Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI BAKTERI Neisseria gonorrhoeae

DEFINISI
Neisseria gonorrhoeae (gonococci) merupakan bakteri utama penyebab infeksi menular
seksual yaitu gonore yang ditularkan melalui hubungan seksual. Bakteri ini biasa menyerang
epitel kuboid atau kolumnar pada permukaan membran mukosa seperti yang terdapat pada
uretra, vagina, rektum, dan faring. Manusia merupakan satusatunya host bagi bakteri ini
(Leboffe dan Pierce, 2011).

CIRI-CIRI
Bakteri ini merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk diplococcus dan memiliki
diameter sekitar 0,8 µm, Neisseria gonorrhoeae tidak dapat bergerak, dan tidak membentuk
spora, Neisseria gonorrhoeae memiliki aerob (Brooks et al., 2013).

PATOGENITAS
Neisseria gonorrhoeae dapat menyerang membran mukosa pada saluran urogenital,
mata, rectum, dan tenggorokan. Infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae akan menyebabkan
supurasi pada jaringan yang terinfeksi, yang diikuti oleh terjadinya peradangan dan fibrosis.
Infeksi yang terjadi pada pria akan menyebabkan urethritis dengan pus yang berwarna kuning
dan rasa sakit saat buang air kecil, hal ini dapat meluas ke epididimis. Pada kasus supurasi
yang mereda karena tidak dilakukan pengobatan, pada kasus tersebut kadang menyebabkan
terjadinya fibrosis. Infeksi primer yang terjadi pada wanita akan menyerang endoserviks dan
dapat meluas kebagian uretra dan vagina. Jika tidak segera dilakukann pengobatan akan
meluas kebagian serviks dan dapat menyebabkan radang panggul (salpingitis). Dua puluh
persen kasus infeksi Neisseria gonorrhoeae pada wanita dapat menyebabkan inferitilitas dan
seringkali kasus kronis tidak menimbulkan suatu gejala atau asimtomatis (Brooks et al.,
2013).
Bakterimia gonococcus pada kulit akan menyebabkan lesi pada kulit (terutama
papula dan pustula) dan atritis supuratif yang biasnaya terjadi pada lutut, pergelangan
kaki dan pergelangan tangan. Infeksi Neisseria gonorrhoeae yang terjadi pada neonatus dapat
diakibatkan melalui jalan kelahiran secara normal dan hal ini dapat menyebabkan kebutaan
pada bayi. Untuk mencegah terjadinya infeksi Neisseria gonorrhoeae dapat dilakukan
pemberian antibiotik tetrascyclin, eritrimocin, dan perak nitrat pada kantung konjungtiva
neonatus diwajibkan di Amerika Serikat. Neisseria gonorrhoeae kadang dapat menyebabkan
meningitidis dan infeksi mata pada orang dewasa yang memiliki manifestasi klinis seperti
infeksi Neisseria meningitidis (Brooks et al., 2013).

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Penetapan diagnosis dan penanganan terhadap infeksi Neisseria gonorrhoeae dapat dilakukan
melalui berbagai pemeriksaan laboratorium yaitu:
1. Spesimen
Spesimen untuk isolasi Neisseria gonorrhoeae dapat diperoleh dari tempat yang terpapar
melalui hubungan seksual (yaitu saluran genital, uretra, rektum, dan orofaring) atau dari
konjungtiva neonatus yang terinfeksi selama kelahiran. Spesimen juga dapat diperoleh dari
kelenjar Bartholin, saluran tuba, endometrium, cairan sendi, lesi kulit atau kandungan
lambung dari neonatus. Pada infeksi sistemik sampel darah juga dapat dijadikan sebagai
bahan kultur. Spesimen yang akan digunakan sebagai kultur tidak diperbolehkan dikirim
dalam keadaan swab kering, namun harus diinokulasikan ke dalam media transport (Brooks
et al., 2013). Isolat Neisseria gonorrhoeae tidak dapat bertahan lebih dari 48 jam dalam
kultur, namun beberapa isolat dapat bertahan selama 72-96 jam. Subkultur harus dilakukan
setiap 18-24 jam untuk mempertahankan viabilitas isolat pada kondisi maksimal. Untuk
dilakukannya uji diagnosis diperlukan isolat yang berumur 18-24 jam (Perilla et al., 2003).

2. Media transport
Media transport yang dapat digunakan adalah Media Stuart untuk pengiriman
sampel swab ke laboratorium. Meskipun bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat bertahan
pada media ini selama 6-12 jam, dan viabilitas isolat menurun dengan cepat dan tidak
mungkin pulih setelah melewati waktu 24 jam (Perilla et al., 2003).

3. Kultur
Kultur merupakan gold standard untuk diagnosis infeksi gonore, kultur dapat dilakukan pada
media yang diperkaya seperti modifikasi Thayer-Martin, MartinLewis, dan GC-Lect. Pada
media pertumbuhan tersebut koloni bakteri Neisseria gonorrhoeae akan berbentuk cembung,
mengkilap, dan mukoid dengan diameter 1–5 mm. Bakteri ini memiliki sifat pertumbuhan
yang lambat pada kultur primer. Bakteri ini dapat dengan mudah mati akibat pengeringan,
sinar matahari, pemanasan, dan berbagai jenis desinfektan. Neisseria gonorrhoeae dapat
menghasilkan enzim oksidase pada suhu 25°C dan suasana basa (Brooks et al., 2013).
4. Identifikasi
Identifikasi bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat dilakukan dengan cara penanaman pada
media selektif seperti Thayer-Martin modifikasi, Pewarnaan gram dan uji biokimia yaitu uji
katalase dan uji oksidase.
a. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram dilakukan dengan pengaplikasian pewarna dasar yaitu kristal violet.
Pewarnaan kedua dilakukan dengan menambahkan iodium, pada tahap ini semua bakteri akan
berwarna biru. Tahap yang ketiga yaitu pemberian pewarna ketiga yaitu alkohol, bakteri
Gram positif akan mempertahankan warna biru dari kristal violet, sedangkan warna biru yang
berasal dari kristal violet pada bakteri Gram negatif akan luntur sehingga bakteri menjadi
tidak berwarna. Tahap terakhir adalah pemberian pewarna kontras yaitu pewarna safranin,
sehingga bakteri Gram negatif yang tidakberwarna akan berwarna merah yang berasal dari
pewarna safranin (Brooks et al., 2013).
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil pewarnaan yang baik adalah
(1) umur biakan sebaiknya 18-24 jam;
(2) zat warna yang digunakan dalam memiliki kualitas yang baik;
(3) hapusan bakteri yang dibuat preparat harus sedemikian tipis sehingga dapat
memperlihatkan morfologi bakteri setelah diwarnai (Radji, 2010).
Pada Pewarnaan gram bakteri Neisseria gonorrhoeae akan terlihat berwarna merah (Gram
negatif) dan berbentuk gonokokus (Brooks et al., 2013).

Gambar 2. Neisseria gonorrhoeae pada Pewarnaan gram (Brooks et al., 2013)

b. Uji oksidase
Uji oksidase adalah suatu uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu
mikroorganisme untuk menghasilkan enzim oksidase yang dihasilkan melalui sistem oksidasi
sitokrom secara molekuler. Uji oksidase berguna untuk mengidentifikasi bakteri Enterobacter
yang menghasilkan uji oksidase negatif, dengan pseudomonas yang menghasilkan uji
oksidase positif. Uji oksidase ini juga merupakan kunci identifikasi dari bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang menghasilkan uji oksidase positif (Mahon, Lehman, dan Manuselis, 2011).

IDENTIFIKASI BAKTERI Neisseria meningitidis

Meningitis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya peradangan pada selaput
otak dan sumsum tulang belakang. Peradangan disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.
Meningitis yang disebabkan  oleh bakteri telah menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang
tinggi secara global. Ada 3 spesies bakteri yang diketahui menjadi penyebab utama
meningitis, yaitu Neisseria meningitidis, Haemophilus influenza, dan Streptococcus
pneumoniae. Kali ini pembahasan akan difokuskan pada N. meningitidis, si diplokokus yang
menyerupai biji kopi.

DEFINISI
Neisseria meningitidis adalah agen etiologi penyakit meningokokus, umummnya
menimbulkan bakteremia dan meningitis. Secara klinis kedua infeksi tersebut menimbulkan
sindrom yang saling tumpang tindih, namun meningitis lebih sering terjadi dibandingkan
bakterimia. N. meningitidis adalah bakteri berkapsul yang diklasifikasikan ke
dalam serogrup berdasarkan reaktivitas imunologi dari kapsul polisakarida. Serogroup yang
paling umum menyebabkan
penyakit adalah tipe A, B, C, Y, dan W135. Serogrup B dan C umumnya
menimbulkan meningokokus di Amerika dan Eropa. Sementara serogrup A adalah penyebab
kebanyakan kasus  meningokokus di Afrika dan beberapa bagian Asia.

CIRI-CIRI Neisseria meningitidis

N. meningitidis merupakan bakteri diplokokus gram negative yang memiliki bentuk


seperti biji kopi. Bakteri ini bersifat aerobik. N. meningitidis tumbuh dengan baik pada suhu
35-37°C dengan 5% CO2. N. meningitidis memiliki kapsul yang berupa polisakarida. Kapsul
tersebut dipergunakan untuk mengidentifikasi serogrup. Bakteri ini memiliki ciri koloni yang
berwarna abu-abu dan tidak berpigmen pada Blood Agar Plate. Selain itu koloni yang tumbuh
memiliki tampilan bulat, halus, lembab, mengkilat, dan konveks. N. meningitidis akan
memiliki tampilan koloni yang besar, tidak berwarna sampai abu-abu hingga opak.

STRUKTUR ANTIGEN
Antigen meningokokus dapat ditemukan dalam darah dan cairan serebrospinal dari
pasien dengan penyakit aktif. Antigen tersebut bisa berupa polisakarida misalnya pada
serogroup tipe A yang tersusun atas polimer N-acetylmannosamine fosfat sedangkan pada
serogroup C merupakan polimer asam N-asetil-O-acetylneuraminic Selain itu, N.
meningitidis juga memiliki antigen berupa protein luar membrane atau disebut OMP (Outer
Membran Protein). Protein OMP digunakan juga sebagai dasar serotyping N.
meningitidis yang telah dibagi ke dalam kelas berdasarkan berat molekul. Semua strain
memiliki baik kelas 1, kelas 2, atau kelas 3.  Protein tersebut analog dengan protein Por pada
gonokokus
Protein OMP berperan dalam pembentukan pori pada dinding sel bakteri
Meningococcus. Berdasarkan protein OMP ini sebanyak 20 serotipe telah ditetapkan; serotipe
2 dan 15 telah dikaitkan dengan penyakit epidemi. Dinding sel Meningokokus juga
mengandung LPS yang dapat menimbukan efek toksik pada penderita meningokokus. Kadar
endotoksin yang tinggi misalnya ditemukan pada pasien meningococcemia dengan sepsis
(50- 100 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan infeksi gram negatif lainnya).

PATOGENESIS, PATOLOGI, DAN KLINIK


Manusia adalah satu-satunya hospes alami bakteri N. meningitidis. Bakteri dapat
masuk melalui nasofaring, menempel pada sel epitel dengan bantuan pili tanpa menimbulkan
gejala. Dari nasofaring, bakteri dapat mencapai aliran darah, menyebabkan bakteremia
dengan gejala yang mirip infeksi saluran pernapasan atas. Pada kondisi yang lebih parah,
dapat terjadi meningococcemia fulminan, yang ditandai dengan demam tinggi dan ruam
hemoragik. Infeksi dapat meluas secara intravaskuler dan menyebabkan kolaps sirkulasi yang
fatal.
Meningitis adalah komplikasi yang paling umum dari meningococcemia. Dapat
terjadi secara tiba-tiba, yang ditandai dengan sakit kepala yang intens, muntah, dan leher
kaku, dan dapat berkembang menjadi koma dalam beberapa jam. Selama meningococcemia
tersebut, terjadi trombosis pembuluh darah kecil pada banyak organ, yang disertai dengan
infiltrasi perivaskular dan petechial hemorrhages. Dapat juga terdapat miokarditis interstitial,
arthritis, dan lesi kulit. Pada kasus meningitis, meninges mengalami peradangan yang akut
dengan trombosis pembuluh darah dan eksudasi leukosit polimorfonuklear, sehingga
permukaan otak ditutupi dengan eksudat purulen yang tebal.
Transformasi infeksi yang asimtomatik dari nasofaring ke meningococcemia dan
meningitis pada dasarnya dapat dicegah dengan antibodi yang spesifik terhadap serotype
yang menginfeksi.  Bakteremia  oleh N. mengitidis terjadi karena tidak ada atau rendahnya
antibodi IgM dan IgG, adanya penghambatan bakterisida karena blocking antibodi IgA, dan
defisiensi complement C5, C6, C7, atau C8. Meningokokus dapat segera difagosit oleh sel-sel
imun jika terdapat opsonin yang spesifik.

TES LABORATORIUM
Specimen untuk pemeriksaan N. meningitidis dapat berasal dari darah, cairan
serebrospinal, cairan sumsum tulang belakang, dan swab tenggorakan. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan pewarnaan gram, kultur bakteri, uji biokimia, dan uji imunoserologi.
Kultur dari swab tenggorokan dapat dilakukan untuk mengetahui penderita yang carier. Pada
pewarnaan gram, N. meningitidis bersifat gram negative dengan ciri khas sel yang berbentuk
diplokokus menyerupai biji kopi atau ginjal. Pewarnaan gram biasanya digunakan untuk
mengkonfirmasi kemurnian dari kultur N. meningitidis atau untuk identifikasi langsung
specimen dari cairan serebrospinal.
Bakteri yang tumbuh pada agar darah selanjutnya dapat diuji dengan reagen kovac
untuk uji oksidase, uji aglutinasi untuk menentukan serogroup, dan dilengkapi dengan dengan
uji biokimia gula-gula. Uji oksidase kovac dilakukan untuk menentukan keberadaan sitokrom
oksidase. Reagen kovac mengandung 1% tetramethyl-ρ phenylenediamine
hydrochloride yang akan membentuk warna ungu ketika ditambahkan koloni  dari biakan N.
meningitidis. Uji aglutinasi dilakukan untuk menentukan serogroup kuman, dapat
berdasarkan tipe antigen polisakarida atau kelas protein OMP. Pada uji gula-gula N.
meningitidis menunjukkan reaksi positif dengan glukosa dan maltose, sedangkan negatif
dengan laktosa dan sukrosa.

Anda mungkin juga menyukai