Anda di halaman 1dari 17

Bacillus sp.

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah


Bakteriologi Klinik
Oleh :

Kelompok

Nabilah Eka Saputri P17334116005

Afni Nurbayani P1733411600

Ossy Wardhanty P1733411600

Jeremia Khatigana P1733411600

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

CIMAHI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaika nmakalah tentang“Bacillus sp.”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Bakteriologi Klinik.Makalah ini telah
diupayakan agar sesuai dengan apa yang diharapkan dan bermanfaat bagi
pembaca.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak.Oleh karena itu, kami haturkan terimakasih kepada: Dosen
Pembimbing dan teman-teman berkat kerjasamanya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan
segala kerendahan hati saya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai.

Cimahi, Maret 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari


mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang
perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,
protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak
sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya


sebagian kecil saja yang merupakan pathogen. Patogen adalah organism atau
mikroorganisme yang menyebabkan pada organism lain. Kemampuan pathogen
untuk menyebabkan penyakit disebut patogenitas. Dan pathogenesis disini adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit.

Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan


terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada didalam
tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer(udara) serta makanan, dan karena
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami kedalam tubuh
manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal
sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam
kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

Bacillus sp. Merupakan agen penyakit dari beberapa penyakit seperti


infeksi kulit, paru, usus, dan selaput otak. Selain itu, beberapa tipe Bacillus sp.
dipastikan sebagai penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila hasil isolasi
Bacillus sp. menunjukkan bahwa strain-strain dari serotip yang sama ditemukan
pada makanan yang dicurigai dan dari kotoran atau muntahan pasien, atau hasil
isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai,kotoran, atau dari muntahan pasien
menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari serotip yang dikenal
sebagai penyebab keracunan makanan. Keracunan pangan yang diakibatkan oleh
Bacillus sp. ditunjukan dari gejala diare,kejang(kram) perut, dan muntah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, dapat penulis rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja spesies Bacillus sp. yang bersifat pathogen?
2. Bagaimana karakteristik spesies Bacillus sp.?
3. Bagaimana gejala klinis, cara pengobatan, cara pencegahannya?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui spesies Bacillus sp. yang bersifat pathogen.
2. Untuk mengetahui karakteristik spesies Bacillus sp.
3. Untku mengetahui gejala klinis, cara pengobatan dan cara pencegahannya.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Secara teoritis : Untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Secara praktis : Untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang
bakteri Bacillus sp.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat


tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Kebanyakan anggota genus Bacillus
dapat membentuk endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon
terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu
anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan yang
berubah.
Bacillus sp. mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50
o
C dan suhu kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3)
mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan
spora dan (5) mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba
lainnya. Kebanyakan anggota genus Bacillus merupakan bakteri yang bersifat
motil (kecuali Bacillus antrachis) dan memilki flagella tipe peritrik.
Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif dengan sel batang berukuran
0,3-22x1,27 – 7 πm, sebagian bersifat motil(mampu bergerak) mobilitasnya ini
dikarenakan oleh flagel, jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu
bentuk dorman sel vegetative sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat
kondisi ekstrim yang tidak menguntungkan bagi bakteri. Kandungan air
endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan sel vegetataifnya, maka
endospora berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila dilihat dibawah
mikroskop. Endospora dibentuk dalam sporangium didalam sel dan dibentuk saat
sel masak. Endospora memilki dinding tebal, reaktif, dan sangat resisten.
Bacillus sp. bersifat aerob sampai aerob fakultatif, metabolism dengan
fermentasi dan respirasi. Isolat-isolat murni tersebut dipelihara dalam media agar
miring. Untuk memastikan bahwa koloni-koloni tersebut adalah Bacillus, maka
dilakukan serangkaian pengujian spesifik yaitu pewarnaan gram,pewarnaan
negative dan motilitasnya.
Baciillus sp. dibedakan dari anggota familia Bacillaceae lainnya
berdasarkan sifat-sifatnya yaitu : keseluruhannya membentuk spora, hidup pada
kondisi aerob baik sebagai jasad yang sepenuhnya aerob maupun aerob fakultatif,
selnya berbentuk batang, dan meproduksi katalase.
Bacillus mempunyai daya resisten terhadap anti mikroba dan dapat
menghasilkan antimikroba, sehingga bakteri ini mampu bertahan di dalam saluran
pencernaan. Bacillus resisten terhadap eritromisin, linkomisin, sefalosporin,
sikloserin, kloramfenikol, tetrasiklin, streptomisin dan neomisin. Antimikroba
yang dihasilkan adalah bakteriosin
BAB III

PEMBAHASAN

Menurut Bergey's Manual of Determinative Bacteriology, 8 th editions dalam


Hadioetomo (1985) kalsifikasi Bacillus spp. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Procaryotae

Divisi : Bacteria

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Spesies : Bacillus antrachis, Bacillus cereus, Bacillus subtilis


3.1 Bacillus antrachis

Bakteri antraks banyak ditemukan pada penyakit zoonosis, infeksi pada


ternak lembu, kambing, domba dan babi. Bakteri dikelurakan melalui feses, urin
dan saliva binatang yang terinfeksi dan bertahan hidup di ladang dalam bentuk
spora untuk waktu yang lama sekali.

A. Morfologi
Batang dengan ukuran 1 x 3-4 µm, dapat tersusun dengan seperti bambu,
bentuk batangnya persegi atau cekung ujungnya, sendiri-sendiri, berpasangan atau
membentuk rantai pendek, tidak bergerak, berspora oval yang letaknya sental,
kadang-kadang berkapsul.
B. Struktur Antigen
Bahan simpai Bacillus anthracis, yang terdiri atas polipeptida berbobot
molekul tinggi yang mengandung asam D-glutamat, adalah suatu hapten. Badan
bakteri mengandung protein dan suatu polisakarida somatic, keduanya bersifat
antigenik.
C. Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan
hewan lainnya; manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat dengan
masuknya spora melalui luka pada kulit atau selaput lendir, jarang dengan inhalasi
spora ke dalam paru-paru.
Eksudat antraks mengandung polipeptida yang identik dengan polipeptida
pada simpai Bacillus, dan dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti
reaksi akibat infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang
kekebalan yang kuat terhadap antraks bila disuntikkan pada hewan. Dari filtrat
(toksin antraks), telah dipisahkan tiga zat dengan filtrasi gelas dan kromatografi:
antigen protektif, factor edema, dan factor letal.
D. Patologi
Pada hewan yang peka, organisme berkembang biak di tempat masuk.
Simpai tetap utuh, dan organisme dikelilingi oleh sejumlah besar cairan seperti
protein yang mengandung sedikit leukosit, organisme kemudian dengan cepat
menyebar dan mencapai aliran darah. Pada hewan yang resisten, organisme
berkembang biak selama beberapa jam, setelah itu terkumpul sejumlah besar
leukosit. Sampai lambat laun mengalami disintegrasi dan menghilang. Organisme
tetap terlokalisasi.
E. Gambaran Klinik
Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas). Mula-
mula timbul popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme atau spora
melalui goresan. Papula ini dengan cepat berubah menjadi visikel, kemudian
pustula, dan akhirnya menjadi ulkus nekrotik; lalu infeksi dapat menyebar,
menimbulkan septikemia.
Pada antraks pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis,
meningitis atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok
merupakan gejala yang terakhir.
Hewan sering terkena antraks dengan memakan sporanya dan organisme
menyebar lewat saluran usus, tetapi pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena
itu, sakit perut, muntah dan diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik.
F. Pengobatan
Banyak antibiotika efektif terhadap antraks pada manusia, tetapi
pengobatan harus dimulai sedini mungkin. Penisilin cukup memuaskan, kecuali
pada pengobatan antraks pernapasan, dimana mortilitas tetap tinggi. Beberapa
basil Gram-positif lainnya mungkin resisten terhadap penisilin karena membentuk
β-laktamase. Tetrasiklin, eritromisin, atau clyndamicin mungkin efektif.
G. Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
Tanah tercemar oleh spora antraks dari bangkai hewan. Spora-spora ini
dapat tetap hidup selama puluhan tahun. Mungkin spora dapat tumbuh dalam tanah pada pH
6,5 pada suhu yang cocok. Hewan merumput yang terinfeksi melalui luka pada
selaput lendir menjadi penyambung rantai infeksi terus-menerus. Kontak dengan
hewan yang terinfeksi atau dengan kulit, rambut dan bulunya merupakan sumber
infeksi pada manusia.
Tindakan pencegahan dan pengendalian meliputi:
 Pembuangan bangkai hewan dengan membakar atau mengubur pada sumur
yang dalam disertai kapur,
 Dekontaminasi produk-produk hewan (biasanya dengan autoklaf),
 Baju dan sarung tangan pelindung waktu mengenai bahan-bahan yang
mungkin tercemar,
 Imunisasi aktif hewan peliharaan dengan vaksin hidup yang dilemahkan. Orang
yang mempunyai resiko besar karena pekerjaanya harus diimunisasi dengan vaksin
bebas-sel yang dapat diperoleh dari Centers for Disease Control, Atlanta, GA
30333.
3.2 Bacillus cereus

Dapat menyebabkan keracuann makanan dan juga menyebabkan


pneumonia, bronkopneumonia dan luka. Bacillus cereus merupakan salah satu anggota
genus Bacillus yang pertama kali diisolasi pada tahun 1969 dari darah dan cairan
pleura pasien pneumonia.

A. Morfologi
Bacillus cereus memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya: Gram
positif dengan lebar sel 0,9  –  1,2 µm dan panjang 3  –  5 µm. Motilitas positif,
spora elipsoidal, sentral atau parasentral, spora jarang keluar dari sporangia. Tidak
membentuk kapsul, biasanya muncul dalam bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk
koloni irregular, opague terkadang waxy. Padamedium cair membentuk turbiditas
moderate.

B. Enterotoksin
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus
thuringiensis dan Bacillus anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan
determinasi motilitas (kebanyakan Bacilluscereus bersifat motil) dan adanya kristal
toxin (hanya dihasilkan oleh Basillus thuringiensis), aktivitas hemolisis (B.cereus
memiliki sifat ini, sedangkan B.anthracis bersifat non-hemolitik). Dalam
pertumbuhan Bacillus cereus menghasilkan toksin selama pertumbuhan atau selama
sporulasi.
Beberapa strain dari Bacillus cereus bersifat patogen dan berbahaya bagi
manusia karena dapat menyebabkan foodborne illness, namun beberapa diantaranya
yang bersifat saprofitik dapat bermanfaat sebagai probiotik dan juga penghasil
antibiotik yang potensial. Bacillus cereus kebanyakan ditemukan terkandung
dalam bahan pangan dan menyebabkan 2 tipe keracunan makanan yaitu emetic dan
diarhoeal.
Emectic merupakan keracunan yang dimediasi oleh toksin yang sangat
stabil yang dapat bertahan pada temperature tinggi,pH ekstrim serta tahan
terhadap enzim pencernaan seperti trypsin dan pepsin. Diarhoeal merupakan
keracunan yang dimediasi oleh enterotoksin yang labil terhadap panas dan asam.
Bacillus cereus merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran
temperature yang luas. Kebanyakan Bacillus cereus hidup dalam gastro-intestinal
dan menyebabkan infeksi diarhoeal, maka temperature 37°C merupakan
temperatur pertumbuhan yang optimal.
C. Antibiotika
Bacillus cereus dapat memproduksi peptida antibiotik diantaranya :
Biocercin, Myocercin, Kanosamin, Cerexin, dan Zwitermicin.
D. Gejala Penyakit
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena Basillus cereus mirip
dengan gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens. Diare
berair, kram perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi
makanan yang terkontaminasi. Rasa mual mungkin disertai diare, tetapi jarang
terjadi muntah (emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap
berlangsung selama 24 jam.
E. Patogenesis
Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit bawaan
makanan(2-5%), menyebabkan mual, muntah parah dan diare. Hal tersebut terjadi
karena kelangsungan hidup endospora bakteri ketika makanan tidak benar matang.
Memasaka suhu kurang atau sama dengan 100°C memungkinkan beberapa spora
Bacillus cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika makanan itu
tidak benar didinginkan, yang memungkinkan endospora untuk berkecambah.
Pendinginan harus disimpan pada suhu 60°C. Perkecambahan dan pertumbuhan
umumnya terjadi antara 10-50°C
H. Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian,
makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun
yang menyebabkan muntah. Resiko paling besar yaitu kontaminasi silang, yakni
apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau
peralatan yang terkontaminasi(misalnya alat pemotong).
Penyimpanan dengan benar(dibawah 7°C dan hanya untuk beberapa hari)
akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan produksi racun.
I. Epidemiologi

Bakteri Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif, bersifat aerobik,


dan mampu membentuk spora yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun
produk pangan. Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan
yang mengandung NaOH dan HCL.

3.3 Bacillus subtilis

Dapat menyebabkan meningitis, endokarditis, infeksi mata dan lain-


lainnya. Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian
Gottfried Ehrenberg pada tahun 1835. Kemudian nama Bacillus subtilis
dikenalkan oleh Ferdinand Cohn pada 1872. Bacillus subtilis telah digunakan
sepanjang 1950 sebagai alternatif dari obat karena efek immunostimulatory sel
dari masalah, yang pada pencernaan telah ditemukan secara signifikan untuk
kekebalan aktivasi antibodi spesifik IgM, IgG ,dan IgA.

A. Morfologi
Bakteri ini termasuk bakteri gram positif, katalase positif yang umum
ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk
endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir
keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah, Bacillus subtilis
diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak
benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi
makanan tetap jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan
terhadap panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung
jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis.
Biasanyabentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil.
Semuamembentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Bacillus subtilis merupakan
jeniskelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45°C – 55
°C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 °C – 80 °C.
B. Toksik
Bacillus subtilis tidak dianggap oleh manusia sebagaibakteri yang patogen,
karenadapat mencemari makanantetapi jarang menyebabkan keracunan
makanan.Bacillus subtilis produces the proteolytic enzymes ubtilisin. Bacillus
subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin. Bacillus subtilis spores
dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan untuk memasak makanan, dan
bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yanglengket, membenang
konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang
rantaipolysaccharidesdan manja dalam adonan roti.
Bacillus subtilis dapat membagi asymmetrically, memproduksi sebuah
endospore yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas, asam, dan garam,
yang dapat beradadi dalam lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Endospore
adalah yang dibentuk pada saat gizi stres, memungkinkan organisme untuk terus
berada di dalam lingkungansampai kondisi menjadi baik.Sebelum proses untuk
menghasilkan spora bakteri melalui proses produksi flagella dan mengambil DNA
dari lingkungan.
Bacillus subtilis terbukti untuk manipulasi genetik,karena itu telah menjadi
banyak diadopsi sebagai model organisme untuk penelitian laboratorium,terutama
darisporulation,yang merupakan contoh sederhana daridiferensiasi selular.Hal ini juga
sangatflagellated,yang memberikan Bacillus subtilis kemampuan untuk bergerak
sangat cepat.
C. Epidemiologi
Bacillus subtilis biasanya digunakan sebagai indicator biologi untuk test
sterilisasi etylen oxide(EtO) sebuah sampel yang mengandung spora dalam
suspense kultur ditempatkan dengan beban gas yang akan disterilkan. Jika kondisi
sterilisasi telah dipenuhi, suspense tetap warna merah, yang berarti spora tewas,
warna kuning berarti spora hidup dan berkembang biak.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan pada BAB II, dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
3.1 Simpulan

Secara umum, kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk basil


(batang), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada
medium yang mengandung oksigen (bersifat aerobic), sehingga dikenal pula
dengan istilah aerobic sporeformers.Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat
membentuk endospora yang dibentuk secara intra seluler sebagai respon terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu anggota genus
Bacillu smemiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang
berubah-ubah.
Berdasarkan definisi umum , bakteri pathogen merupakan jenis bakteri
merugikan yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, bagi manusia,
hewan maupun tumbuhan. Salah satu contoh spesies dari genus Bacillus,seperti
Bacillus anthracis, Bacillus cereus,dan Bacillus subtilis.

3.2 Saran
Daftar Pustaka
Rahim, Abdul dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi
Revisi. Bianrupa Aksara: Jakarta
Dwidjoseputro,D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang
Akoso., B. 2009. Epidemiologi dan Pengendalian Antrhrax Penyakit
Menular pada Hewan dan Manusia. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI):
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai