Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI I

PEWARNAAN KAPSUL

DISUSUN OLEH:

NAMA : NOVERYAN YUSUF MALOTA

NIM : B1D120055

KELAS : 2020 B

KELOMPOK : 3 (TIGA)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum : Pewarnaan Kapsul
Nama : Noveryan Yusuf Malota
Nim : B1D120055
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Juni 2021
Kelompok : 3 (Tiga)
Rekan Kerja : 1. Putri
2. Amelia Padanun
3. Almedia Ando
4. Johanis Sebastianus Letsoin
5. Sari Ulan
Penilaian:

Makassar, 29 Agustus 2021

Asisten Praktikan

Habibah Gali, S.Tr.Kes Noveryan Yusuf Malota


Nim: B1D120055

Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria S.Si. M.Kes


NIDN: 091 8068 702
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak

mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan

zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar

belakangnya. Zat warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga

kontras mikroorganisme disekelilingya ditingkatkan. Penggunaan zat warna

memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang

mengandung zat pati dan granula fosfat (Chasanah, 2016).

Sejumlah bakteri dapat membentuk kapsul dan lendir. Bakteri

mengeluarkan lendir pada permukaan selnya, kemudian melapisi dinding sel.

Apabila lapisan lapisan lendir tersebut cukup tebal dan kompak maka disebut

kapsula. Kapsul merupakan lapisan materi polisakarida yang mengelilingi

selsel bakteri dan dapat bertindak sebagai pelekat pada sel inang (Chasanah,

2016).

Kapsul dapat diketahui dengan pewarnaan bakteri menggunakan Kristal

violet dan Cu2SO4 atau tinta cina. Kapsul merupakan struktur luar pelindung

sel yang disekresikan oleh dinding sel. Hanya bakteri tertentu yang

membentuk kapsul dan tidak semua jenis bakteri mempunyai kapsul. Adanya

kapsul dapat dijadikan sebagai proses klasifikasi dan identifikasi bakteri.

Seperti bakteri yang menyebabkan penyakit antraks, penyakit yang ditemukan

pada hewan ternak, tidak pemproduksi kapsul saat tumbuh di luar tubuh inang
akan tetapi membentuk sel kapul saat menginfeksi tubuh inang (Chasanah,

2016).

Kapsul memiliki zat gula yang terdiri dari 6 atom karbon yang disebut

heksosa. Kapsul ini lebih banyak memiliki polisakarida daripada molekul

disakarida. Misalnya bakteri Leuconostoc mesenteroides dan beberapa jenis

lalin kapsul tersusun dari dekstran. Untuk melihat ada tidaknya kapsul pada

bekteri digunakan pewarnaan secara langsung/positif dan pewarnaan secara

tidak langsung/negatif (Chasanah, 2016).

Pewarnaan negatif bukan digunakan untuk mewarnai bakteri tetapi

mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Zat warna tidak akan

mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel

tampak transparan dengan latar belakang hitam. Pewarnaan negatif/tidak

langsung dapat terjadi karena senyawa pewarna bermuatan negatif.

Sedangkan, pewarnaan positif/secara langsung dilakukan dengan

menggunakan safranin dan CuSO4 5H2O. Pewarnaan secara langsung ini

dimaksudkan untuk mewarnai sel-sel bakteri yang diamati. Apabila bakteri

mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan sel bakteri akan tampak

berwarna putih dan diselubungi oleh kapsul yang berwarna merah (Chasanah,

2016).

B. Tujuan Praktikum

Untuk mengamati ada atau tidaknya kapsul pada suspensi biakan bakteri

dengan menggunakan zat warna tinta cina dan safranin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba menggunakan

mikroskop dapat digunakan dua cara yaitu mengamati sel mikroba yang masih

hidup tanpa diwarnai dan mengamati sel mikroba yang telah mati dengan

diwarnai. Untuk lebih mudah dilihat sebaiknya bakteri diwarnai dengan zat warna,

beberapa zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri juga dapat digunakan untuk

mengamati struktur bagian dalam sel. Dengan adanya pewarnaan terutama bakteri

yang mempunyai sel dengan ukuran retif kecil akan lebih mudah terlihat di bawah

mikroskop dengan menggunakan lensa objektif minyak imersi yang mempunyai

tingkat pembesaran yang relatif tinggi. Berbagai macam tipe morfologi bakteri

(kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan

pewarna sederhana (Putri, dkk. 2017).

Identifikasi bakteri pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini

disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Salah satu

cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi

ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi

untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri

melalui serangkaian pengecatan. Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba

banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara

tidak langsung (melalui biakan murni). (Putri, dkk. 2017).

Beberapa jenis bakteri mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan

lengket pada permukaan selnya, dan melengkungi dinding sel. Bila bahan
berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti

(bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila bentuknya tidak teratur dan

kurang menempel dengan erat pada sel bakteri disebut selaput lendir (Putri, dkk.

2017).

Pada beberapa bakteri adanya kapsula menunjukkan sifat yang virulen.

Kapsula bakteri tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula

bakteri perlu dilakukan dengan menggunakan nigrosin, safranin atau tinta cina.

Setelah ditambahkan pewarna yang tidak menembus kapsul, maka kapsul dapat

tampak dengan menggunakan mikroskop cahaya. Ini merupakan penampilan

negatif kapsul yang terlihat jernih dengan latar belakang gelap (Yuurisman, 2015).

Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak diluar dinding sel. Jika

lapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut

kapsula. Tetapi jika polimer atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding

sel maka lapisan ini disebut lendir (Yuurisman, 2015).

Baik kapsula maupun lendir terdiri dari polisakarida dan polipeptin

(kompleks polisakarida dengan protein). Kapsula bukan organ yan penting untuk

kehidupan sel bakteri. Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat

membentuk kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam medium. Kapsula

berfungsi dalam kekeringan , mencegah atau meghambat terjadinya pencantelan

bakeriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi

bakteri, kapsula juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaan

seperti yang dilakukan oleh streptococcus muans (Yuurisman, 2015).


Lendir bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil

pertukaran zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seakan-

akan merupakan suatu “benteng” untuk bertahan. Kapsula merupakan gudang

cadangan makanan. Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen)

berfungsi unutk menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi. Selain itu,

bakteri berkapsula juga menyebabkan adanya gangguan lendir dalam proses

industri. Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat

ditumbuhkannya bateri tersebut. Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya

satu per sekian diameter selnya, namun dalam kasus-kasus lainnya ukuran kapsula

jauh lebih besar dari pada diameter selnya (Yuurisman, 2015).

Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat

berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik

dalam tubuh inang maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi.

Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya

sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang

bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul (Putri,

dkk. 2017).

Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat

berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies. Pada beberapa

jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri

tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa

glukosa (misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula

amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida


(misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks

polisakarida, dan glikoprotein (misalnya B disentri) (Putri, dkk. 2017).

Lapisan kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu

diperlukan suatu pewarnaan khusus, salah satu cara pewarnaan kapsula menurut

Raebiger yaitu dengan menggunakan pewarna larutan formol-gentian violet

Raebiger atau kristal violet satu lagi, cara untuk pewarnaan kapsula bakteri adalah

dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak langsung);. Pada pewarnaan neatif

latar belakangnya diwarnai zat warna negatif sedangkan bakterinya diwarnai

dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan

terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna (Yuurisman, 2015).

Kapsul tidak memiliki aktivitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa.

Beberapa kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan

air. Karena kapsul dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka

tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama.

Beberapa cara pewarnaan telah dikemukakan dalam usaha memperlihatkan

adanya kapsul, cara tersebut antara lain adalah cara pewarnaan negatif dan cara

pewarnaan kapsul (Yuurisman, 2015).

Hasil pewarnaan dengan kapsul tampak sebagai daerah yang kosong

disekitar tubuh bakteri , dan latar belakang berwarna gelap. Cara pewarnaan

negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins. Pengecatan negatif bertujuan untuk

mewarnai latar belakang atau diperiksa. Pengecatan negatif, dapat digunakan

unutuk melihat kapsul yang menyelubungi kapsul (pewarnaan positif) pertama


dikemukakan oleh Tyler. Dalam pewarnaan positif ini digunakan safranin

(Yuurisman, 2015).

Pewarnaan kapsul tidak dapat dilakukan sebagaimana melakukan

pewarnaan sederhana, pewarnaan kapsul dilakukan dengan menggabungkan

prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Masalahnya

adalahketika kita memanaskan preparat dengan suhu yang sangat tinggi kapsul

akan hancur, sedangkan apabila kita tidak melakukan pemanasan pada preparat,

bakteri akan tidak dapat menempel dengan erat dan dapat hilang ketika kita

mencuci preparat (Putri, dkk. 2017).

Pewarnaan kapsul menggunakan pewarna Kristal Violet dan sebagai

pelunturnya adalah Copper Sulfate. Kristal violet memberikan warna ungu gelap

terhadap sel bakteri dan kapsul. Namun kapsul bersifat nonionic, sehingga

pewarna utama tidak dapat meresap dengan kuat pada kapsul bakteri. Copper

sulfate bertindak sebagai peluntur sekaligus counterstain, sehingga mengubah

warna yang sebelumnya ungu gelap menjadi biru muda atau pink. Maka dari itu

pada pewarnaan kapsul, kapsul akan transparan sedangkan sel bakteri dan latar

belakangnya akan berwarna biru muda atau pink (Putri, dkk. 2017).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Hari : Rabu

Tanggal : 26 Agustus 2021

Jam : 10.00 – Selesai

2. Tempat

Adapun tempat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah

Laboratorium Mikrobiologi, Lantai 1, DIV Teknologi laboratorium

medis, Universitas Megarezky Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a) Objek glass

b) Ose/nald

c) Gegep kayu

d) Pipet tetes

e) Bunsen

f) Mikroskop

2. Bahan

a) (tinta cina) nigrosin

b) Zat warna Safranin

c) Karang gigi
d) Tusuk gigi

e) Oil emersi

C. Prinsip Pewarnaan

Kapsul pada bakteri tidak dapat mengikat zat warna, sehingga pada

pemberian cat tinta cina dan safranin terlihat bulatan terang atau transparan

dengan latar belakang gelap dan badan bakteri berwarna merah dari fuksin.

D. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dinyalakan api bunsen.

3. Disterilkan kedua preparat dengan alkohol 70% dan dilewatkan pada api

yang menyala.

4. Diteteskan 1 tetes tinta cina di ujung salah satu preparat.

5. Diambil karang gigi menggunakan tusuk gigi lalu diuleskan diatas tinta

cina, setelah itu buat hapusan tipis.

6. Ditunggu sampai tinta cina kering selama 5 menit.

7. Diambil zat warna safranin lalu tetesi diatas tinta cina yang sudah

mengering, ditunggu selama 60 detik.

8. Dicuci dengan air mengalir.

9. Ditunggu hingga kering.

10. Diamati di bawah mikroskop lensa objektif 100x (dengan oil imersi).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Pengamatan

Gambar 1.2 (Gambar pengamatan mikroskop dengan pembesaran 100x).

B. Pembahasan

Kapsul atau lapisan lendir merupakan struktur tambahan penyusun sel

bakteri, yang merupakan lapisan yang berada di luar dinding sel bakteri,yang

jika lapisan ini tebal disebut kapsul, namun jika lapisan ini tipis disebut

lapisan lendir. Pada lapisan ini mengandung polisakarida dan air.

Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan

kapsul yang menggunakan zat warna Tinta cina dan Safranin. Hal pertama

yang dilakukan adalah sterilisasi objek gelas dengan menggunakan alkohol.

Sterilisasi bertujuan untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua

mikroorganisme termasuk spora bakteri yang resisten dalam alat yang akan

digunakan.
Setelah melakukan sterilisasi, kemudian melakukan olesan bakteri pada

kaca objek, tetapi sebelumnya ose di fiksasi di api pada pembakar spirtus

yang bertujuan untuk mematikan bakteri dengan cepat pada ose, agar tidak

tercampur dengan bakteri yang akan di uji.

Selanjutnya pembuatan olesan bakteri. Pembuatan olesan bakteri tidak

boleh terlalu tebal atau tipis. Pada olesan yang tebal sel-sel yang terwarnai

tidak akan memucat secepat seperti olesan dengan kerapatan sel yang normal.

Lalu teteskan tinta cina sebanyak satu tetes, diteteskan di dekat olesan

suspensi bakteri lalu keduanya dicampurkan menggunakan kaca objek kedua

hingga homogen. Kaca objek kedua diletakkan pada kaca objek pertama

dengan membentuk sudut 450 lalu kaca objek kedua ditarik sepanjang kaca

objek pertama dengan diseret ke arah kiri.

Tinta cina bersifat asam dan tidak dapat menembus atau berpenetrasi ke

dalam sel bakteri karena tinta cina memiliki muatan negatif dari komponen

kromoforik yang akan bertolakan dengan muatan negatif yang dimiliki oleh

sitoplasma bakteri sehingga tinta cina hanya akan memberi warna hitam pada

latarnya saja.

Selanjutnya ditetesi zat pewarna safranin dan dibiarkan di atas permukaan

rata, dimana pada penggunaan safranin ini dibiarkan selama 1 menit, waktu

yang diperlukan ini bertujuan agar zat warna pada dinding sel bakteri dapat

terwarnai dengan sempurna dan perbedaan waktu yang diperlukan pada setiap

zat pewarna berbeda dikarenakan oleh sifat fisika, kimia serta daya afinitas

zat warna tersebut untuk menempel pada dinding sel bakteri.


Setelah didiamkan sesuai waktu yang diperlukan, selanjutnya preparat

dibilas dan dikeringkan. Setelah kering kemudian preparat ditetesi oil emersi

sebanyak satu tetes. Minyak emersi adalah minyak yang dipakai untuk olesan

pada mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas objek, dan melindungi

mikroskop. Minyak emersi memiliki indeks refraksi yang tinggi

dibandingkan dengan air, sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih

jelas dibandingkan dengan tanpa minyak emersi. Lalu diamati dengan

mikroskop pada pembesaran 100x.

Hasil pengamatan didapat dalam pewarnaan kapsul menunjukkan adanya

bakteri yang berwarna merah/pink akibat safranin yang menunjukkan adanya

sel fegetatif, ada pula yang berwarna trasnparan, dalam hal ini bakteri

berkapsul yang tidak terwarnai ada juga yang memiliki bagian luar transparan

dan bagian dalam berwarna merah.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan pada praktikum kali ini, maka dapat disimpulkan

bahwa pada media sampel biakan ditemukan bakteri berwarna merah/pink,

sedangkan kapsul tampak sebagai bagian yang kosong di sekitar tubuh bakteri

dan sekitar kapsul berwarna gelap (latar belakang berwarna hitam).


DAFTAR PUSTAKA

Chasanah, Isfatun. (2016). Pewarnaan Kapsula Bakteri, Malang: Universitas


Negeri Malang.
Putri, Meganada Hiaranya, dkk. (2017). Mikrobiologi, Jakarta: Kemenkes RI.

Yuurisman, Amphie. (2015). Pewarnaan Spora dan Kapsul pada Bakteri,


Jakarta: Universitas Pantang Mundur.

Anda mungkin juga menyukai