Anda di halaman 1dari 3

Nama : NADIN SEKAR KINARI

NIM : 20118054
Kelas : 3C/D4 TLM

Resume Praktikum Hematologi III


Hemoglobin Electroforesis

Hemoglobin Elektroforesis adalah tes darah yang dilakukan untuk memeriksa tipe-tipe
hemoglobin dalam darah. Hemoglobin adalah protein yang terdapat di dalam sel darah merah.
Fungsinya untuk mengangkut oksigen ke seluruh organ dan jaringan tubuh. Di dalam tubuh,
terdapat ratusan jenis hemoglobin yang berbeda. Menurut situs MedlinePlus, berikut adalah tipe
hemoglobin normal yang paling umum:

 Hemoglobin A, jenis hemoglobin paling umum yang ada di tubuh orang dewasa sehat.
 Hemoglobin F atau hemoglobin fetal, ditemukan pada janin dan bayi baru lahir.
Hemoglobin F akan segera terganti oleh hemoglobin A setelah bayi lahir.

Apabila kadar hemoglobin A atau F terlalu tinggi atau rendah, kondisi ini dapat
menandakan adanya anemia jenis tertentu.

Sementara itu, terdapat pula ratusan tipe hemoglobin yang abnormal atau bermasalah, seperti :

 Hemoglobin S, tipe yang umum ditemukan pada penyakit anemia sel sabit.
 Hemoglobin C, tipe ini tidak dapat membawa oksigen di dalam sel darah merah dengan
baik. Umumnya ditemukan pada anemia tingkat ringan.
 Hemoglobin E, tipe ini umum ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara, dan
disertai dengan gejala-gejala anemia ringan atau tidak bergejala sama sekali.

Tes ini menggunakan aliran listrik untuk memisahkan hemoglobin normal dan abnormal
di dalam darah. Dengan demikian, jumlah masing-masing hemoglobin di dalam darah dapat
diukur.
Pemeriksaan Hemoglobin Elektroforesis digunakan untuk :

 Pemeriksaan rutin: sebagai lanjutan dari tes darah lengkap yang dilakukan saat cek fisik
rutin.
 Diagnosa kelainan darah: jika pasien menunjukkan gejala-gejala anemia, tes ini bisa
membantu menemukan jenis hemoglobin abnormal dalam darah yang bisa menjadi tanda-
tanda kelainan seperti sickle cell anemia, thalassemia, atau polycythemia vera.
 Untuk memonitor perkembangan pengobatan: jika pasien sedang dalam perawatan untuk
kondisi yang menyebabkan adanya hemoglobin abnormal, tes ini bisa memonitor kadar
dari tiap-tiap hemoglobin dalam darah.
 Untuk screening kondisi genetik: pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan anemia
turunan mungkin ingin melakukan tes ini sebelum memilki anak untuk melihat seberapa
besar kemungkinan kondisi ini akan diwariskan.

Pada kebanyakan kasus, elektroforesis hemoglobin juga dilakukan sebagai bagian dari
rangkaian screening darah pada bayi baru lahir, agar bayi yang terdeteksi memiliki kelainan
darah bisa didiagnosa, dimonitor, dan diobati seawal mungkin untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang bisa mengancam keselamatan jiwa.

Kadar hemoglobin abnormal yang mencolok bisa berarti :

 Penyakit hemoglobin C.
 Kelainan darah (hemoglobinopathy) yang langka.
 Sickle cell anemia.
 Kelainan darah turunan dimana tubuh membentuk hemoglobin yang abnormal
(thalassemia).

Hasil tes bisa tidak tepat (false normal atau abnormal) jika pasien pernah mendapatkan
transfusi darah dalam 12 minggu sebelum pelaksanaan tes.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
Menurut Estridge dan Reynolds (2012) kadar hemoglobin dalam darah dapat dipengaruhi
berbagai faktor, antara lain :
1. Usia
Kadar hemoglobin menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar hemoglobin terlihat
menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun dibeberapa kondisi kadar hemoglobin
pada anak-anak menurun drastis diakibatkan kebutuhan zat besi yang lebih banyak untuk
pertumbuhannya

2. Jenis kelamin
Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada
perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan metabolisme laki-laki yang
lebih aktif daripada perempuan. Kadar hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena
mengalami siklus menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami
menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi.

3. Logam berat
Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan langsung berinteraksi dengan
darah, sebagai contoh adalah timbal. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal
dari pencemaran udara dan rokok (Gusnita, 2012)

4. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin.
Rokok mengandung banyak zat beracun dan komponen yang menyebabkan kanker dan
berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida, karbonmonoksida, hidrogen
sianida dan radikal bebas. Karbonmonoksida 245 kali lebih mudah berikatan dengan
hemoglobin dibandingkan oksigen dengan hemoglobin

5. Berbagai status penyakit


Berbagai status penyakit dapat memepengaruhi kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin
rendah timbul pada infeksi kronik dan peradangan.Status penyakit kronik ini meliputi
HIV-AIDS, hemoglobinopathies dan infeksi karena Schistosomiasis, Trichuriasis, dan
Ascaris.

6. Faktor pola makanSumber zat besi terdapat dimakanan bersumber dari hewani dimana
hati merupakan sumber yang paling banyak mengandung Fe (antara 6,0 mg –14,0 mg).
Sumber lain juga berasal dari tumbuh ; tumbuhan tetapi kecil kandungannya (Gibson,
2005).

Anda mungkin juga menyukai