ANALI
SA
Oleh GAS
DARA dr.Fasni Halil,M.Kes, SpPK
H
Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Khairun Ternate
2018
fsnhalil@gmail 1
PENDAHULUAN
A. Pengetahuan
Paru-paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu
mengambil dari udara luar dan mengeluarkan CO 2 . Bilamana paru berfungsi secara
normal, tekanan parsial O2 dari CO2 badan ke udara di dalam darah akan
dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas
darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting sekali di dalam
penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita penyakit paru.
Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis,
menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat
terapi. Sama halnya dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan
pemeriksaan gula darah penderita diabetes melitus. Dengan majunya ilmu
pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan parsial O 2 dan CO2
serta pH darah dapat diukur dengan mudah.
Analis gas darah sering digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam –
basa spesifik pada tingkat kompensasi yang telah terjadi biasanya pemeriksaan ini
darah arterial,jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh sampel dapat juga
digunakan. Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu
pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri
memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan
ataukekurangan basa.
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA )
merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk
mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O 2), Karbondiosida ( CO2) dan
status asam-basa dalam darah arteri. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas
Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa
yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen
dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3 dan BE (base
fsnhalil@gmail 2
excesses/kelebihan basa). Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai
pegangan dalam penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun.
Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :
a) Penyakit pernafasan
b) Pemberian oksigen
c) Kadar oksigenasi dalam darah
d) Kadar CO2
e) Keseimbangan asam-basa
f) Ventilasi
fsnhalil@gmail 4
Ada tidaknya sirkulasi koleteral
Seberapa besar arteri
6. Sat O2
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung
kandungan oksigen dalam darah.
1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe,
2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi
thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada
tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan
antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.
E. Komplikasi
Apabila jarum menembus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri pendarahan,
cidera syaraf dan spsme arteri
F. Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1. Pra Analitik
a) Persiapan Pasien :
Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai
tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dilakukan.
Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
Jelaskan tentang Allen’s test
Mengatur posisi pasien
b) Persiapan Sampel :
Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah
heparin. Pemberian heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan
CO2. Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
fsnhalil@gmail 6
Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
c) Prinsip Pemeriksaan :
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel
secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas
standar melalui pemencaran system infra red dimana akan menghasilkan
perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi signal
analog (420).
d) Alat dan Bahan :
1. 3 ml sampai 5 ml disposibel,
2. 1 ml heparin aqueous
3. 20 G 1 jarum
4. 22 G 1 jarum
5. Sarung tangan
6. Alkohol swab
7. Topi karet untuk syringe hub atau penutup karet untuk jarum,
8. Label,
9. Media Transport dengan es,
10. Plester
12. 0.5% lidocoaine solution,
13. AGD Analyzer
2. Analitik
Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut
(McCann, 2004):
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki
ruangan pasien.
b. Cuci tangan dengan menggunakan enam langkah benar
c. Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan
tersebut serta pindahkan label contoh dan tas plastik (plastic bag).
d. Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien,
tanggal dan waktu pengambilan,metode pemberian oksigen,
fsnhalil@gmail 7
e. Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan
prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kooperatif pasien dalam melancarkan tindakan tersebut.
f. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
g. Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.
Cara allen’s test :
Minta pasien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta pasien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu
jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
h. Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau
povidoneiodine pad.
i. Gunakan gerakan memutar (circular ) dalam membersihkan area injeksi,
dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.
j. Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan
satunya lagi memegang syringe
k. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat.
Ketika area injeksi arteribrankhial, posisikan jarum 60 derajat.
l. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
m. Perhatikan untuk blood backflow di syringe ( Injeksi tabung)
n. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pada area injeksi hingga
pedarahan berhenti yaitu sekitar 5 menit.
o. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara,
pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan
secara perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad
p. Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan
tempatkan tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.
q. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada
ice-filled plastic bag
r. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan plester
fsnhalil@gmail 8
s. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi.
t. Pantau atau perhatikan risiko adanya perdarahan di area injeksi.
fsnhalil@gmail 9
Gambar 3. Gas Darah Analizer
3. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil AGD
Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau
alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan
hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg
mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 ada
lah 80100 mmHg
PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme norma
l,
PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarka
n hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme,
PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai
normal PCO2 adalah 3545 mmHg
HCO3, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti
ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu p
ula sebaliknya. HCO3-
juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi
gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO
3normal berada dalam rentang 2226 mmol/l
Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus
ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi
PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C 0
BE bernilai positif menunjukkan
kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negative
menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah 2 sampai 2
mmol/l
Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Nilai
normalnya adalah 9598 %.
fsnhalil@gmail 10
Gambar 4. Interprestasi Hasil AGD
Daftar Pustaka
fsnhalil@gmail 11