles Of Science For Nurse.
Jay, J.M. 2000. Modern Food Microbiology. Edisi ke-6. Gainthersburg, Maryland: Aspen
Publishers, Inc.
Kramer, J.M., R.J. Gilbert., 1989, Bacillus cereus and other Bacillus species, Food Bacterial
Pathogens ed. Doyle, Marcel Dekker, New York.
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Rajkovic A., Uyttendaele M., Vermeulen A., Andjelkovic M., Fitz-James I., in ’t Veld P., et al.
(2008).Heat resistance of Bacillus cereus emetic toxin, cereulide. Lett. Appl.
Microbiol. 46 536–54
Saidah, A.N. 2014. Isolasi Bakteri Proteolitik Termofilik dari Sumber Air Panas Pacet Mojokerto
dan Pengujian Aktivitas Enzim Protease. Jurnal Biologi. Pp: 1 – 10.
Schlegel, Hans G dan Schmidt Karin. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press.
Soejoedono. 2002. Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia