Eritropoiesis
A Pendahuluan
Di dalam sirkulasi darah manusia terdapat berbagai macam sel selain plasma darah.
Salah satu sel tersebut adalah eritrosit. Eritrosit sepanjang kehidupan manusia merupakan sel
yang bertugas untuk membawa O2 menuju jaringan dan selanjutnya membawa CO2 dari
jaringan untuk kemudian ditukar dengan O2 saat bersirkulasi ke paru. Fungsi ini dimiliki
eritrosit karena adanya hemoglobin. Struktur eritrosit tersusun begitu teliti dan meskipun sel
ini kehilangan sebagian besar organelnya, sel ini tetap mampu menjalankan metabolisme
untuk dapat menjalankan fungsinya.1 Lembar tuga mandiri kali ini akan membahas mengenai
eritrosit mulai dari proses pembentukannya, struktur membrannya, metabolisme dan
katabolismenya, dan terakhir pembahasan mengenai hemoglobin.
B Pembahasan
Eritropoiesis
Eritropoiesis adalah serangkaian proses yang teregulasi dengan baik dan kompleks
untuk membentuk eritrosit. Proses ini meliputi tahapan panjang diferensiasi sel stem
hematopoietik yang bersifat pluripoten di bawah pengaruh berbagai faktor pertumbuhan dan
stromal hingga menjadi eritrosit matang yang mampu menjalankan peranannya. Semakin
mendekati bentuk eritrosit yang matang, potensi sel untuk berdiferensiasi menjadi bentuk sel
hematopoietik lainnya akan semakin terbatas.1,2
Eritrosit matang yang bersirkulasi dalam darah pada awalnya berasal dari sel stem
hematopoietik yang berdiferensiasi menjadi colony-forming unit granulocyte-erythrocytemonocyte-megakaryocyte (CFU-GEMM) karena adanya suatu faktor pertumbuhan tertentu.
Sel ini masih bersifat multipoten yang dapat menjadi progenitor dari beberapa sel yang
berbeda. Diferensiasi sel selanjutnya menghasilkan progenitor intermediet berupa erythroid
burst-forming unit (BFU-E) dan erythroid colony-forming unit (CFU-E). Di antara kedua
progenitor intermediet tersebut, CFU-E menjadi sel eritroid pertama yang secara morfologi
dikenal sebagai proeritroblas. Sel inilah yang kemudian menjalani proses kondensasi dan
ejeksi inti sel, hemoglobinisasi sitoplasma, dan remodelling membran plasma sebagai
eritroblas pada proses pematangan terminal.1,3
Prekursor eritrosit pertama yang dapat diamati pada sumsum tulang dikenal dengan
nama rubriblast. Sel ini masih akan terus mengalami tahapan pembelahan dan diferensiasi
menghasilkan karakteristik sel yang berbeda-beda. Tahapan tersebut meliputi1,2:
1. rubriblast
Sel ini memiliki diameter 12-19 m dengan
komposisi inti sel yang lebih besar dibandingkan
sitoplasmanya. Gambaran inti sel berwarna gelap
dengan benang kromatin yang halus dan terlihat
anak inti sebanyak 0-2. Pada tahap ini, warna
kebiruan yang khas tampak pada sitoplasma yang
tidak bergranul dengan pewarnaan Wright yang
untuk pematangan lebih lanjut menjadi eritrosit matur selama 1-2 hari. Retikulosit ini
membentuk 0,5-1,5% populasi eritrosit yang berada dalam sirkulasi.
6. eritrosit matang
Pada akhirnya, eritrosit matang yang terbentuk memiliki diameter sebesar 6-8 m.
Sel ini tidak berinti, bikonkaf, sitoplasmanya berwarna kemerahan, dan di bagian
tengahnya terwarna pucat. RNA sepenuhnya menghilang dan kini eritrosit telah mampu
mengangkut oksigen dan karbondioksida karena adanya struktur hemoglobin. Sel ini
memiliki masa hidup 120 hari.
Eritropoiesis diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang dinamakan eritropoietin
(EPO). Berdasarkan strukturnya,
EPO tersusun atas 165 asam amino
yang membentuk polipeptida
terglikosilasi dengan berat molekul
34000 Da. Hormon ini diproduksi
terutama oleh sel-sel peritubular pada
ginjal. Selain itu, hati dan beberapa
organ lain juga memproduksi hormon
ini dalam jumlah kecil yaitu 10% dari
total hormon. Produksi EPO dapat
dirangsang oleh stimulus berupa
tekanan oksigen di jaringan ginjal,
misalnya hipoksia yang kemudian
Protein struktural penyusun kerangka membran yaitu aktin, anykirin, protein 4.1,
dan spektrin. Di antara protein tersebut, spektrin terdapat dalam jumlah yang banyak dan
terdiri atas rantai dan . Jaring-jaring tetramer spektrin difiksasi oleh anykirin ke membran
sel. Selain itu, protein 4.1 menghubungkan spektrin ke glikoforin C dan menstabilkan antara
spektrin dengan aktin. Protein 4.2 menstabilkan ikatan antara anykirin dan protein band 3
yang merupakan kanal anion.1,2
Protein transmembran terdiri atas protein pembawa antigen golongan darah, ICAM4, CD 44, antigen darah Lutheran, dan beberapa protein yang berfungsi sebagai pompa atau
transporter meliputi aquaporin 1, transporter glukosa (GLUT 4 dan GLOT 11), pompa Na-K
ATPase.1
Metabolisme Eritrosit
b. Jalur Rapoport-Luebering2,3
sterkobilinogen.
b. katabolisme intravaskular1
dimer yang tidak terikat akan melalui penyaringan ginjal dan diubah menjadi
hemosiderin di dalam sel peritubular. Ketika kapasitas sel peritubular berlebihan maka
hemoglobin bebas dan methemoglobin akan terlihat di urin.
Hemglobin yang belum dieksresi melalui urin atau tidak terikat dengan haptoglobin
akan teroksidasi oleh methemoglobin dan gugus heme yang dilepaskan akan dibawa
oleh hemopeksin dan dibersihkan melalui sirkulasi darah. Mekanisme ini penting untuk
membersihkan hemoglobin bebas yang dapat bersifat toksik.
Hemoglobin
Setiap eritrosit di dalam tubuh
memiliki protein hemoglobin yang
jumlahnya dapat mencapai 640 juta. Protein
inilah yang menjadikan sebuah eritrosit
mampu membawa O2 ke jaringan dan CO2
dari jaringan ke paru. Berdasarkan
strukturnya, hemoglobin pada manusia
dewasa terutama tersusun atas Hb A yang
memiliki empat rantai polipeptida yaitu 22
dan masing-masing memiliki gugus heme.
Jenis hemoglobin lainnya terdapat dalam
jumlah yang kecil yakni Hb F (22) dan Hb
A2 (22).2
Selama tahapan perkembangan
membentuk eritrosit yang matang, hemoglobin disintesis melalui serangkaian proses yang
terutama terjadi di dalam mitokondria. Proses ini diawali dengan adanya pengaruh
Daftar Pustaka:.Turgeon ML. Clinical Hematology Theory and Procedures. 5th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins. 2012. p. 90-116.
2 .Hoffbrand AV, Moss PAH. Essential Hematology. 6th Ed. Oxford: Wiley-Blackwell. 2011. p. 16-
24.
3 .Steinberg MH, Benz EJ, Adewoye AH, Ebert BL. Chapter 31: Pathobiology of The Human
Erythrocyte and Its hemoglobins. In: Hoffman Benz EJ, Silberstein LE, Heslop H, Weitz J,
Anastasi J. Hematology Basic Principles and Practice. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
2013. p. 406-407.
4 .Smith C, Marks AD, Lieberman M. Marks Basic Medical Biochemistry A Clinical Approach.
2nd Ed. Lippincott Williams and Wilkins. 2005. p. 808.