Anda di halaman 1dari 44

BAB II

MANAJEMEN LABORATORIUM

2.1 Profil Rumah Sakit

2.1.1 Identitas Rumah Sakit

Nama : RS. Muhammadiyah Bandung

Kelas Rumah Sakit : Setara Kelas C

Tanggal Berdiri : 18 November 1968

Nomor Izin Penyelenggaraan : 445/2779-Huk

Surat Kepemilikan : Amal Usaha PW Muhammadiyah


Bandung

Status Rumah Sakit : Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut

Jumlah Tempat Tidur : 149

Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 53


Bandung Telp. (022) 7301062

Luas Tanah : 7.751 m2

Luas Bangunan : 2.853 m2

5
2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit

Pada tahun 1965 sebelum Muktamar Muhammadiyah ke-36


diselenggarakan, Gubernur Propinsi Jawa Barat Mayjen Mashudi meminta kepada
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat agar segera memprakarsai
berdirinya sebuah Rumah Sakit Islam di Bandung, alasan karena atas dasar
tuntutan masyarakat Jawa Barat dan sudah ada 5 yayasan yang akan mendirikan
Rumah Sakit Islam tetapi tidak terwujud.

Sebagai tindak lanjut dari keinginan tersebut, maka pada Muktamar


Muhammadiyah ke-36 yang dilaksanakn pada bulan Juli 1965 di Bandung,
dihasilkan suatu keputusan antara lain agar setiap Propinsi di seluruh Indonesia
dibangun sebuah Rumah Sakit Muhammadiyah, Sekolah Perawat dan Sekolah
Bidan.

Terdorong atas rasa tanggung jawab dan keprihatinan umat Islam di


Bandung, khususnya Muhammadiyah dengan melihat kenyataan di Bandung ini
hanya ada 5 Rumah Sakit Swasta non muslim. Niat ini kemudian disampaikan
dalam sebuah rapat pleno Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah tahun
1967 dan Rapat Kerja Majelis Pendidikan dan Kesejahteraan Ummat (PKU), agar
di Bandung segera didirikan Rumah Sakit Muhammadiyah, yang kemudian
disetujui untuk segera didirikan.

Langkah awal segera dilakukan dalam menentukan titik lokasi


didirikannya Rumah Sakit Islam Muhammadiyah, yaitu dengan meminta saran
kepada Walikota Kotamadya Bandung, Bapak E. Sukarna Widjaya dan Kepala
Dinas, Bapak Dr. Uton Muchtar Rafe’I, MPH, Bahwa Rumah Sakit
Muhammadiyah harus segera dibangun di wilayah Karees, yang setelah dianalisa
ternyata sesuai dengan rencana pengembangan kota, karena di wilayah-wilayah
lain pelayanan telah terpenuhi.

6
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah saat itu mengadakan musyawarah
dengan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Priangan, Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Cabang Bandung Lama, Bagian PKU Cabang, Aisyiyah Cabang
Bandung Lama dan dari Musyawarah tersebut dihasilkan suatu keputusan, bahwa
lokasi gedung Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah dan Asrama Putri
Aisyiyah setuju ditukar amal usaha dengan RS. Islam Muhammadiyah.

Sesuai dengan berita acara serah terima gedung No. 130-47/13 tertanggal
1 September 1967, maka Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah yang
semula terletak di Jl. Banteng No. 53 di pindahkan ke Jl. Nilem No. 9, sedangkan
Asrama Putri Aisyiyah dipindahkan ke asrama Muslimat Jl. Buahbatu.

Alasan didirikannya RS. Islam Muhammadiyah di bekas Panti Asuhan


tersebut adalah :

1. Biaya tidak banyak, hanya perbaikan lokal dan kamar-kamar

2. Perizinan dari Departemen sosial sudah ada

3. Dukungan masyarakat dan keluarga Muhammadiyah

4. Fasilitas air dan listrik sudah mencukupi

5. Pemerintah Kotamadya Bandung akan mudah memberi izin

6. Bapak Gubernur dan Walikota sudah diberikan laporannya dan telah


menyetujui

7. Usaha dan kerja terbatas untuk pengadaan peralatan dan renovasi kecil
saja

Saatnya untuk membuktikan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa


Muhammadiyah mampu mendirikan rumah sakit dan berusaha membentuksebuah
rumah sakit yang disesuaikan dengan kemampuan situasi dan kondisi fisik

7
bangunan. Untuk mewujudkan keinginan mendirikan Rumah Sakit Islam tersebut,
maka dibentuklah Panitia Pelaksana Pembangunan yang terdiri dari :

- H. Adang Affandi ( Ketua dan Usaha Dana )


- Abu Bakrin ( Ketua I, Urusan Pembangunan Fisik dan Logistik )
- Dr. Uton Muchtar Rafe’i, MPH ( Ketua II, Urusan Medis dan Perijinan)
- H. Asikin Sanhadji ( Sekretaris merangkap urusan perijinan dan usaha
dana)
- H.M. Mustafa ( Bendahara )
- Dr. Sachron Fadjar ( Anggota Urusan Medis )
- H. Ahmad Wiratmadja ( Anggota Urusan Dana )
- H. Sulaeman Faruq ( Publikasi )

Sedangkan rencana renovasinya dipimpin oleh Ketua II yang diserahkan


kepada Sdr. Tengku Z. Abidin dibantu oleh para mahasiswa ITB dan Himpunan
Mahasiswa Islam dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang dilaksanakan pada
bulan Juni 1968.

Akhirnya pada hari Sabtu 17 November 1968 bertepatan dengan tanggal


27 Sya’ban 1338 H, RS. Muhammadiyah dibuka secara resmi oleh Gubernur
Jawa barat dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan dinyatakan mulai beroperasi
pada tanggal 18 November 1968, langsung di bawah pimpinan Muhammadiyah
Jawa Barat.

2.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit


Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB) mempunyai visi, misi
dan tujuan,sebagai berikut:

8
1. Visi
Terwujudnya rumah sakit islam modern yang memiliki kemampuan
handal, mampu bersaing dan terciptanya pelayanan yang memuaskan bagi
masyarakat dan konsumen.

2. Misi
Misi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung adalah sebagai berikut :
a. Memiliki sistem penyelenggaraan rumah sakit yang bermutu, agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan konsumen.
b. Mengelola rumah sakit yang berkualitas, professional, otonom,
islami, memiliki akuntabilitas, kreadibilitas yang tinggi serta dapat
mengevaluasi diri yang dilandasi iman dan amal saleh dalam
rangka ibadah kepada Allah SWT dan ikhsan terhadap sesama
hamba Allah SWT.
c. Memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
d. Menjadikan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dapat menarik
penanam modal dalam pengembangan upaya pelayanan rumah
sakit.

2.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit


Struktur organisasi RSMB dapat dilihat pada lampiran 1

9
2.1.5 Kegiatan Rumah Sakit
Jenis-jenis pasien yang dapat dilayani di Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung dibagi menjadi 3 kategori, yaitu pasien ASKES, pasien swasta dan
pasien kontraktor.
Pasien ASKES adalah pasien yang menggunakan fasilitas asuransi
kesehatan sebagai jaminan atas kesehatannya. Pasien swasta adalah pasien
umum yang membayar seluruh biaya rumah sakit. Pasien kontraktor adalah
karyawan yang berasal dari sebuah instansi dimana instansi tersebut telah
mengadakan kerja sama dengan pihak rumah sakit dalam upaya kesehatan.
Jenis pelayanan untuk yang terdapat di Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung terdiri dari :

a) Pasien Rawat Jalan

Pasien rawat jalan terdiri dari pasien poliklinik dan pasien dari luar yang
mendapat rujukan. Pelayanan poliklinik yang terdapat dalam Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung yaitu terdiri dari:

 Poliklinik Umum :

- Umum
- Bidan dan Keluarga Berencana
- Gigi

 Poliklinik Spesialis :

- Penyakit Dalam
- Bedah
- Anak
- Kebidanan dan Kandungan

10
- THT
- Mata
- Saraf
- Kulit dan Kelamin
- Paru – paru
- Jiwa
- Jantung

 Poliklinik Sub Spesialis :

- Penyakit Dalam : Rematologi, Hematologi dan Endokrin


- Bedah : Urologi, Ortopedi, Onkologi dan Mulut

b) Pasien Rawat Inap

Pasien rawat inap yaitu pasien yang mendapatkan pelayanan rawat inap
sampai dinyatakan boleh meninggalkan Rumah Sakit oleh dokter yang
bersangkutan. Ruang perawatan yang terdapat di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung yaitu:

- Kelas VVIP, VIP, I, II dan III


- ICU
- Perinatologi
- Ruang Bersalin
- Perawatan umum I,II,III
- Multazam I,II,III,IV,V ( Perawatan anak )
c) Pelayanan Gawat Darurat

d) Pelayanan Kamar Operasi

e) Pelayanan Rawat Intensif

f) Pelayanan Penunjang Medik

11
 Instalasi Radiologi
 Farmasi
 Laboratorium Patologi Klinik
 Gizi
g) Pelayanan Hemodialisa
h) Pelayanan Rekam Medik
i) Pelayanan USG, EKG, CT SCAN
j) Pelayanan ODS
k) Pelayanan Medical Check up
l) Penyuluhan Kesehatan di Rumah Sakit
m) Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit

2.2 Profil Laboratorium Klinik Rumah Sakit

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Laboratorium


Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung terletak di
lantai 2,berfungsi sebagai salah satu sarana pelayanan penunjang medik selama 24
jam, melaksanakan pemeriksaan-pemeriksaan seperti urin kualitatif/ semi
kuantitatif dan kuantitatif, feses rutin dan indikasi, cairan otak, transudat / exudat
dan cairan tubuh lainnya, hematologi klinik meliputi hitung jumlah dan jenis sel
darah, sebagian pemeriksaan hemostatis, petanda infeksi tertentu dan pemeriksaan
kimia klinik dengan tujuan untuk menunjang diagnosis dokter dalam memberikan
perawatan medik terhadap pasien.

12
2.2.2 Falsafah, visi, misi dan tujuan

a. Falsafah
Tersedia sebuah pelayanan laboratorium patologi klinik yang memiliki
kemampuan handal mampu bersaing dan memberikan dedikasi
profesionalisme.

b. Visi
Menciptakan pelayanan laboratorium patologi klinik bermutu, terjangkau
dan dapat memuaskan semua pihak.

c. Misi
1. Memberikan pelayanan laboratorium patologi klinik rumah sakit
yang ideal, memuaskan semua pihak
2. Menjadi instalasi yang mampu mendukung tumbuh kembangnya
rumah sakit baik secara spiritual maupun material
3. Mendukung upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan pelayanan medik yang lebih baik kepada masyarakat
secara terpadu, merata, berhasil guna dan berdaya guna serta bermutu
tinggi terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

d. Tujuan
Mencapai pelayanan laboratorium klinik yang paripurna secara
profesional dan bermutu tinggi serta terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat guna menunjang diagnosa klinik para klinisi dalam upaya
mendapatkan diagnosa pasti.

13
2.2.3 Lokasi dan Denah Instalasi Laboratorium Klinik

a. Lokasi

Instalasi laboratorium berlokasi di lantai 2 Gedung lama, tepatnya di atas


Instalasi Gawat Darurat, di sebelah kanan kantor rekam medis dan sebelah
kiri depan ruang Poli Anak.

b. Denah Ruangan Laboratorium


Denah ruangan laboratorium dapat dilihat pada lampiran 2

2.2.4 Tata Letak Laboratorium


Laboratorium klinik Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung terletak di
lantai dua menghadap ke arah timur, dengan luas ± 40 m 2. Terletak di atas ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan bersebelahan dengan ruang poliklinik anak,
ruang ko-asisten FK UNISBA dan ruang rekam medik. Di depan laboratorium
terdapat ruang administrasi dan di samping sebelah kiri laboratorium terdapat
ruangan Bank Darah. Adapun denah ruang laboratorium dapat dilihat pada
lampiran 2.

2.2.5 Struktrur Organisasi Laboratorium


Struktur organisasi laboratorium dapat dilihat pada lampiran 3.

14
2.2.6 Uraian tugas menurut struktur organisasi

1. Penanggung Jawab Instalasi Laboratorium


a. Melaksanakan verifikasi hasil laboratorium sebelum dilaporkan
sebagai cetakan hasil.
b. Membimbing, mengawasi dan mengevaluasi segala macam aktifitas
yang berhubungan dengan teknis, pemeriksaan laboratorium dan
memberikan masukan sebagai tindak lanjut dari proses evaluasi.
c. Bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pemeriksaan laboratorium
yang dikeluarkan.

2. Kepala Instalasi Laboratorium


a. Mengadakan rapat rutin staf laboratorium setiap bulannya.
b. Melakukan koordinasi dengan semua seksi dan pelaksana teknis dalam
melaksanakan pelayanan laboratorium.
c. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kelangsungan
pelayanan laboratorium dan mencari solusi dari segala permasalahan
kegiatan pemeriksaan laboratorium bersama-sama seluruh staf
laboratorium.

3. Pelaksana Teknis
a. Melakukan kegiatan analisis bahan pemeriksaan laboratorium sesuai
bagiannya (sampling, hematologi rutin, kimia klinik, serologi,
mikrobiologi, klinik rutin dan analisa cairan tubuh).
b. Membuat laporan tentang kegiatan yang dilakukan pada tiap shif dan
ditandatangani didalam sebuah jurnal harian.
c. Bekerja sama dalam memberikan pelayanan laboratorium dengan
mendukung seluruh program kerja laboratorium yang berlaku.

15
4. Seksi Sumber Daya Manusia
a. Melakukan koordinasi ketersediaan sumber daya manusia di
laboratorium.
b. Membuat jadwal dinas setiap bulan.
c. Melakukan pengawasan dan evaluasi serta sosialisasi jadwal dinas.
d. Membuat laporan tentang seluruh kegiatan pelayanan setiap bulan.

5. Seksi Quality Control (QC) dan pengadaan reagensia


a. Melakukan stok opname setiap akhir bulan.
b. Membuat laporan persediaan dan pemakaian reagensia.
c. Membuat daftar kebutuhan reagensia sebagai sumber data untuk
bagian pengadaan reagensia rumah sakit.
d. Melakukan uji mutu dan validitas reagensia sesuai SOP.
e. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pemakaian dan kualitas
reagensia.

6. Seksi Administrasi
a. Melakukan registrasi setiap formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium.
b. Melakukan verifikasi tentang kesesuaian dan kelengkapan data pasien
dan tarif.
c. Mencetak hasil laboratorium yang sudah lengkap untuk diverifikasi
penanggung jawab laboratorium sebelum hasil diberikan kepada
dokter atau pasien yang meminta pemeriksaan laboratorium.
d. Melakukan koordinasi tentang administrasi laboratorium dengan
bagian administrasi instalasi lain.
e. Membuat laporan rekapitulasi bulanan dan tahunan yang mencakup
jumlah pemeriksaan, jenis pemeriksaan dan keuangan.

16
7. Seksi Sarana dan Prasarana
a. Melakukan stok opname setiap akhir bulan.
b. Membuat laporan persediaan dan pemakaian alat bahan yang
digunakan di laboratorium selain reagensia.
c. Melakukan koordinasi dengan bagian pengadaan dan IPSRS tentang
kondisi, perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah
ada serta pengadaan sarana dan prasarana baru.

8. Seksi Sampling dan Pengolahan Bahan Pemeriksaan


a. Melakukan pengambilan dan pengolahan bahan pemeriksaan menjadi
bahan pemeriksaan yang siap diperiksa oleh bagian pemeriksaan
laboratorium.
b. Membuat laporan tentang kegiatan pengambilan dan pengolahan
bahan setiap harinya.
c. Melakukan koordinasi dengan bagian administrasi laboratorium
tentang persiapan bahan pemeriksaan yang harus dirujuk ke
laboratorium lain.

2.2.7 Fasilatas Lab

a. Penanggung jawab :

1. Direktur bertanggungjawab dalam hal pengambilan keputusan dan


kebijakan tentang fasilitas dan peralatan.
2. Ka. Sub. Bag. Pengadaan bertanggung jawab dalam hal perencanaan
untuk kebutuhan instalasi laboratorium.
3. Ka. IPSRS bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemeliharaan dan
peralatan di instalasi laboratorium.
4. Ka. Instalasi Laboratorium bertanggungjawab dalam hal perencanaan

17
kebutuhan fasilitas dan peralatan di instalasi laboratorium.

b. Kebijakan

1. Di instalasi laboratorium harus tersedia ruang tempat penerimaan


pasien, ruang pengambilan sampel yang terpisah, ruang administrasi,
ruang penyimpanan reagen dan WC serta ruang tempat istirahat
karyawan.
2. Di instalasi laboratorium harus ada fasilitas pendukung yang cukup,
seperti meja kerja yang adekuat dan baik untuk tempat
bahan/spesimen, tersedianya sumber air bersih, sumber listrik yang
baik dan aman untuk bahan yang mudah terbakar, ventilasi yang baik,
penerangan yang memadai, pendingin ruang yang memadai.
3. Instalasi Laboratorium mempunyai peralatan yang memadai untuk
jenis pemeriksaan yang dilakukan.
4. Instalasi Laboratorium mempunyai fasilitas penanganan limbah yang
memadai.
5. Harus mempunyai prosedur tetap dan saran keamanan dan
keselamatan kerja

Tabel 2.1 :
Fasilitas Laboratorium RS.Muhammadiyah Bandung

Fasilitas Jumlah
Ruang Administrasi 1
Ruang Kepala instalasi laboratorium 1
Ruang istirahat karyawan 1
Ruang Sampling 1
Ruang Pemeriksaan Laboratorium 1
Ruang Mikrobiologi 1

18
Ruang Bank Darah 1
Meja 13
Kursi 14
Ac ruangan 2
Televisi LED 1
Sofa bed 1
Washtaflle 5
Kamar mandi 2
Papan pengumuman 2
Komputer 2
Printer 3
Tempat sampah medis 4
Tempat sampah non medis 4
Lemari penyimpanan reagen klinik rutin 1
Lemari penyimpanan Bahan kimia 1
berbahaya
Lemari pendingin 2
Freezer Bank darah 2
Inkubator 1
Oven 1
Sentrifuge 1
Mikroskop 1
Mikropipet 11
ABX Micros 60 1
ABX Pentra 1
Kayto RT-1904C 1
STAGO 1
Ves static 1
I-chroma TM 1
Mini Vidas 1
RD – 120 URINE ANALAYZER 1
Stat fax 4700 1

2.2.8 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

1.Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana Pengolahan


Limbah Cair Laboratorium

19
a) Tujuan :

Agar limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dan


laboratorium tidak membahayakan lingkungan.

b) Kebijakan :

PERMENKES RI Nomor 986 MENKES/PER/1992 tentang


persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

c) Prosedur :

Pengolahan limbah di RS.Muhammadiyah Bandung menerapkan


sistem pengolahan bioologis yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai zat
pengurai. Dalam pengolahan ini memerlukan beberapa unit bak pengolahan
dimana masing-masing bak pengolahan mempunyai fungsi terdiri yaitu :

1. Bak Ekualisasi/bak penampungan sementara


Berfungsi sebagai bak penampungan sementara dan mengendalikan
fluktuasi debit air agar proses pengolahan berjalan lancar.

2. Bak kontak
Berfungsi sebagai bak aerasi dan sebagai bak pembibitan lumpur aktif.

3. Bak clarifier
Berfungsi sebagai bak pengendap flok-flok biologi sehingga diperoleh

20
air dan selanutnya flok-flok tersebut di sirkulasi ke bak stabilisasi.

4. Bak Stabilisasi
Berfungsi sebagai bak resirkulasi dan aerasi hamper aktif sehingga
diperoleh lumpur yang lebih kuat sehingga proses penguraian
BODnya dapat berjalan lebih baik.

5. Pengolahan Tambahan
Yaitu penambahan filter karbon aktif sebagai pengolahan ahir yang
berpungsi sebagai pengadsorpsi kandungan organik yang tidak
tergedradasi di bak kontak.

6. Limbah dari hasil kegiatan laboratorium di buang melalui washbak


alumunium dan disalurkan secara tertutup ke septic tank
penampungan.
7. Bila septic tank tersebut sudah penuh selanjutnya di sedot dengan
mobil tinja dan di olah di IPAL induk.

d) Unit Terkait :
1. Unit sanitasi
2. IPSRS dan Instalasi Laboratorium

2. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium yang Bersifat


Umum

a) Tujuan :
1. Untuk melindungi kemungkinan gangguan kesehatan atau penyakit
akibat dari kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium.
2. Untuk menjaga keselamatan kerja dari bahaya yang mungkin terjadi

21
waktu melakukan kegiatan di laboratorium.
3. Agar petugas laboratorium dapat bekerja secara sehat dan tidak
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

b) Kebijakan :
1. Setiap petugas wajib menggunakan alat keselamatan dan keamanan
kerja di laboratorium.
2. Mengikuti prosedur pengunaan alat listrik.
3. Melakukan medical chekup dan imunisasi.

c) Petugas :
Petugas laboratorium, Petugas teknik.

d) Prosedur :
1. Jaga kebersihan laboratorium setiap saat.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan dan
sebelum pulang.
3. Jangan memperbaiki peralatan listrik bila tidak mengetahui teknik
kelistrikan.
4. Gunakan alat pelindung sepert jas lab, sarung tangan dan masker
sewktu melakukan pem
5. eriksaan.
6. Laporkan kebagian teknisi bila ada peralatan laboratorium yang rusak.
7. Tidak menyimpanan makanan dan minuman dalam lemari es bersama
dengan specimen atau reagen.
8. Tidak makan, minum dan merokok di dalam ruangan laboratorium.

22
e) Unit Terkait :
1. Instalasi IPSRS/Teknisi
2. Instalasi umum/rumah tangga

3. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium dalam Pencegahan


dan Pengendalian Kebakkaran

a) Tujuan :

1. Untuk melindungi kemungkinan gangguan kesehatan atau penyakit


akibat dari kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium.
2. Untuk menjaga keselamatan kerja dari bahaya yang mungkin terjadi
waktu melakukan kegiatan di laboratorium.
3. Agar petugas laboratorium dapat bekerja secara sehat dan tidak
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

b) Kebijakan :
1. Setiap petugas wajib menggunakan alat keselamatan dan keamanan
kerja di laboratorium.
2. Mengikuti prosedur pengunaan alat listrik.
3. Melakukan medical chekup dan imunisasi.
4. Mengikuti latihan pengendalian pemadaman kebakaran

c) Petugas :
Petugas laboratorium, Petugas teknik.

d) Prosedur :
1. Pelajari dan kenali sifat-sifat dari semua larutan yang mudah menguap

23
dan terbakar.
2. Beri label semua bahan yang mudah terbakar, simpan di tempat yang
tidak panas dan bebas dari percikan api.
3. Letakan tabung pemadam kebakaran di tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau.
4. Penggunaan larutan yang mudah terbakar dibatasi seminimal mungkin
sesuai dengan kebutuhan.
5. Pembuangan sisa larutan yang mudah terbakar harus dialirkan
bersama-sama dengan air dingin.
6. Beritahu semua petugas tentang cara-cara dan tindakan-tindakan yang
dapat dilakukan bila ada kebakaran.

e) Unit Terkait:
1. Instalasi IPSRS/Teknisi
2. Instalasi umum/rumah tangga

4. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium yang Berkaitan


dengan Peralatan Listrik

a) Tujuan :

1. Untuk melindungi kemungkinan gangguan kesehatan atau penyakit akibat


dari kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium.
2. Untuk menjaga keselamatan kerja dari bahaya yang mungkin terjadi
waktu melakukan kegiatan di laboratorium.
3. Agar petugas laboratorium dapat bekerja secara sehat dan tidak
membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

24
b) Kebijakan :
1. Setiap petugas wajib menggunakan alat keselamatan dan keamanan kerja
di laboratorium.
2. Mengikuti prosedur pengunaan alat listrik.
3. Melakukan medical chekup dan imunisasi.
4. Mengikuti latihan pengendalian pemadaman kebakaran

c) Petugas :
Petugas laboratorium, Petugas teknik.

d) Prosedur :
1. Gunakan kabel listrik sedikit mungkin dan sependek mungkin, bila kondisi
kabel sewaktu dipergunakan terasa panas jangan diteruskan.
2. Peralatan listrik harus dipelihara dengan baik.
3. Jika memasukan dan mencabut steker dari stop kontak tangan dan kaki
harus kering dan berdiri dengan memakai alas kaki karet atau plastik
kering.
4. Beri tanda yang jelas stop kontak 110 V atau 220 V.

e) Unit Terkait:
1. Instalasi IPSRS/Teknisi
2. Instalasi umum/rumah tangga

5. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium yang Berkaitan

25
dengan Bahan Kimia

a) Tujuan :
1. Untuk melindungi kemungkinan
gangguan kesehatan atau penyakit akibat dari kegiatan yang
dilaksanakan di laboratorium.
2. Untuk menjaga keselamatan
kerja dari bahaya yang mungkin terjadi waktu melakukan kegiatan di
laboratorium.
3. Agar petugas laboratorium dapat
bekerja secara sehat dan tidak membahayakan diri sendiri maupun
orang lain.

b) Kebijakan :
1. Setiap petugas wajib menggunakan alat keselamatan dan keamanan
kerja di laboratorium.
2. Mengikuti prosedur pengunaan alat listrik.
3. Melakukan medical chekup dan imunisasi.
4. Mengikuti latihan pemadam kebakaran

c) Petugas :
Petugas laboratorium, Petugas teknik.

d) Prosedur :
1. Pemberian label :
- Beri label semua botol bahan kimia yang mencakup sekurang-
kurangnya nama dan konsentrsi bahan kimia, tanggal penerimaan
atau pembuatan dan kadaluarsa.
- Beri tanda sifat-sifat dari bahan kimia seperti mudah terbakar atau

26
bahaya lainnya yang dapat timbul, agar penanganan bahan kimia
tersebut dapat dilakukan dengan aman.
- Label harus yang bertahan lama, gunakan alat tulis atau tinta yang
tidak larut dalam air.

. 2. Penyimpanan bahan kimia:

- Ruang penyimpanan tidak boleh gelap.


- Bahan kimia diletakan dalam lemari dengan susunan yang rapi dan
teratur.
- Bahan kimia yang bersifat korosif harus diletakan ditempat yang
rendah.
- Wadah yang besar harus diletakan dekat lantai.

3. Waktu memipet pergunakan karet penghisap.

4. Gunakan sarung tangan karet waktu menuangkan bahan


kimia.

e) Unit Terkait :
1. Instalasi IPSRS/Teknisi
2. Instalasi umum/rumah tangga

6. Prosedur Mencuci Tangan Steril di Laboratorium

a) Tujuan :
Sebagai acuan untuk menetapkan langkah-langkah tangan steril untuk
mencapai aseptik dan anti septik.

27
b) Kebijakan :
1. Direktur menetapkan kebijakan/prosedur yang disusun instalasi
laboratorium.
2. Staf instalasi laboratorium melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan.

c) Prosedur :
1. Membasahi tangan dan lengan dengan air mengalir.
2. Mencuci tangan dan lengan sampai 5 cm diatas sikut dengan sabun
cuci tangan cair.
3. Mencuci tangan kembali dengan air mengalir.
4. Mengeringkan dengan handuk

d) Unit Terkait :
Instalasi Laboratorium

7. Prosedur Memakai Masker dan Sarung Tangan di Laboratorium

a) Tujuan :
Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit akibat kontak
langsung atau tidak langsung.

b) Kebijakan :
1. Direktur menetapkan kebijakan/prosedur yang disusun instalasi
laboratorium.
2. Staf laboratorium melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.

28
c) Prosedur :
1. Ambil masker dan sarung tangan dari tempatnya.
2. Letakan masker diatas mulut dan hidung.
3. Menggunakan sarung tangan sesuai ukuran tangan.

d) Unit Terkait :
Instalasi Laboratorium

8. Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium

a) Tujuan :
Untuk mengantisipasi kecelakaan yang terjadi di laboratorium
waktu melakukan pemeriksaan.

b) Kebijakan :
1. Melakukan medical chekup dan imunisasi.
2. Mengikuti prosedur tata cara penanganan kecelakaan (PPPK)
c) Petugas :
Petugas laboratorium, Petugas IGD.

d) Prosedur :
1. Bila tertusuk jarum suntik, keluarkan darahnya kemudian lukanya
diberi betadine dan dibungkus dengan tensoplas.
2. Bila luka terkena pecahan kaca tabung, tangani seperti tertusuk jarum,
bila lukanya besar dan perlu dijahit segera dibawa ke IGD.
3. Jika kulit terbakar, langsung dimasukan ke air dingin atau es, dan bila
terbakarnya besar segera bawa ke IGD untuk mendapatkan perawatan.
4. Jika terkena asam/basa pekat, segera disiram/diguyur dengan air
mengalir.

29
5. Bila tertelan asam/basa pekat, segera diminimkan susu kental
sebanyak –banyaknya dan segera dibawa ke IGD untuk mendapat
penanganan selanjutnya.
6. Jika terkena tumpahan spesimen, segera dicuci bersih dan dibilas
dengan larutan klorin 0,5 % lalu bilas dengan alkohol 70%.

e) Unit Terkait :
IGD

2.2.9 Personalia dan Manajerial Laboratorium

Personalia yang bertugas di Instalasi Laboratorium RS. Muhammadiyah

Bandung terdiri dari :

Tabel 2.2

30
Personalia dan Manajerial Laboratorium

No Komponen Ketenagaan Jumlah Keterangan

1 Penanggung Jawab Instalasi Laboratorium 1 Dr.Sp. PK

2 Kepala Instalasi Laboratorium 1 Dr.Sp.Rad

3 Kepala Unit Laboratorium 1 Dokter Umum

4. Kepala Unit Bank Darah 1 Dokter Umum

14 D-3 AK

5 Pelaksana Teknis Analis 1 S-1 AK

1 SMAK

6 Pelaksana Teknis Administrasi 2 SLTA

7 Pelaksana Pekarya 1 SLTA

8 Tenaga Harian Lepas 1 D-3 AK

Jumlah 24

31
2.2.10 Sistem Pengaturan Kerja Laboratorium

Semua petugas pelaksana teknis di Instalasi Laboratorium Rumah


Sakit Muhammadiyah mendapatkan pembagian kerja yang adil satu
dengan yang lainnya dimana pengaturan jam kerja tersebut diatur oleh
satu penanggung jawab atau koordinator. Penanggung jawab atau
koordinator tersebut adalah pihak yang berwenang membuat dan mengatur
jam kerja serta berwenang mengatur pembagian tanggungjawab jenis
pemeriksaan per bagian.

Laboratorium Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan


Laboratorium Patologi Klinik yang beroperasi selama 24 jam dengan
beberapa shift, yaitu :

 Shift pagi yang dimulai dari pukul 07.00 – 14.00 WIB

 Shift siang yang dimulai dari pukul 14.00 – 21.00 WIB

 Shift malam yang dimulai dari pukul 21.00 – 07.00 WIB

Setiap shift terdiri dari 3-6 orang yang dibagi menjadi berbagai
bagian, yaitu Administrasi, Sampling, Pemeriksaan Hematologi,

32
Pemeriksaan Kimia Klinik, Pemeriksaan Urine Rutin, Pemeriksaan
Serologi dan Pemeriksaan Mikrobiologi, setiap satu bagian ditangani oleh
satu orang, kecuali shift siang dan malam jumlahnya lebih sedikit.

2.2.11 Mekanisme Pelayanan Laboratorium


Alur pemeriksaan dimulai dari pendaftaran/pelayanan, pengambilan
sampel, pengiriman sampel, pengolahan sampel, pemeriksaan sampel
hingga diperoleh hasil yang kemudian hasil tersebut dikonsultasikan
kepada kepala laboratorium atau dokter penanggung jawab. Setelah itu
hasil pemeriksaan dapat diserahkan kepada pasien atau perawat ruangan
yang bersangkutan. Bagan mekanisme pelayanan laboratorium dapat
dilihat pada lampiran 3.

2.2.12 Alur Kerja Pelayanan Laboratorium


Dalam melaksanakan fungsinya, Instalasi Laboratorium Patologi
Klinik tidak bekerja sendiri, maka dibutuhkan kerjasama yang baik antara
Instalasi Laboratorium dengan Instalasi lain yang ada di lingkungan
sekitar Rumah Sakit Muhammadiyah agar tercapainya pelayanan yang
baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kesepakatan mengenai Alur
Pelayanan Laboratorium yang dibuat oleh Instalasi Laboratorium sendiri
dan disepakati oleh Instalasi yang berkait.

1. Pelayanan Pasien IGD

PASIEN PENGANTAR PASIEN ADM PASIEN

KASSA
33

DOKTER IGD FORMULIR LABORATORIUM PENGANTAR PASIEN


KASSA

PASIEN DAN PENGANTAR PASIEN INSTALASI LABORATORIUM


HASIL LAB

Gambar 2.1 Alur Pelayanan Instalasi Gawat Darurat

Keterangan :

Pada kondisi tertentu, tugas pengantar pasien diambil alih oleh


perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Apabila pasien tidak cukup kuat
untuk pergi ke laboratorium maka keluarga pasien atau perawat dapat
memberitahukan terlebih dahulu kepada petugas laboratorium untuk
mengambil sampel di IGD.

2. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

PASIEN DAN
PENGANTAR ADM PASIEN
PASIEN

34
KASSA
PASIEN DAN
FORMULIR PENGANTAR
DOKTER
LABORATORIUM PASIEN
POLIKLINIK
Gambar 2.2 Alur Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

Keterangan :

Apabila pasien tidak cukup kuat untuk pergi ke laboratorium, maka


pengantar pasien dapat memberitahukan terlebih dahulu kepada petugas
laboratorium untuk mengambil darah di Poliklinik.

3. Pelayanan Pasien Umum / Luar

PASIEN DAN FORMULIR


PENGANTAR LABORATORIUM
PASIEN

INSTALASI KASSA
HASIL LAB
LABORATORIUM

35
Gambar 2.3 Alur Pelayanan Pasien Umum / Luar

Keterangan :

Pada kondisi tertentu pasien bisa saja tidak membawa formulir


permintaan pemeriksaan dari dokter tetapi pasien melakukan pemeriksaan
atas permintaan pasien sendiri.

4. Pelayanan Pasien Rawat Inap

DOKTER
POLIKLINIK

KANTOR FORMULIR
PERAWATAN LABORATORIUM

INSTALASI
HASIL LAB KASSA
LABORATORIUM

36
Gambar 2.4 Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap

Keterangan :

Pada kondisi tertentu Instalasi rawat inap meminta bantuan penunggu


pasien untuk memberikan formulir permintaan pemeriksaan Laboratorium.
Pengambilan sampel dilakukan oleh petugas Laboratorium dengan jadwal
pengambilan yang sudah ditentukan kecuali permintaan segera (cito) dan
pemeriksaan serial. Hasil Laboratorium dikirim ke masing-masing
ruangan perawatan oleh petugas laboratorium setiap pagi saat hari kerja.

2.2.13 Sistem Rujukan

Sebagai suatu instalasi patologi klinik Rumah Sakit Kelas C,


instalasi laboratorium patologi klinik RS Muhammadiyah memiliki
keterbatasan dalam melayani seluruh permintaan pemeriksaan
laboratorium yang diminta oleh para pengguna jasa pelayanannya. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu sistem kerjasama dengan laboratorium lain.
Sistem tersebut dikenal sebagai sistem rujukan.

Instalasi
Laboratorium RSMB

37
Lab Swasta Permintaan Pemeriksaan Quality Control
Pratama Darah Laboratorium

PMI Laboratorium Laboratorium


umum Kesehatan

Laboratorium DBUKK RI
Rumah Sakit DBPPMSK*
type A

Laboratorium
Rumah Sakit
type B

Gambar 2.5 Bagan Sistem Rujukan Laboratorium di Rumah Sakit


Muhammadiyah

Keterangan : *= Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes


RI Direktorat Bina PelayananPenunjang Medik dan Sarana Kesehatan

2.2.14 Pemantapan Kualitas Laboratororium

Laboratorium perlu melakukan suatu pemantapan kualitas secara


rutin karena dengan pemantapan kualitas maka hasil laboratorium yang
dikeluarkan bisa dipertanggungjawabkan.Dalam upaya melaksanakan

38
kegiatan secara teratur dan terkendali, maka dilakukan pemantapan mutu
internal dan eksternal.

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)


PMI berguna untuk mengevaluasi dan menilai sejauh mana
keakuratan dan keandalan metode pemeriksaan yang digunakan di
Laboratorium Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

a) Kegiatan Quality Control Hematologi


Kegiatan quality control hematologi dilakukan secara rutin, 1-2
kali sehari oleh petugas laboratorium, yang hasilnya dibandingkan
dengan nilai standar yang dikeluarkan oleh produsen alat yang
bersangkutan.

b) Kegiatan Quality Control Kimia Klinik


Kegiatan quality control kimia klinik dilakukan secara rutin setiap
hari oleh petugas teknis laboratorium, reagen yang digunakan
berupa kalibrator dan serum kontrol. Pemeriksaan hanya dapat
dilakukan jika hasil kalibrator dan serum kontrol dinyatakan
valid.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

a) PME-Regional (PME-R)
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal Regional yang diikuti
olehLaboratorium Patologi Klinik RSMB, antara lain:

39
 Pemantapan Mutu Eksternal Hematologi
Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh Tim
Penyelenggara PME Laboratorium Kesehatan Jawa Barat dengan
waktu satu kali setahun, mengikuti 1parameteryaituHemoglobin.
 Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Klinik
Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Klinik yang
diselenggarakanoleh Tim Penyelenggara PME Laboratorium
Kesehatan Jawa Barat dengan waktu satu kali setahun, mengikuti 8
parameter yaitu Glukosa, Cholesterol, Trigliserida, Asam Urat,
Ureum, Creatinin, SGOT dan SGPT.
 Pemantapan Mutu Eksternal Mikrobiologi
Pemantapan Mutu Eksternal Mikrobiologi yang diselenggarakan
oleh Tim Penyelenggara PME Laboratorium Kesehatan Jawa
Barat dengan waktu satu kali setahun, mengikuti 1 parameter yaitu
pemeriksaan preparat BTA.
 Pemantapan Mutu Eksternal Urinalisa
PemantapanMutu Eksternal Urinalisa yang diselenggarakan oleh
Tim Penyelenggara PME Laboratorium Kesehatan Jawa Barat
dengan waktu satu kali setahunyaitu pemeriksaan Urine lengkap
termasuk sedimen.

b) PME-Nasional (PME-N)
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal Nasional yang diikuti oleh
Laboratorium Patologi Klinik RSMB, antara lain :
 Pemantapan Mutu Eksternal Hematologi
Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI,dilakukan dua kali
setahun dengan mengikuti 8 parameteryaitu Hemoglobin,

40
Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan
Trombosit.
 Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Klinik
Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Klinik yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI,
dilakukan dua kali setahun dengan mengikuti 18 parameter yaitu
Bilirubin, Kolesterol, Kreatinin, Glukosa, Protein Total, Ureum,
Asam Urat, Trigliserida, SGOT, SGPT, Kalsium, Albumin,
Fosfatase Alkali, Gamma GT, Natrium, Kalium, Chlorida dan
CKMB.
 Pemantapan Mutu Eksternal Immunologi
Pemantapan Mutu Eksternal Immunologi yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI,
dilakukan dua kali setahun dengan mengikuti 3 parameter yaitu
HBsAg, Anti HIV dan Anti HCV.
 Pemantapan Mutu Eksternal Narkotika dan Psikotropika
Pemantapan Mutu Eksternal Narkotika dan Psikotropika yang
diselenggarakan oleh Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia
(ILKI) dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI,
dilakukan dua kali setahun dengan mengikuti 3 parameter yaitu
Amphetamine, Canabis dan Morphin.

2.2.15 Unit Bank Darah

Pelayanan unit bank darah Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung


(RSMB) berada di lantai 2. Secara struktural berada di bawah pengelolaan
Instalasi Laboratorium. Berfungsi sebagai salah satu sarana pelayanan 24
jam yang antara lain melayani permintaan darah untuk keperluan transfusi
seperti WBC, PRC, FFP, TC dan Cryopresipitat serta pemeriksaan

41
laboratorium yang berkaitan yaitu golongan darah, rhesus dan
crossmatch.Dalam pelaksanaan sehari-hari petugas pelaksana bank darah
juga merangkap pelaksana tekhnis laboratorium dimana pengaturannya
dikoordinasi oleh koordinator harian laboratorium.

1. Fasilitas Unit Bank Darah:


a) Lemari stock labu darah ( suhu 2-6ºC)
b) Freezer khusus untuk FFP
c) Lemari es untuk reagen
d) Peralatan pemeriksaan golongan darah dan crossmatch
e) Centrifuge
f) Waterbath
g) Coolbox

2. Kegiatan Bank Darah


a) Administrasi
 alur pendaftaran formulir permintaan darah atau komponennya
 permintaan dropping stok darah ke PMI
 pencatatan hasil crossmatch
 bon pengeluaran darah

b) Pemeriksaan Laboratorium Bank Darah


 Golongan darah dan rhesus metoda sel grouping
 Golongan darah metoda serum grouping
 Crossmatch

2.2.16 Kegiatan Administrasi Laboratorium

42
1. Administrasi Sampel
Administrasi sampel dimulai dari pendaftaran pasien meliputi
pemberian nomor urut pemeriksaan, pencatatan identitas lengkap
pasien berupa nomor medrec, nama, umur, jenis kelamin, alamat,
dokter peminta, bagian/ruangan, tanggal pemeriksaan, dan jenis
pemeriksaan. Bahan pemeriksaan berupa darah dan kerokan kulit
diambil sendiri oleh petugas laboratoriun dari pasien rawat inap dan
pasien rawat jalan. Sedangkan bahan pemeriksaan berupa urine,
faeces, sputum, sekret vagina, liquor, pus, cairan sperma, cairan pleura
dan bahan pemeriksaan lainnya diantarkan oleh perawat, pasien
ataupun keluarga pasien secara langsung ke laboratorium.

2. Administrasi Alat dan Bahan Habis Pakai

Laboratorium mengorder semua reagen yang diperlukan ke bagian


pengadaan di Instalasi Farmasi dengan mengisi formulir permintaan
alat kesehatan. Semua reagen yang baru dipakai dicatat tanggal
pertama pemakaian. Tanggung jawab terhadap reagen dan alat
kesehatan dikoordinasi oleh seksi reagensia.

Permintaan alat dan bahan habis pakai selain reagen berkoordinasi


dengan bagian pengadaan barang RS Muhammadiyah. Tanggung
jawab terhadap bahan-bahan habis pakai ini dikoordinasi oleh seksi
sarana dan prasarana.
Ketersediaan bahan-bahan habis pakai tersebut selalu dipantau setiap
hari sehingga bisa dipastikan bahan tersebut ada dan siap untuk
dipakai.

3. Administrasi Keuangan

43
Setiap formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, dicek
kelengkapan data status pasien tersebut, apakah pasien askes, pasien
swasta atau umum, pasien kontraktor ataupun Jamkesmas. Setiap
formulir yang diproses harus disertai nota pembayaran dari kassa baik
lunas/tunai, piutang karyawan, piutang opname, piutang kontraktor,
askeskin maupun bebas biaya.

Seksi Administrasi membuat rekapitulasi untuk laporan baik harian,


bulanan maupun triwulan mencakup laporan pemeriksaan yang
dilaksanakan di laboratorium RS Muhammadiyah Bandung maupun
yang dirujuk.

4. Administrasi Hasil Pemeriksaan Sampel


Hasil pemeriksaan dicatat pada jurnal kerja sesuai dengan jenis
pemeriksaan (kimia klinik, hematologi, klinik rutin, imunoserologi,
dan bank darah). Contoh format jurnal kerja dapat dilihat pada
lampiran 4.
Pencatatan hasil pada jurnal meliputi tanggal, nama pasien, nomor
medrek, nomor register, jenis specimen yang diterima, jenis
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dari jurnal
kerja disalin pada formulir, datanya dimasukan ke komputer untuk
dicetak dan divalidasi dan selanjutnya diberikan kepada pasien.
Untuk pemeriksaan yang dirujuk ke laboratorium patologi anatomi,
hasil pemeriksaan tersebut diarsipkan dalam suatu map besar.
Pengambil dan penerima hasil harus menulis identitasnya terlebih
dahulu pada formulir pengambilan hasil rujukan.

2.2.17 Pengolahan Limbah

44
1. Pengolahan Sampah / Limbah Medis Padat
Pengolahan sampah medis adalah rangkaian kegiatan pengumpulan,
pemisahan, dan pewadahan sampah medis di laboratorium RS.
Muhammadiyah Bandung. Yang termasuk sampah medis adalah:
a. Jarum suntik bekas
b. Blood lancet bekas
c. Kapas bekas luka
d. Pecahan botol-botol / gelas bekas sampel
e. Bekuan darah
f. Sisa specimen
Sampah benda tajam yaitu sampah medis yang mempunyai bentuk
tajam, seperti jarum suntik bekas, pecahan botol / gelas, blood lancet
bekas. Kantong plastik adalah kantong plastik warna kuning yang
digunakan untuk sampah medis.
Tempat sampah medis adalah tempat sampah yang terbuat dari plastik,
tutup buka secara diinjak, volume 10 L, dilapisi kantong plastik dan
bertuliskan atau ditempeli stiker “SAMPAH MEDIS / SAMPAH
INFEKSIUS”, yang digunakan untuk menampung sampah medis.
Tempat khusus benda tajam adalah tempat sampah yang terbuat dari
plastik, bertutup otomatis, volume 10 L, yang dilapisi kantong plastik dan
bertuliskan atau ditempeli stiker “SAMPAH BENDA TAJAM”.
Pengelola sampah medis laboratorium, yaitu semua tenaga
laboratorium RS. Muhammadiyah Bandung yang bertugas.
Pengawas yaitu koordinator sanitasi atau kesehatan lingkungan yang
ditunjuk untuk mengawasi pelaksaan pengelolaan sampah medis di RS.
Muhammadiyah Bandung.
Pengumpulan, pemisahan dan pewadahan sampah medis (selain benda
tajam):

45
1. Tong-tong sampah medis yang ada di semua ruangan harus dilapisi
kantong plastik warna kuning yang ukurannya sesuai.
2. Pengelola sampah medis laboratorium mengumpulkan dan
memisahkan sampah medis.
3. Semua sampah medis langsung dimasukkan ke dalam tong sampah
medis, kecuali yang berhubungan dengan darah, harus disterilisasi
terlebih dahulu dengan autoclave.
4. Pewadahan / pembuangan sampah medis dan non medis harus terpisah
(menggunakan tempat sampah yang berbeda).
5. Pewadahan sampah ke dalam tempat sampah harus rapih sehingga
tidak ada sampah yang berceceran
Pengumpulan, pemisahan, dan pewadahan sampah benda tajam:
1. Tempat khusus sampah benda tajam harus dilapisi kantong plastik
warna kuning yang ukurannya sesuai.
2. Pengelola sampah medis laboratorium mengumpulkan dan
memisahkan sampah benda tajam dari sampah medis lainnya. Khusus
untuk jarum suntik, tidak boleh dilakukan pembengkokan atau
pematahan oleh tangan.
3. Semua sampah benda tajam langsung dimasukkan ke dalam tempat
khusus benda tajam.
4. Pewadahan sampah benda tajam ke dalam tempat khusus sampah
benda tajam harus rapih sehingga tidak ada yang berceceran.
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung menjalin kerjasama dalam hal
mengolah limbah dengan pihak ketiga , yaitu sebuah lembaga swasta yang
bergerak di bidang pemusnahan limbah, yang bernama “PT Wastek”.
Bentuk pengolahan limbahnya yaitu memusnahkan limbah padat dengan
proses insenerasi. Penyerahan limbah dilakukan setiap satu minggu sekali
kepada pihak ketiga.

46
2. Pengolahan Sampah / Limbah Medis Cair
Sistem pengolahan limbah cair rumah sakit yang digunakan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung ini adalah sistem Sequenching Batch
Reactor (SBR) yang menggunakan sistem biologis yakni penggunaan jasa
mikroorganisme (bakteri-bakteri) pendegradasi limbah cair. Sistem ini
dilakukan sejak tahun 2008 lalu.
Sumber limbah cair yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah
domestik (berasal dari kantin, gizi, kitchen, kamar mandi, dan toilet) dan
limbah medis (berasal dari pelayanan medis, ruang perawatan, ruang
operasi, OK sentral, ruang isolasi, bagian syaraf, mata, paru-paru, THT,
Poliklinik, Farmasi, Kebidanan, radioterapi, bagian anak, bagian internis,
ruang jenazah dan ruang ICU).
Sumber limbah cair ini kemudian dibuat jaringan pengumpul limbah
cair yang selanjutnya dibuat sistem pemipaan dan pengolahan unit limbah.
Limbah cair mengalir dari sumbernya melalui bak kontrol, kemudian
limbah cair tersebut ditampung ke dalam bak ekualisasi. Dari bak
ekualisasi limbah cair dipompakan ke dalam SBR untuk diolah secara
biologis dengan bantuan bakteri pada kondisi aerob dan anaerob secara
bergantian.
Karena harus dalam kondisi aerobic, maka perlu bantuan mesin
Surface Aerator untuk menyuplai oksigen / udara. Sedangkan sebagai
nutrient ditambahkan urea yang dipompakan dengan Dosing pump ke
dalam SBR. Selanjutnya outlet dari Bio-Reaktor (SBR) sebelum dibuang
ke badan air, dichlorinasi dahulu dengan menggunakan pompa chlorinasi
yang terpasang, sedangkan apabila outlet masih mengandung Ammonia
yang tinggi, maka sebelum dibuang ke lingkungan harus dilewatkan ke
mesin Alchimia yang sudah terpasang.

3. Pengolahan Sampah / Limbah Non Medis (Umum)

47
Sistem pengolahan limbah non medis berfungsi untuk menjaga
kebersihan lingkungan kerja serta untuk mencegah terjadinya infeksi
nosokomial . Semua sampah non medis seperti kertas, kertas tissue bekas,
plastic bekas wadah makanan dibuang pada tempat sampah yang memakai
kantong plastik berwarna hitam. Kemudian ikat bagian atas kantong
plastik, selanjutnya sampah dibudang ketempat pembakaran sampah.

48

Anda mungkin juga menyukai