Disusun oleh :
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi
bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya
dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi
antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan
hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi (Koch A,
2003).
Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat
makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media
pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat
mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.
Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri di
laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium
pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan
murni. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri (Martin, 2010).
Streptococcus merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk coccus dan
tersusun seperti rantai. Bakteri ini memfermentasi karbohidrat, nonmotil, tidak
membentuk spora, dan bersifat katalase-negatif. Pada umumnya Streptococcus
merupakan bakteri fakultatif anaerob yang membutuhkan medium agar darah untuk
berkembang biak (Patterson, 1996). Berdasarkan derajat patogenisitasnya, terdapat
lebih dari 50 genus Streptococcus, yang terdiri dari enam kelompok spesies. Salah
satunya adalah kelompok bakteri pyogenik dengan spesies Streptococcus beta-
hemolyticus Group A (Greenwood, et al., 2007).
Streptococcus beta-hemolyticus Group A memiliki kapsul asam hyaluronat
(Patterson, 1996). Streptococcus beta-hemolyticus Group A merupakan bakteri
komensal pada tenggorokan manusia. Selain Streptococcus beta-hemolyticus Group A
terdapat Streptococcus alpha-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Neisseria sp., dan
Diptheroids. Sebanyak kurang dari 10 % manusia memiliki bakteri ini sebagai bakteri
komensal saluran nafas atas (Goering, et al., 2013).
Prevalensi Streptococcus beta-hemolyticus Group A di saluran nafas atas pada
anak-anak sekolah yang sehat adalah sebesar 10-35% (Fazeli, et al., 2003), dan paling
tinggi pada anak usia 3-15 tahun. Prevalensi Streptococcus beta- hemolyticus Group
A dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial. Di Iran, prevalensi bakteri ini pada
anak sekolah usia 6-13 tahun adalah sebesar 11 %, di Swedia sebesar 2%, di Israel
8.4%, dan di Amerika Serikat sebesar 36% (Sevinc & Enoz, 2008). Karier
Streptococcus beta-hemolyticus Group A dapat menyebabkan infeksi tenggorokan
(Lloyd, et al., 2006).
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengidentfikasi bakteri Streptococcus pada sampel sputum
2. Untuk mengetahui ciri-ciri bakteri Streptococcus pada berbagai media yang
digunakan
3. Untuk mengetahui media apa saja yang digunakan untuk identifikasi bakteri
Streptococcus
Streptococcus adalah sel sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun
seperti rantai. Coccus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Panjang rantai
bervariasi dipengaruhi oleh factor lingkungan. Streptococcus merupakan bakteri gram positif, namun
pada biakan yang lama dan bakteri yang mati Streptococcus kehilangan gram positifnya dan terlihat
seperti gram negatif. Hal ini dapat terjadi setelah inkubasi semalaman (Jawetz dkk, 2007 ). Selain
itu, Streptococcus tidak motil, tidak dapat membentuk spora, dan ada yang berkapsul. Sreptococcus
sp merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit streptococciasis (Soemarno, 1962).
A. Klasifikasi Streptococcus sp
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumonia
Streptococcus pyogenes
Streptococcus agalactiae
Streptococcus anginosus
Streptococcus equisimitis
Streptococcus viridans ( S. mitis, S. sanguis, S. milleri, S. mutans)
Streptococcus faecalis ( S.bovis, S.equinus )
B. Morfologi
Streptococcus berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram
positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif
aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar
dan air laut dengan kisaran suhu baginpertumbuhannya antara 10-45ºC (Karantina,
2003).
Streptococcus adalah sel sferis, coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan
tersusun seperti rantai. Coccus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu
panjang rantai. Panjang rantai bervariasi dipengaruhi oleh factor
lingkungan. Streptococcus merupakan bakteri gram positif, namun pada biakan yang
lama dan bakteri yang mati Streptococcus kehilangan gram positifnya dan terlihat
seperti gram negatif. Hal ini dapat terjadi setelah inkubasi semalaman (Jawetz dkk,
2007 ). Selain itu, Streptococcus tidak motil, tidak dapat membentuk spora, dan ada
yang berkapsul (Soemarno, 1962).
C. Sifat Fisiologis
Umumnya streptococcus bersifat anaerop fakultatif. Hanya beberapa jenis
yang bersifat anaerop obligatif. Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang subur
jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada
pH 7,4 -7,6, pada suhu optimum 370C.Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam
semua enriched media.
Untuk isolasi primer hanya di pakai media yang mengandung darah lengkap
serum atau transudat. Dalam lempeng agar darah yang di inkubasi pada 370C setelah
18- 24 jam akan streptococcus membentuk koloni kecil ke abu-abuan, bentuknya
bulat, pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik
cairan.Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan glossy.
D. Struktur antigen
1. Karbohidrat C. zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai
sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A
sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu
amino segar.
2. Protein M. Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman
streptococcusgryp A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh
kumandengan koloni tipemukoid streptococcus.
3. Substansi Tantigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan
enzim proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.
4. Protein R antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan
rusak secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan.
5. Nucleoproteinekstrasi streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu
campuranyang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian
dari badan sel kuman.
6. Bakteriofaga. Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat
melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
7. Metabolit bakteri
8. Toksin eritogenik toksin ini ntahan selama jam pada suhu 600C, tetapi dalam air
mendidihakan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi
rash pada febris scarlatina.
9. Hemolisisin vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel
darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi
secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta
hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap
dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis.
Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non
hemolitik.
10. NAdase Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
11. Streptokinase Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi
plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein
lainnya streptococcus.
12. StreptodornaseEnzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh
streptococcus grupA, C dan G.
13. HialuronidaseEnzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen
penting dari bahan dasar jaringan ikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A
yang dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini
tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan
G.
14. Proteinase Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5.
Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara
langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
15. Amylase. Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam
perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
16. Steraseenzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap
substrat yang berupa beta naptil asetat.
17. Koloni bentuk L. Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat
pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin. Alergi
ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwaalergi
terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai peranan penting
dalam demam rheuma glomerulonefritis.
G. Kekebalan
Kekebalan terhadap infeksi oleh pneumococcus adalah tipe spesifik yang
tergantung pada antibodi terhadap polisakarida kapsuler dan pada fungsi fagositik.
Vaksin dapat menimbulkan produksi antibodi terhadap polisakarida kapsuler.
H. Pengobatan
Karena pneumococcus bersifat sensitif terhadap antimikroba, perawatan awal
biasanya berlangsung pada proses pemulihan yang cepat dan respon antibodi agaknya
kurang berperan. Penisilin G merupakan obat pilihan. Tapi di Amerika Serikat 5-10%
pneumococcus resisten terhadap penisilin dan kira-kira 20% agak resisten (MIC 0,1-
1µg/ml). penisilin G dosis tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2µg/mL ternyata efektif
untuk menangani pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus tetapi tidak efektif
menangani meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama. Beberapa strain yang
resisten penisilin ternyata juga resisten terhadap cefrizoxime, juga resisten terhadap
tetrasiklin dan eritromisin. Pneumococcus peka terhadap vankomisin.
BAB III
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
Swab steril
Petridish
Rak tabung
Objeck glass
Pipet tetes
Korek gas
Ose
Inkubator
Nahl
Mikroskop
Lampu spiritus
Autoclave
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Reagen :
CGV (Carbol Gentien Violet)
Lugol
Alkohol 96%
Safranin
Medium Perbenihan :
Media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB)
Media Blood Agar Plate (BAP)
Media Mannitol Salt Agar (MSA)
Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, fruktosa, mannitol)
Media SIM (Sulfur Indol Motility)
Sampel : Sputum
B. Prosedur Kerja
Cara kerja isolasi dan identifikasi bakteri Steptococcus :
Hari I (Pertama)
Sampel Sputum diambil menggunakan Ose bulat kemudian ditanam pada
media BHIB (Brain Heart Infusion Broth) dan diinkubasi dalam inkubator
pada suhu 37o C selama 24 jam.
Hari II (Kedua)
Dilakukan pewarnaan gram terhadap bakteri yang tumbuh dalam media BHIB
(Brain Heart Infusion Broth)
Bakteri yang tumbuh pada media BHIB (Brain Heart Infusion Broth) ditanam
dengan menggunakan ose steril pada media BAP dan MSA. Semua media
yang telah ditanami diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C dalam
inkubator.
Hari IV (Keempat)
Diamati pertumbuhan bakteri di media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Diamati pertumbuhan bakteri di media gula-gula (Glukosa,Maltosa, Manitol,
Laktosa.
Sampel Sputum
Media Pemupuk
(Brain Heart infusion Broth)
A. Hasil
Penanaman pada Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)
Gambar Hasil
Bentuk : Coccus
Susunan : Streptococcus
Sifat : Gram Positif
B. Pembahasan
Hari II
Terjadi kekeruhan pada media BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang
menandakan adanya pertumbuhan bakteri pada Media setelah diikubasikan
selama 24 jam pada suhu 370 C .
Dilakukan Pemeriksaan Mikroskopik dengan hasil bakteri berbentuk coccus
berantai yang artinya bakteri yang didapatkan yaitu Streptococcus. Sedangkan
untuk jenis bakteri termaksud gram positif karena berwarna ungu yang artinya
bakteri mampu mengikat zat warna carbol gentian violet dan mampu
mempertahakan warna ungu sehingga tidak luntur apada pelunturan dengan
alcohol.
Hari III
Pada Media Manitol Salt Agar Koloni berbentuk Bulat Kecil, Warna
kuning,Smooth,Cembung. dan warna kuning yang menandakan bakteri
mampu memfermentasikan glukosa. Dilakukan Pemeriksaan Mikroskopik
pada media manitol salt agar dengan hasil bakteri berbentuk coccus,berrantail.
Bakteri berwarna ungu artinya bakteri memiliki peptodoglikan tebal sehingga
tidak dapat dilunturkan dengan alcohol.
Pada Media Blood Agar Plate koloni terlihat berwarna putih Kelabu (Putih
abu-Abu, berbentuk bulat Kecil,cembung dan bersifat smooth serta alfa
heamolisis yang artinya tidak melisiskan darah secara keseluruhan.Dilakukan
pemeriksaan mikroskopik didapatkan hasil bakteri berbentuk
coccos,bergelombol. Bakteri berwarna ungu artinya bakteri memiliki
peptodoglikan tebal sehingga tidak dapat dilunturkan dengan alcohol.
Hari IV
Hasil pengamatan pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang ditanami
koloni dari biakan Manitol salt agar dan blood agar plate didapatkan hasil
seluruh bagian dari media TSIA berubah Warna menjadi Kuning baik Lereng
Maupun Dasar. Hal ini menunjukan bahwa bakteri mampu memfermentasikan
gula-gula sehingga menghasilkan asam yang membuat media berubah menjadi
kuning. Tidak terdapat endapan hitam pada media yang menandakan bahwa
bakteri tidak memiliki enzim desulfarase. Dan terdapat adanya ruang kosong
atau udara pada media yang ditandai dengan media menjadi pecah-pecah pada
bagian bawah menandakan bahwa bakteri mampu menghasilkan gas.
Gula-Gula: Hasil Positif pada Semua Gula-gula dan positif gas
(Glukosa,Laktosa,Manitol dan Maltosa) yang ditanami koloni dari biakan
Blood Agar Plate ditandai dengan adanya perubahan warna indicator dari biru
menjadi warna kuning. Perubahan tersebut disebabkan karena bakteri yang
tumbuh dapat memfermentasikan gula-gula berupa produk asam.
Gula-gula: hasil positif hanya pada glukosa,Maltosa dan sukrosa yang
ditanami koloni dari biakan Blood Agar Plate. Sedangkan pada Laktosa dan
Manitol didapatkan hasil negative. Perubahan tersebut disebabkan karena
bakteri yang tumbuh dapat memfermentasikan gula-gula berupa produk asam.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ditemukan bakteri Streptococus pneumonia pada sampel Sputum.
Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :
Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. and Barer, M. 2007. Medical Microbiology.
Elsevier, China
Goering, R., Dockrell, H., et al., 2013, Mims Medical Microbiology 5th (di atas),
Elsevier Inc.
Jawetz, E., J.L. Melnick, and E.A. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi 20,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 228-231.
Koch, Timothy W dan Mac Donald, S. Scot. 2009. Bank Management, Fourth
Edition. South Western: Cengange Learning.
Lloyd-jones DM, Benjamin EJ, Jarett D, Borden WB, Bravata DM, Dai S,
et al. HHS Public Access. 2015;125(1).