Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PEMERIKSAAN HBsAg DAN HCG

Nama : Winda Muliawati

NIM : 20119095

Kelas : TLM 2B

Praktikum Imunoserologi

I. Pendahuluan
A. Pemeriksaan HBsAg
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan sebagai
penyebab utama terjadinya kesakitan dan kematian, serta tetap menjadi
masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Virus Hepatitis B (VHB)
dapat menyerang semua umur dan semua suku bangsa, bahkan dapat
menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis. Hepatitis B adalah
infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit
hati akut maupun kronis (WHO, 2008).
Penyakit hepatitis B saat ini sudah menjadi penyakit endemis di
berberapa negara termasuk Indonesia. Angka prevalensi infeksi virus
hepatitis B di Indonesia antara 3-20%. Hal ini berhubungan dengan
penularan virus hepatitis B secara vertikal dari ibu dengan HBsAg positif
kepada bayi yang dilahirkannya terjadi sebanyak 25-45% (Franco et al.,
2012).
Penularan secara horizontal terjadi pada anak sebanyak 25-
50%. Anak terinfeksi sebelum usia 5 tahun dengan daya tular tertinggi
pada usia 3-5 tahun 66,7%. Keadaan ini menjadi penting, semakin
muda usia terinfeksi VHB maka efek carier kronis semakin menetap.
Indonesia digolongkan ke dalam kelompok daerah endemisitas sedang
sampai tinggi, dan termasuk negara yang sangat dihimbau oleh WHO
untuk segera melaksanakan usaha pencegahan terhadap hepatitis B
(Soejoenoes, 2001).
Deteksi HBsAg dapat dilakukan dengan beberapa metode
pemeriksaan, yaitu serologi dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji
serologi antara lain menggunakan metode Enzyme Immunoassay (EIA),
Enzyme Linked Immunoassay (ELISA), Enzyme Linked Flouroscent
Assay (ELFA), Immunochromatography Test (ICT) atau rapid test,
Radio Immunoassay (RIA), dan Chemiluminescent Microparticle
Immunoassay (CMIA). Sedangkan untuk mendeteksi DNA virus dapat
digunakan PCR (Lin et al., 2008).
Immunoassay adalah sebuah tes biokimia yang mengukur
konsentrasi suatu substansi dalam cairan, biasanya berupa serum darah
dengan melihat reaksi antibodi terhadap antigennya. Metode CMIA
merupakan salah satu tes immunoassay yang peka dengan ketelitian
dan ketepatan analisis yang baik dengan rentang pengukuran yang luas.
Pemeriksaan dengan HBsAg kuantitatif Architect metode CMIA sudah
terkalibrasi standard oleh WHO International Standard untuk HBsAg.
Metode ini dapat mengukur HBsAg secara kuantitatif yang sama
sensitifnya dengan tes asam nukleat untuk mendeteksi infeksi VHB
dengan cepat (Maylin S et al., 2012).
B. Pemeriksaan HCG
Kehamilan ditandai dengan meningkatnya kadar Human Chorionik
Gonadotropin (HCG) dalam urin pada trimester I. Pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
sehat cukup bulan melalui jalan lahir. Deteksi kehamilan dengan
mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah dengan metode strip. Prinsip
test berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi
(immunoassay). Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih
sensitif juga lebih praktis, Pada kehamilan biasanya terjadi perubahan pada
seluruh tubuh, terutama oleh pengaruh hormon-hormon somatotropin,
estrogen dan progesteron. HCG merupakan suatu hormon yang dihasilkan
oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin dan
disentesa pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan
apparatus golgi. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi yang
abnormal dari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau suatu
chorio carsinoma. HCG dapat juga digunakan dalam upaya mesinkronkan
ovulasi dan perkawinan yang diperlukan agar terjadi suatu konsepsi.
Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya ekskresi
bermacammacam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga
penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinetis, yaitu suatu
keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal
tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air,
pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan konsentrasi banyak zat didalam
plasma (Hanifa, 2013).
Pada tahap awal untuk pemeriksaan kehamilan menggunakan urin
pagi. Menurut klinisi biasanya dibutuhkan 3-4 minggu bahwa HCG dapat
dideteksi pada Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Pada urin wanita
hamil dilakukan penelitian untuk mengetahui HCG yang mengadung
galaktosa dan heksosamin ke dalam urin yang terjadi reaksi
antigenantibodi.
II. Tinjauan Pustaka
A. Pemeriksaan HBsAg
Virus Hepatitis B ditemukan pertama kali oleh Blumberg dan
kawan kawan tahun 1965, waktu itu dikenal sebagai Australian
Antigen. Individu yang terinfeksi oleh virus Hepatitis B, dengan
menggunakan mikroskop elektron, dapat dilihat adanya tiga partikel
yang berbeda dalam darah penderita, yaitu partikel berbentuk bulat
dengan diameter 20-22 nm, partikel berbentuk batang dengan diameter
20 nm, panjang 50-250 nm, keduanya tidak mempunyai asam nukleat,
diduga hanya lapisan lipoprotein luar dari HBV, dan ketiga adalah
partikel dengan diameter 42 nm yang mengandung asam nukleat yang
merupakan virion lengkap HBV dan disebut partikel Dane 3,24 Virus
hepatitis B (HBV) merupakan anggota famili Hepadnavirus, genus
orthohepadna virus. Partikel virus yang disebut virion berukuran 42
nm sferis, dengan genom 3,2 kilobasa. Genom HBV berupa dsDNA
ulir ganda sirkular, dengan bentuk tidak sepenuhnya ulir ganda. Pada
bagian ujung terdapat ulir yang berhubungan dengan DNA polymerase
virus. Panjang genom yang sepenuhnya ulir ganda adalah 3020-3320
nukleotida, dan pada panjang ulir ganda yang tidak lengkap adalah
1700-2800 nukleotida 1725. Virus hepatitis B dibungkus oleh amplop
lipid di bagian luar dan bagian dalam nukleokapsid berbentuk
ikosahedral yang tersusun oleh protein.

Gambar Struktur Virus Hepatitis B


{Anderson (2004) dalam Ismail et al}
Hepatitis B adalah suatu sindroma klinis atau patologis yang
ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hepar,
disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), dimana infeksi dapat
berlangsung akut atau kronik, terus menerus tanpa penyembuhan
paling sedikit enam bulan.
Virus Hepatitis B menyerang sel hati, seperti terlihat pada Gambar
diatas. Mekanisme terjadinya hepatitis akut, kronik atau karsinoma
hepatoseluler diawali oleh kerusakan sel hepar. Untuk terjadinya
karsinoma hepatoselular belum diketahui secara pasti, dari beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa faktor penderita (umur, jenis
kelamin, faktor genetik, imunologik) serta respon imun seluler
terhadap antigen VHB terlibat dalam klirens virus dan bertanggung
jawab atas terjadinya karsinoma.
Klasifikasi Infeksi Virus Hepatitis B Klasifikasi hepatitis B secara
histopatologis dikenal ada tiga bagian, yaitu hepatitis B kronik
persisten, hepatitis B kronik lobular dan hepatitis B kronik aktif.
Perbedaannya terletak pada sebukan sel sel radang dan luas daerah
hepar yang terinfeksi. Semua kondisi tersebut dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis maupun karsinoma hati primer. Pengidap
hepatitis B dikatakan kronik apabila seseorang mengidap VHB lebih
dari 6 bulan tanpa melihat ada atau tidaknya penyakit hepar. Batasan
waktu 6 bulan ini karena pada hepatitis B akut 90-95% penderita sudah
negatif pemeriksaan Hepatitis B Surface antigen (HBsAg). Semakin
muda usia seseorang terserang HBV, semakin besar kemungkinannya
untuk menjadi pengidap kronik.
Gambaran klinik dari hepatitis B bervariasi, mulai dari tingkatan
yang lebih ringan sampai yang terberat. Perjalanan hepatitis B dapat
dibagi atas beberapa fase, diantaranya fase inkubasi, fase akut, fase
confalescent window, dan fase penyembuhan. Masing-masing fase
mempunyai waktu tertentu, dan gejala klinis yang berbeda untuk
penderitanya, serta gambaran serologi yang dapat dipakai untuk
petunjuk menentukan dimana fase seseorang berada.
Virus hepatitis B ditularkan melalui perkutaneus dan membran
mukosa yang terinfeksi oleh darah, semen, secret vagina dan saliva.
Ekstrim dapat bertahan hidup lebih dari satu minggu pada permukaan
kering, sehingga dapat meningkatkan penularan secara horizontal
dalam satu keluarga. Program imunisasi dari beberapa penelitian
dilaporkan telah merubah distribusi genotype dari VHB, tetapi
program imunisasi tetap ditingkatkan. Hepatitis dapat menjadi kronik
baik pada dewasa maupun anak-anak. Patofisiologi hepatitis B dibagi
atas 5 fase, fase pertama adalah imun toleran, ditandai oleh sistem
imun menghambat replikasi VHB, dimana HBV DNA, HBeAg, dan
HBsAg dilepaskan dan dapat dideteksi dalam serum. Kedua adalah
fase imun reaktif, pada fase ini HBeAg positif, kadar alanine
transferase (ALT) meningkat, Anti HBc IgM mulai diproduksi, HBV
DNA, HBeAg dan HBsAg semakin banyak. Fase ketiga adalah
replikasi menurun, HBV DNA rendah, HBeAg negatif, tetapi HBsAg
masih ada, fase ini dikenal sebagai inactive carier state, dimana
berisiko (10- 20%) untuk reakktivasi menjadi aktif kembali, fase
keempat adalah HBeAg negatif, tetapi pada fase ini, virus yang
mengalami mutasi pada precore, regio promoter core dari genom tetap
aktif melakukan replikasi, sehingga komplikasi/kerusakan hepar terus
berlanjut. fase kelima adalah HBsAg negatif, replikasi virus berhenti,
tetapi VHB masih berisiko ditularkan, karena berada dalam reaktifase.
Orang yang terinfeksi virus hepatitis B lebih dari 65% asymptomatis,
selebihnya berupa gejala ringan menyerupai flu,(demam, lemah pada
badan, mual, muntah, sampai nyeri sendi dan berat badan menurun).

Siklus replikasi Virus Hepatitis B


Virion Virus Hepatitis B berikatan dengan reseptor permukaan dan
masuk kedalam sel hati. Partikel core virus pindah ke nukleus sel hati,
genom keduanya membentuk covalently closed circular DNA
(cccDNA) sebagai cetakan untuk transkripsi messenger RNA
(mRNA), Enzim polimerase VHB bertindak sebagai enzim reverse
transcriptase (RT), untuk mensintesis DNA virus yang baru. Proses
respon imun tubuh dalam mengeliminasi HBV juga dimediasi oleh
interferon gamma (IFN-γ), merupakan protein asam yang labil,
dihasilkan oleh sel T CD4 dan sel tipe lain, seperti natural killer cells,
sel T CD8 dan makrofag. Adanya polimorfisme pada IFN-γ, ternyata
berhubungan erat dengan progresifitas penyakit, peningkatan enzim
transferase dan viral load HBV Dewasa ini, terapi terhadap HBV
banyak digunakan IFNα, yang diperkirakan dapat menurunkan
replikasi dari HBV. (Tam, 2014), terapi yang lain ada juga
menggunakan varian interferon γ .
Mekanisme Virus Hepatitis B memasuki sel
Pembatasan penyebaran virus dan mencegah reinfeksi, sistem imun
tubuh harus mampu menghambat masuknya virion kedalam sel dan
memusnahkan sel terinfeksi. Ada 2 mekanisme utama respon imun non
spesifik terhadap HBV, yaitu infeksi HBV secara langsung
merangsang produksi IFN oleh sel-sel yang terinfeksi, IFN berfungsi
sebagai penghambat replikasi HBV, kedua adalah sel NK melisiskan
berbagai jenis sel yang terinfeksi virus, sel NK mampu melisiskan sel
terinfeksi walaupun HBV manghambat presentasi antigen dan ekspresi
MHC kelas I, karena sel NK cendrung diaktivasi oleh sel sasaran yang
MHCnya negatif. IFN tipe I akan meningkatkan kemampuan sel NK
untuk memusnahkan virus yang berada di dalam sel. Antibodi spesifik
mempunyai peran penting pada awal infeksi, dimana dapat
menetralkan antigen virus dan melawan virus sitopatik yang
dilepaskan oleh sel yang mengalami lisis. Peran antibodi dalam
menetralkan virus yang bebas atau virus dalam dalam sirkulasi.
B. Pemeriksaan HCG
Hormon kehamilan ini hanya ditemukan pada tubuh seorang
wanita hamil yang dibuat oleh embrio segera setelah pembuahan dan
karena pertumbuhan jaringan plasenta. Hormon kehamilan yang
dihasilkan oleh villi choriales ini berdampak pada meningkatnya
produksi progesteron oleh indung telur sehingga menekan menstruasi
dan menjaga kehamilan. Produksi HCG akan meningkat hingga sekitar
hari ke 70 dan akan menurun selama sisa kehamilan. Hormon
kehamilan HCG mungkin mempunyai fungsi tambahan, sebagai
contoh diperkirakan HCG mempengaruhi toleransi imunitas pada
kehamilan. Hormon ini merupakan indikator yang dideteksi oleh alat
test kehamilan yang melalui air seni. Jika, alat test kehamilan
mendeteksi adanya peningkatan kadar hormon HCG dalam urin, maka
alat test kehamilan akan mengindikasikan sebagai terjadinya
kehamilan atau hasil test positif. Dampak kadar HCG yang tinggi
dalam darah menyebabkan mual-muntah (morning sickness) (Johnson,
1994).
Pengumpulan dan penyimpanan urin sebaiknya menggunakan urin
pagi hari karena berisi konsentrasi HCG yang paling tinggi sehingga
baik untuk  pemeriksaan sampel urin. Meskipun demikian, urin
sewaktu dapat juga digunakan. Urin spesimen dikumpulkan pada gelas
atau penampung plastik yang  bersih. Jika spesimen tidak digunakan
segera maka harus disimpan pada suhu 2 - 8°C dan letakkan pada suhu
temperatur sebelum digunakan, tetapi penyimpanan ini tidak boleh
lebih dari 48 jam (Vitthala, 2012).
Tingkat sekresi HCG meningkat dengan cepat selama kehamilan
awal untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi
puncak HCG  berlangsung sekitar 60 hari setelah periode haid terakhir.
Pada minggu kesepuluh kehamilan, pengeluaran HCG menurun
sehingga tingkat sekresinya rendah yang kemudian dipertahankan
selama kehamilan. Turunnya HCG terjadi pada saat korpus luteum
tidak lagi diperlukan untuk menghasilkan hormon-hormon steroid
karena plasenta sudah mulai mengeluarkan estrogen dan progesterone
dalam  jumlah bermakna. Korpus luteum kehamilan mengalami regresi
parsial seiring dengan turunnya sekresi HCG (Saifuddin, 2002).
III. Prinsip Reaksi
A. Pemeriksaan HBsAg
HBsAg ELISA merupakan pemeriksaan berdasarkan metoda
sandwich immunoassay. Antibodi monoklonal spesifik terhadap
HBsAg dilekatkan pada well sample kemudian serum sampel yang
mengandung HBsAg ditambahkan sehingga terbentuk ikatan antigen-
antibodi, selanjutnya ditambahkan anti HBs yang dilabel konjugat
peroksidase sehingga terbentuk ikatan komplek dan melepaskan
peroksida yang bereaksi dengan chromogen membentuk senyawa
berwarna biru yang intensitasnya sebanding dengan konsentrasi
HbsAg dalam sampel. Reaksi dihentikan dengan penambahan asam
sulfat sebagai stop solution sehingga warna berubah menjadi kuning
yang dibaca absorbannya dengan alat ELISA Plate Reader pada λ 450
nm dan 620-700 nm.
B. Pemeriksaan HCG
Reaksi antara urin wanita hamil yang mengandung α dan β HCG
(monok lonal HCG lengkap) dengan anti α dan anti β HCG pada test
line (T) dan control line (C). Apabila stick planotest dimasukkan
dalam urin, maka urin akan meresap secara kapiler, sehingga terjadi
ikatan antara urine yang mengandung α dan β HCG dengan anti α dan
anti . pada test line (T) dan control line (C) akibatnya akan timbul garis
warna merah pada test line (T) dan control line (C), garis warna merah
ini menunjukkan hasil yang positif.
Berdasarkan reaksi pembentukan kompleks antigen-antibodi
(immunoassay).
IV. Alat dan Bahan
A. Pemeriksaan HBsAg
Alat
1. Mikropipet
2. Disposable tip pipet
3. Aquabidest
4. Incubator 37ºC
5. Mikrotiter plate
6. ELISA Reader
Bahan
1. Mikrowell yang telah dilapisi dengan monoclonal anti-HBs
antibody : 96 test
2. Control negative : 1 ml
3. Control positif : 1 ml
4. Enzyme conjugate : 7 ml
5. Wash buffer concentrate (20x) : 30 ml
6. Substrate solution A : 6 ml
7. Substrate solution B : 8 ml
8. Stop solution : 8 ml
B. Pemeriksaan HCG
Alat
1. Strip Test
2. Tissue

Bahan : Sampel urin pagi

V. Karakteristik KIT
A. Pemeriksaan HBsAg
Sensitivitas dan Spesifisitas
Dari penelitian uji panel diperoleh hasil sensitivitas 100% dan
spesifisitas 99%. Cut off pembacaan : 0,5 ng/ml.
Keterbatasan Test
1. AIM HBsAg ELISA TEST digunakan untuk mendeteksi
HBsAg pada serum/plasma manusia. Hasil positif dari satu
pemeriksaan saja belum dapat dinyatakan HBsAg positif. Tes
selanjutnya, termasuk tes konfirmasi perlu dilakukan sebelum
mengambil kesimpulan hasil positif. Hasil negative tidak
menyatakan bahwa orang tersebut sama sekali tidak terpapar
virus Hepatitis B. Hal itu dimungkinkan karena tingkat HBsAg
pada pasien tersebut belum dapat terdeteksi dengan kit tersebut,
biasanya pada fase awal terpapar virus Hepatitis B. Sampel
specimen yang terkontaminasi dapat memberikan hasil yang
invalid.
2. Sebagaimana uji ELISA lainnya, proses pencucian sangat
mempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu
lakukan pencucian dengan benar.
3. Control positif tidak dapat digunakan sebagai uji kuantitatif,
melainkan digunakan untuk menguji/mengetahui apakah
reagent kit tersebut masih stabil dan dapat digunakan dengan
baik.
B. Pemeriksaan HCG
Hasil test bersifat kualitatif, hanya untuk mengetahui positif atau
negative. Hasil dilihat secara makro, dengan melihat terbentuknya
garis merah yang terbentuk pada garis control dan test.
VI. Hal yang Harus Diperhatikan
A. Pemeriksaan HBsAg
1. Hanya untuk diagnostic in vitro.
2. Perlakukan semua sampel sebagai bahan yang menular dan
infeksius.
3. Jangan menggunakan reagent dari batch number yang berbeda.
4. Kontaminasi reagent dapat mempengaruhi hasil.
5. Biarkan semua reagent mencapai suhu ruang sebelum digunakan,
kecuali conjugate.
B. Pemeriksaan HCG
1. Saat mencelupkan strip test pada sampel urin, harus sampai batas
garis maximal.
2. Strip test harus disimpan dengan baik, bisa disimpan di kulkas,
atau suhu ruang. Dan tidak boleh terpapar matahari langsung.
3. Bila sebelum digunakan garis merah pada garis control tidak ada,
berarti strip test sudah rusak dan akan memberi hasil invalid.
Sehingga jangan digunakan.
VII. Cara Penyimpanan KIT/Reagen
A. Pemeriksaan HBsAg
Penyimpanan dan Stabilitas
1. Simpan kit pada suhu 2-8ºC.
2. Untuk mengambil mikrowell dari plate, biarkan plate hingga
mencapai suhu ruang selama 20-30 menit. Setelah itu tutup
rapat kembali “sealed bag” plate tersebut. Hindarkan mikro
plate dari kelembaban yang tinggi karena dapat mengurangi
stabilitas mikro plate tersebut. Simpan dangan silical gel
(pengawet).
3. Absorbansi dapat diukur dengan menggunakan ELISA Reader
pada panjang gelombang 450 nm.
Persiapan Reagent
Semua reagent siap digunakan kecuali washing buffer.
Pengerjaan washing buffer :
Larutkan washing buffer (20x) denganaquabidest dengan perbandingan
1:20.
Contoh : 5 ml washing buffer dilarutkan hingga volume total 100 ml.
B. Pemeriksaan HCG
Simpan alat strip test di tempat yang kering dan bersih. Boleh
disimpan di kulkas maupun suhu ruang. Hindarkan terkena matahari
langsung.
VIII. Tentang Sampel
A. Pemeriksaan HBsAg
1. AIM HBsAg ELISA TEST menggunakan sampel serum atau
plasma manusia.
2. Lakukan tes dengan segera setelah sampel ditampung.
Specimen dapat disimpan sampai 2 hari pada suhu 2-8ºC. bila
tes tidak dapat dilakukan dalam 2 hari maka specimen harus
dibekukan pada suhu -20ºC. Jangan mencairkan/membekukan
specimen lebih dari satu kali.
3. Jangan gunakan specimen yang hemolitik, keruh. Sampel
plasma yang menggunakan EDTA, heparin, Oxalate dapat
mengganggu pemeriksaan.
4. Specimen yang mengandung banyak endapan, sebaiknya
disentrifuge terlebih dahulu.
B. Pemeriksaan HCG
Sampel yang digunakan adalah urin pagi. Usahakan sampel yang
tertampung cukup untuk pemeriksaan dan tidak terkontaminasi
substansi apapun. Wadah penampung harus bersih dan steril untuk
menjaga kualitas sampel urin. Sampel urin disimpan di tempat bersih
dan kering dan jangan terpapar kangsung sinar matahari.
IX. Prosedur Kerja
A. Pemeriksaan HBsAg
1. Pipet 50 µl control negative, control positif, sampel serum atau
plasma pada well tes. Pada well pertama digunakan untuk
blanko.
2. Tambahkan 1 tetes (50µl) enzyme conjugate pada setiap well.
Campur hingga homogen dengan mengetuk-ngetukkan plate
selama 1 menit. JANGAN MENAMBAHKAN ENZYME
CONJUGATE PADA WELL BLANKO.
3. Inkubasi plate pada suhu 37ºC selama 60 menit.
4. Cuci well 5 kali dengan mengisi setiap well menggunkan
washing buffer (yang telah dilarutkan) dan buang semua isi
well dengan cara membalikkan dengan cepat (hindarkan dari
kontaminasi antar plate). Tiriskan plate dengan mengetuk-
ngetukan plate pada tissue/absorbent.
5. Tambahkan (50µl) substrate solution A pada setiap well,
kemudian tambahkan (50µl) substrate solution B pada setiap
well. Campur hingga homogeny dengan menegtuk-ngetukan
plate. Inkubasi plate pada suhu 37ºC selama 15 menit.
6. Tambahkan (50µl) stop solution pada setiap well.
7. Baca hasil tes dengan ELISA Reader pada panjang gelombang
450 nm. (Jika pada ELISA Reader tersedia Bichom
filter/Reference Filter gunakan : 600-650 nm). Jangan baca
hasil lebih dari 10 menit.
B. Pemeriksaan HCG
1. Buka bungkus strip test, ambil strip test yang akan digunakan.
(lihat apakah garis kontrolnya ada atau tidak).
2. Celupkan strip test pada sampel urin sampai batas maksimal.
3. Lalu angkat strip test, bersihkan bagian bawah dengan tisu
secara hati-hati.
4. Lihat hasil.
X. Hasil pengamatan
A. Pemeriksaan HBsAg

Well disimpan pada plate, pada setiap pengerjaan reagen dimasukkan


ke dalam well.

Reagen pada KIT HBsAg.


Print hasil dari ELISA Reader, didapatkan hasil negative adanya virus
hepatitis pada sampel (serum) yang diperiksa.
B. Pemeriksaan HCG

Pemeriksaan HCG dilakukan dengan metode rapid test.

Hasil tes didapatkan hasil positif, karena terbentuk dua garis merah
yaitu pada garis control dan test.
XI. Interpretasi Hasil
A. Pemeriksaan HBsAg
Pembacaan Hasil :
 Negative control [NC] < 0,200
 Hitung negative control rata-rata [NCx] Negative control harus
berada pada range 0,6 – 1,4 kali dari NCx - - f. 2.8.4
 Tes validatif PC-NCx C
 ut Off Value (COV) = NCx + 0,050
Interpretasi Hasil :
Ada atau tidaknya HBsAg dalam sample yang diperiksa ditentukan
oleh hubungan nilai absorban dari setiap sample dengan nilai Cut Off
(NCO).
 Sample positif bila absorban ≥ Cut Off Value (COV)
 Sample negative bila absorban sample < Cut Off Value (COV)
B. Pemeriksaan HCG
Interpretasi Hasil
a. Negatif: Hanya terdapat satu tanda merah yang muncul pada
bagian control line (C) dan tidak tampak garis merah pada
bagian test line (T) (sensitifitas 0 IU/ml)
b. Positif: terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian test line (T)
dan satu pada bagian control line (C) (sensitifitas 25 mIU/ml)

XII. Soal
A. Pemeriksaan HBsAg
1. Pemeriksaan HBsAg adalah pemeriksaan untuk mengetahui
seseorang terinfeksi penyakit…
a. Hepatitis A
b. Hepatitis B (benar)
c. Hepatitis C
d. Hemophilia B
2. Struktur virus Hepatitis ada beberapa bagian, kecuali…
a. Envelope
b. Core
c. Surface
d. Nulkeus (benar)
3. Hepatitis adalah salah satu penyakit yang menyerang organ…
a. Hati (benar)
b. Paru
c. Jantung
d. Usus
4. Berikut petanda (marker) dan hepatitis B, kecuali…
a. HBV
b. IgM Anti HBc
c. Ig A (benar)
d. Anti HE
5. Petanda hepatitis IgM Anti HBc ada pada fase…
a. Kronis
b. Akut (benar)
c. Radang
d. Inflamasi
B. Pemeriksaan HCG
1. Substansi yang diprosuksi pada wanita hamil adalah, kecuali…
a. HCG
b. FSH
c. Luteinizing Hormon
d. Tiroid Hormon (benar)
2. Sampel urin yang digunakan untuk tes HCG adalah…
a. Urin sewaktu
b. Urin pagi (benar)
c. Urin jam2pp
d. Urin pertama
3. Bila pada hasil tes strip hanya terdapat garis merah pada garis
tes, maka interpretasinya adalah…
a. Positif
b. Negative
c. Invalid (benar)
d. Borderline
4. Berikut kasus yang dapat menyebabkan hasil positif palsu pada
pemeriksaan hcg, kecuali…
a. Fertilisasi (benar)
b. Kehamilan di luar Rahim
c. Tumor/kanker
d. Terapi HCG
5. HCG adalah singkatan dari…
a. Human chorionic gonadotropin (benar)
b. Hormon chorionic gonadotropin
c. Human chorionic gonad
d. Hormon chorionic gonad
XIII. Pembahasan
A. Pemeriksaan HBsAg
Pemeriksaan HBsAg merupakan pemeriksaan yang berguna untuk
diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun
epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta
digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga
bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita
disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain. Dimana
HBsAg sendiri merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B
pertama yang muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1
sampai 12 minggu pasca infeksi, mendahului munculnya gejala klinik
serta meningkatnya SGPT.
HBsAg dalam darah dapat dideteksi dengan tehnik enzyme
immunoassay (EIA), enzyme linked immunoassay (ELISA), enzyme
linked fluorescent assay (ELFA), atau immunochromatography test
(ICT).
Pencucian untuk menghilangkan pembungkus antigen terbentuk
kompleksbiotin dan streptolisin menghubungkan alkalin fosfat
mengkatalisis hidrolis dan substrat menghasilkan fluoresensi.
Kelebihan dan Kelemahan Teknik ELISA
 Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
 Teknik pengerjaan relatif sederhana
 Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan
hanya satu saja, sehingga menghemat biaya untuk membeli
banyak jenis antibodi)
 Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
 Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen
walaupun kadar antigen tersebut sangat rendah (hal ini
disebabkan sifat interaksi antara antibodi atau antigen yang
bersifat sangat spesifik).
 Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.
Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :
 Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik
ELISA ini hanya jenis antibodi monoklonal (antibodi yang
hanya mengenali satu antigen)
 Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada
antibodi poliklonal, sehingga pengujian teknik ELISA ini
membutuhkan biaya yang relatif mahal.
 Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan
pengujian akibat kontrol negatif yang menunjukkan respons
positif yang disebabkan inefektivitas dari larutan blocking
sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat
berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan
menimbulkan signal.
 Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif
cepat, sehingga pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada
perkembangannya, hal ini dapat diatasi dengan memberikan
larutan untuk menghentikan reaksi).
Alat paling utama yang digunakan dalam teknik ELISA adalah
microtiter. Microtiter ini berupa suatu papan plastik dengan cekungan
sebanyak 96 buah (8 cekungan ke arah bawah dan 12 cekungan ke
samping). Microtiter ini terbuat dari bahan plistirena. Cekungan dari
microtiter memiliki tinggi sekitar 1 cm dan diameter 0,7 cm. Selain itu,
alat dan bahan lain yang umum digunakan dalam teknik ELISA antara
lain :
 Antigen yang dimurnikan (jika sampel yang akan dideteksi atau
dikuantifikasikan berupa antibodi).
 Larutan standard (kontrol positif dan negatif).
 Sampel yang ingin dites.
 Cairan pencuci (buffer).
 Antibodi atau antigen yang tertaut dengan enzim signal.
 Substrat yang bersifat spesifik terhadap enzim signal.
 ELISA reader (spektrofotometer) untuk pengukuran kuantitatif.
Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibody primer spesifik
untuk menangkap antigen yang diinginkan dan antibody sekunder
tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antigen yang
diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich mirip
dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan
antigen yang diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena
antigen yang diinginkan tersebut harus dapat berinteraksi dengan
antibody primer spesifik dan antibody sekunder spesifik tertaut enzim
signal, maka teknik  ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan pada
antigen memiliki minimal 2 sisi antigenic (sisi interaksi dengan
antibodi) atau antigen yang bersifat multivalent seperti polisakarida
atau protein. Pada ELISA sandwich, antibody primer seringkali disebut
sebagai antibody penangkap, sedangkan antibody sekunder seringkali
disebut sebagai antibody penangkap, sedagkan antibody sekunder
seringkali disebut sebagai antibody deteksi.
Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak
dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang
kadarnya sangat rendah pada suatu larutan dengan tingkat kontaminasi
tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich memiliki tingkat
sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan
dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibody.
Pada ELISA sandwich, pertama microtiter diisi dengan larutan
yang mengandung antibody penangkap, sehingga antibody penangkap
tersebut dapat menempel pada bagian dinding lubang microtiter.
Selanjutnya microtiter dibilas untuk membuang antibody penangkap
yang tidak menempel pada dinding lubang microtiter. Kemudian
larutan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan
ke dalam lubang-lubang microtiter, sehingga terjadi interaksi antara
antibody penangkap dengan antigen yang diinginkan. Selanjutnya,
microtiter kembali dibilas untuk membuang antigen yang tidak
bereaksi dengan antigen penangkap. Lalu, kedalam lubang microtiter
dimasukkan larutan yang berisi antibody detector sehingga pada
lubang microtiter tersebut terjadi interaksi antara antigen yang
diinginkan dengan antibody detector. Selanjutnya microtiter dibilas
lagi untuk membuang antibody detector yang tidak berinteraksi dengan
antibody spesifik. Kemudian pada tahap akhir  ELISA indirect,
ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal, lalu
enzim yang tertaut pada antibody detector yang telh berinteraksi
dengan antigen yang diinginkan akan bereaksi dengan substrat dan
menimbulkan signal yang dapat dideteksi.
Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yng
mempengaruhi tingkat sensitivitas dari hasil pengujian, antara lain :
 Banyak molekul antibody penangkap yang berhasil menempel
pada dinding-dinding microtiter.
 Avinitas dari antibody penangkap dan antibody detector
terhadap antigen sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini
merupakan pengembangan dari teknik ELISA terdahulu, yaitu
ELISA direct.
Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada
tingkat sensitivitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang
diinginkan harus dapat berinteraksi dengan dua jenis antibody, yaitu
antibody penangkap dan antibody detector. Namun demikian, teknik
ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan, yaitu teknik ini hanya
dapat diaplikasikan untuk medeteksi antigen yang bersifat multivalent
serta sulitnya mencari dua jenis antibody yang dapat berinteraksi
antigen yang sama pada sisi antigenic yang berbeda (epitopnya harus
berbeda).
B. Pemeriksaan HCG
Hormon HCG merupakan bagian dari hormon plasenta yang
berfungsi untuk membantu deteksi kehamilan dini dan
mempertahankan korpus luteum kehamilan. HCG dikeluarkan oleh
ginjal ibu dan dapat dideteksi dalam darah dan urin, pada minggu-
minggu awal kehamilan. Keberadaan hormon inilah yang menjadi
dasar test kehamilan. Seorang wanita dikatakan hamil apabila HCG
terdeteksi dalam urin maupun darah, karena HCG merupakan hormon
yang diproduksi oleh plasenta begitu embrio mulai menempel pada
dinding rahim.
Dari hasil praktikum tentang Penentuan HCG dengan metode
Imunokromatografi terhadap sampel urine dapat diketahui bahwa urine
sampel menunjukkan dua strip pada test slide yang berarti positif
hamil. Adanya HCG dalam urin dapat membantu untuk mengetahui
kehamilan. Pemeriksaan HCG immunokromatografi merupakan reaksi
antara urin wanita hamil yang mengandung α dan β HCG (monok lonal
HCG lengkap) dengan anti α dan anti β HCG pada test line (T) dan
control line (C). Apabila stick planotest dimasukkan dalam urin, maka
urin akan meresap secara kapiler, sehingga terjadi ikatan antara urine
yang mengandung α dan β HCG dengan anti α dan anti . pada test line
(T) dan control line (C) akibatnya akan timbul garis warna merah pada
test line (T) dan control line (C), garis warna merah ini menunjukkan
hasil yang positif. Dan apabila garis warna merah tidak tampak pada
test line (T) atau hanya terdapat pada control line (C) menunjukkan
hasil test yang negatif, karena tidak terjadi reaksi antara monoklonal
HCG lengkap dengan anti α dan β. Garis warna merah yang terjadi
pada test line (T) dapat terjadi karena pada test telah disensitisasi Ag
dan konjugat ditambah urin sehingga kromogen berikatan dengan Ab
maka akan terbentuk reaksi garis warna merah. Konjugat berisi Ab.
XIV. Kesimpulan
A. Pemeriksaan HBsAg
 Dari pemeriksaan HBsAg yang dilakukan dengan sampel
serum didapatkan hasil negative, dibaca dengan ELISA Reader.
 Pemeriksaan HBsAg dilakukan untuk mengetahui adanya virus
hepatitis pada pasien.
B. Pemeriksaan HCG
 Pada tes strip HCG didapatkan hasil positif yaitu terbentuk
garis merah pada strip test (T) dan strip control (C).
 Terbentuknya garis merah pada tes hcg diakibatkan adanya
reaksi antara antibody dan antigen.
XV. Istilah Penting
A. Pemeriksaan HBsAg
Hepatitis B surface Antigen (HBsAg)
Pemeriksaan HBsAg bermanfaat untuk menetapkan hepatitis B
akut, timbul dalam darah enam minggu setelah infeksi dan menghilang
setelah tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam bulan, maka
didefinisikan sebagai pembawa (carier). HbsAg ditemukan pada
hepatitis B akut dini sebelum timbul gejala klinik atau pada akhir masa
tunas.
Antibodi Hepatitis B surface (AntiHBs)
Anti Hbs merupakan antibodi terhadap HBsAg, jika positif/reaktif,
menunjukkan pada fase konvalensi Hepatitis B, pada penderita
hepatitis B (biasanya subklinis) yang sudah lama, atau sesudah
vaksinasi HBV. Jenis Hepatitis B subklinis dapat diketahui dengan
Anti HBs dengan atau tanpa Anti HBc pada orang yang menyangkal
adanya riwayat hepatitis akut. HBs Ag yang negatif tetapi anti HBs
positif, belum dapat dikatakan seseorang tersebut bebas dari HBV,
sebab adanya superinfeksi dengan HBV mutant, banyak studi yang
sudah meneliti, bahwa HBV DNA dilaporkan positif pada pemeriksaan
HBsAg yang negative.
Hepatitis B envelope Antigen (HBeAg)
HBeAg timbul bersama atau segera setelah timbulnya HBsAg dan
akan menetap lebih lama dibandingkan HBsAg, biasanya lebih dari 10
minggu. Bila kemudian HBeAg menghilang dan terbentuk Anti HBe,
berpotensi mempunyai prognosis yang baik.
Pemeriksaan antibodi Hepatitis B envelope (AntiHBe) Anti HBe
terbentuk setelah HBeAg menghilang, biasanya terbentuknya AntiHBe
memberikan kontribusi bahwa hepatitis B membaik, infeksi mereda
dan tidak akan menjadi kronis.
Antibodi Hepatitis B core (Anti-HBc)
Berupa IgM anti HBc HBV core tidak ditemukan dalam darah,
tetapi dapat dideteksi antibodi terhadap HBV core berupa IgM anti
HBc, yang muncul segera setelah HBsAg muncul, dan bertahan cukup
lama. Anti HBc yang positif tetapi HBsAg negatif, masih menjadi
pertanyaan pada transfusi darah, dimana kondisi tersebut berada pada
fase windows period, sehinggan beresiko untuk menularkan HBV
kepada penerima darah (Tas et al, 2012). Anti HBc positif tanpa
HBsAg atau anti HBs, dapat diinterpretasikan sebagai berikut, pertama
penderita hepatitis B sudal lama sembuh, dimana sudah kehilangan
reaktivasi dari anti HBs. Kedua adalah penderita Hepatitis B baru
sembuh dan masih dalam masa jendela dimana anti HBs belum
muncul, ketiga ada penderita low level carier, dengan titer HBsAg
terlalu rendah, sehingga kondisi ini sangat berbahaya pada kasus
transfusi darah, pemberian serum immunoglobulin (gamma globulin).
Hepatitis B Virus Desoxyribo Nucleic Acid (HBVDNA)
Pengukuran kadar HBV DNA dapat dilakukan dengan
menggunakan PCR, pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif
maupun direk kuntitatif, dapat juga menganalisis HBV DNA mutan3
Pengukuaran HBV DNA merupakan gold standard, tetapi pemeriksaan
ini memerlukan alat khusus, tenaga yang terampil dan biayanya mahal
sehingga banyak dilakukan pemeriksaan alternatif untuk dapat
menggantikan pemeriksaan HBV DNA ini, tetapi masih banyak
ditemukan kelemahan dalam hasil uji pemeriksaan alternatif tersebut.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh HBV yang mengalami mutasi pada
gennya.
B. Pemeriksaan HCG
 Fertilisasi; pembuahan
 FSH (Follice Stimulating Hormon); hormone yang bertanggung
jawab pada perkembangan dan ovum sebelum terjadi ovulasi.
 LH (Luteinizing Hormon); hormone yang bertanggung jawab
dalam pelepasan telur yang masak dari indung telur (ovary)
yang sudah dibasahi.
XVI. Daftar Pustaka
Tam AT, Hoang LT,Chin D,Rasmussen E,Lopatin U,Hart, et al. Reduction
of HBV replication prolongs the early immunological response to
IFNa therapy. Journal of Hepatology. 2014;60 (I):54-61.
World Health Organization. Fact Sheet WHO; 2000.
Johnson K. E. 1994.  Hormon-Hormon Kehamilan. Jakarta :
Binarupa Aksara.
Vitthala, S., Jerome Bouaziz, Amanda Tozer, Ariel Zosmer, And Talha
AlShawaf. 2012. Tingkat Fsh Serum Pada Program Meluncur Pada
Hari Hcg Dan Hasil Klinis Mereka Di Ivf Icsi ± cycles.  Jurnal
Endokrinologi P. 1-7.
Saifuddin. 2002.  Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Harti, Agnes S., Estuningsih, Heni Nurkusumawati. 2013. Pemeriksaan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk Deteksi Kehamilan
Dini Secara Immunokromatografi.  Jurnal KesMaDaSka .
Boediana Kresno, S. 2014 . Imunologi Diagnosis dan Prosedur
Laboratorium, edisi keempat : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.

Hardjoeno UL. 2007. Kapita selekta hepatitis virus dan enterprestasi hasil
laboratorium. Makassar. : Cahaya dinan rucitra. : Hlm 5-14.

Anda mungkin juga menyukai