MIKROTEKNIK HEWAN
PEWARNAAN HEMATOXILIN EOSIN (HE) JARINGAN
OLEH :
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI (Hematoxylin dan Eosin)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui proses pembuatan preparat histologi
2. Untuk mempelajari metode pembuatan preparat histologi pada tahap staining
menggunakan Hematoxylin dan Eosin
Pewarna hematoksilin adalah jenis pewarna inti yang paling umum digunakan yang
berasal dari ekstrak pohon logwood (Haematoxylin camphianum). Hematoksilin digunakan
sebagai pewarna dalam bentuk oksidasinya yaitu hematein (sehingga larutan hematoksilin yang
baru dibuat harus dibiarkan “matang” atau “tua” dulu agar terjadi oksidasi baru digunakan).
Hematoksilin merupakan pewarna inti yang mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila
ditambahkan senyawaan lainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Proses oksidasi
hematoksilin dapat dipercepat prosesnya dengan menambahkan senyawa yang bertindak sebagai
oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium permanganat dan sodium iodat
(Peckam, 2014).
Hematoksilin merupakan zat warna alami yang pertama kali dipakai tahun 1863.
Hematoksilin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan senyawaan lainnya
seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Jenis hematoksilin yangsering dipakai adalah
mayer, delafied, Erlich, Bullard dan Bohmer, sedangkan counter staining yang dipakai adalah
eosin, safranin, dan phloxine. Hematoksilin dan Eosin adalah metode pewarnaan yang banyak
digunakan dalam pewarnaan jaringan sehingga diperlukan dalam diagnosa medis dan penelitian
(Setiawan, 2016).
Hematoksilin sering digunakan pada pewarnaan histoteknik yang merupakan ekstrak dari
kayu ulin (logwood) pohon Hematoxylon Campechianum yang berasal dari negara
bagianMeksiko di Campeche, tapi sekarang dibudidayakan di Hindia Barat. Hematoksilin
diekstrak dari kayu bulat menggunakan air panas kemudian diendapkan dari larutan berair
menggunakan urea. Oksidasi produk utamanya adalah hematein yang merupakan pewana alami
bertanggung jawab atas sifat warna (Suvarna et al. 2012).
Faktor yang mempengaruhi pewarnaan yang pertama yaitu Reaksi asam basa dimana
Komponen sel di alam terdiri dari komponen asam basa. Untuk komponen asam dapat diwarnai
komponen basa dan pelarut dasar, begitupun sebaliknya, yang kedua yaitu Adsorbsi. Dalam
adsorbsi, molekul kecil nantinya akan menempel pada molekul sel yang lebih besar. Yang ketiga
adalah Perbedaan kelarutan. Pada larutan yang berbeda, jenis pewarnaan tergantung dari tingkat
kelarutan yang ada pada sel (Andria, A., 2008).