Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

PEWARNAAN HEMATOKSILIN EOSIN (HE) JARINGAN

Disusun Oleh :

Nama : Fitria Pratika


Kelas : 6B
Nim : 1804034029

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Pewarnaan dalam Pembuatan Preparat Histologi
Pewarnaan (Staining) Pewarnaan adalah teknik memberikan warna pada komponen
seluler dengan tujuan membedakan antar sel pada jaringan (Waheed, 2012). Warna
adalah persepsi dari mata yang dapat dibedakan berdasarkan panjang gelombang. Teknik
pewarnaan ini membantu dalam menghasilkan kontras dimana setiap warna memiliki
afinitasnya masing – masing (Steven dkk, 2013). Jenis – jenis zat pewarna yang dapat
digunakan dalam pewarnaan antara lain pewarna ada Alcian Blue (AB), van gieson,
‘azan’ azocarmine-anilin blue’ dan Hematoksilin Eosin.
1. Alcian Blue (AB)
Pewarna Alcian Blue (AB) digunakan mendeteksi mukopolisakarida atau
karbohidrat yang bersifat asam yang terwarnai biru didalam sel – sel acinus yang
mensekresikan mucus yang terdapat dalam sel atau jaringan dengan mengikat gugus
hidroksil pada pH 2,5, sedangkan nukleus diwarnai kontra dengan “Nuclear Fast Red”
(Hammersen 1990; Kiernan 1990).
2. Pewarnaan van Gieson
Pewarnaan van Gieson adalah pewarnaan dengan teknik trikrom lain yang
jelas mendiferensiasi antara serat – serat kolagen (berwarna merah) dan seluruh
cytoplasma (bewarna kuning). Metode pewarnaan ini mendeteksi peningkatan jumlah
serat – serat jaringan ikat dengan cepat yang timbul dalam keadaan patologik seperti
fibrosis dan sclerosis (Hammersen 1990).
3. Pewarna ‘azan’ azocarmine-anilin blue’
Pewarna ‘azan’ azocarmine-anilin blue’ adalah teknik pewarnaan yang
memperlihatkan serat – serat jaringan ikat (serat kolagen dan retikular) maupun zat
mukosa dalam berbagai warna biru sehingga berbeda jelas dengan dari nuclueus dan
komponen cytoplasma yang bewarna kemerahan (Hammersen 1990). Pewarna
hematoksilin Pewarna hematoksilin adalah jenis pewarna inti yang paling umum
digunakan yang berasal dari ekstrak pohon logwood (Haematoxylin camphianum).
Hematoksilin digunakan sebagai pewarna dalam bentuk oksidasinya yaitu hematein
(sehingga larutan hematoksilin yang baru dibuat harus dibiarkan “matang” atau “tua”
dulu agar terjadi oksidasi baru digunakan). Hematoksilin merupakan pewarna inti
yang mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan senyawaan lainnya
seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Proses oksidasi hematoksilin dapat
dipercepat prosesnya dengan menambahkan senyawa yang bertindak sebagai
oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium permanganat dan
sodium iodat (Leeson, 1996; Jusuf, 2009; Peckam, 2014).
4. Pewarna eosin
Pewarna eosin adalah salah satu jenis pewarna dengan sifat asam dan
bermuatan negatif yang dipakai untuk mewarnai sitoplasma. Eosin memberikan warna
merah atau merah muda ketika berikatan dengan struktur basa dalam sel. Struktur sel
yang terpulas meliputi sebagian besar protein dalam sitoplasma dan beberapa serabut
ekstraseluler (Peckam, 2014; Leeson,1996).
5. Hematoksilin dan eosin
Hematoksilin dan eosin adalah metode pewarnaan yang berfungsi ganda.
Fungsi pertama memungkinkan pengenalan komponen jaringan tertentu dengan cara
memulasnya secara differensial. Fungsi kedua adalah dapat mewarnai dengan tingkat
atau derajat warna berbeda yang menghasilkan kedalaman warna yang berbeda
(Peckam, 2014).
Pada pulasan Hematoksilin Eosin, kompleks pewarna hemaktosilin berwarna
ungu tua sedangkan pewarna eosin memberikan warna merah muda sampai merah
pada komponen jaringan yang tidak terpulas ungu-biru oleh hemaktosilin.
Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa. Zat ini mewarnai unsur basofilik pada
jaringan. Eosin bersifat asam serta memulas komponen asidofilik pada jaringan (Jusuf,
2009; Peckam, 2014).
Pewarnaan preparat histologi dapat dikerjakan menggunakan alat autostainer
yaitu alat otomatis untuk pengerjaan pewarnaan preparat histologi atau secara manual
yaitu dengan beberapa tahapan pencelupan kedalam larutan dalam staining jar. Tahap
pewarnaan otomatis dapat menggunakan autostainer yang merupakan alat untuk
proses pewarnaan jaringan histologi pada kegiatan histoteknik yang telah diletakkan
dikaca preparat dan telah melalui beberapa tahap proses. (Rizgan dkk., 2016).
Pewarnaan jaringan sangat diperlukan untuk mewarnai komponen- komponen
jaringan yang transparan setelah melalui proses pematangan jaringan. Pewarnaan dapat
memperlihatkan struktur dan morfologi jaringan, keberadaan dan prevalensi sel-sel
jaringan tertentu. Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan untuk histopatologi adalah
pewarnaan Hematoxylin Eosin (H&E). Namun, sebelum melakukan pewarnaan, jaringan
yang telah melewati proses pematangan jaringan masih mengandung parafin, sedangkan
proses pewarnaan adalah proses yang banyak melibatkan air, sehingga sebelum proses
pewarnaan, parafin harus dilunturkan terlebih dahulu.
Proses pelunturan parafin dari jaringan dinamakan deparafinisasi. Selanjutnya
adalah proses penarikan air yang disebut sebagai rehidrasi. Pewarnaan H&E ini
didasarkan pada prinsip sederhana, yaitu sifat asam basa dari larutan yang kemudian
akan berikatan dengan komponen jaringan yang mempunyai kecenderungan terhadap
sifat asam ataupun basa tersebut sehingga terjadilah ikatan antara molekul zat warna
dengan komponen jaringan. H&E diminati karena pewarnaan ini sederhana dan
kemampuannya untuk membedakan komponen-komponen yang ada di dalam jaringan.
H&E dapat diterapkan pada banyak pemeriksaan dalam histologpatologi.
1.2 Tujuan Pewarnaan Dengan Hematoksilin Eosin
Tujuan Pewarnaan dengan Hematoksilin Eosin adalah Untuk mengetahui ada
tidaknya morfologi sel abnormal dalam jaringan yang diperiksa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip
Kromatin dalam inti akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoksilin) dan protein
sitoplasma akan mengikat cat yang bersifat asam (eosin) sehingga sel akan berwarna
merah muda dengan inti berwarna biru keunguan.
2.2 Alat dan Bahan
1. Chamber pengecatan
2. Xylol
3. Alkohol
4. Kertas saring
5. Kapas
6. Objek glass
7. Deck glass
8. Cat hematoksilin
9. Cat eosin
10. Canada balsam (minyak terpentin / minyak tusam)
11. Label
2.3 Langkah-langkah Mewarnai Sediaan Dengan Pewarnaan HE
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dideparafinisasi preparat yang telah kering dalam xylol sebanyak 3 kali (masing-
masing selama 10-15 menit).
3. Dimasukkan ke dalam alkohol 96% sebanyak 2 kali (masing-masing selama 5 menit).
Cuci dengan air mengalir sampai alkohol hilang.
4. Dimasukkan ke dalam cat hematoksilin selama 7-10 menit.
5. Dicuci dengan air mengalir sampai tidak luntur.
6. Dicelupkan ke dalam HCl sebanyak 2 kali celup untuk dekolorisasi.
7. Dicuci kembali dengan air mengalir. Rendam di dalam air sebentar sampai warna
menjadi biru. Masukkan ke dalam cat eosin selam 3-5 menit.
8. Dicuci dengan air mengalir.
9. Dimasukkan ke dalam larutan alkohol 1.
10. Dimasukkan ke dalam larutan alkohol 2.
11. Dicuci dengan air mengalir.
12. Ditekan preparat dengan kertas, lap dengan kapas.
13. Dimasukkan ke dalam xylol.
14. Ditekan kembali preparat dengan kertas, lap dengan kapas.
15. Dilakukan Mounting, dan beri nomor laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Sari. D. P., dkk. 2016. Profil Hands On Activity Pada Mata Kuliah Mikroteknik Di Prodi
Pendidikan Biologi FKIP UNS. Surakarta. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
UNS.
Indrawati. A. 2017. Teknik Pembuatan Dan Evaluasi Preparat Histologi Dengan Pewarnaan
Hematoksilin Eosin Di Laboratorium Histologi Dan Biologi Sel Fakultas
Kedokteran UGM Dan National Laboratory Animal Center (NLAC) MAHIDOL
UNIVERSITY. Yogyakarta. Program Studi Diploma Kesehatan Hewan Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai