MAKALAH
Kelompok
CIMAHI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaika nmakalah tentang“Bacillus sp.”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Bakteriologi Klinik.Makalah ini telah
diupayakan agar sesuai dengan apa yang diharapkan dan bermanfaat bagi
pembaca.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak.Oleh karena itu, kami haturkan terimakasih kepada: Dosen
Pembimbing dan teman-teman berkat kerjasamanya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan
segala kerendahan hati saya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
A. Morfologi
Batang dengan ukuran 1 x 3-4 µm, dapat tersusun dengan seperti bambu,
bentuk batangnya persegi atau cekung ujungnya, sendiri-sendiri, berpasangan atau
membentuk rantai pendek, tidak bergerak, berspora oval yang letaknya sental,
kadang-kadang berkapsul.
B. Struktur Antigen
Bahan simpai Bacillus anthracis, yang terdiri atas polipeptida berbobot
molekul tinggi yang mengandung asam D-glutamat, adalah suatu hapten. Badan
bakteri mengandung protein dan suatu polisakarida somatic, keduanya bersifat
antigenik.
C. Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan
hewan lainnya; manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat dengan
masuknya spora melalui luka pada kulit atau selaput lendir, jarang dengan inhalasi
spora ke dalam paru-paru.
Eksudat antraks mengandung polipeptida yang identik dengan polipeptida
pada simpai Bacillus, dan dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti
reaksi akibat infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang
kekebalan yang kuat terhadap antraks bila disuntikkan pada hewan. Dari filtrat
(toksin antraks), telah dipisahkan tiga zat dengan filtrasi gelas dan kromatografi:
antigen protektif, factor edema, dan factor letal.
D. Patologi
Pada hewan yang peka, organisme berkembang biak di tempat masuk.
Simpai tetap utuh, dan organisme dikelilingi oleh sejumlah besar cairan seperti
protein yang mengandung sedikit leukosit, organisme kemudian dengan cepat
menyebar dan mencapai aliran darah. Pada hewan yang resisten, organisme
berkembang biak selama beberapa jam, setelah itu terkumpul sejumlah besar
leukosit. Sampai lambat laun mengalami disintegrasi dan menghilang. Organisme
tetap terlokalisasi.
E. Gambaran Klinik
Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas). Mula-
mula timbul popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme atau spora
melalui goresan. Papula ini dengan cepat berubah menjadi visikel, kemudian
pustula, dan akhirnya menjadi ulkus nekrotik; lalu infeksi dapat menyebar,
menimbulkan septikemia.
Pada antraks pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis,
meningitis atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok
merupakan gejala yang terakhir.
Hewan sering terkena antraks dengan memakan sporanya dan organisme
menyebar lewat saluran usus, tetapi pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena
itu, sakit perut, muntah dan diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik.
F. Pengobatan
Banyak antibiotika efektif terhadap antraks pada manusia, tetapi
pengobatan harus dimulai sedini mungkin. Penisilin cukup memuaskan, kecuali
pada pengobatan antraks pernapasan, dimana mortilitas tetap tinggi. Beberapa
basil Gram-positif lainnya mungkin resisten terhadap penisilin karena membentuk
β-laktamase. Tetrasiklin, eritromisin, atau clyndamicin mungkin efektif.
G. Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
Tanah tercemar oleh spora antraks dari bangkai hewan. Spora-spora ini
dapat tetap hidup selama puluhan tahun. Mungkin spora dapat tumbuh dalam tanah pada pH
6,5 pada suhu yang cocok. Hewan merumput yang terinfeksi melalui luka pada
selaput lendir menjadi penyambung rantai infeksi terus-menerus. Kontak dengan
hewan yang terinfeksi atau dengan kulit, rambut dan bulunya merupakan sumber
infeksi pada manusia.
Tindakan pencegahan dan pengendalian meliputi:
Pembuangan bangkai hewan dengan membakar atau mengubur pada sumur
yang dalam disertai kapur,
Dekontaminasi produk-produk hewan (biasanya dengan autoklaf),
Baju dan sarung tangan pelindung waktu mengenai bahan-bahan yang
mungkin tercemar,
Imunisasi aktif hewan peliharaan dengan vaksin hidup yang dilemahkan. Orang
yang mempunyai resiko besar karena pekerjaanya harus diimunisasi dengan vaksin
bebas-sel yang dapat diperoleh dari Centers for Disease Control, Atlanta, GA
30333.
3.2 Bacillus cereus
A. Morfologi
Bacillus cereus memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya: Gram
positif dengan lebar sel 0,9 – 1,2 µm dan panjang 3 – 5 µm. Motilitas positif,
spora elipsoidal, sentral atau parasentral, spora jarang keluar dari sporangia. Tidak
membentuk kapsul, biasanya muncul dalam bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk
koloni irregular, opague terkadang waxy. Padamedium cair membentuk turbiditas
moderate.
B. Enterotoksin
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus
thuringiensis dan Bacillus anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan
determinasi motilitas (kebanyakan Bacilluscereus bersifat motil) dan adanya kristal
toxin (hanya dihasilkan oleh Basillus thuringiensis), aktivitas hemolisis (B.cereus
memiliki sifat ini, sedangkan B.anthracis bersifat non-hemolitik). Dalam
pertumbuhan Bacillus cereus menghasilkan toksin selama pertumbuhan atau selama
sporulasi.
Beberapa strain dari Bacillus cereus bersifat patogen dan berbahaya bagi
manusia karena dapat menyebabkan foodborne illness, namun beberapa diantaranya
yang bersifat saprofitik dapat bermanfaat sebagai probiotik dan juga penghasil
antibiotik yang potensial. Bacillus cereus kebanyakan ditemukan terkandung
dalam bahan pangan dan menyebabkan 2 tipe keracunan makanan yaitu emetic dan
diarhoeal.
Emectic merupakan keracunan yang dimediasi oleh toksin yang sangat
stabil yang dapat bertahan pada temperature tinggi,pH ekstrim serta tahan
terhadap enzim pencernaan seperti trypsin dan pepsin. Diarhoeal merupakan
keracunan yang dimediasi oleh enterotoksin yang labil terhadap panas dan asam.
Bacillus cereus merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran
temperature yang luas. Kebanyakan Bacillus cereus hidup dalam gastro-intestinal
dan menyebabkan infeksi diarhoeal, maka temperature 37°C merupakan
temperatur pertumbuhan yang optimal.
C. Antibiotika
Bacillus cereus dapat memproduksi peptida antibiotik diantaranya :
Biocercin, Myocercin, Kanosamin, Cerexin, dan Zwitermicin.
D. Gejala Penyakit
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena Basillus cereus mirip
dengan gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens. Diare
berair, kram perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi
makanan yang terkontaminasi. Rasa mual mungkin disertai diare, tetapi jarang
terjadi muntah (emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap
berlangsung selama 24 jam.
E. Patogenesis
Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit bawaan
makanan(2-5%), menyebabkan mual, muntah parah dan diare. Hal tersebut terjadi
karena kelangsungan hidup endospora bakteri ketika makanan tidak benar matang.
Memasaka suhu kurang atau sama dengan 100°C memungkinkan beberapa spora
Bacillus cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika makanan itu
tidak benar didinginkan, yang memungkinkan endospora untuk berkecambah.
Pendinginan harus disimpan pada suhu 60°C. Perkecambahan dan pertumbuhan
umumnya terjadi antara 10-50°C
H. Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian,
makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun
yang menyebabkan muntah. Resiko paling besar yaitu kontaminasi silang, yakni
apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau
peralatan yang terkontaminasi(misalnya alat pemotong).
Penyimpanan dengan benar(dibawah 7°C dan hanya untuk beberapa hari)
akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan produksi racun.
I. Epidemiologi
A. Morfologi
Bakteri ini termasuk bakteri gram positif, katalase positif yang umum
ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk
endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir
keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah, Bacillus subtilis
diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak
benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi
makanan tetap jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan
terhadap panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung
jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis.
Biasanyabentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil.
Semuamembentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Bacillus subtilis merupakan
jeniskelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45°C – 55
°C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 °C – 80 °C.
B. Toksik
Bacillus subtilis tidak dianggap oleh manusia sebagaibakteri yang patogen,
karenadapat mencemari makanantetapi jarang menyebabkan keracunan
makanan.Bacillus subtilis produces the proteolytic enzymes ubtilisin. Bacillus
subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin. Bacillus subtilis spores
dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan untuk memasak makanan, dan
bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yanglengket, membenang
konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang
rantaipolysaccharidesdan manja dalam adonan roti.
Bacillus subtilis dapat membagi asymmetrically, memproduksi sebuah
endospore yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas, asam, dan garam,
yang dapat beradadi dalam lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Endospore
adalah yang dibentuk pada saat gizi stres, memungkinkan organisme untuk terus
berada di dalam lingkungansampai kondisi menjadi baik.Sebelum proses untuk
menghasilkan spora bakteri melalui proses produksi flagella dan mengambil DNA
dari lingkungan.
Bacillus subtilis terbukti untuk manipulasi genetik,karena itu telah menjadi
banyak diadopsi sebagai model organisme untuk penelitian laboratorium,terutama
darisporulation,yang merupakan contoh sederhana daridiferensiasi selular.Hal ini juga
sangatflagellated,yang memberikan Bacillus subtilis kemampuan untuk bergerak
sangat cepat.
C. Epidemiologi
Bacillus subtilis biasanya digunakan sebagai indicator biologi untuk test
sterilisasi etylen oxide(EtO) sebuah sampel yang mengandung spora dalam
suspense kultur ditempatkan dengan beban gas yang akan disterilkan. Jika kondisi
sterilisasi telah dipenuhi, suspense tetap warna merah, yang berarti spora tewas,
warna kuning berarti spora hidup dan berkembang biak.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan pada BAB II, dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Rahim, Abdul dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi
Revisi. Bianrupa Aksara: Jakarta
Dwidjoseputro,D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang
Akoso., B. 2009. Epidemiologi dan Pengendalian Antrhrax Penyakit
Menular pada Hewan dan Manusia. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI):
Yogyakarta