PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada era globalisasi ini menyebabkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
semakin berkembang pesat di berbagai bidang kehidupan. Bidang kesehatan salah satu yang
bidang yang tidak lepas dari perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Hal ini
dapat dilihat dari segala peralatan kesehatan yang memiliki kemampuan, kecepatan dan tingkat
keakuratan yang tinggi telah banyak diproduksi dan tersebar di seluruh rumah sakit, puskesmas,
dan badan kesehatan lainnya. Pada akhirnya dengan semakin banyaknya diproduksi dan
digunakan peralatan yang otomatis untu menguji zat zat termasuk dalam menentukkan
golongan darah manusia.
Darah merupakan system transportasi handal yang dimiliki oleh manusia. Darah
merupakan suatu cairan berpartikel dan bermolekul kecil yang terdiri dari beberapa komponenkomponen seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Banyak ahli pakar
menggunakan darah sebagai penelitian mereka, karena darah pada satu manusia dengan manusia
lainnya memiliki pola darah yang berbeda-beda.
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan
darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah
merah. Menurut sistem ABO yang ditemukan Landsteiner, golongan darah dibagi menjadi A, B,
AB, dan O (Judha, Mohamad dan Rizky Erwanto, 2011:95). Menurut sistem Rh (Rhesus) yang
ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener dibagi menjadi rhesus positif (Rh +) dan rhesus
negatif (Rh -) (Irnaningtyas, 2014:193).
Dalam proses transfusi darah harus benar-benar memperhatikan golongan darah
karena ketidakcocokkan golongan darah si penerima dengan si pendonor dapat menyebabkan
reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok dan kematian
bagi si penerima. Oleh sebab itu, diperlukannya pemeriksaan laboratorium golongan darah.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain
sebagai berikut:
1.3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi transportasi
O2 (Oksigen), karbohidrat, dan metabolit, mengatur keseimbangan asam basa, mengatur suhu
tubuh dengan cara konduksi (hantaran) yaitu membawa panas tubuh dari pusat produksi panas
(hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, serta pengaturan hormone dengan
membawa dan mengantarkan dari kelenjar ke sasaran (Syaifuddin, 2009:25). Komponen
penyusun darah yaitu plasma dan sel darah, dengan persentase 55% plasma darah dan 45% sel
darah (Pearce, C. Evelyn, 2012:158)
2.1.1.
Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam rekasi bersifat sedikit alkali
yang mengandung 92% air, 7% protein plasma, 1% bahan campuran kompleks organik,
anorganik, dan gas darah (Irnaningtyas, 2014:182)
2.1.1.1. Protein Plasma
Ada tiga jenis protein plasma yang utama adalah sebagai berikut:
1.
Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang terbanyak sekitar 55 60% dari jumlah
protein plasma. Albumin diproduksi atau disintesis di hati (Irnaningtyas, 2014:183). Fungsi
albumin ada tiga yaitu sebagai berikut (Pearce, C. Evelyn, 2012:165) :
a. Bertanggung jawab atas tekanan osmotik yang mempertahankan volume darah,
b. Banyak zat khusus yang beredar dalam gabungan dengan albumin,
c. Dan menyediakan protein untuk jaringan.
2.
Globulin
Globulin membentuk sekitar 35% protein plasma. Ada beberapa jenis globulin, yaitu
sebagai berikut (Irnaningtyas, 2014: 183):
a. Alfa dan beta globulin
Jenis globulin ini disintesis di hati yang berfungsi sebagai molekul pembawa lipid
(lemak), hormone, dan berbagai substrat lainnya.
3
Fibrinogen
Fibrinogen membentuk 4% protein plasma yang disintesis di hati dan berfungsi pada
Hemoglobin
dapat
berikatan
dengan
karbon
dioksida
yang
disebut
dengan
Keadaan bentuk dan sifat dari leukosit berbeda dengan eritrosit, tidak berwarna,
bentuknya lebih besar dari eritrosit, dapat berubah ubah, dan bergerak dengan perantaraan kaki
palsu (pseudopodia) (Syaifuddin, 2009:34). Leukosit bersifat diapedesis (dapat menembus pori
pori membrane kapiler menuju ke jaringan), bergerak ameboid (bergerak seperti Amoeba yang
mempunyai kaki pseudopia), kemotaksis, dan fagositosis.
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasma, leukosit dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut (Irnaningtyas, 2014: 186):
1. Granulosit
Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari seluruh jumlah sel
darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum merah tulang yang selnya berisi sebuah nucleus
yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir (Pearce, Evelyn C., 2012: 162).
Granulosit dibagi menjadi 3 jenis, yaitu neurofil yang berfungsi sangat aktif untuk
menyerang dan menghancurkan pathogen; eosinophil berfungsi sebagai fagosit yang lemah dan
berperan dalam pembuangan racun penyebab radang pada jaringan yang cedera; basophil
berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan menghindari dari
penggumpalan darah (Irnaningtyas, 2014:187).
2. Agranulosit
Agranulosit adalah jenis sel leukosit yang tidak ada granula. Agranulosit dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu limfosit yang berfungsi sebagai imunologi (kekebalan) tubuh dan monosit
berfungsi sebagai fagosit yang sangat aktif dan bermigrasi melalui pembuluh darah menjadi
makrofag (Irnaningtyas, 2014:187).
Proses pembekuan darah terjadi apabila adanya luka dan darah keluar sehingga
mengakibatkan trombosit akan bersentuhan dengan permukaan luka yang kasar dan pecah
sehingga mengeluarkan tromboplastin (trombokinase). Trombokinase bersama sama dengan
ion kalsium dan vitamin K akan mengubah protrombin menjadi thrombin. Thrombin akan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan menghalangi keluarnya sel darah. Pembekuan
darah terjadi dakam waktu sekitar 5 menit (Irnaningtyas, 2014:189).
2.2.
tidaknya zat antigen warisan pada permukaan membrane sel darah merah. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah
merah tersebut. Antigen dapat berupa protein, polisakarida atau molekul lainnya yang dapat
merangsang tubuh untuk menghasilkan antibody dalam plasma darah. Reaksi antigen dengan
antibodi dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut
juga aglutinogen, sedangkan antibodi disebut juga aglutinin.
2.3.
2.3.1.
Prinsip dalam penggolongan darah ini didasarkan atas ada atau tidaknya antigen (aglutinogen)
tipe A dan tipe B pada permukaan eritrosit serta anibodi atau agglutinin tipe (anti-A) dan tipe
(anti-B) di dalam plasma darahnya. Penggolongan darah dapat dilihat di tabel 1.
A dan B
dan
Tabel 1. Golongan Darah Sistem ABO dengan Unsur Aglutinogen dan Aglutinin
2.3.2.
didasarkan ada atau tidaknya aglutinogen (antigen) RhD pada permukaan sel darah merah.
Antigen RhD berperan dalam reaksi imunitas tubuh. Seseorang yang dikatakan memiliki antigen
RhD disebut Rh+ (Rhesus Positif), sedangkan seseorang yang dikatakan tidak memiliki antigen
RhD disebut Rh- (Rhesus Negatif).
Pada saat transfuse darah, faktor rhesus mempengaruhi transfuse darah. Mengapa?
Karena jika seseorang yang memiliki darah Rh - diberi darah dari donor Rh+ maka akan segera
memproduksi agglutinin anti RhD. Pada awalnya transfuse tersebut tidak berbahaya tetapi
seiring jalannya waktu, darah pendonor yang Rh + akan mengakibatkan hemolysis sel darah
merah pendonor karena agglutinin yang diproduksi darah resipien sudah banyak. Jika telah
terjadinya hemolysis maka hemoglobin bebas ke plasma darah yang menyebabkan kinerja ginjal
semakin keras untuk mengeluarkan sisa pecahan sel darah merah tersebut dan mengakibatkan
kondisi pasien semakin parah.
Rhesus berpengaruh pada janin saat di dalam kandungan ibunya. Mengapa? Karena
jika rhesus pasangan ibu dan ayahnya berbeda satu sama lain. Apabila ibu yang memiliki rhesus
negative memiliki anak yang rhesus positif maka secara alamiah tubuh ibu akan membentuk zat
anti rhesus yang mengakibatkan eritrosit janin pecah dan hemolisis yang mengakibatkan
kematian janin di dalam rahim atau jika janin dapat lahir maka bayi menderita eritroblastosis
fetalis.
2.4.
adalah dapat mengetahui termasuk golongan darah apa dan mengetahui rhesus apa yang dimiliki
golongan darah seseorang dan dapat mengantisipasi pada saat transfusi darah agar mendapatkan
darah yang sesuai menurut sistem ABO ataupun sistem rhesus.
2.5.
2.5.1.
Darah yang diambil dari vena kapiler atau vena tepi dan golongan darah
diidentifikasi dengan melihat apakah terjadi penggumpalan saat antigen dan antibodi tercampur.
2.5.2.
berikut:
2.6.
a. Reaksi aglutinasi antara antigen RhD dalam sel dengan antibodi RhD
b. Suhu optimal untuk reaksinya 370C
Persiapan Pemeriksaan Golongan Darah
Persiapan pemeriksaan golongan darah dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Persiapan Pasien/Klien
Dalam pemeriksaan golongan tidak ada persiapan yang memrlukan tindakan khusus.
Pasien diusahakan merasakan rileks dan tidak tegang saat pengambilan darahnya.
b. Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan menurut sistem dan caranya dibagi menjadi 3, yaitu:
b.1. Persiapan Alat dan Bahan Sistem ABO Metode Slide
Alat
Kaca Objek (Object glass)
Blood Lancet
Pengaduk (tusuk gigi)
Kapas
Handscoon
Bahan
Serum anti-A
Serum anti-B
Serum anti-AB
Alkohol 70%
Bahan
Serum anti-D
Blood Lancet
Pengaduk (tusuk gigi)
Kapas
Handscoon
Alkohol 70%
2.7.
2.7.1.
2.7.2.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Darah merupakan sarana transportasi tubuh yang sangat berguna dalam pengantaran
suatu zat yang diperlukan oleh tubuh.
2. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah
sebanyak 55% dari keseluruhan darah dan sel darah sebanyak 45% dari keseluruhan
darah.
3. Plasma darah dibagi menjadi 3 yaitu albumin, globulin dan fibrinogen. Dari masingmasing ketiga jenis itu memiliki fungsinya.
4. Sel darah terbagi menjadi 3, yaitu sel darah merah, sel darah putih yang terbagi
menjadi 2 granulosit dan agranulosit, serta trombosit atau keeping darah.
5. Golongan darah merupakan klasifikasi darah yang berdasar pada adanya zat atigen
warisan atau tidak.
10
3.2.
Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan golongan darah sangat diperlukan agar kita dapat mengetahui apa
golongan darah kita.
2. Pada saat keluarga atau seseorang yang memerlukan darah kita, kita dapat membantu
dengan memberikan darah kita melalui transfusi darah.
3. Pada saat transfusi darah diwajibkan mendonor atau resipien dari golongan darah
sama hingga ke rhesusnya agar tidak ada resiko yang lebih buruk nantinya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Irnaningtyas. 2014. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga.
Judha, Mohamad dan Rizky Erwanto. 2011. ANATOMI & FISIOLOGIS Rangkuman Sederhana
Belajar Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan dan Keperawatan.
Yogyakarta:Gosyen Publishing.
Nurhayati, Nunung. 2009. 1700 BANK SOAL Bimbingan Pemantapan BIOLOGI Untuk
SMA/MA. Bandung: Yrama widya.
Pearce, Evelyn C.. 2012. ANATOMI DAN FISIOLOGIS UNTUK PARAMEDIS. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Syaifuddin. 2009. FISIOLOGI TUBUH MANUSIA untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
http://astiepd.blogspot.com/2014/04/penentuan-golongan-darah.html diakses tanggal 10 Maret
2015 pukul 20.00 WIB.
http://blog-haris26.blogspot.com/2013/04/onang.html diakses tanggal 10 Maret 2015 pukul
20.00 WIB.
http://lacunata.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-golongan-darah-metode_10.html
pada tanggal 09 Maret 2015 pukul 20.00 WIB.
diakses
12
http://lestariamaliani.blogspot.com/2011/10/pemeriksaan-golongan-darah-tipe-abo.html diakses
tanggal 10 Maret 2015 pukul 20.00 WIB.
http://lizzmidwife.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-golongan-darah.html diakses tanggal 09
Maret 2015 pukul 20.00 WIB.
http://sharing-analiskesehatan.blogspot.com/2013/06/pemeriksaan-golongan-darah.html diakses
tanggal 09 Maret 2015 pukul 19.00 WIB.
13