Dromion, 2008. Bacillus cereus. Collection “Monographies de microbiologie”. Editions Lavoisier Paris.
KLASIFIKASI/TOKSONOMI
KINGDOM : Bacteria
PHYLUM : Firmicutec
CLASS : Bacilli
ORDO : Bacillales
FAMILY : Bacillaceae
GENUS : Bacillus
SPESIES : Bacillus
Cereus
Antigen Flagela: Bacillus cereus memiliki flagela, yang memungkinkan bakteri untuk bergerak.
Antigen Kapsul: Bacillus cereus memiliki kapsul, lapisan pelindung di luar dinding sel.
Antigen Spora: Bacillus cereus dapat membentuk spora, struktur tahan yang melindungi bakteri dari kondisi
lingkungan yang ekstrem.
C. Choma et al. The enterotoxin T (BcET) from Bacillus cereus can probably not contribute to food poisoning FEMS Microbiol. Lett. (2002)
STRUKTUR ANTIGEN/FAKTOR
VIRULENSI
• Toksin pembentuk pori ini adalah toksin yang dapat membentuk pori pada membran sel inang.
• Cereulide adalah toksin yang dihasilkan oleh beberapa strain b. Cereus yang dapat menyebabkan keracunan
makanan.
• Enterotoksin adalah dapat memicu respons inflamasi dalam saluran pencernaan terdapat dua jenis enterotoksin:
1. Enterotoksin hemolitik (hbl) adalah kompleks toksin yang dihasilkan oleh bacillus cereus.
Hbl memiliki tiga komponen protein: l1, l2, dan b. Untuk merusak membran sel, jaringan, dan
sel darah merah.
2. Enterotoksin non-hemolitik (nhe) sebagai toksin yang mempengaruhi saluran
pencernaan dan tidak menyebabkan penghancuran sel darah merah
• Fosfolipase dan protease adalah enzim-enzim ini dapat merusak komponen membran sel dan jaringan inang,
membantu dalam penetrasi bakteri ke dalam jaringan/memfasilitasi invasi bakteri.
• Cytotoxin k (cytk) adalah toksin yang dapat merusak membran sel, terutama pada sel epitel dan sel darah merah.
PATOGENESIS
Uji Kualitatif: ELISA dapat digunakan untuk secara kualitatif mengidentifikasi keberadaan
Bacillus cereus dalam sampel. Ini bisa melibatkan deteksi protein spesifik pada sel bakteri.
Uji Kuantitatif: ELISA juga dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana keberadaan Bacillus
cereus dalam sampel, misalnya, kuantitas toksin yang dihasilkan.
Xiao-Ye Liu,Toxins 2020 Characterization of Bacillus cereus in Dairy Products in China,,, 12(7), 454; https://doi.org/10.3390/toxins12070454
Diagnosa laboratorium
3. PCR, RT-PCR dan multiplex PCR adalah teknik analitik utama yang
dilaporkan dalam artikel penelitian untuk mengidentifikasi faktor
virulensi dengan mendeteksi gen toksin pada B. cereus
1. Pengambilan Sampel: seperti makanan atau lingkungan yang terkontaminasi.
2. Ekstraksi DNA
3. Denaturasi: Panaskan DNA untuk memisahkannya menjadi dua untai tunggal.
4. Primer DNA: Tambahkan primer DNA pendek yang spesifik untuk daerah target di Bacillus
cereus.
5. Sintesis DNA: Gunakan enzim DNA polimerase untuk membuat salinan baru dari DNA
target.
6. Siklus PCR: Lakukan beberapa siklus pemanasan dan pendinginan yang diatur secara
khusus untuk memperbanyak DNA secara eksponensial.
PC 7. Analisis Hasil: Periksa hasil PCR dengan menggunakan teknik seperti ektroforesis gel
R agarosa untuk memastikan adanya DNA Bacillus cereus.
8. Deteksi: Jika hasil PCR cocok dengan DNA Bacillus cereus, maka bakteri Ini terdeteksi
dalam sampel.Dengan demikian, PCR memungkinkan deteksi yang sensitif dan spesifik
terhadap keberadaan Bacillus cereus dalam sampel yang dianalisis.
Xiao-Ye Liu,Toxins 2020 Characterization of Bacillus cereus in Dairy Products in China,,, 12(7), 454; https://doi.org/10.3390/toxins12070454
Pencegahan Dan Pengobatan
Pencegahan keracunan bacillius cereus dapat dilakukan dengan prosedur penanganan makanan yang tepat.
• Untuk bahan makanan seperti daging dan sayuran tidak dapat disimpan pada 10-45°C untuk jangka waktu yang
lama dan nasi yang disimpan dari malam hari setelah dimasak harus didinginkan terlebih dahulu.
• makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari keracunan yang
menyebabkan diare dan muntah.
• Selalu mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan. Menerapkan pola hidup bersih
Pengobatan infeksi akibat Bacillius cereus didasarkan pada prinsip yang sama seperti pasien lain tetapi
tergantung pada kondisi klinis, biokimia, dan profil mikrobiologi.
Bacillius cereus sensitive terhadap getamisin,teicoplanin, vankomisin, linezoid, siprofloksasin, dan
moksifloksasin. Pada bayi atau anak-anak, regimen terbaik adalah menggunakan vankomisin Bersama dengan
pengobatan ini pertama atau kedua yang sesuai sebagai antibiotic local. Alternatif lainnya selain vankomisin
meliputi aminoglikosida, siprofloksasin dan linezolid
SEKIAN & TERIMAKASI
aldi
thadeus
putri