Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena


tidak mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah
yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme
ataupun latar belakangnya. Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroorganisme disekelilingya ditingkatkan.
Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti
spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat
(Dwidjoseputro, 1998). Sejumlah bakteri dapat membentuk kapsul dan
lendir (Kusnadi, 2003). Bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan
selnya, kemudian melapisi dinding sel. Apabila lapisan lapisan lendir
tersebut cukup tebal dan kompak maka disebut kapsula (Hastuti, 2008). Kapsul
merupakan lapisan materi polisakarida yang mengelilingi sel- sel bakteri
dan dapat bertindak sebagai pelekat pada sel inang. Kapsul dapat
diketahui dengan pewarnaan bakteri menggunakan Kristal violet dan
Cu2SO4 atau tinta cina. Kapsul merupakan struktur luar pelindung sel yang
disekressikan oleh dinding sel. Hanya bakteri tertentu yang membentuk
kapsul dan tidak semua jenis bakteri mempunyai kapsul. Adanya kapsul
dapat dijadikan sebagai proses klasifikasi dan identifikasi
bakteri (Madigan, 2012: 464). Seperti bakteri yang menyebabkan penyakit
antraks, penyakit yang ditemukan pada hewan ternak, tidak pemproduksi
kapsul saat tumbuh di luar tubuh inang akan tetapi membentuk sel kapul
saat menginfeksi tubuh inang. (Black &Laura, 2012: 94).
Kapsul memiliki zat gula yang terdiri dari 6 atom karbon yang disebut
heksosa. Kapsul ini lebih banyak memiliki polisakarida daripada molekul
disakarida. Misalnya bakteri Leuconostoc mesenteroides dan beberapa
jenis lalin kapsul tersusun dari dekstran (Madigan, 2012:405). Untuk
melihat ada tidaknya kapsul pada bekteri digunakan pewarnaan secara
langsung/positif dan pewarnaan secara tidak langsung/negatif. Pewarnaan negatif
bukan digunakan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap. Zat warna tidak akan mewarnai sel
melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan
dengan latar belakang hitam. Pewarnaan negatif/tidak langsung dapat terjadi
karena senyawa pewarna bermuatan negatif. Sedangkan, pewarnaan
positif/secara langsung dilakukan dengan menggunakan kristal violet dan
CuSO4.5H2O. Pewarnaan secara langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai
sel-sel bakteri yang diamati. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka
dalam pengamatan sel bakteri akan tampak berwarna ungu dan diselubungi
oleh kapsul yang berwarna biru muda (Hastuti, 2008).
Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang bereproduksi
dengan cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Setiap macam bakteri
dianggap suatu spesies, yang dibentuk dari kumpulan strain yang memberikan
beberapa gambaran sangat berbeda dari strain lain. Suatu strain merupakan
progeni atau subkultur dari isolat koloni tunggal dalam kultur murni. Dinding
selnya merupakan struktur yang kaku berfungsi membungkus dan melindungi
protoplasma dari kerusakan akibat faktor fisik dan kimia seperti menjaga
keseimbangan antara kondisi intrasel dengan ekstrasel. Sebagian besar sel bakteri
memiliki lapisan pembungkus sel, berupa membran plasma, dinding sel yang
mengandung protein dan polisakarida. Sejumlah bakteri dapat membentuk
kapsul dan lendir (Kusnadi, 2003). Bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan
selnya, kemudian melapisi dinding sel. Apabila lapisan lapisan lendir
tersebut cukup tebal dan kompak maka disebut kapsula (Hastuti, 2008).
Menurut Tarigan (1988) kapsul merupakan substansia yang bersifat viskous
sehingga membentuk suatu selubung yang mengelilingi dinding sel, memiliki
fungsi lain yakni melindungi tubuh bakteri dari kekeringan sementara
dengan mengikat molekul-molekul air serta memudahkan melekatkan
bakteri pada permukaan atau substrat, misalnya Streptokokus mutans,
sejenis bakteri yang berhubungan dengan karies gigi yang dapat melekat
pada permukaan gigi yang lain akibat sekret yang dihasilkan. Virulensi
patogen sering berhubungan dengan produksi kapsula. Hilangnya
kemampuan untuk membentuk kapsul melalui mutasi berhubungan dengan
kehilangan virulensi dan kerusakan oleh fagosit namun tidak mempengaruhi
kelangsungan hidup bakteri sehingga tidak semua bakteri memiliki kapsula,
ada juga yang tidak memiliki kapsula (Kusnadi, 2003). Jika bakteri tersebut
kehilangan kapsulnya sama sekali maka ia akan dapat kehilangan virulensinya
dan dengan demikian akan kehilangan kemampuannya untuk menyebabkan
infeksi. Bakteri-bakteri berkapsula juga menyebabkan adanya gangguan seperti
lendir dalam beberapa proses industri (Pelczar, 1986).
Menurut Kusnadi (2003), bentuk kapsula yang kental yang cenderung
melekat kepada sel, sedangkan lendir dan polimer ekstraseluler lebih mudah
tercuci. Kapsula ini lebih mudah dilihat dari pewarnaan negatif. Di bawah
mikroskop, dalam campuran tinta cina kapsul terlihat lebih terang
mengelilingi sel. Kapsul juga dapat diwarnai secara khusus. Sel bakteri yang tidak
membentuk kapsula dan secara serologi dapat bereaksi dengan serum antikapsul,
dikatakan menghasilkan mikrokapsul Sehingga dibutuhkan pewarnaan pada
bakteri yang hanya terlihat bening supaya dapat mengetahui bakteri tersebut
berkapsul atau tidak.
DATA
Kode Gambar Warna Sel Vegetatif Warna Kapsula
A Ungu Tidak berkapsula
B Ungu Tidak berkapsula

DAFTAR PUSTAKA
Black, Jacquelyn G. & Laura Blacks. 2012. Microbiology: Principles And
Explorations 8th Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Dwidjoseputro, D.1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Hastuti, U.S. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UM Press
Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP.
Madigan, M.T., John M.Martinko, David A. Stahl, David P. Clark. 2012. Brock
biology of microorganisms. 13rd edition. USA: Pearson Education, Inc.
Pelczar, M J. & E.C.S Chan.1986. Dasar- dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta: UI
Press.
Tarigan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek
Pengembangan LPTK

Anda mungkin juga menyukai