Anda di halaman 1dari 173

Pendahuluan Hematologi

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


Apa itu Hematologi?
Komponen Darah

 Cair : Plasma darah (50%-60% volume darah)


- Air (91%-92% plasma darah)
- Protein (7%-8% plasma darah)
- ion, gula, lemak, asam amino, hormon, vitamin, dan gas
terlarut (1%-2% plasma darah)
 Padat (40%-50% volume darah)
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit
 Berdasarkan jumlah nya:
- Eritrosit : 4 – 6 juta sel/µl darah
- Trombosit : 150.000-400.000 sel/µl darah
- Leukosit : 4.000-11.000 sel/µl darah

 Berdasarkan ukuran nya:


- Leukosit
- Eritrosit
- Trombosit
Eritrosit
 Fungsi utama eritrosit : transport oksigen dan CO2 antara paru-paru dan
jaringan.
 Ciri-ciri eritrosit:
- Lempeng bikonkaf
- Diameter kira-kira 7,8 mikrometer
- Tidak memiliki inti
- Bersifat fleksibel

Pustaka: Komariah Maria, Metabolisme eritrosit, 2010, UNPAD


Leukosit
 Leukosit secara umum memiliki fungsi sebagai pertahanan
 Leukosit terdiri dari 6 jenis sel antara lain:
- Eosinofil
- Basofil
- Staf
- Segmen
- Limfosit
- Monosit
Trombosit
 Trombosit merupakan sel kecil yang berinti, berbentuk discoid dengan diameter
rata rata 1,5-3 cm. Trombosit dihasilkan dan di lepas dari megakariosit yang ada
di sumsum tulang dengan waktu maturasi 4-5 hari, dan masa hidup dari sirkulasi
9-10 hari. Jumlah trombosit dalam darah vena orang dewasa normal rata rata
200.000- 500.000 per ul darah. (Bakta, 2007).
 Trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu sel muda yang
besar dalam sumsum tulang. Megakariosit matang ditandai proses replikasi
endomiotik inti dan makin besarnya volume plasma, sehingga pada akhirnya
sitoplasma menjadi granular dan terjadi pelepasan trombosit. Setiap megakariosit
mampu menghasilkan 3000 - 4000 trombosit, waktu dari diferensiasi sel asal
(stem cell) sampai dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari.
(Waterburi, 1998)
 Memelihara supaya pembuluh darah tetap utuh setelah mikro trauma yang terjadi
sehari hari pada endotel.
 Mengawasi pembuluh darah dengan pembentuk sumbat primer.
 Hemostasis (Waterburi, 1998)
FLEBOTOMI

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


Sejarah Flebotomi
 25 abad lalu, Hippocrates, “Bapak Ilmu Kedoteran” ; flebotomi digunakan
sebagai treatment pada penyakit akut
 Pada abad ke-11, Sekolah Kedokteran pertama didirikan, Salerno dari Italia
; istilah “bloodletting” atau “pengeluaran darah” untuk tindakan pengobatan
 Abad ke-17 dan ke-18; flebotomi digunakan untuk menangani penyakit
mental, demam, hingga kejang
 Present ; praktek kedokteran dan mengetahui perkembangan tubuh manusia;
flebotomi digunakan sebagai treatment rutin untuk mengawali diagnosa
penyakit
Macam-macam Pembuluh Darah
 Arteri
1. Fungsi: mengangkut darah mengandung oksigen dari jantung
2. Arteri terbesar disebut Aorta dan arteri terkecil disebut arteriol.
 Kapiler
1. Fungsi: menerima aliran darah dari arteri
2. Ciri-ciri: sangat kecil, bercabang banyak, penting dalam sirkulasi karena
semua nutrisi, ooksigen, dan produk-produk sisa metabolit (dari darah dan
sel) melewati kapiler
 Venula
1. Fungsi: menerima aliran darah dari kapiler, selanjutnya venula membawa
darah ke vena terbesar. Vena ini membawa darah minim oksigen menuju ke
jantung
Pengertian dan Istilah Lain Flebotomi
 Flebotomi (Yunani); phleb -> pembuluh darah vena dan tomia ->
“mengiris/memotong”
 Venipuncture (Inggris); Veni -> vena dan Puncture -> tusukan
 Sampling darah; sampling -> pengambilan/pengumpulan

 Flebotomis : seorang tenaga medik yang telah mendapat latihan untuk


mengeluarkan dan menampung darah dari pembuluh darah vena, kapiler atau
arteri
Keterampilan?
 Harus mampu mengambil darah (dari sirkulasi)
Lokasi Flebotomi
1. Vena
 Flebotomi di ambil pada daerah Fossa cubiti (lipat siku bagian dalam)
 Vena yang ideal untuk di sampling yaitu Vena mediana cubiti
 Alasan; vena terbesar, aman, dan tidak terlalu sakit bagi pasien
 Optional; vena cephalic, vena basilic, atau vena punggung tangan (syarat; pediatric
needle atau wing needle)
2. Kapiler
 Alasan; Flebotomi pada vena tidak adekuat karena umur (bayi atau rang tua),
terbakar, dermatitis, atau keperluan darah yang sedikit
 Sampel yang didapat lebih sedikit dibandingkan venipuncture
Lanjutan…
3. Arteri
 Jarang dilakukan oleh flebotomist, umumnya perawat dan terapis pernafasan
yang melakukan pengumpulan darah arteri -> analisa gas darah, prosedur sangat
tidak nyaman bagi pasien dan jauh lebih sulit dari venipuncture
Flebotomi yang Ideal
Alat dan Bahan Flebotomi
1. Konvensional
 Spuit + jarum (syringe)
 Bahan; EDTA (Ethylenediaminetetra-acetate)
2. Standard WHO
 Evacuated Tube System -> banyak warna dan mengandung bahan tertentu; sesuai kebutuhan
pemeriksaan hematologi
 ETS terdiri dari:
1. Tubes (lavender, blue, green, gray, yellow, red, “tiger tops” and Gold tubes, pink, black)
2. Needle: berbagai ukuran, istilah ukuran yang digunakan gauge . Gauge; ukuran diameter
needle (21-22G)
3. Butterfly Needle/ Wing Needle; untuk pasien yang sulit diambil darahnya.
4. Holder: flebotomist aman dan nyaman dalam menggunakan ETS
5. saat melakukan flebotomi
Spuit dan Wing Needle

Perangkat Jarum Vacutainer


Lanjutan…
 Peralatan lain untuk flebotomi:
1. Blood Lancets; untuk pasien yang sulit di flebotomi dan pada pemeriksaan
tertentu yang memerlukan darah kapiler
2. Needle Disposal Equipment; contoh: capillary puncture devices
3. Tourniquet; lateks dan bahan lain
4. Sarung tangan; sampel darah dan cairan tubuh lain -> INFEKSIUS
5. Kaca mata; melindungi mata dari kontaminan aerosool dan juga cipratan
langsung
6. Kotak flebotomi; menyimpan semua perlengkapan untuk flebotomi
Peralatan Lain Flebotomi
Lanjutan…
Tahapan Flebotomi
 Menyapa pasien dan memberitahukan prosedur yang akan dilakukan
 Siapkan alat dan bahan untuk flebotomi
 Gunakan sarung tangan
 Beri kode (nomor barcode, nama, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan)
 Pastikan kembali biodata pasien benar
 Pastikan posisi duduk untuk pasien dan flebotomist nyaman (letakkan
bantalan pada tangan pasien)
Lanjutan…
 Pasang tourniquet pada bagian atas lengan (maksimal 1 menit)
 Lakukan palpasi ataau proses meraba untuk menemukan p.darah vena mediana cubiti
 Bersihkan lokasi flebotomi dengan alkohol 70% (gerakan; dari dalam keluar, BIARKAN
KERING)
 Lakukan flebotomi/venipuncture
 Lepaskan tourniquet
 Letakkan kapas alkohol atau kapas kering
 Lepaskan ETS atau Syringe (ONE HAND RECAPPING)
 Untuk syringe (alirkan darah melalui dinding botol koleksi secara perlahan)
Prosedur Flebotomi Vena

1
2

4
5

6
7

8
9
Prosedur Flebotomi Vena Lainnya
Flebotomi Plebotomi Kapiler
Prosedur Flebotomi Arteri
TERIMA KASIH
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
PADA FLEBOTOMI DARAH VENA

Rinny Ardina, S. ST., M. Si


MACAM-MACAM ANTIKOAGULAN (Riswanto, 2013)

1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra-Acetat); dalam bentuk sodium


(natrium) atau potassium (kalium)  mencegah koagulasi dengan
cara mengikat kalsium (Ca2+) dalam darah. Keunggulan EDTA 
tidak mempengaruhi sel-sel darah sehingga ideal untuk pemeriksaan
hematologi. Ada 3 macam EDTA  Na2EDTA, K2EDTA, dan
K3EDTA. Namun, K2EDTA paling baik dan dianjurkan oleh
International Council for Standardization in Hematology. Pemakaian  1
mg EDTA : 1 ml darah atau 1 ml EDTA cair 10% :5 ml darah (1:5).

2. Sitrat; digunakan dalam bentuk cair, konsentrasi Na-sitrat 3,2%,


digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (paling baik dalam
mempertahankan faktor-faktor pembekuan darah) atau pemeriksaan
golongan darah dan transfusi darah.
MACAM-MACAM ANTIKOAGULAN (Riswanto, 2013)

3. Heparin; antikoagulan yang juga ditemukan dalam tubuh, ada dalam


bentuk ammonium, sodium dan lithium, merupakan antikoagulan yang
dapat menghambat pembentukan fibrin, baik untuk tes ketahanan
osmotik, kadar hemoglobin, hematokrit, golongan darah, transfusi darah
dan analisa gas darah, namun tidak baik untuk pembuatan apusan darah
(memberi latar hitam). Penggunaan  0,1 – 0,2 ml heparin : 1 ml darah.

4. Oksalat; mencegah pembekuan darah dengan cara mengendapkan


kalsium dalam darah. ada dalam bentuk ammonium, lithium, kalium, dan
natrium. Natrium oksalat  tes pembekuan darah. Kalium oksalat
dengan natrium florida  tes kadar glukosa darah (antiglikolisis).
MACAM-MACAM ANTIKOAGULAN

K2EDTA
atau Na-Sitrat Heparin Oksalat
K3 EDTA
HAL PENTING DALAM FLEBOTOMI DARAHVENA
(Riswanto, 2013)
1. Pemasangan tourniquet tidak boleh lebih dari 1 menit. Tourniquet terlalu
kencang dan lama  hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit dan
elemen sel). Melepas tourniquet setelah jarum dilepas  hematoma.

2. Penusukan tidak sekali kena  masuknya cairan jaringan ke pembuluh


darah dan dapat mengaktifkan faktor pembekuan. Penusukan yang berkali-
kali  hematoma. Tusukan jarum yang tidak benar, menyebabkan darah
bocor keluar dari pembuluh darah  hematoma.

3. Lokasi yang ditusuk masih basah oleh alkohol  hemolisis sampel, rasa
terbakar atau perih pada pasien saat penusukan.
LOKASI YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK FLEBOTOMI
DARAH VENA (Riswanto, 2013)
1. Lokasi pada sisi mastectomy (pengangkatan payudara, menyebabkan
penghentian aliran getah bening)  area ini rentan terhadap infeksi dan
komposisi darah dapat berubah, dan pemasangan tourniquet ke lengan
dapat menyebabkan cedera.

2. Area edema (bengkak karena penumpukan cairan dalam jaringan) 


vena menjadi sulit diraba, spesimen terkontaminasi cairan jaringan, dan
jaringan edema mudah cedera akibat tourniquet dan antiseptik.

3. Hematoma; flebotomi di lokasi ini menyakitkan bagi pasien dan dapat


mengakibatkan spesimen terkontaminasi darah hemolisis dari luar vena.
LOKASI YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK FLEBOTOMI
DARAH VENA (Riswanto, 2013)
4. Luka bakar, bekas luka dan tato  area ini sukar dilakukan palpasi
dan terjadi gangguan sirkulasi. Luka bakar yang baru  menimbulkan
rasa sakit dan berpotensi menyebabkan infeksi. Area bertato  gangguan
sirkulasi, pewarna pada tato dapat mengganggu hasil tes.

5. Vena rusak (vena pasien terasa keras dan kurang elastis) akibat
peradangan atau iritasi  vena sulit ditembus jarum dan hasil dapat keliru
karena aliran darah terganggu.

6. Area terpasang infus intra-vena; darah menjadi lebih encer dan


dapat meningkatkan atau menurunkan hasil pemeriksaan tertentu.
PENANGANAN KOMPLIKASI DALAM FLEBOTOMI
1. Sinkop atau pingsan; kondisi kehilangan kesadaran mendadak,
pasokan oksigen berkurang dalam otak akibat volume darah turun
mendadak, denyut jantung yang tidak beraturan, dan emosional.
 Jika pasien gugup, pucat, dan gelisah  lakukan komunikasi agar pasien
tenang
 Jika pasien pingsan  flebotomis harus segera melepaskan tourniquet,
mencabut jarum, menurunkan kepala pasien dan mengompres bagian
bawah kepala dengan air dingin, longgarkan pakaian, atau panggil
dokter. Jika telah sadar, minta pasien menarik nafas dalam-dalam,
memberikan minuman, dan biarkan istirahat 30 menit.
2. Hematoma; masuknya darah ke jaringan akibat penusukan yang tidak
baik, penusukan yang terlalu sering di lokasi yang sama. Jika mulai
terlihat pembengkakan  jarum segera dicabut dan lakukan penekanan
selama 2 menit, atau kompres dengan air hangat atau beri salep anti
pembekuan, dan lakukan penusukan di tempat lain.
PENANGANAN KOMPLIKASI DALAM FLEBOTOMI
3. Petekie; bintik-bintik merah kecil di bawah kulit akibat kelainan
pembekuan darah atau kelainan pembuluh darah. Flebotomis harus
hati-hati agar tidak terjadi perdarahan, terutama penggunaan
tourniquet terlalu kencang dan lama.
4. Hemolisis; pecahnya sel eritrosit akibat jarum terlalu kecil, tekanan
darah ke tabung terlalu cepat, pengocokan tabung sampel terlalu eras,
kontaminasi air atau alkohol, atau akibat anemia hemolitik.
5. Reaksi Alergi; ruam pada kulit akibat antiseptik (alkohol, plester,
perban, akret dan peralatan flebotomi lainnya)  cara mencegah:
flebotomis harus verifikasi terlebih dahulu pada pasien sebelum
pengambilan darah.
PENANGANAN KOMPLIKASI DALAM FLEBOTOMI
6. Perdarahan yang Berlebihan; pada beberapa pasien tertentu
akibat gangguan faktor pembekuan  flebotomis harus menekan
pada daerah penusukan dan jangan meninggalkan pasien sampai darah
berhenti.
7. Tremor dan Kejang; terjadi karena faktor bawaan atau respon
terhadap jarum suntik  segera lepaskan jarum suntik dan jauhkan
perlengkapan flebotomi untuk menangani pasien yang kejang.
8. Tersedak dan Muntah; jika pasien muntah, posisikan kepala pasien
untuk bersandar agar tidak muntah lagi. Anjurkan untuk menarik
nafas dalam dan lakukan pengompresan dengan air dingin pada kening
(Nugraha, G. 2015)
TERIMA KASIH
PENGAMBILAN DAN PENANGANAN
SAMPEL BIOLOGIS

Rinny Ardina, S. ST., M. Si


Macam-macam Sampel Biologis
Spesimen yang berasal dari manusia dapat 11. Sekret (uretra, vagina, telinga, hidung,
berupa: atau mata)
1. Serum 12. Cairan pleura*
2. Plasma 13. Cairan asites*
3. Darah (whole blood) 14. Cairan otak*
4. Urin 15. Sumsum tulang*
5. Tinja 16. Kuku
6. Dahak/sputum 17. Rambut
7. Pus/nanah 18. Kerokan kulit
8. Sperma 19. Muntahan
9. Swab tenggorok * Pengambilan tidak dilaksanakan di
10. Swab rektum laboratorium
 Sampel dapat berupa bagian dari spesimen manusia atau bahan pemeriksaan bersumber
lingkungan (non klinis), misalnya: sisa makanan, sisa bahan toksikologi, air, udara,
makanan dan minuman, usap alat makan, alat masak, alat medis.

PERSIAPAN
 Persiapan pasien secara umum
1. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-12 jam sebelum
pengambilan darah
2. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00-09.00
3. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil (misalnya pemeriksaan feses:
hindari konsumsi obat pencahar)
4. Menghindari aktivitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil misalnya pemeriksaan
glukosa darah puasa)
5. Memperhatikan posisi tubuh (untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh
sebelum pengambilan spesimen)
PENGAMBILAN SAMPEL
 Peralatan  Wadah
Secara umum harus memenuhi syarat-syarat: 1. Terbuat dari gelas atau plastik
1. Bersih 2. Tidak bocor atau tidak merembes
2. Kering 3. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup
3. Tidak mengandung bahan kimia atau berulir
deterjen 4. Besar wadah disesuaikan dengan volume
4. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah spesimen
zat-zat yang ada pada spesimen 5. Bersih
5. Mudah dicuci dari bekas spesimen 6. Kering
sebelumnya 7. Tidak mempengaruhi sifat zat dalam
6. Pengambilan spesimen biakan: harus spesimen
steril dan disposable 8. Tidak mengandung bahan kimia atau
deterjen
9. Zat yang mudah rusak; bottol berwarna
coklat/gelap
PENGAMBILAN SAMPEL
 Antikoagulan dan pengawet

1. Antikoagulan: zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah membeku

(hematologi)
2. Pengawet: zat kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang akan diperika

dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya dalam waktu tertentu


3. Bahan tambahan ini harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu atau mengubah kadar

zat yang akan diperiksa


PENGAMBILAN SAMPEL
 Waktu
Pada umumnya pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari (terutama pemeriksaan
kimia klinik, hematologi, dan imunoserologi  nilai normal ditetapkan pada keadaan
basal). Ada pemeriksaan tertentu yang harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit atau
fluktuasi harian;
1. Pemeriksaan widal (pada saat fase akut dan penyembuhan)
2. Pemeriksaan biakan atau uji sensitifitas kuman  diambil sebelum pemberian
antibiotik
3. Pemeriksaan mikrofilaria  darah diambil sebaiknya pada malam hari (antara jam
23.00-02.00)
4. Pemeriksaan tuberkulosis  dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien bangun
tidur , lebih baik dibandingkan dahak sewaktu
5. Pemeriksaan narkoba  darah dan urin dipengaruhi lama mengkonsumsi
PENGAMBILAN SAMPEL
 Lokasi
1.Spesimen untuk pemeriksaan menggunakan darah vena (pemeriksaan hematologi, kimia
klinik, imunoserologi) diambil di vena mediana cubiti. Spesimen darah arteri
diambil di arteri radialis pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat
paha. Spesimen darah kapiler diambil di ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian
tepi atau daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi.
2.Spesimen untuk pemeriksaan biakan  harus diambil di tempat yang sedang mengalami
infeksi, kecuali darah atau cairan otak
3.Lokasi pengambilan darah untuk pemeriksaan mikrofilaria (darah kapiler di jari tangan
atau darah vena dengan antikoagulan) dan pemeriksaan gas darah (darah arteri dengan
tambahan heparin)

 Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium
yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
PENGOLAHAN SAMPEL
1. Darah (whole blood)
Darah ditampung dalam tabung berisi antikoagulan  homogenisasi dengan membolak-
balik tabung 10-12 kali secara perlahan-lahan dan merata

2. Serum
 Biarkan darah membeku pada suhu kamar 20-30 menit  sentrifus 3000 rpm selama 5-
15 menit
 Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
 Serum tidak boleh kemerahan atau keruh (lipemik) atau ikterik (kuning tua atau
kecoklatan)

3. Plasma
 Kocok darah EDTA dengan segera secara pelan-pelan  diamkan selama 1-2 jam atau
dapat dibantu dengan sentrifus (sama seperti prosedur serum)
 Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen
PENGOLAHAN SAMPEL
4. Urin
 Untuk uji carik celup, urin tidak ada perlakuan khusus
 Pemeriksaan sedimen urin  1) wadah urin digoyangkan agar sampel homogen, 2)
masukkan +- 15 ml urin ke dalam tabung reaksi, 3) sentrifugasi 1500-2000 rpm selama 5
menit, 4) buang supernatan dan sisakan +- 1 ml, 5) resuspensikan sedimen, 6) suspensi
sedimen sebaiknya diberi cat sternheimer –malbin untuk menonjolkan unsur sedimen dan
memperjelas strukturnya.

5. Dahak
 Pembuatan apusan dahak sebaiknya dilakukan di dalam Bio Safety Cabinet atau box
tradisional
 Ambil dahak (bukan air liur) dengan menggunakan lidi atau aplikator
 Buat apusan dengan gerakan spiral, berbentuk bulat panjang (oval) dengan ukuran 3x2 cm
 Lakukan fiksasi pada apusan dahak dengan cara melewatkannya pada nyala api hingga
apusan kering
 Lakukan pewarnaan Ziehl-Neelson
VERIFIKASI PERMINTAAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


FORMULIR PEMERIKSAAN DAN HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
 Dokter mencurigai kecenderungan suatu penyakit  dokter langsung
meminta pemeriksaan laboratorium  untuk dilakukan diagnosis.
 Formulir permintaan dan hasil pemeriksaan laboratorium memuat informasi
kunci tentang pasien.
 Formulir tdd: jenis spesimen, asal spesimen, dokter/klinik pengirim, tanggal
pengambilan dan pengirim, tanggal pengambilan dan pengiriman spesimen,
nama pasien, usia, jenis kelamin (Depkes RI, 2009).
 Pemeriksaan laboratorium dapat pula diminta oleh suatu instansi/badan usaha
untuk kepentingan legalitas atau akreditasi (sampel non klinis).
FORMULIR PEMERIKSAAN DAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Pada surat pengantar/formulir 9. Jenis spesimen


pemeriksaan laboratorium sebaiknya 10. Lokasi pengambilan spesimen
memuat secara lengkap: 11. Volume spesimen
1. Tanggal permintaan 12. Nama pengambil spesimen
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen 13. Inform consent
3. Identitas pasein (nama, umur, JK,  Label wadah spesimen yang akan
alamat/ruang) dikirim/diambil ke laboratorium:
4. Identitas pengirim (nama, alamat, no. tlp) 1. Tanggal pengambilan spesimen
5. Nomor laboratorium (MR / Reg) 2. Nama dan nomor pasien
6. Diagnosis/keterangan klinik 3. Jenis spesimen
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama (Depkes RI, 2010)
pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
PENGERTIAN dan KEPENTINGAN VERIFIKASI
 Verifikasi adalah pemeriksaan tentang benar tidaknya suatu laporan.
 Verifikasi dimaksudkan sebagai tindakan untuk mencegah lebih jauh terhadap
kemungkinan tindakan kecurangan maupun kesalahan tidak disengaja yang dapat
mendatangkan kerugian bagi instansi (Rumah Sakit, Puskesmas, Labkes, Klinik Mandiri,
dll).
 Usaha untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang bermutu, diperlukan
suatu kegiatan pemantapan mutu laboratorium kesehatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan tersebut
di antaranya adalah verifikasi.
 Verifikasi merupakan upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan kegiatan
laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai post analitik dengan melakukan
pengecekan setiap tindakan/proses pemeriksaan (Kemenkes RI, 2010).
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


HEMOGLOBIN
 Hemoglobin : pengangkut oksigen utama ke jaringan, tersusun atas hem dan globin. Hem
disintesis di mitokondria eritrosit. Globin terbentuk dari rantai asam amino dalam
ribosom.
 Pembentukan hemoglobin : besi (Fe), vitamin B12 (siano-kobalamin), dan asam folat
(asam pteroilglutamat).
 << Fe : ukuran sel eritrosit kecil dan penurunan jumlah hemoglobin
 Manfaat pemeriksaan Hb:
1. Pemeriksaaan penyaring utk tegakkan diagnosa.
 Penurunan hemoglobin (anemia dan penyakit ginjal).
 Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya dehidrasi, penyakit
paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung.
2. Pencerminan reaksi tubuh terhadap penyakit
3. Petunjuk kemajuan terapi.
• Etiologi
1. Perdarahan:
a. Akut
b. Kronik
2. Gangguan pembentukan eritrosit:
a. Defisiensi (Besi, B12, Asam Folat)
b. Hemopoesis tidak efektif
c. Fungsi sumsum tulang menurun
3. Umur eritrosit memendek
a. Kelainan kongenital (membran, enzim atau Hb)
b. Kelainan didapat (malaria, obat, infeksi atau imunologik)
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
 Metode untuk menentukan kadar hemoglobin: (1) metode tembaga sulfat
(CuSO4), (2) metode Tallquist, (3) metode Sahli, (4) metode
Sianmethemoglobin, dan (5) metode otomatis.

 Metode Tembaga Sulfat (CuSO4) : didasarkan pada berat jenis CuSO4 yaitu 1,053.
Prinsip: darah diteteskan pada wadah atau gelas yang berisi larutan CuSO4 BJ
1,053  darah akan terbungkus tembaga proteinase, yang mencegah perubahan
BJ dalam 15 menit.

 Metode Sahli : didasarkan atas pembentukan warna (visualisasi atau kolorimetri).


Prinsip: asam hematin yang terbentuk diukur berdasarkan kesesuaian warna
dengan tabung standar warna.
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
 Metode Tallquist : didasarkan pada kecocokan warna darah asli setelah diteteskan
pada kertas putih dengan skala warna Tallquist.
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN

 Metode Sianmethemoglobin : berdasarkan atas kolorimetri yang diukur


dengan fotometer. Hemoglobin diubah menjadi sianmethemoglobin
(methemoglobin, karboksihemoglobin, sulfehemoglobin).

 Metode otomatis dengan hematology analyzer : didasarkan atas


absorbansi yang terserap secara fotokolorimetrik. Prinsip: hemoglobin
terbentuk dari hasil lisisnya sel eritrosit, lalu warna dari hemoglobin
terserap dan menghasilkan nilai absorbansi yang setara dengan kadar
hemoglobin dalam darah.
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
 Kadar Hb normal bervariasi tergantung :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Geografi ( tinggi rendahnya daerah ).
 Nilai normal Hb ( bervariasi ) :
Laki-laki : 14,0 – 18,0 gr/dl
Wanita : 12,0 – 16,0 gr/dl
Neonatus : 16,5 + 3 g/dl
Anak 3 bln : 12,0 + 1,5 g /dl
 Anemia adalah keadaan dimana kadar Hemoglobin dibawah nilai
normal
Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli
 Pemeriksaan hemoglobin metode sahli
Keuntungan: cepat, sederhana, tidak mahal
Kerugian : Kurang teliti, kesalahan 15 s/d 30 %

 Prinsip pemeriksaan:
Hemoglobin darah oleh asam klorida (HCl) diubah menjadi asam hematin
yang berwarna coklat tua, lalu dengan penambahan aquadest, kadar dari
asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terbentuk
dengan warna standar. Kadar Hb dibaca dalam satuan g/dl
Pemeriksaan Hemoglobin Metode Sahli
 Alat :
1. Hemometer Sahli (pipet sahli skala 20 mm3, tabung standar
warna, tabung hemometer berskala, batang pengaduk, pipet tetes,
karet penghisap)
2. Seperangkat alat sampling
 Bahan :
1. HCl 0,1 N
2. Aquadest
3. Sampel darah
 Cara pemeriksaan:
1. Teteskan HCl 0,1 N ke dlm tabung hemometer hingga skala 2.
2. Hisap darah vena dng pipet Sahli sampai tanda 20 μl (0,02)
3. Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
4. Masukan darah kedalam tabung hemometer yg berisi HCl 0,1 N
5. Tunggu 5 menit → pembentukan as. Hematin
6. Tambah aquadest → sampai warna sama dengan standart → baca
dalam gr/dl
 Nilai Normal:
Laki-laki: 14,0 – 18,0 gr/dl
 Wanita : 12,0 – 16,0 gr/dl
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
METODE SAHLI
1. Karet Penghisap
2. Pipet Sahli
3. Pipet Tetes
4. Tabung
Hemometer
5. Batang Pengaduk
6. Sikat Pembersih
7. Tabung Standar
Warna
8. Aquadest
9. HCl 0,1 N
Hemometer Sahli
Tabung Standar Warna
TERIMA KASIH
ERITROSIT

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


Ciri-ciri dan Fungsi Eritrosit
 Ciri-ciri : berukuran 7-8 µm, tidak memiliki inti, berbentuk bikonkaf, fleksibel,
mengandung hemoglobin, masa hidup eritrosit: 120 hari, jumlah: 4-6
juta/mm3darah, distimulasi oleh hormon eritropoetin.

 Fungsi : mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut


CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh hemoglobin.
Hitung Jumlah Eritrosit
 Hitung jumlah eritrosit merupakan suatu pemeriksaan untuk menentukan
jumlah eritrosit dalam 1 µl darah.
 Terdapat 2 metode pemeriksaan :
1. Mikroskopik dengan bilik hitung pada kotak eritrosit
2. Otomatis dengan hematology analyzer
Alat dan Bahan Pemeriksaan

 Mikroskop
 Hemositometer
 Cover slip/deck glass
 Larutan Hayem
 Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau darah kapiler

Prinsip: pengenceran darah dengan larutan hayem menyebabkan lisis sel


leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah eritrosit.
Alat, Bahan, dan Prosedur Pemeriksaan

HEMOSITOMETER
Prosedur Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit
Metode Hayem
• Mengisi pipet eritrosit
1. Pipet darah sampai tanda 0,5 dengan menggunakan pipet eritrosit. Bersihkan
bagian luar pipet.
2. Dengan pipet yang sama, hisap larutan hayem hingga tanda 101. hati-hati jangan
sampai ada gelembung udara.
3. Lepaskan karet penghisap lalu tutup ujung pipet dengan jari.
4. Homogenkan dengan cara dibolak-balik selama 1-2 menit.
5. Apabila tidak segera dihitung, letakkan pipet dalam posisi horizontal.
Prosedur Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit
Metode Hayem
• Mengisi kamar hitung
1. Kamar hitung dan cover slip dalam keadaan bersih.
2. Letakkan kamar hitung dalam posisi horizontal dan letakkan cover slip di atas
nya.
3. Homogenkan pipet eritrosit tadi (jangan sampai ada cairan yang tumpah.
4. Buang 3-4 tetes, lalu teteskan pada kamar hitung dengan cara menyentuh ujung
pipet dengan sudut 30o pada sumuran kamar hitung. Biarkan hingga cairan
mengisi kamar hitung dengan sendirinya.
5. Biarkan kamar hitung 2-3 menit.
KAMAR HITUNG/BILIK HITUNG
(NEUBAUER IMPROVED)
Daerah Baca Hitung Jumlah Eritrosit
Perhitungan Jumlah Eritrosit

Diketahui:
Volume kamar hitung: 1 mm x 1 mm x 0,1 mm = 0,1 mm3
Pengenceran: 200x
Jumlah kotak yang dihitung: 5 kotak besar

Perhitungan:
Jumlah eritrosit: Jumlah sel dalam 5 kotak besar x 200
0,1 mm3
Nilai Rujukan : 4-6 juta sel/mm3
Implikasi Klinik
 Jumlah eritrosit menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan
fungsi ginjal, talasemia, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik.
Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia), misalnya
sitostatika, antiretroviral (menyebabkan anemia akibat apoptosis
eritrosit).

 Jumlah eritrosit meningkat pada polisitemia vera, diare/dehidrasi,


olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi
(Nugraha, 2015).
HEMATOKRIT

Rinny Ardina, S.ST., M.Si


HEMATOKRIT
Hematokrit
 Proporsi eritrosit dalam darah lengkap (Riswanto, 2013).
 Persentase sel darah merah terhadap volume darah total (Kemenkes RI,
2011).

Tujuan Pemeriksaan Nilai Hematokrit


1. Membantu menegakkan diagnosis anemia dan polisitemia atau
hemokonsentrasi ;
2. Monitor perjalanan penyakit ; dan
3. Pengobatan
Alat dan Bahan Pemeriksaan Nilai Hematokrit
Alat dan Bahan
1. Sentrifus mikrohematokrit
2. Tabung mikrohematokrit/tabung kapiler
3. Mikrohematokrit reader atau penggaris
4. Darah vena atau darah kapiler

Prinsip Pemeriksaan Nilai Hematokrit


Darah dimampatkan dengan cara disentrifugasi dan total eritrosit yang
termampatkan terhadap total volume darah dinyatakan dalam persen.
Prosedur Pemeriksaan Nilai Hematokrit
Implikasi Klinik Nilai Hematokrit
1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, kehilangan banyak darah. Penurunan Hct sebesar 30%
menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.

2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada dehidrasi, polisitemia vera.

3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel eritrosit pada ukuran eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.

4. Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih kecil),
nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume
yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.
Nilai Rujukan Hematokrit
(Riswanto, 2013)
Dewasa laki-laki 40-52%

Dewasa wanita 35-47%

Bayi baru lahir 44-72%

Anak usia 1-3 tahun 35-43%

Anak usia 4-5 tahun 31-43%

Anak usia 6-10 tahun 33-45%


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit
1. Sampel diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur intra-vena
(infus), nilai Ht cenderung rendah/rendah palsu
2. Pemasangan tourniquet yang terlalu lama -> hemokonsentrasi, nilai
Ht meningkat
3. Untuk darah kapiler:
a. Tusukan kurang dalam, volume darah yang diambil sedikit
b. Darah diperas-peras keluar -> Ht rendah palsu
c. Kulit yang ditusuk masih basah karena alkohol
d. Terjadi bekuan dalam tetes darah
Indeks Eritrosit

Rinny Ardina, S.ST., M.Si


Pengantar Indeks Eritrosit
1. Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin
eritrosit.
2. Terdiri dari: MCV, MCH dan MCHC.
3. Digunakan untuk mengklasifikasikan anemia atau sebagai penunjang
dalam membedakan berbagai macam anemia.
4. Bila digunakan bersama dengan pemeriksaan eritrosit dalam sediaan
apus, maka gambaran morfologi eritrosit menjadi lebih jelas.
Indeks Eritrosit
1. MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. Normositik
(ukuran normal), mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau makrositik (ukuran
kecil >100 fL).
 Perhitungan: MCV (femtoliter) = 10 x Ht (%) : Eritrosit (106 sel/μL).
 Nilai normal: 80 – 100 (fL)
Indeks Eritrosit
 Implikasi Klinik Nilai MCV:
1. Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia def fe, talasemia
disebut juga anemia mikrositik
2. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism,
kekurangan folat/vitamin B12 disebut juga anemia makrositik
3. MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya
variasi berupa mikrositik dan makrositik
4. MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin
(AZT=ARV) dan sering digunakan sebagai pengukur kepatuhan
secara tidak langsung.
Indeks Eritrosit
 MCH : nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam eritrosit, dan
oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) eritrosit. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia.
 Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin x 10 : sel eritrosit
Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
Indeks Eritrosit
 Implikasi Klinik Nilai MCH:
1. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
2. Penurunan MCH mengindikasikan anemia hipokrom mikrositik
Indeks Eritrosit
 Indeks MCHC mengukur konsentrasi hemoglobin rata-rata dalam sel
darah merah dimana semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya.
 Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit x 100
 Nilai normal : 32 – 36 g/dL
 Implikasi Klinik:
1. MCHC menurun pada pasien def fe, anemia mikrositik, anemia
karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
2. MCHC meningkat pada sferositosis.
RETIKULOSIT

Rinny Ardina, S.ST., M.Si


Retikulosit
 Merupakan eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung sisa-
sisa ribosome dan RNA yang berasal dari sisa inti dari bentuk sel
sebelumnya.
 Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan
digunakan untuk mendiagnosis anemia.
 Peningkatan jumlah retikulosit: menggambarkan akselerasi produksi
eritrosit dalam sumsum tulang.
 Penurunan jumlah retikulosit: dapat mengindikasikan keadaan
hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.
Retikulosit
 Ribosome mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna
tertentu seperti brilliant cresyl blue (BCB) untuk membentuk endapan
granula atau filamen yang berwarna biru.
 Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup
dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital.
 Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosome
terbanyak, sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa
titik ribosome.
Retikulosit
Retikulosit
Prosedur Pemeriksaan Hitung Jumlah Retikulosit
1. Ke dalam tabung masukkan darah dan pewarna dengan perbandingan 1 :
1, campur baik-baik, biarkan selama 15 menit pada suhu 37oC atau selama
30 menit pada suhu 20-25oC agar pewarnaannya sempurna.
2. Buatlah sediaan apus campuran itu, biarkan kering di udara.
3. Periksalah di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan ditambah
oil immersion. Eritrosit nampak biru muda dan retikulosit akan tampat
sebagai sel yang mengadung granula/filamen yang berwarna biru.
4. Hitunglah jumlah retikulosit dalam 1000 sel eritrosit.

 Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X


100
 Nilai normal : 0,5-1,5%
Retikulosit
 Implikasi Klinik:
1. Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena
kerusakan sumsum tulang dengan anemia karena pendarahan atau
hemolisis (kerusakan sel darah) karena pendarahan atau hemolisis
akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien dengan
sumsum tulang yang normal.

2. Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik,


penyakit sel sabit dan metastase karsinoma.
Retikulosit
 Implikasi Klinik:
3. Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini
menandakan sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup
(misal anemia kekurangan besi, anemia aplastik, anemia pernisiosa,
infeksi kronik dan terapi radiasi).

4. Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan


efektifitas pengobatan. Setelah pemberian dosis besi yang cukup pada
anemia kekurangan besi, jumlah retikulosit akan meningkat 20%;
peningkatan secara proporsional terjadi ketika dilakukan transfusi
pada anemia pernisiosa. Peningkatan maksimum diharapkan terjadi 7-
14 hari setelah pengobatan (suplemen besi).
PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


Pendahuluan
 Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh
dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau
mengangkut/mendistribusikan antibodi.
 Ada dua tipe utama leukosit yaitu granulosit (neutrofil, eosinofil dan
basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit).
 Leukosit terbentuk di sumsum tulang, disimpan dalam jaringan limfa
dan diangkut oleh darah ke organ dan jaringan.
 Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino
dibutuhkan dalam pembentukan leukosit.
 Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per
milimeterkubik atau mikroliter darah.
 Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh,
terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing.
 Hitung jumlah leukosit merupakan indikator yang baik untuk
mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Nilai Rujukan Jumlah Leukosit
 Dewasa : 4000-11.000/ µL
 Bayi / anak : 9000-12.000/ µL
 Bayi baru lahir : 9000-30.000/ µL

 Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis,


sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut
leukopenia.
Etiologi
 Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) dapat terjadi secara fisiologik
maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik
yang berat, gangguan emosi, kejang, partus dan haid.
 Peningkatan leukosit patologik menunjukan adanya proses infeksi atau
radang akut, misalnya meningitis atau tuberculosis, leukemia, infeksi
parasit.
 Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan, misalnya:
aspirin, ampicilin.
 Leukopenia adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab
leukopenia adalah infeksi virus, obat-obatan (antimetabolit, antibiotik,
antikonvulsan, kemoterapi), anemia aplastik, atau multiple myeloma.
Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
 Alat:
1. Hemositometer (Kamar Hitung Neubauer Improved, pipet leukosit dengan skala
0-11, karet penghisap, cover glass)
2. Seperangkat alat sampling

 Reagensia:
1. Darah Vena EDTA atau darah kapiler
2. Larutan Turk, terdiri dari:
a) Asam asetat glasial 3 ml
b) Gentian Violet 1% 1 ml
c) Aquadest 100 ml
Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
 Darah yang dicampur dengan larutan asam lemah akan mengencerkan darah dan
melisiskan sel darah merah.

 Prinsip pemeriksaan : darah diencerkan dan dicat dengan larutan Turk → lalu dihitung
jumlah leukosit dalam volume tertentu.

 Cara pemeriksaan:
1. Hisap darah EDTA dgn pipet leukosit → sampai tanda 0,5
2. Hapus kelebihan darah dgn tisu
3. Hisap larutan Turk sampai tanda 11
4. Kocok campuran tadi ± 2 – 3 menit
5. Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
6. Hitung leukosit dengan mikroskop → 4 kotak besar → hasil x 200
 Nilai Rujukan: 4.000 – 11.000 / mm3
 Perhitungan:
1. Pengenceran dari skala 0,5-11: 20
2. Dik : P=1 mm, ℓ= 1 mm, t=0,1 mm
V= 1 x 1 x 0,1 = 0,1 mm3
3. Jumlah leukosit: rata-rata ∑ sel x 20
0,1 mm3
Misal: 20 sel x 20 = 4000 sel/µl
0,1 mm3
Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
Bilik Hitung/Kamar Hitung Pipet Eritrosit, Pipet Leukosit
1. Seorang pasien wanita berumur 23 tahun datang ke laboratorium membawa surat rujukan
dari dokter untuk dilakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit. Setelah dilakukan
pemeriksaan hitung jumlah leukosit dengan metode manual, diperoleh rata-rata jumlah
leukosit sebanyak 238 sel. Berapakah jumlah leukosit pasien tersebut?
2. Berdasarkan soal nomor 1, apakah istilah yang tepat untuk menunjukkan jumlah leukosit
tersebut?
3. Seorang pasien pria berumur 35 tahun datang ke laboratorium membawa surat rujukan
dari dokter untuk dilakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit. Setelah dilakukan
pemeriksaan hitung jumlah leukosit dengan metode manual, diperoleh rata-rata jumlah
leukosit sebanyak 18 sel. Berapakah jumlah leukosit pasien tersebut?
4. Berdasarkan soal nomor 3, apakah istilah yang tepat untuk menunjukkan jumlah leukosit
tersebut?
5. Seorang pasien wanita berumur 40 tahun datang ke laboratorium membawa surat rujukan
dari dokter untuk dilakukan pemeriksaan hitung jumlah leukosit. Setelah dilakukan
pemeriksaan hitung jumlah leukosit dengan metode manual, diperoleh total jumlah
leukosit sebanyak 84 sel. Berapakah jumlah leukosit pasien tersebut?
TERIMA KASIH
PEMERIKSAAN
HITUNG JENIS LEUKOSIT

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
 Terdapat 5 jenis leukosit yang utama: neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit,
dan monosit.
1. Eosinofil
ciri-ciri: berukuran 12-15 µm dengan inti sel umumnya terdiri dari 2
lobus. Sitoplasmanya luas dan memiliki granula yang besar, bulat,
homogen, terwarnai merah-jingga.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
2. Basofil
ciri-ciri: berukuran 11-13 µm, bentuknya bulat dan inti sel tidak tampak
jelas karena tertutup granula. Sitoplasma sedikit/sempit, mengandung
banyak granula yang besar, heterogen, terwarnai ungu donker
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
3. Neutrofil Segmen
ciri-ciri: . Berukuran 12-15 µm, berbentuk bulat, inti sel berlobus 2-5,
dihubungkan satu sama lain oleh benang kromatin. Neutrofil dengan inti
berlobus dinamakan neutrofil segmen. Sitoplasma sel ini luas, terwarnai
pink pucat, dan bergranula halus yang terwarnai ungu muda.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
4. Neutrofil Staf
ciri-ciri: . Berukuran 12-15 µm, berbentuk bulat, kadang-kadang juga
dijumpai neutrofil berbentuk huruf C, U, dan S sehingga sel ini
dinamakan neutrofil batang atau staf. Sitoplasma sel ini luas, terwarnai
pink pucat, dan bergranula halus yang terwarnai ungu muda.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
5. Limfosit
ciri-ciri: berbentuk bulat, inti sel bulat atau sedikit berlekuk, menempati
sebagian besar ruang sel, kromatin padat dan terwarnai ungu donker.
Sitoplasma sedikit/sempit, terwarnai biru pucat dan tidak memiliki
granula.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
5. Monosit
ciri-ciri: berukuran 15-25 µm, bentuknya ireguler, inti sel bentuknya
bervariasi (memanjang atau melipat seperti ginjal), tidak beraturan, dan
terwarnai ungu. Sitoplasma luas, terwarnai biru pucat, mengandung
granula-granula halus seperti debu dan biasanya terwarnai kemerahan.
Kadang-kadang tampak vakuola di dalamnya.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
 Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis dan memantau penyakit
terutama penyakit infeksi dan keganasan. Pemeriksaan hitung jenis terdiri dari:
1. Eosinofil
Eosinofil berperan dalam reaksi alergi, reaksi obat dan infeksi parasit.
Nilai normal : 2-4 %.
Peningkatan persentase eosinofil lebih dari 6% (eosinofilia) dapat disebabkan
oleh respon tubuh terhadap reaksi alergi, atau infeksi parasit. Sedangkan
eosipenia (penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi) dapat terjadi pada saat
tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid).
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
2. Basofil
Basofil menunjukkan adanya keganasan. Nilai normal : 0-1 % .
Peningkatan jumlah basofil (basofilia) dapat dijumpai pada proses inflamasi,
leukemia mielositik kronik (chronic myelocytic leukemia, CML), tahap
penyembuhan infeksi atau inflamasi. Sedangkan penurunan jumlah dapat
dijumpai pada stres, rekasi hipersensitivitas, kehamilan dan hipertiroidisme.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
3. Neutrofil
Neutrofil berperan dalam melindungi tubuh melawan infeksi (bakteri)
Nilai normal : 50-70 %.
Peningkatan persentase neutrofil (neutrofilia) dapat terjadi pada infeksi
bakteri. Sedangkan penurunan persentase neutrofil (neutropenia) dapat
disebabkan oleh penurunan produksi neutrofil, peningkatan kerusakan
sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit keganasan hematologi,
gangguan hormonal dan infeksi berat.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
4. Limfosit
Limfosit berperan untuk memproduksi antibodi dalam melawan infeksi
(virus). Nilai normal : 20-40 % .
Peningkatan limfosit (limfositosis) dapat terjadi pada penyakit virus,
penyakit bakteri dan gangguan hormonal. Sedangkan penurunan jumlah
limfosit (limfopenia) dapat terjadi pada luka bakar dan trauma.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
5. Monosit
Berperan dalam infeksi virus, bakteri kronik dan protozoa.
Nilai normal 2-8 %.
Peningkatan jumlah monosit (monositosis) biasanya berkaitan dengan
infeksi virus, bakteri dan parasit tertentu, kerusakan jantung dan
keganasan hematologi. Sedangkan penurunan jumlah monosit
(monositopenia) biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi
mengindikasikan stres, penggunaan obat glukokortikoid, dan
imunosupresan.
Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
 Alat:
1. Kaca objek
2. Kaca penggeser
3. Mikropipet 10 µl atau pipet tetes
4. Rak pewarnaan

 Reagensia:
1. Giemsa stok
2. Buffer phosphat 7,2/aquades pewarnaan Giemsa
3. Metanol
PEMERIKSAAN
LAJU ENDAP DARAH
(ERYTHROCYTE SEDIMENT RATE)

Rinny Ardina, S. ST., M.Si


Pemeriksaan Laju Endap Darah
 Laju endap darah (LED) atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
adalah ukuran kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta
perbandingan eritrosit dan plasma.
 LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.
 Kecepatan LED meningkat  berat sel meningkat. Kecepatan LED menurun 
permukaan sel lebih luas.
 Pemeriksaan ini digunakan untuk pemantauan keberhasilan terapi dan perjalanan
penyakit terutama penyakit kronis, mengetahui kemungkinan adanya keganasan, dan
penyakit infeksi/radang.
 Pemeriksaan LED tidak bersifat spesifik namun digunakan sebagai pemeriksaan
penyaring (screening) dan memantau berbagai macam penyakit yang berdampak pada
protein plasma
Mekanisme Sedimentasi Eritrosit
 The ESR is consist of mainly four phases. These are aggregation, rouleaux formation,
sedimentation and packing.
 1st 15 minutes : Phase of minimum fall : The red cells suspended in a column of
citrated blood undergo rouleaux formation in the plasma and become heavier.
Sedimentation in this phase is very low.
 2nd 15 minutes : Phase of moderate falling : Fibrinogen and globulin in the
plasma develop fine threads and build up a network. The rouleaux of the red cells get
tapped in the mash of network and become heaviest. It starts to settle quickly.
 3rd 15 minutes : Phase of maximum fall : In this phase the rate of fall of the
protein network with red cell mass is maximums.
 4th 15 minutes : Phase of packing : In this phase the sedimented red blood cells
and protein mass undergoes packing to the bottom.
FACTORS INFLUENCING ESR

 Plasma : RBCs carry a negative electronic charge, where as plasma


carries a positive charge. Any conditions in plasma that increases it
positive charge; increase rouleaux formation and increases ESR by
lengthing stage-I (aggregation and rouleaux formation.). Fibrinogen,
globulin and cholesterol accelerate while albumin retards
sedimentation. Hence, ESR is increase in any conditions that increases
fibrinogen (tissue break-down as in infection and tuberculosis) or
globulin (rheumatic fever, multiple myaloma and kala-azar).
FACTORS INFLUENCING ESR

 Red Blood Cells : Increase in blood cell counts as in Polycythemia.


Low blood cell count in anaemia tends to increase ESR. However,
altered shaped of the RBCs as in Sickle cell anaemia and microcytic
hypochromic anaemia tends to prevent rouleaux formation and
decrease ESR. In Sickle cell anaemia the red cell resist to rouleaux
formation that’s why ESR is decreased.
FACTORS INFLUENCING ESR
 Physiological Variation : ESR is low in infants, increase upto puberty, and
then decreases upto old age when aging it increased. ESR is greater in women
then men. It increases after the third month of pregnancy and returns to normal
by about third or fourth weeks after delivery (postpartum).
 Temperature of the environment : ESR is increases when temperature of the
environment is increase. It is directly proportional to the temperature.
 Difference between specific gravity of Red blood cell and plasma.
 Diameter and length of the ESR tube.
 Position of the ESR tube : Normally ESR tube is placed vertical position
(90°). If the tube is placed slightly slant, ESR is increases. For every 3° of the tube
position ESR is increase approximately 30 mm.
Pemeriksaan Laju Endap Darah
Ada dua macam metode untuk pemeriksaan LED, yaitu:
1. MetodeWestergreen
Menggunakan pipet atau tabung Westergreen dan rak Westergreen. Prinsip: darah
dengan antikoagulan yang telah dicampur dengan baik dihisap dengan tabung
Westergreen dan diletakkan pada rak Westergreen selama 1 jam atau 2 jam, dicatat
kecepatan pengendapan eritrosit dalam mm sebagai laju endap darahnya. Nilai
rujukan: untuk pria 0-15 mm/jam dan untuk wanita 0-20 mm/jam.
2. MetodeWintrobe
Menggunakan tabung Wintrobe. Prinsip pemeriksaan sama dengan metode
Westergreen. Nilai rujukan: untuk pria 0-9 mm/jam dan untuk wanita 0-20
mm/jam.
Pipet Westergreen
Pemeriksaan Laju Endap Darah
Prinsip : saat darah dengan antikoagulan diletakkan pada tabung dengan posisi tegak lurus
selama kurun waktu tertentu, maka eritrosit akan turun dan mengendap ke bawah tabung.
Dua lapisan terbentuk, lapisan pertama adalah plasma dan lapisan kedua adalah eritrosit yang
terendapkan.
 Alat:
1. PipetWestergren
2. Alat sampling
3. Botol sampel
 Bahan:
1. NaCl 0,9%
2. EDTA
3. Darah vena
Implikasi Klinik
Pemeriksaan Laju Endap Darah
 Nilai LED meningkat terjadi pada kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya
tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, Systemic Lupus
Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III.
Peningkatan nilai LED >50 mm/jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan
melakukan pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis.

 Nilai LED menurun terjadi pada polisitemia, gagal jantung, anemia sel sabit,
serum protein rendah akibat interaksi obat seperti etambutol, kuinin, aspirin,
dan kortison.
References
1) Hematology Principles and Procedure: Barbara Brown,
2) Ganda Soebrata: Penuntun Laboratorium Klinik,
3) Hematology (Lecture Note): NC Hughen-Jones, dkk
4) Atlas Hematologi Praktikum Hematologi dengan Mikroskop: C. Fritz Hecner
Mathias Freund,
5) The Morphology of Human Blood Cells: Ann Bell&Sabah Sallah
6) Dacie and Lewis
7) Procedurs in Phlebotomy, Third Edition, John C. Flynn, JR, Elsevier

Anda mungkin juga menyukai