Anda di halaman 1dari 9

Nama

Desak Gede Dian Purnama Dewi

NIM

P07134014027

Semester

V (Lima)

Judul

Pemeriksaan Anti-HBs

Hari, Tanggal :

Rabu, 12 Oktober 2016

Tempat

Laboratorium Imunoserologi JAK Poltekkes Denpasar

I. TUJUAN
Pemeriksaan imunokromatografi (rapid test) untuk mendeteksi secara kualitatif
adanya antibodi virus hepatitis B dalam sampel serum atau plasma pasien.
II. METODE
Metode yang digunakan pada pemeriksaan Anti-HBs adalah imunokromatografi.
III.PRINSIP
Berdasarkan reaksi antara antibodi dalam serum atau plasma dengan antigen HBV
rekombinan yang terkonjugasi dengan gold colloid, dan bermigrasi sepanjang
membran secara kromatografi dengan gaya kapiler untuk bereaksi dengan antigen
HBV rekombinan dalam membran dan menghasilkan garis warna ungu.
IV. DASAR TEORI
Virus hepatitis B (HBV) adalah agen menular bersifat kosmopolitan yang saat ini
menginfeksi lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia, saat ini terhitung lebih dari
dua miliar. Diperkirakan bahwa lebih dari setengah dari penyakit karsinoma
hepatoseluler (HCC) dan sirosis hati baik kronis maupun akut di seluruh dunia
disebabkan oleh infeksi HBV. Klasifikasi HBV didasarkan pada antigen permukaan
virus hepatitis B (HBsAg) (Ali,Ashraf, et al. 2014).
HBV termasuk dalam keluarga Hepadnaviridae terdiri dari dua genera yaitu
Orthohepadnavirus dan Avihepadnavirus yang terkait dengan urutan besar virus
Retroid. HBV tergolong dalam kelompok virus DNA yang sebagian berupa untaian
tunggal dan DNA polymerase endogen yang berfungsi menghasilkan DNA untaian
ganda. Virion lengkap HBV terdiri atas suatu struktur berlapis ganda dengan diameter
keseluruhan 42 nm. Luar amplop terdiri dari fosfolipid atau lapisan protein dan
bagian dalam berisi antigen inti (HBcAg) dengan genom virus. Berdasarkan

perbedaan urutan nukleotida genom, virus HBV saat ini diklasifikasikan ke dalam 10
genotipe (A-J) dan beberapa subgenotip. Virus ini ditemukan terutama di dalam hati
namun juga dijumpai di dalam darah dan cairan tubuh tertentu (World J
Gastroenterol. 2014).
Untuk menegakkan diagnosis terhadap penyakit hepatitis B dapat dilakukan
secara uji serologis. Menurut Zhiqun Wang (2011), penanda pertama dari infeksi ini
dapat dilihat dengan uji HBsAg yang sudah terdeteksi 1 sampai 12 minggu. Setelah 6
bulan maka HBsAg tidak terdeteksi dalam serum oleh karena kemunculan antibodi
HBsAg atau anti-HBs. Anti-HBs sebagai penanda kekebalan tubuh terhadap virus
hepatitis B yang dapat dideteksi secara rapid tes imunokromatografi, dengan ELISA
dan metode amplifikasi (Masoomeh, 2014).
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Pipet disposable/ pipet kapiler
2. Yellow tip
3. Mikropipet 100 l
b. Bahan
1. Kaset pemeriksaan Anti-HBs
c. Sampel
Serum atau plasma (EDTA, heparin, sitrat)
VI. CARA KERJA
1. Semua komponen bahan atau reagen dan spesimen dikondisikan pada suhu
ruang sebelum dilakukan pemeriksaan
2. Kaset test dikeluarkan dari kemasannya dan ditempatkan pada daerah datar
serta permukaan yang kering
3. Dimasukkan 100l spesimen kedalam lubang spesimen
4. Pemeriksaan mulai berjalan jika terlihat warna ungu bergerak sepanjang garis
pada kaset
5. Hasil dibaca pada 20 menit
VII.

INTERPRETASI HASIL
Negatif : hanya terlihat atau muncul warna ungu pada garis konrol C saja
Positif : terlihat atau muncul warna ungu pada garis kontrol C dan test T
Invalid : warna ungu tidak muncul atau terlihat pada garis kontrol C

VIII. HASIL PENGAMATAN


Identitas sampel
Nama Pasien
: Luh Putu Devi Kartika
Asal Sampel
: Mahasiswa Poltekkes Denpasar
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 20 tahun
Sampel
: Serum
Hasil
: Positif (+)
Gambar Alat dan Bahan

Kaset tes Anti-HBs rapid one step)

Sampel serum probandus atas nama Luh

Ex : Maret 2018

Putu Devi Kartika

Hasil Pemeriksaan HIV Rapid Test

Keterangan :
IX.
A

: Terdapat garis berwarna ungu pada C line

: Terdapat garis berwarna ungu pada T line

: Tempat untuk meneteskan sampel serum atau plasma

Hasi

PEM

: Terdapat dua garis berwarna ungu yaitu pada control


line dan tes line, maka hasil tersebut dapat diinterpretasikan positif

l
BAHASAN
Virus hepatitis B merupakan masalah kesehatan global dan penyebab umum dari
sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Terdeteksinya hepatitis B antigen permukaan
di dalam tubuh merupakan penanda awal terjadinya infeksi. HBsAg akan muncul dan
dapat dideteksi 2 8 minggu sebelum munculnya gejala klinis yaitu peningkatan
kadar ALT dan terjadinya jaundice. Jika HBsAg berada pada darah hingga lebih dari
6 bulan berarti telah terjadi infeksi kronis pada pasien (Liu, Yong, et all. 2016).
Apabila tubuh terpapar oleh benda asing maka tubuh akan memberikan reaksi
penolakan dan perlawanan berupa terbentuknya sistem imunitas tubuh yaitu antibodi.
Antibodi yang spesifik terhadap virus hepatitis B adalah anti-HBs. Anti-HBs akan
muncul atau dapat dideteksi 1 4 bulan setelah adanya paparan antigen. Anti-HBs
adalah antibodi penetralisir utama yang melindungi tubuh dari infeksi virus hepatitis
B (Wang, Zhiqun, et all. 2011). Pasien dengan anti-HBs positif memiliki lebih rendah

HBsAg dan HBV yang menunjukkan bahwa anti-HBs sebagian bisa menetralisir
HBsAg dan partikel HBV dalam sirkulasi darah. Kadar HBsAg dan anti-HBs
mencerminkan beratnya penyakit hati dan reaktivasi dari virus itu sendiri. Munculnya
anti-HBs setelah infeksi menunjukkan pemulihan dan imunitas terhadap infeksi HBV
(Insert Kit, 2015).
Adanya antibodi terhadap HBV didalam tubuh dapat dideteksi dengan
menggunakan tes cepat secara imunokromatografi. Metode ini didasarkan atas reaksi
antara antigen HBV rekombinan yang terdapat di dalam membrane tes dengan
antibodi HBV yang terdapat di dalam sampel serum atau plasma pasien. Reaksi
keduanya tersebut kemudian bergerak sepanjang aliran membrane lateral dan
membentuk kompleks antigen-antibodi sehingga akan menampakkan garis berwarna.
Tujuan dari pemeriksaan secara imunokromatografi ini adalah untuk mendeteksi
secara kualitatif adanya antibodi virus hepatitis B dalam sampel serologis (Insert Kit,
2015). Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah tes dapat dilakukan dengan cepat
sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasilnya. Selain itu,
tes ini tidak membutuhkan peralatan yang banyak dan keterampilan khusus dalam
pengerjaannya Tes Anti-HBs rapid tes ini hanya bersifat kualitatif, untuk mengukur
kadar antibodi HBV yang terbentuk dapat dikonfimasi dengan menggunakan metode
ELISA dan PCR yang mampu mendeteksi hingga titer sangat rendah dari antibodi
(Masoomeh, 2014).
Kaset tes yang digunakan saat praktikum adalah one step anti-HBs rapid test
dengan merck SD Bioline. Kaset ini memiliki 2 garis penanda yaitu garis C untuk
control dan garis T untuk tes. Apabila dalam sampel pasien terdapat antibodi HBV
maka kaset tersebut akan memunculkan dua buah garis warna pada C dan T,
sedangkan apabila dalam sampel pasien tidak terdapat antibodi HBV maka kaset tes
akan memunculkan satu garis warna yaitu pada C saja. Fungsi dari garis kontrol
adalah untuk mengontrol prosedur pemeriksaan dan keadaan dari kaset itu sendiri dan
control line harus selalu muncul ketika melakukan pemeriksaan. Apabila saat
melakukan pemeriksaan tidak muncul garais berwarna pada control line maka
pemeriksaan tersebut dianggap gagal atau invalid. Garis berwarna ungu pada tes akan
terlihat sangat jelas jika kadar antibodi HBV mencukupi dan tidak akan terlihat jelas

apabila titer antibodi dalam sampel sangat rendah (Insert Kit, 2015). Tes Anti-HBs
positif artinya seseorang sudah pernah terpapar ataupun mendapatkan vaksin hepatitis
B. Sedangkan apabila Anti-HBs positif pada seseorang yang tidak pernah dilakukan
vaksinasi maka berarti bahwa orang tersebut pernah terinfeksi hepatitis B. Anti-HBs
juga dapat ditemukan positif pada bayi yang mendapat kekebalan dari sang ibu
(Wang, Zhiqun, et all. 2011).
SD Bioline Anti-HBs dapat mengidentifikasi HBaAb dalam serum atau plasma
dengan sensitivitas yang tinggi. Sensitivitas dari tes ini adalah 30 mIU/ml. 1 strip tes
anti-HBs terdiri dari gold partikel konjugasi, HBsAg pada test line dan antibodi
monoclonal anti-HBs pada control line. Kaset tes ini harus disimpan pada suhu 2
30oC dan tidak boleh dibekukan. Tes device ini sangat sensitive terhadap panas dan
kelembaban, oleh karena itu setelah tes device ini dikeluarkan dari pembungkusnya
maka harus segera digunakan dan perhatikan juga batas kadaluarsa dari tes device.
Penggunaan tes device yang kadaluarsa akan mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
dapat memberikan interpretasi yang salah. Sensitivitas dari reagen ini adalah 91,7%
sedangkan spesifisitasnya adalah 98,9% (Insert Kit, 2015). Menurut Miguel Marino
(2013), sensitivitas adalah proporsi orang yang benar sakit dalam populasi yang juga
diidentifikasi sebagai orang sakit oleh tes penapisan sedangkan spesifisitas adalah
proporsi orang yang benar benar tidak sakit dan tidak sakit pula saat diidentifikasi
dengan tes penapisan. Jadi, tes device merck SD Bioline ini mampu mendeteksi orang
yang benar-benar memiliki antibodi terhadap virus hepatitis B sebesar 91,7%,
sedangkan kemampuan reagen ini dalam mendeteksi orang yang tidak memiliki
antibodi virus hepatitis B adalah 98,9%.
Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan dapat berupa serum atau plasma.
Jika sampel tidak segera dikerjakan maka harus disimpan pada suhu 2 8oC. Untuk
penyimpanan sampel lebih dari 3 hari sebaiknya sampel tersebut dibekukan. Selain
itu syarat sampel untuk pemeriksaan adalah spesimen yang digunakan tidak boleh
mengandung endapan karena dapat memberikan hasil tes yang tidak konsisten maka
spesimen tersebut harus diklarifikasi sebelum dilakukan pengujian. Pemeriksaan
Anti-HBs dilakukan dengan cara meyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu dan
meletakkannya pada suhu ruang (15 30oC), langkah selanjutnya adalah membuka

pembungkus tes dan meletakkan kaset tes pada tempat yang datar dan kering.
Kemudian teteskan sebanyak 100 mikron serum atau plasma ke dalam lubang sampel,
tes tersebut akan bekerja apabila telah terlihat aliran berwarna ungu yang bergerak
sepanjang membrane. Langkah terakhir adalah menginterpretasikan hasil
pemeriksaan pada menit ke- 20 (Insert Kit, 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil uji Anti-HBs rapid test pada
sampel atas nama Luh Putu Devi Kartika menunjukkan hasil positif yang ditandai
dengan terbentuknya dua garis warna pada C line dan T line, hal tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat antibodi yang spesifik terhadap virus hepatitis B di
dalam tubuh pasien. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pasien telah menerima
vaksin HBV sebelumnya. Vaksin HBV merupakan rekombinan DNA virus hepatitis B
yang sudah dilemahkan. Dengan adanya vaksin ini dapat memicu terbentuknya sistem
imunitas terhadap antigen virus hepatitis B di dalam tubuh seseorang.

X. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan Anti-HBs rapid tes pada serum pasien atas nama
Devi Kartika didapatkan hasil positif yang berarti bahwa dalam serum pasien telah
terbentuk antibodi terhadap virus hepatitis B.

DAFTAR PUSTAKA
Ali,Ashraf, et al. 2014. Hepatitis B virus, HBx mutants and their role in
hepatocellular carcinoma. [online]. Tersedia :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4130832/. [diakses : 13
Oktober 2016, 16.17 wita
Insert Kit. 2015. OneStep Anti-HBs Rapid Test. Republic of Korea : SD Bioline
Liu, Yong, et all. 2016. Clinical and Virological Characteristics of
Chronic Hepatitis B Patients with Coexistence of HBsAg
and

Anti-HBs.

[online].

Tersedia
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4709170
/. [diakses : 13 Oktober 2016, 14.02 wita]
Marino, Miguel, et al. 2013. Measuring Sleep: Accuracy, Sensitivity, and Specificity
of Wrist Actigraphy Compared to Polysomnography. [online]. Tersedia
: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3792393/. [diakses :
14 Oktober 2016, 20.36 wita]
Masoomeh, et all. 2014. The persistence of anti-HBs antibody and
anamnestic response 20 years after primary vaccination
with

recombinant

hepatitis

[online].

vaccine

at

Tersedia

infancy.
:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4514033/
. [diakses : 13 Oktober 2016, 18.09 wita]
Wang, Zhiqun, et all. 2011. Transplacentally Acquired Maternal
Antibody against Hepatitis B Surface Antigen in Infants
and its Influence on the Response to Hepatitis B
Vaccine.

[online].

Tersedia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3178586/
. [diakses : 13 Oktober 2016, 13.24 wita]

World J Gastroenterol. 2014. Hepatitis B virus lineages in mammalian hosts:


Potential for bidirectional cross-species transmission. [online]. Tersedia :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4069295/. [diakses : 13
Oktober 2016, 16.09 wita]

Anda mungkin juga menyukai