Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Imunoserologi

Pemeriksaan Toxoplasma Gondii


Disusun oleh kelompok 2B
Rifa Aliyya Tira P3.73.34.2.16.028
Siti rahmatul ru’iyah P3.73.34.2.16.035
Naafi Nabilah P3.73.34.2.16.027
Saffira Amalia P3.73.34.2.16.0
Siska indriyani P3.73.34.2.16.0
Widya Puji Listiyani P3.73.34.2.16.038
Yasyavia Hatifah Islami P3.73.34.2.16.040
Dosen Pembimbing :
1. Retno Martina, S.Si, M.Biomed
2. Drs. Chairlan, M.Biomed

D-IV Analis Kesehatan


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
A. PENDAHULUAN
Toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii (T.
gondii), yaitu suatu protozoa obligat intraseluler. Toxoplasmosis perlu mendapat perhatian,
karena dapat menimbulkan masalah kesehatan pada individu yang imunokompromis dan
wanita hamil (Frenkel, 1991; Despommier dkk., 1995). Pada wanita hamil, infeksi T.
gondii dapat menimbulkan masalah yang cukup berat karena teknik ini tidak dapat diambil
hanya dengan sekali pemeriksaan IgG tanpa adanya IgM positif, sehingga harus dilakukan
pemeriksaan ulang untuk melihat ada tidaknya konversi IgG (Remington dan Desmonts,
1976). Untuk memastikan adanya infeksi akut harus didapatkan serokonversi titer IgG dari
negatif menjadi positif pada dua kali pemeriksaan dengan interval 2-3 minggu, atau harus
didapatkan kenaikan titer IgG yang bermakna (Gandahusada, 1995). Beberapa uji serologis
untuk penetapan diagnosa toksoplasmosis, diantaranya adalah uji warna SabinFeldman,
indirect immunofluorescent antibody test (IFAT), latex agglutination test (LAT), indirect
hemagglutination (IHA), dan the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) yang
memiliki spesifisitas dan sensitivitas tinggi Beberapa teknik diagnosa serologis tersebut
sangat bermanfaat, namun beberapa diantaranya memiliki kelemahan baik dari sensitivitas
maupun akurasi, kesederhanaan dan kemudahan aplikasi terutama di lapang.
atau IgG. Uji serologis yang banyak diaplikasikan di dunia maupun di Indonesia untuk
diagnosa serologis pada manusia dan hewan adalah ELISA dan aglutinasi latek. ELISA
merupakan uji serologi yang sensitif dan spesifik, membutuhkan sangat sedikit antigen,
dapat menguji banyak sampel dengan mudah di laboratorium (CRUICKSHANK dan
MACKENZIE, 1981). Namun demikian, ELISA membutuhkan keterampilan yang
memadai, larutan dan peralatan khusus seperti ELISA reader, larutan dapar, membutuhkan
waktu uji cukup lama (sekitar 4-5 jam) dan enzim yang digunakan memerlukan
penanganan rantai dingin serta memiliki banyak tahapan yang berpotensi mengakibatkan
kegagalan uji. Pada kondisi yang demikian, maka uji serologis yang multi aplikasi (dapat
dilakukan di lapang dan laboratorium dengan mudah), tidak terlalu membutuhkan
keterampilan dan peralatan serta memiliki akurasi yang setara dengan ELISA sangat
diperlukan.
B. TUJUAN
Untuk mendeteksi adanya Immnoglobulin G (IgG) Toxoplasma Gondii pada serum
manusia.
C. METODE
Pemeriksaan Toxoplasma Gondii menggunakan metode kuantitatif (Elisa).
D. PRINSIP
• Sumur strip microtiter sebagai fase padat yang dilapisi dengan antigen Toxoplasma
(TOXO-Ag) yang dibuat dari sonkasi seluruh parasit Toxoplasma gandii (Tachyzoites).
Inkubasi pertama antibodi spesifik yang sesuai (TOXO-IgG-Ab) terdapat dalam spesimen
pasien atau kontrol mengikat ke antigen pada fase padat. Pada akhir inkubasi komponen
tak terikat dicuci. Inkubasi kedua, konjugat anti-IgG (anti-human IgG antobodies,
peroxidase conjugated) ditambahkan yang mengikat secara khusus antibodi kelas IgG yang
menghasilkan pembentukan immunocomplexes khas
Absorbansi kontrol dan spesimen ditentukan dengan menggunakan pembaca ELISA
microplate atau sistem ELISA otomatis (seperti HUMAN HUMAREADER atau garis
ELISYS.
E. ALAT DAN BAHAN
a. Reagen dan bahan yang di perlukan
1. Bahan Serum Manusia
2. Kontrol Negatif TOXO IgG Kontrol Negatif
(tutup hijau)
Siap pakai, serum manusia

Negative kontrol berfungsi


sebagai kontrol negative pada
saat pembacaan hasil sampel.

3. CC TOXO IgG Cut-Cff Control


(tutup putih)
Siap untuk digunakan, manusia

4. PCL TOXO IgG Kontrol Positif Low


(tutup merah)
Siap unuk digunakan, manusia
5. PCM TOXO IgG Kontrol Positif
Medium (tutup merah)
Siap untuk digunakan, manusia

6. PCH TOXO IgG Kontrol Positif High


(tutup Merah)
Siap untuk digunakan, manusia
CC, PCL, PCM, PCH:
Dikalibrasi terhadap 2 standar
persiapan Internasional (WHO
serum anti-Toxoplasma)

7. DIL G 5121 Larutan Buffer IgG (tutup putih)


100 ml Siap untuk digunakan, berwarna
hijau
Buffer Fosfat
NaCl
Albumin
8. CON Anti-IgG Konjugat (tutup putih)
12 ml Siap untuk digunakan, berwarna
merah
Anti-human IgG (kelinci),
konjugat-peroksidase

9. WS Larutan Pencuci (tutup putih)


50 ml Konsentrasi dalam 100 ml
Tris buffer
NaCl

10. SUB Reagen Substrat (tutup hitam)


13 ml Siap untuk digunakan, berwarna
kebiruan
3,3’, 5,5’-tetramethylbenzidin
(TMB)
Hidrogen peroksida
11. STOP Larutan Stop (tutup merah)
15 ml Asam sulfurik, siap untuk
digunakan
Adhesive Strips

12. Konjugat Konjugasi horseradish


peroxidase anti-HBs (kelinci
percobaan), berwarna merah,
siap pakai

Konjugat berfungsi sebagai


antigen/antibodi yang berlabel
enzim.

ALAT Fungsi Gambar

1. Mikropipet Mikropipet dan tips berfungsi


dan tips untuk memipet sampel dan
larutan reagen.
2. Mikrotiter 8- Mikrotiter strips yang dilapisi
wells dengan anti-Hbs (mouse)
berfungsi sebagai tempat/ wadah
reaksi sampel dan reagen.

F. PROSEDUR KERJA
a. Pengenceran Sampel
1. Di dalam tabung sampel diencerkan dengan Diluent-G dengan perbandingan 1
bagian serum : 100 bagian diluent.
2. Diencerkan 10 ul sampel dan 1000 ul DIL-G
3. Dihomogenisasi lalu ditutup menggunakan parafilm.
b. Pembuatan larutan pencuci (wash solution)
Larutan pencuci yang dibutuhkan setiap well sebanyak 350l , well yang digunakan
sebanyak 8 well, dan pencucian dilakukan sebnyak 8 kali. Sehingga volume wash yang
dibutuhkan sebanyak 22400 l. Dengan perhitungan sebagai berikut : 350l * 9 * 8 =
25.200 l.
1. Volume larutan pencuci digenapkan menjadi 30000l
2. Dibuat Larutan pencuci dengan perbandingan 1:20 dengan cara dipipet aquades
sebanyak 22.000 l masukan ke wadah kemudian pipet reagen wash sebanyak
1.100 l lalu dihomogenkan.
c. Prosedur Mencuci

Lepaskan strip perekat, keluarkan isinya kedalam larutan natrium hipoklorit 5% dan
tambahkan wash ke setiap sumur, keluarkan isinya setelah 30 detik terendam.
Pencucian pertama dilakukan sebanyak 4 kali dan pencucian kedua sebanyak 5 kali.

d. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Mengisi reagen dan sampel serum di setiap well pada mikrotiter sebanyak 100 ul
menggunakan mikropipet.
Pada well B & C 1 diisi reagen PCL
Pada well C & D 1 diisi reagen PCM
Pada well E-H diisi dengan sampel serum
3. Mikrotiter ditutup dengan strip addesive kemudian diinkubasi selama 30 menit
dengan suhu 17-25oC
4. Setelah 30 menit, reagen dan sampel pada mikrotiter dibuang ke dalam waste
5. Tambahkan larutan pencuci sebanyak 300 ul ke masing-masing well dari well B-
H. Tunggu 30 detik kemudian buang larutan, lakukan pencucian sebanyak 4 kali
pada setiap well.
6. Tambahkan 100 l konjugat ke setiap well (kecuali well A)
menggunakan mikropipet , homogenkan tiap-tiap sumur dengan hati-hati. Tutup
mikrotiter dengan strip perekat. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 17-25oC.
7. Buang larutan yang ada di dalam well ke wadah waste, kemudian tambahkan
larutan cuci sebanyak 300 l ke masing-masing well (kecuali well A). Tunggu 30
detik kemudian buang larutan, lakukan pencucian sebanyak 5 kali pada setiap well.
8. Tambahkan 100 l substrat ke tiap-tiap sumur. Homogenkan dengan mengetuk sisi
mikrotiter. Inkubasi 1Q5 menit pada suhu 17-25C pada ruangan tidak terpapar
cahaya.

9. Tambahkan larutan stop sebanyak 100 l ke masing-masing well.


10. Intensitas warna larutan dibaca dengan menggunakan ELISA reader dengan
panjang gelombang 450 nm.

G. VALIDASI HASIL

A450 (D1) + A450 (E1)


MCC =
2

Hasil tes dinyatakan valid dengan syarat sebagai berikut :

 Blank Subsrat pada well A1 < 0,150


 MNC ≤ MCC
 MPCM ≥ 0,750
 MPCM : MNC ≥ 5
H. HASIL PRAKTIKUM
1. Tanggal pemeriksaan sampel : 8 Mei 2018
2. Data yang didapatkan dari kelompok 2
Sumur Hasil

A.Blanko 0,138

B. PCL 0,672

C. PCL 0,583

D. PCM 1,127

E. PCM 1,310

F. Sampel 1 1,668

G. Sampel 1 1,676

H. Sampel 3 1,636

Data yang didapat dari kelompok 1

Sumur Hasil

A.Blanko 0,146

B. NC 0,183

C. NC 0,161

D. CC 0,386

E. CC 0,372

F. Sampel 1 2,097
G. Sampel 1 2,153

H. Sampel 1 2,016

Data Hasil Kelompok 3

Sumur Hasil

A.Blanko 0,156

B. PCH 2,011

C. PCH 1,862

D. Sampel 1 1,343

E. Sampel 1 1,221

F. Sampel 2 1,639

G. Sampel 2 1,956

H. Sampel 3 0,850

HasilPerhitungan
A450 (D1) + A450 (E1)
MCC =
2

1. Blanko 0,146 (valid) nilai blanko > 0.150


0,386+0,372
2. MCC = = 0,379
2
0,183+0,161
3. MNC = = 0,172
2
1,127+1,310
4. MPCM = = 1,218.5
2
0,672+0,583
5. MPCL = = 0,6275
2
Validasi

1. Nilai Blanko 0,138 valid memenuhi syarat <0.150


2. MNC < MCC
0.172 < 0,379 ( Hasil Valid)
3. MPCM ≥ 0.750
1.218,5 ≥ 0.750 (Hasil Valid)
4. MPCM : MNC ≥ 5
1.218,5 : 0,172 > 5
7.0813 > 5 (Hasil Valid)
Hasil pemeriksaan Toxoplasma Gondii dinyatakan valid karena memenuhi syarat.
I. INTERPRETASI HASIL
Metode kualitatif
A450 (Pasien) ≥ MCC + 15% anti-TOXO-IgG-Ab-Positive
A450 (Pasien) < MCC – 15% anti-TOXO-IgG-Ab-Negative

Sampel 1 dikerjakan secara triplo, didapatkan hasil


 2,097 > 0,379 + 15%
2,097 > 0,529 = hasil dinyatakan positif terdapat antibodi TOXO IgG
 2,153 > 0,379 + 15%
2,153 > 0,529 = Hasil dinyatakan positif terdapat antibodi TOXO IgG
 2,016 > 0,379 + 15%
2,016 > 0,529 = Hasil dinyatakan positif terdapat antibodi TOXO IgG

J. DISKUSI
1. Kesalahan Pra Analitik
 Identitas specimen tidak jelas
2. Kesalahan Analitik
 Teknik pemipetan tidak sama karena setiap sumur dilakukan oleh orang yang
berbeda sehingga volume pemipetan yang diambil berbeda
 Tetesan serum dan tetesan reagen harus seimbang
 Sampel antar sumur tercampur akibat penghomogenan yang terlalu kuat
 Prosedur pencucian salah karena waktu inkubasi tidak tepat 30 detik.
3. Kesalahan Pasca Analtik
 Tidak ada kesalahan

K. Kesimpulan
Bedasarkan hasil pemeriksaan adanya antibodi TOXO IgG pada sampel serum yaitu
dinyatakan positif mengandung TOXO IgG.

Bekasi, 8 Mei 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Retno Martini, S.Si., M.Biomed Drs. Chairlan, M.Biomed

Mahasiswi

Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai