id
Tinjauan Pustaka
Crisdina Suseno1, Carlo Prawira Azali2, Reynaldo Rahima Putra2, Malinda Meinapuri3
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan gagasan tertulis ini adalah menjelaskan kajian
biologi molekuler, imunologi dan aspek genetik pada infeksi HIV-1 serta memaparkan
diagnosa yang efektif untuk mengetahui infeksi HIV-1 yang dapat diterapkan. Pengumpulan
data dan informasi didapatkan melalui buku dan jurnal-jurnal ilmiah hasil penelitian. Data
dan informasi yang diverifikasikan lebih lanjut terbatas pada bukti yang menunjukkan
jenis-jenis diagnosa HIV-1 dan membuat jenis diagnosa yang lebih efektif. Setelah semua
data yang dibutuhkan terkumpul, dilakukan pengelolaan data dengan menyusun secara
sistematis dan logis. Tes Double-detect Protein kemungkinan memiliki keefektifan lebih
tinggi dari tes yang mendeteksi antigen p24 ataupun tes yang mendeteksi antibodi.
Diagnosa dini pada infeksi HIV merupakan diagnosa yang dapat membantu pendeteksian
HIV pada fase awal infeksi hingga sebelum masuknya fase serokonversi. Pada saat inilah
tes Double-Detect Protein dapat dilakukan. Namun, perlu dilakukan tes NASBA sebagai follow
up test.
Abstract
The objectives of this writing were to explain the topic of molecular biology,
immunology, and the genetic aspect of HIV infection type I. And also to give out a more
effective diagnose of HIV type I that can be applied. The data and information were
collected from various books and scientific journals resulted from research. Data and
information was verified further limited to the evidence that shows the types of diagnoses
of HIV-1 and created a more effective type of diagnoses. Once all the required data
collected, data management was done by arranging a systematic and logical manner. The
Protein Double-Detect test had the possibility of having a higher effectiveness compared to p24
antigen test or antibody detection tests. Early diagnosis of HIV infection is a diagnosis that
can help the detection of HIV in the early phase of infection prior to the entry phase of
seroconversion. At this time Double-Detect Proteins Test can be done. However, NASBA tests
needed as a follow-up test.
Afiliasi Penulis:1. Finalis 10 Besar Gagasan Tertulis MedJonson Competition Universitas Muhamadiyah Yogyakarta
10-13 April 2014. 2. Mahasiswa Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013. 3. Bagian Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Korespondensi: Crisdina Suseno, Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Pendidikan Dokter 2013, Email: cris.crisdinasuseno@gmail.com, Telp/HP: 087792751295
41
MKA, Volume 38, Nomor 1, Jan-Apr 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
Trancriptase) untuk memproduksi hi- virus yang diproduksi per unit waktu.
brid DNA di dalam sel inang yang Selain itu, waktu generasi virus dinilai
menyebabkan penyakit AIDS. HIV ju- lebih singkat, yaitu saat membentuk
ga memiliki protein inner core dengan pelepasan virion sampai menginfeksi
dua rantai RNA yang identik, dike- sel baru, telah diperkirakan sekitar 2
lilingi oleh selubung protein atau kap- hari. Dalam dua hari replikasi virus
sid dan sebuah envelope yang terdiri dapat mencapai jumlah kurang lebih
dari glikoprotein.3 Virus ini menyerang 109 virus. Keadaan ini diikuti dengan
sistem kekebalan tubuh manusia se- kesalahan yang dimunculkan oleh
hingga virus, jamur, bakteri dan para- enzim RT (Reverse Transcriptase), se-
sit mudah masuk dan menginfeksi hingga dapat menghasilkan populasi
tubuh. HIV pada umumnya menye- virus dalam sel inang yang terdiri dari
rang sel CD4+ yang menjadi faktor kelompok virus terkait genetik tetapi
pengikat dengan sel inang yang tidak identik dan menimbulkan ke-
terinfeksi. Selain itu, HIV juga menye- mungkinan adanya substitusi yang
rang sel dendritik dan makrofag untuk mungkin dalam populasi virus itu.8
memperbanyak reservoirnya.
Imunologi HIV
Penularan HIV dapat terjadi
melalui cairan tubuh yang terinfeksi Imunitas yang bereaksi pada
seperti hubungan seksual, penggu- HIV umumnya sama dengan respon
naan jarum suntik terkontaminasi, imun pada virus lainnya dan menye-
transfusi darah atau diturunkan dari rang kebanyakan virus yang ada
ibu yang terinfeksi HIV kepada anak- dalam darah dan sirkulasi sel T.
nya.3,6 Meskipun target utama infeksi HIV
adalah sel T CD4+, namun monosit,
Gen-Gen Utama Pada HIV-1 makrofag dan sel dendritik (misalnya
sel Langerhans) yang mengeks-
Seperti yang telah dibahas dia- presikan CD4+ serta kemokin ko-
tas, HIV-1 memiliki 3 gen utama yaitu reseptor juga menjadi target dari
gen gag, pol, dan env. Ketiga gen infeksi HIV. Hal ini dikarenakan HIV
tersebut memiliki fungsi masing- memperbanyak reservoirnya melalui
masing. Gen gag berfungsi mengatur sel-sel tersebut. Penyimpangan kinerja
proses replikasi virus dan protein sistem imun dapat terjadi karena in-
struktural, gen pol berfungsi meng- feksi oleh HIV, contohnya penurunan
kode enzim-enzim yang dibutuhkan jumlah sel T CD4+ pada tubuh,
untuk proses replikasi virus ,dan gen hypergammaglobulinemia (peningkatan
env berfungsi mengatur pembentukan level sirkulasi antibodi), dan kapasitas
envelope (glikoprotein membran) HIV. fagositosis yang menurun. Penurunan
Selain ketiga gen tersebut, terdapat populasi sel T CD4+ sangat ber-
gen-gen lain yang berfungsi mengatur bahaya bagi sistem imun. Peran
proses transkripsi HIV.7 utama sel T CD4+ adalah sekresi
sitokin, sebuah protein yang diper-
Aktivitas HIV
lukan pada hampir semua aspek dari
HIV-1 memiliki beberapa faktor sistem kekebalan tubuh.9
penting yang berkontribusi untuk
Biologi Molekuler HIV
mem-perbanyak dirinya agar dapat
bertahan di dalam sel inang ketika HIV-1 memiliki struktur virion
terjadi respon sistem imun. Virus yang terdiri dari inti nukleokapsid dan
meningkatkan kecepatan replikasi untuk envelope. Pada inti nukleokapsid
menghasilkan sejumlah besar partikel
44
MKA, Volume 38, Nomor 1, Jan-Apr 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
terdapat dua salinan genom virus ada atau tidaknya HIV di dalam tu-
(ssRNA), protein inti (core protein) buh kurang lebih dalam waktu 20
dan enzim reverse transcriptase. Lain menit dan digunakan sebagai tes skri-
halnya dengan envelope, virion dibagi ning. Rapid test membutuhkan sampel
menjadi dua bagian, yaitu lipid seluler darah atau cairan mulut untuk men-
dan protein virus bagian envelope.11 deteksi adanya antibodi dan HIV. Tes
Molekul-molekul ini secara bersamaan ini dapat memberikan hasil yang sa-
memungkinkan virus untuk mengin- lah jika immunoassay berada dalam
feksi sel-sel sistem kekebalan tubuh window period (waktu setelah
dan mengontrol mereka untuk mem- exposure tetapi sebelum tes mene-
bangun salinan baru dari HIV. Setiap mukan antibodi). Tes immunoassays
molekul dalam HIV berperan dalam yang memberikan hasil positif akan
proses ini dari langkah pertama lam- menjalani follow up test.
piran virus untuk proses akhir
budding.10,11 Follow up Test
45
MKA, Volume 38, Nomor 1, Jan-Apr 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
mengoptimalkan proses kedua tes ini. bagai faktor poliferasi yang penting
Faktor penting lainnya adalah kit atau bagi HIV.
alat yang digunakan untuk mendeteksi
kedua jenis protein ini, perlu dibuat Alasan penulis memilih kom-
kit yang baru yang dapat mendeteksi binasi antara tes mendeteksi antigen
antigen p24 sekaligus tiga jenis enzim p24 dengan tes yang mendeteksi
yang terdapat di dalam virus yaitu re- enzim karena antigen p24 sendiri
verse transkriptase, integrase, dan adalah suatu protein inti yang khas
protease. yang berasal dari HIV sedangkan
enzim reverse trankriptase, integrase,
Hal penting yang diperhatikan dan protease merupakan protein inti
sebelum menggabungkan kedua tes yang khas dari HIV. Sehingga dengan
tersebut menjadi tes Double-detect adanya pendeteksian kedua unsur
Protein adalah persamaan yang dari virus ini akan menguatkan
terdapat dalam struktur molekular keberadaan dari virus. Namun untuk
yang ada pada protein antigen p24 menutupi kelemahan tersebut, penulis
dengan protein yang ada pada ketiga menyarankan untuk melakukan follow-
enzim HIV. Hal ini akan up test yaitu tes NASBA yang
mempermudah pembuatan kit yang merupakan tes amplifikasi berdasarkan
baru untuk medeteksi kedua jenis urutan asam nukleat yang memiliki
protein ini.23 Namun, gagasan penulis validitas yang tinggi, murah, efisien
ini masih dalam bentuk rencana dan tidak memilki batasan fase yang
karena untuk mengetahui struktur dialami oleh tubuh yang terinfeksi
protein yang ada pada antigen dan HIV. Berikut penulis akan bahas
yang ada pada enzim membutuhkan tentang tes NASBA.
penelusuran lebih lanjut berikut
dengan penelitian untuk menunjang Tes NASBA Sebagai Follow Up Test
data-data yang diperlukan.
Amplifikasi urutan asam nukleat
Selain itu dibutuhkan pengum- berbasis (NASBA) adalah metode
pulan informasi mengenai perbedaan dalam biologi 24 molekuler yang
struktur pada kedua protein ini yang digunakan untuk memperkuat urutan
menyebabkan mereka tidak dapat RNA. NASBA dikembangkan oleh J
disatukan pada hal tertentu, tentunya Compton pada tahun 1991, yang
hal ini juga dibutuhkan penelurusan didefinisikan sebagai "teknologi ter-
dan penelitian lebih lanjut. Untuk lebih gantung primer yang dapat digunakan
lanjut akan dapat disimpulkan tentang untuk amplifikasi asam nukleat secara
faktor yang cocok dan tidak cocok terus-menerus dalam campuran tung-
pada kombinasi deteksi kedua protein gal pada satu suhu." Segera setelah
ini. Jika terlalu banyak ketidakcocokan penemuannya, NASBA digunakan un-
dikarenakan protein inti seperti p24 tuk diagnosis cepat dan kuantifikasi
dan ketiga enzim pada HIV, maka HIV-1 dalam serum pasien. Meskipun
diusahakan pada penelusuran pene- RNA juga dapat diperkuat dengan
litian tersebut untuk lebih fokus pada PCR, keuntungan utama NASBA
hubungan antara antigen p24 dengan adalah bahwa ia dapat bekerja pada
enzim reverse transkriptase. Hal ini kondisi isotermik, biasanya pada suhu
disebabkan karena enzim ini meru- konstan 41°C. NASBA telah
pakan enzim utama yang bertanggung diperkenalkan ke bidang kedokteran
jawab dalam merubah RNA pada HIV dan telah terbukti memberikan hasil
menjadi DNA hingga menyusup ke yang lebih cepat dari PCR, selain itu
dalam sel inang, dan berperan se- juga dapat menjadi lebih sensitif .12
47
MKA, Volume 38, Nomor 1, Jan-Apr 2015 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id