Anda di halaman 1dari 9

Penentuan Titer Aglutinin O dan H Salmonella typhi Dengan Uji

Widal Menggunakan Reagen Tydal dan Reagen Fortress Pada


Spesimen Serum Suspek Demam Tifoid

K a l m a *)

*) Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Makassar

Abstrak

Sampai saat ini diagnosis demam tifoid yang digunakan secara rutin di Laboratorium Rumah Sakit
dan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat adalah diagnosis serologis dengan uji Widal. Teknik
uji Widal dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat, tetapi sensitivitas dan spesifisitas teknik ini
relatif rendah dibandingkan teknik kultur. Underdiagnosis pada kasus demam tifoid dapat terjadi jika
menggunakan teknik diagnosis yang kurang sensitif atau kurang spesifik. Saat ini ada beberapa jenis
reagen untuk uji Widal yang digunakan di Laboratorium Rumah Sakit dan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat, diantaranya reagen Tydal dan reagen Fortress. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan ada tidaknya perbedaan yang signifikan titer agglutinin O dan agglutinin H dengan uji
Widal menggunakan reagen Tydal dan reagen Fortress. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 sampai
dengan 19 September 2015 di Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan sampel 24 pasien suspek
demam tifoid yang diperoleh dari beberapa Rumah Sakit. Setiap spesimen serum dari 24 pasien suspek
demam tifoid, dilakukan uji Widal menggunakan reagen Tydal dan reagen Fortress untuk menentukan
titer agglutinin O dan H. Dari data hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan uji statistik
dengan uiji-t dua sampel bebas menunjukkan bahwa aglutinin O, t hitung (1.6614) < t tabel (2.0147)
sedangkan untuk aglutinin H, t hitung (0.7049) < t tabel (2.0147). Simpulan tidak ada perbedaan yang
bermakna titer aglutinin O dan agglutinin H uji Widal menggunakan reagen Tydal dan Fortress pada
spesimen serum suspek demam tifoid.

Kata kunci : Aglutinin, Salmonella typhi, Widal, Tydal, Fortress

PENDAHULUAN tifoid diperkirakan terdapat 800 penderita per


100.000 penduduk setiap tahun yang
ditemukan ( Widoyono, 2011).
Demam tifoid menyerang penduduk di semua Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
Negara. Seperti penyakit menular lainnya, Salmonella typhosa yang merupakan bakteri
tifoid banyak ditemukan di negara gram negatif, motil dan tidak menghasilkan
berkembang di mana hygiene pribadi dan spora bakteri ini dapat hidup baik pada suhu
sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi tubuh manusia maupun suhu yang lebih
kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi rendah serta mati pada suhu 700 C maupun
lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. oleh antiseptik. Sampai saat ini di ketahui
Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 bahwa bakteri ini hanya menyerang manusia (
juta pertahun dengan 500.000 orang Rampengan, Laurenz 1990).
meninggal karena penyakit ini. WHO Sampai saat ini demam tifoid masih
memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia. merupakan masalah kesehatan,hal ini di
Di Indonesia merupakan Negara endemic sebabkan karena sanitasi lingkungan yang

34
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
kurang memadai, penyediaan air minum yang Tifoid disebabkan oleh bakteri yang disebut
kurang memenuhi syarat, tingkat sosial Salmonella typhi atau paratyphi. Terdapat
ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat. ratusan jenis bakteri salmonella, tetapi hanya
Walaupun pengobatan demam tifoid tidak empat jenis yang dapat menimbulkan tifoid
terlalu menjadi masalah namun masalah yaitu salmonella serovarian typhi, paratyphi A,
diagnostik kadang – kadang menjadi masalah paratyphi B, dan paratyphi C. Di Indonesia
terutama di tempat di mana tidak dapat di tifoid merupakan penyakit endemis yang
lakukan pemeriksaan laboratoriumnya berarti kasusnya selalu ada sepanjang tahun,
(Rampengan, Laurenz 1990). Umumnya penderita tifoid meningkat,
Usaha yang tertua untuk melacak terutama pada musim kemarau. Saat musim itu
adanya kenaikan titer kadar antibodi atau terjadi kekurangan sumber air bersih dan
agglutinin terhadap Salmonella typhi yaitu sumber air yang ada mudah tercemar.
dengan cara penentuan titer Agglutinin O dan Selain itu, Demam tifoid adalah
H dengan uji Widal yang telah dipakai sejak penyakit infeksi hebat yang diawali di selaput
tahun 1896. Uji Widal menggunakan suspensi lendir usus dan jika tidak diobati, secara
basil Salmonella typhi atau Paratyphi untuk progresif menyerbu jaringan di seluruh tubuh.
menentukan titer agglutinin dalam serum Aspek paling penting dari infeksi ini ialah
penderita demam tifoid atau paratifoid, kemungkinan terjadinya perforasi usus, karena
walaupun banyak mempunyai kelemahan, satu kali organisme memasuki rongga perut,
sampai dewasa ini masih merupakan pasti timbul peritonitis yang mengganas
imunoasai yang paling banyak dipakai untuk (Tamboyang, j 2000).
menunjang diagnosis demam tifoid di klinik
(Handojo I, 2004). Makanan dan minuman yang
Selain metode, reagen pun terkontaminasi merupakan transmisi
memegang peranan sangat penting terutama Salmonella sp khususnya Salmonella typhi,
dalam interpretasi hasil pemeriksaan. carrier pada manusia adalah sumber infeksi.
Reagensia atau pereaksi yang digunakan Salmonella typhi bisa berada di air, debu,
dalam suatu reaksi untuk mendeteksi, sampah kering. Salmonella typhi akan
mengukur dan atau memeriksa suatu berkembangbiak mencapai dosis infektif.
parameter pemeriksaan di laboratorium Maka perlu diperhatikan faktor kebersihan
(Depkes RI, 2008: Pedoman Praktik lingkungan, pembuangan sampah, cara
Laboratorium Kesehatan Yang Benar (Good memasak air dan bahan makanan secara benar
Labratory Practice). Direktorat Jenderal Bina untuk pencegahan Salmonellosis terutama
Pelayanan Medik : Jakarta). demam tifoid.
Mutu hasil pemeriksaan Gejala demam tifoid adalah suhu
laboratorium sangat dipengaruhi oleh kualitas tubuh meningkat secara bertingkat sampai
reagensia, sebab apabila kualitas reagensianya mencapai 400 c, dengan frekuensi nadi relative
tidak baik maka hasil pemeriksaan yang lambat. Sering ada nyeri tekan di perut,
diperolehpun tidak dapat konstipasi (kadang-kadang diare). Pada kasus
dipertanggungjawabkan. berat, mungkin terlihat bintik-bintik merah
Berdasarkan uraian diatas maka pada kulit dinding perut atau dada (dalam
penulis berkeinginan melakukan penelitian minggu pertama smpai kedua) (Tamboyang j,
untuk mengetahui titer agglutinin O dan H 2000).
terhadap Salmonella typhi dengan uji Widal Dalam minggu pertama, keluhan
menggunakan reagens Tydal dan Fortress pada dan gejala meyerupai penyakit infeksi akut
spesimen serum suspek demam tifoid. pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala,
Demam tifoid atau yang dikenal anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi.
masyarakat awam dengan istilah tifus Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
merupakan penyakit infeksi yang masuk badan yang meningkat. Setelah minggu kedua
melalui saluran cerna kemudian menyebar ke maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas,
seluruh tubuh melalui darah (infeksi sistemik). berupa demam remiten, lidah tifoid,

35
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
pembesaran hati dan limpa, perut kembung a. Tes serologis untuk mendeteksi kenaikan
mungkin disertai gangguan kesadaran dari titer antibodi terhadap antigen Salmonellat
yang ringan sampai berat (Rempengan, typhi.
laurentz 1990). b. Tes biakan untuk deteksi kuman
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, dari spesimen klinik
Salmonella typhi dan endotoksinnya yang seperti darah.
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen c. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR)
oleh lekosit pada jaringan yang meradang. untuk deteksi DNA spesifik Salmonella
Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah typhi (Hardjoeno H, 2003).
mempengaruhi pusat termoregulator di Salmonella Memiliki Sedikitnya Tiga Macam
hipotalamus yang mengakibatkan timbulnya Antigen.
gejala demam (Rampengan, Laurenz 1990) a. Antigen O (antigen somatik), yang terletak
Bila Salmonella typhi atau pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian
Salmonella paratyphi dalam dosis yang ini mempunyai struktur kimia
infektif (>105/ml), masuk bersama makanan lipopolisakarida atau disebut juga
atau minuman yang tercemar ke dalam saluran endotoksin. Antigen ini tahan terhadap
pencernaan dari seorang penderita, maka basil panas dan alcohol tetapi tidak tahan
tersebut akan berkembang biak dan bila terhadap formaldehid.
penderita tersebut tidak mempunyai kekebalan b. Antigen H (antigen flagella), yang terletak
immunoglobulin A sekretori (s.IgA) terhadap pada flagella, fimbriae atau pili dari
basil tersebtut, maksa basil tersebut akan kuman. Antigen ini mempunyai struktur
menempel pada dinding usus penderita dan kimia suatu protein dan tahan terhadap
menembus epitel usus, melalui sel epitel usus formaldehid tetapi tidak tahan terhadap
menuju ke lamina propia. panas dan alcohol.
Di tempat ini, Salmonella typhi c. Antigen vi, yang terletak pada kapsel
akan difagositosis oleh sel fagosit, terutama (envelope) dari kuman yang dapat
makrofag. Di dalam makrofag, karena melindungi kuman terhadap fagositosis.
terlindung oleh kapsul Vi, Salmonella typhi Jenis-jenis pemeriksaan
dapat bertahan hidup, bahkan dapat laboratorium yang berperan dalam
berkembang biak. Selanjutnya basil tersebut menegakkan diagnosis demam tifoid antara
akan dibawa ke plak payeri, terutama yang lain serodiagnostik meliputi : Uji Widal, Tes
berada di ileum terminalis dan melalui saluran Typhoid Dipstick dengan metode Carik Celup;
getah bening dibawa ke kelenjar limfe Tes Elisa dengan metode Double Sandwich.
mesenterium. Dalam tahap berikutnya, Selain itu juga dapat dilakukan biakan untuk
Salmonella typhi melalui ductus theracicus Salmonella typhi dan deteksi DNA dengan
akan masuk ke aliran darah (stadium metode PCR.
bakteriemi I) dan selanjutnya menyebar ke Kadar agglutinin akan mencapai
jaringan retikuloendotelial di seluruh tubuh, puncaknya pada minggu ke lima sejak
terutama di hati dan limfa. timbulnya febris dan dipertahankan selama
Di dalam organ tersebut, beberapa bulan kemudian akan menurun
Salmonella typhi keluar dari sel fagosit dan perlahan-lahan.
berkembang biak di luar sel dalam jaringan Agglutinin O dapat bertahan di atas
organ atau jaringan sinusoid dan menimbulkan ambang normalnya sampai 5 bulan, sedangkan
keradangan. Proses ini selama 7-10 hari. agglutinin H dapat bertahan sampai 2 tahun.
Diagnosis demam tifoid ini sulit Bila karena suatu sebab penderita menjadi
ditegakkan, sebab gambaran klinis penyakit ini pembawa kuman (carrier) yang sehat, maka
sangat bervariasi dan umumnya tidak khas. agglutinin Vi akan dipertahankan terus selama
Sarana laboratorium dalam membantu dia masih menjadi pengidap kuman yang sehat
menegakkan diagnosis demam tifoid dapat (Handojo I, 2004
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Uji Widal adalah suatau reaksi serum
(sero-test) untuk mengetahui ada tidaknya

36
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
antibodi terhadap Salmonella typhi, dengan Kemudian letakkan satu tetes serum pada
jalan mereaksikan serum seseorang dengan setiap lingkaran pada slide yang lain.
antigen O dan antigen H di laboratorium. Bila Tambahkan 1 tetes reagen yang sesuai keatas
terjadi aglutinasi, dikatakan uji Widal positif control positif dan NaCl fisiologis.
yang berarti serum orang tersebut mengandung Tambahkan 1 tetes reagen yang sesuai ke atas
antibodi terhadap Salmonella typhi, baik lingkaran yang mengandung serum
setelah vaksinasi, setelah sembuh dari pasien.Selanjutnya, campur semua isi dari
penyakit demamtifoid ataupun sedang lingkaran menggunakan stik pengaduk sampai
menderita demam tifoid. Uji Widal negatif mengenai sisi lingkaran. Goyangkan slide ke
artinya serum tidak mengandung antibodi depan dan ke belakang, dan perhatikan adanya
terhadap Salmonella typhi (Entjang I, 2003). aglutinasi setelah 1 menit. Hasil positif apabila
Antigen yang digunakan pada uij Widal adalah terjadi aglutinasi yang menunjukkan
suspensi Salmonella typhi yang sudah keberadaan antibodi yang sesuai dalam serum
dimatikan dan diolah di laboratorium.Tujuan pasien sedangkan hasil negatif apabila tidak
dari uji Widal adalah untuk menentukan terjadi agglutinasi dan menunjukkan tidak
adanya aglutinin dalam serum penderita yang adanya antibodi yang sesuai dalam serum
diduga menderita demam tifoid. Dari ketiga pasien.
aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya Metode Semikuantitatif
aglutinin O dan H yang ditentukan titernya Uji Widal metode semikuantitatif merupakan
untuk diagnosis. Semakin tinggi titer salasatu metode yang dapat digunakan pada
aglutininnya, semakin besar pula kemungkinan untuk menentukan titer antibodi atau
didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. agglutinin dalam serum penderita demam
Pada infeksi yang aktif, titer aglutinin akan tifoid.
meningkat pada pemeriksaan ulang yang Prosedur kerja :
dilakukan selang waktu paling sedikit 5 hari. Letakkan serum pasien menggunakan 5
Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat lingkaran pada slide dengan volume berturut-
selama 2 sampai 3 minggu memastikan turut : 80μl, 40μl, 20μl, 10μl, 5 μl. Titer : 1/20,
diagnosis demam tifoid.. 1/40, 1/80, 1/160, dan 1/320. Tambahkan 1
Uji Widal merupakan uji aglutinasi yang tetes reagen untuk uji Widal yang sesuai ke
menggunakan suspense kuman Salmonella atas lingkaran yang mengandung serum
typhi dan Salmonella paratyphi sebagai pasien. Setelah itu, campur semua isi dari
antigen untuk mendeteksi adanya antibodi lingkaran menggunakan pengaduk sampai
terhadap Salmonella typhi dan Salmonella mengenai sisi lingkaran.Goyangkan slide
paratyphi di dalam serum penderita. kedepan dan kebelakang, selanjutnta amati
Uji Widal dipakai untuk membantu adanya aglutinasi pada slide setelah 1 menit.
menegakkan diagnosis penyakit demam tifoid. Hasil positif apabila terjadi aglutinasi pada
Adapun prinsip dasar uji Widal adalah, slide sedangkan hasil negatif apabila tidak
suspensi bakteri (antigen) tak larut yang terjadi aglutinasi pada slide. Titer dilaporkan
direaksikan dengan antibodi spesifik terhadap berdasarkan voume spesimen serum terkecil
bakteri tersebut yang ada di dalam serum yang masih terjadi aglutinasi.
penderita. Reagen Tydal
Metode kualitatif Tydal mengandung suspensi antigen dengan
Uji Widal metode kualitatif merupakan kode , Salmonella typhi O , Salmonella typhi
metode yang digunakan pada Uji Widal untuk H , Salmonella parathypi AH , Salmonella
menegetahui ada tidaknya antibodi pada serum parathypi BH , bersama dengan reaktif kontrol
penderita, interpretasi hasilnya adalah positif positif polyspecific dengan antigen tersebut.
atau negatif. Setiap reagen mengalami kontrol kualitas yang
Prosedur Kerja : ketat pada berbagai tahap pembuatan untuk
Letakkan 1 tetes control positif keatas kekhususan dan kinerja.
lingkaran pada slide. Letakkan 50 μlNaCl
fisiologis di lingkaran yang lain pada slide.

37
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
a. Penyimpanan Dan Stabilitas Reagen d. Kontrol kualitas : Setiap menjalankan tes
Simpan reagen pada 2-8 ° C dan jangan harus divalidasi dengan control positif dan
dibekukan. Stabilitas reagen adalah negatif.
berdasarkan pada tanggal kadaluwarsa yang e. Prinsip kerja:Suspensi antigen pada reagen
ada pada kit reagen. yang berwarna dicampur dengan serum
b. Prinsip pasien. Antibodi Salmonella yang berada
Suspensi antigen salmonella typhi yang sudah dalam serum pasien bereaksi dengan
dilemahkan dicampur / diinkubasi dengan suspensi antigen `reagen untuk
serum , antibodi anti - salmonella pasien memberikan aglutinasi.
terdapat dalam serum pasien kemudian
bereaksi dengan suspensi antigen untuk METODE
memberikan agglutinasi . Agglutinasi adalah
hasil tes positif , menunjukkan bahwa terdapat Penelitian ini bersifat Observasi
antibodi anti - salmonella dalam sampel laboratorik dengan melakukan penentuan titer
pasien. Tidak ada agglutinasi adalah hasil tes agglutinin O dan H terhadap Salmonella typhi
negatif menunjukkan tidak terdapat antibodi dengan uji Widal menggunakan dua reagen
Salmonella. yaitu reagen Tydal dan reagen
Reagen Fortress Fortress.Penelitian ini dilakukan untuk
Uji Widal dengan menggunakan reagen mengetahui perbedaan titer agglutinin O dan H
Fortress ini menggunakan strain suspensi terhadap Salmonella typhi menggunakan
Salmonella yang dimaksudkan untuk kedua reagen tersebut
mendeteksi Salmonella thypi, parathypi A, B Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
dan C yang menginduksi tubuh manusia dan tersangka demam tifoid di beberapa Rumah
menyebabkan penyakit tifoid. (Fortress Makassar.
Diagnotik, 2013). Secara prinsip prosedural, Spesimen pada penelitian ini adalah serum
suspensi antigen pada reagen Fortress yang tersangka demam tifoid .
sudah dilemahkan ini dicampur atau Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
diinkubasi dengan serum pasien. Selanjutnya ini adalah purposive sampling.
antibodi anti-salmonella yang berada dalam Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
serum pasien akan bereaksi dengan suspensi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
antigen untuk memberikan aglutinasi. kesehatan Makassar pada September 2015
Aglutinasi adalah interpretasi hasil tes positif, Sebelum melakukan pemeriksaan atau uji
yang menunjukkan adanya antibodi anti- Widal, reagen dan spesimen serum
salmonella. diletakkan pada suhu ruangan.
a. Komposisi Penentuan titer agglutinin O dan H
1). Febrile Antigen Salmonella :Antigen menggunakan Reagen Tydal Dengan
berwarna biru yang spesifik terhadap Metode Semikuantitatif :
antigen somatik O. Spesimen serum pasien diletakkan pada 5
Antigen berwarna merah spesifik lingkaran slide dengan volume berturut-turut :
terhadap antigen somatik flagellar H. 80 μl, 40 μl, 20 μl, 10 μl, 5 μl. Titer : 1/20,
2).Kontrol Positif : Natrium serum 1/40, 1/80, 1/160, dan 1/320. Selanjtnya
Human Azida 0,95 g / L ditambahkan 1 tetes reagen Tydal yang sesuai
3).Kontrol Negatif : Natrium serum ke atas lingkaran yang mengandung serum
Animal Azida 0,95 g / L pasien. Setelah itu, Campur semua isi dari
b. Penyimpanan : komponen penyimpanan lingkaran menggunakan pengaduk sampai
pada 2 – 8 °C mengenai sisi lingkaran. Slide digoyang ke
c. Peralatan tambahan : Mikroplatekaca atau depan dan ke belakang, kemudian diamati
plastik dan rotator mekanikal diatur dengan adanya aglutinasi pada slide setelah 1 menit.
kecepatan 100 rpm.

38
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
Intepretasi 1 1/40 1/40 1/160 1/40
2 1/40 1/160 1//80 1/320
Hasil positif apabila terjadi aglutinasi pada 3 1/160 1/80 1/160 1/160
slide sedangkan hasil negatif apabila tidak 4 1/160 1/320 1/320 1/320
terjadi aglutinasi pada slide. 5 1/40 1/20 1/40 1/40
Titer agglutinin O dan H terhadap Salmonella 6 1/40 1/320 1/80 1/320
typhi ditentukan berdasarkan pengenceran 7. 1/80 1/80 1/160 1/40
tertinggi yang masih terjadi aglutinasi. 8 1/160 1/20 1/320 1/20
9 1/40 1/40 1/80 1/40
Penentuan Titer Agglutinin O dan H 10 1/160 1/80 1/320 1/20
Menggunakan Reagen Fortress Dengan 11 1/160 1/320 1/160 1/160
Metode Semikuantitatif : 12 1/20 1/20 1/40 1/40
Spesimen serum pasien diletakkan pada 5 13 1/40 1/80 1/40 1/320
lingkaran slide dengan volume berturut-turut : 14 1/320 1/40 1/320 1/80
80 μl, 40 μl, 20 μl, 10 μl, 5 μl. Titer : 1/20,
15 1/160 1/80 1/160 1/160
1/40, 1/80, 1/160, dan 1/320. Selanjtnya
16 1/40 1/80 1/80 1/80
ditambahkan 1 tetes reagen Fortress yang
17 1/80 1/40 1/80 1/40
sesuai ke atas lingkaran yang mengandung
18 1/80 1/160 1/160 1/160
serum pasien. Setelah itu, Campur semua isi
dari lingkaran menggunakan pengaduk sampai 19 1/320 1/320 1/320 1/320
mengenai sisi lingkaran.Slide digoyang ke 20 1/80 1/80 1/320 1/80
depan dan ke belakang, kemudian diamati 21 1/40 1/20 1/160 1/80
adanya aglutinasi pada slide setelah 1 menit. 22 1/320 1/40 1/320 1/80
23 1/40 1/80 1/80 1/80
Intepretasi 24 1/80 1/40 1/160 1/80

Pada tabel menunjukan bahwa dari 24


Hasil positif apabila terjadi aglutinasi pada
sampel yang diperiksa terdapat beberapa
slide sedangkan hasil negatif apabila tidak perbedaan titer aglutinin O dan H dengan
terjadi aglutinasi pada slide.Titer agglutinin O uji Widal menggunakan reagen Tydal dan
dan H terhadap Salmonella typhi ditentukan
Fortress.
berdasarkan pengenceran tertinggi yang masih
terjadi aglutinasi.
Tabel. Hasil Uji Statistik Penentuan Titer
Aglutinin O dan H Salmonella
HASIL PENELITIAN typhi dengan Uji Widal
Telah dilakukan penelitian penentuan titer Menggunakan Reagen Tydal
agglutinin O dan H terhadap Salmonella typhi
dan Fortress Pada Spesimen
dengan uji Widal menggunakan reagen Tydal
Serum Suspek Demam Tifoid.
dan Fortress pada sampel tersangka demam
tifoid di Laboratorium Jurusan Analis Aglutinin O Aglutinin H
N
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Makassar. o t t
Diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada t tabel t tabel
hitung hitung
tabel berikut :
Tabel. Hasil Penentuan Titer Aglutinin O 1.661
1 2.0147 0.7049 2.0147
dan H dengan Uji Widal Menggunakan 4
Reagen Tydal dan Fortress Pada Spesimen
Suspek Demam Tifoid. Dari data hasil penelitian yang
Reagen diperoleh setelah dilakukan uji statistik
Kode menunjukkan bahwa pada Antigen O, t
Tydal Fortress
Samp hitung (1.6614) < t tabel (2.0147)
Agluti Agluti Agluti Agluti
el sedangkan pada Antigen H, t hitung
nin O nin H nin O nin H
(0.7049) < t tabel (2.0147) maka Ho

39
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
diterima artinya tidak ada perbedaan yang antibodi berasal dari isolat yang berlainan.
bermakna dari uji atau tes Widal Perbedaan respon imun ini juga dipengaruhi
menggunakan reagen Tydal dan Fortress oleh karena struktur masing-masing protein
pada specimen suspek demam tifoid. dalam hal ini terkait dengan komposisi
reagensia yang menyusun antigen tersebut
PEMBAHASAN ataupun oleh proses pembuatan suspensi
antigen O dan H Salmonella typhi, antara lain:
Uji Widal adalah salah satu sarana persiapan isolat, termasuk cara pengumpulan
laboratorium untuk membantu menegakkan dan penanganya, kualitas berbagai media yang
diagnosis demam tifoid. Uji Widal dapat digunakan, prosedur isolasi dan identifikasi,
dilakukan dengan metode slide dan tabung. prosedur kontrol kualitas (internal),
Cara slide memberikan hasil berupa titer standarisasi kekeruhan suspensi antigen,
antibodi yang menggambarkan jumlah penggunaan standart emas (gold standart) dan
antibodi dalam serum penderita. disamping itu, tenaga teknis yang memproduksinya.
cara slide memberikan hasil yang lebih cepat (Bakri.S.,2002).
serta mudah dalam pengerjaannya. Pada tes Widal biasanya titer aglutinin
Sejak diketahui kegunaan tes Widal O akan naik lebih dulu daripada aglutinin H
yang menggunakan suspensi Salmonella typhi atau Vi, sebab aglutinin O yang terbentuk
untuk menentukan titer aglutinin dalam serum akibat respon terhadap bagian lipopolisakarida
penderita demam tifoid maka tes widal telah Salmonella typhi merupakan antigen yang T
menjadi pilihan utama di kalangan klinisi dan independent sehingga dapat langsung
teknisi laboratorium dalam upaya penentuan merangsang limfosit B untuk mengekskresi
diagnosis untuk demam tifoid. Hal ini tanpa antibodi tanpa melaui limfosit T seperti halnya
disadari telah mampu menjadikan produk tes antigen H dan Vi. Aglutinin O biasanya akan
Widal menjadi berkembang pesat dan saat ini menghilang setelah 6-12 bulan, sedangkan
telah banyak dikemas secara beragam dalam aglutinin H akan menghilang setelah 2 tahun.
berbagai merek dagang dengan produk Peningkatan titer aglutinin H saja tanpa
berbeda. disertai peningkatan titer aglutinin O pada uji
Dari hasil penelitian terhadap 24 Widal tidak dapat dipakai untuk mendiagnosis
sampel pasien yang telah dilakukan penyakit demam tifoid, sebab bila O negatif
pemeriksaan widal diperoleh gambaran bahwa dan H positif ada 3 kemungkinan yang
terdapat beberapa perbedaan titer dari tes menjadi penyebab, pertama, pernah terinfeksi
widal menggunakan reagen Tydal dan atau sering terinfeksi dengan Salmonella typhi,
Fortress, dimana hasil titer menggunakan sehingga bila terinfeksi dengan dosis yang
antigen O dan H reagen Fortress lebih tinggi rendah (<103), penderita dalam kelompok ini
dibandingkan dengan hasil titer mengunakan telah mempunyai sel memori terhadap antigen
antigen O dan H dari reagen Tydal. Tes Widal H dari Salmonella typhi. Kedua, penderita
pada antigen O reagen Tydal dan berada dalam masa penyembuhan dari demam
Fortressdiperoleh t hitung (1.6614) lebih kecil tifoid. Aglutinin O dapat bertahan 6-12 bulan
dari t tabel (2.0147) dengan derajat dalam darah sedangkan aglutinin H
kemaknaan 0.05, maka Ho diterima. dipertahankan sampai 2 tahun. Ketiga pernah
Sedangkan tes Widal pada antigen H reagen mendapat imunisasi antitifoid, aglutinin H
Tydal dan Fortress diperoleh t hitung (0.7049) dipertahankan sampai 2 tahun (Tribuana,
lebih kecil dari t tabel (2.0147) dengan drajat 2005).
kemaknaan 0.05, maka Ho diterima. Titer aglutinini mencapai puncaknya
Adanya perbedaan respon imun yang pada minggu kelima atau keenam sejak
timbul pada hasil penelitian ini akibat dimulai demam. Kadang kala bahkan baru
pengaruh imunogen (antigen O dan H dijumpai setelah penderita sembuh terutama
Salmonella typhi) yang digunakan, yaitu pada anak. Bila kemudian oleh karna
kemampuan imunogenik dari suspensi antigen pengobatan penderita sembuh, titer aglutinin
O dan H Salmonella typhi dalam menginduksi dalam darah akan dipertahankan selama

40
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
beberapa bulan dan selanjutnya akan menurun pelaksanaan uji Widal dapat menyebabkan
secara perlahan-lahan biasanya aglutinin O hasil positif palsu. (Handojo, 2004).
menghilang terlebih dahulu yang diikuti oleh Berdasarkan data hasil penelitian
aglutinin vi dan H. Berpijak pada landasan yang diuji secara statistik melalui uiji-t dua
tersebut maka dalam memberikan intepretasi sampel bebas diperoleh kesimpulan:tidak ada
hasil uji widal, ada beberapa hal yang perlu perbedaan yangbermakna antara titer hasil Uji
diperhatikan diantaranya, bahwa hasil Widal dari antigen O dan H reagen Tydal dan
pemeriksaan uji widal satu kali saja belum Fortress.
dapat ditarik kesimpulan berarti kecuali
titernya amat tinggi. Untuk dapat memberikan DAFTAR PUSTAKA
intepretasi yang baik uji Widal perlu diulangi
beberapa kali (sedikitnya 2 kali) dengan Anonim, Prosedur Kerja Widal, India : Tulip
jangka waktu 5-7(Handojo I, 2004). Diagnostics (P) LTD
Ketepatan interpretasi hasil uji Widal
dalam mendukung penegakan diagnosis Anonim, Prosedur Kerja Widal, UK : Fortress
demam tifoid seharusnya dilakukan secara Diagnostic.
cermat, tepat, dan teliti karena kecenderungan
muculnya perbandingan hasil yang jauh dari Bakhri, S. AK, 2002. Imunogenitas Antigen O
tiap komponen bersifat multifaktorial dan Salmonella typhi Antara Isolat dari
sangat rentan terhadap faktor-faktor sekecil Strain Makassar Isolat Strain dari
apapun. Kesalahan interpretasi sangat riskan Surabaya dalam Menginduksi Antibodi.
menyebabkan nilai interpretasi menjadi Tesis Pascasarjana Program Studi
bernilai positif palsu atau negatif palsu. Imunologi. Surabaya : Universitas
Munculnya hasil negatif palsu Airlangga.
biasanya dipengaruhi oleh beberapa keadaan
diantaranya jumlah bakteri yang ternyata tidak Budiman, 2011.Penelitian Kesehatan.Bandung
cukup untuk merangsang pembentukan : Refika Aditama.
antibodi secara menyeluruh atau keadaan di
mana telah mendapatkan pengobatan Depkes RI, 2008. Pedoman Praktik
sebelumnya. Disamping itu, sensitivitas dan Laboratorium Kesehatan Yang Benar
spesifisitas dari masing-masing reagens uji (Good Labratory Practice). Direktorat
diagnostik ini tentunya juga berbeda. Adanya Jenderal Bina Pelayanan Medik :
perbedaan yang mungkin disebabkan atau Jakarta.
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
Pertama, strain yang berbeda dapat Depkes RI, 1997. Petunjuk Pelaksana
menimbulkan respon antibodi yang berbeda, Pemantapan Mutu Internal
strain yang kemungkinan besar diperoleh dari Laboratorium Kesehatan. Departemen
faktor individualistik pada suatu komunitas Kesehatan RI Pusat Laboratorium
yang tentunya berbeda dari individu yang Kesehatan : Jakarta.
lainnya. (Bakhri, S., 2002). Hal ini
dimungkinkan oleh banyak faktor, salah Entjang, Indan, 2003.Mikrobiologi Dan
satunya yaitu perbedaan berat molekul dari Parasitologi Untuk Akademi
tiap strain yang berperan pada proses Keperawatan Dan Sekolah Tenaga
optimalisasi terhadap sel B. Kedua, Kesehatan Yang Sederajat.Bandung :
Penggunaan antibiotika yang luas dapat Citra Aditya Bakti.
memperlambat dan menghambat pembentukan
aglutinin. Ketiga, Standarisasi kekeruhan FKUI, 1991.Penuntun Praktikum Mikrobilogi
suspensi antigen yang kurang baik, pemberian Kedokteran.Jakarta : binarupa aksara.
imunisasi sebelumnya, adanya reaksi silang
dari species Salmonella lainnya dan yang tak
kalah pentingya adalah perbedaan teknik

41
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015
Handojo I, 2004.Imunoasai Terapan Pada
Beberapa Penyakit Infeksi.Surabaya : Tamboyang, J, 2000, Patofisiologi Untuk
Airlangga University. Keperawatan.Jakarta :EGC.

Hardjoeno, H, 2003.Interpretasi hasil tes Todar .K ,PhD. 2008. Salmonella and


laboratorium diagnostic.Makassar : Salmonellosis. http://www.textbookofb
Lembaga penerbitan universitas acteriology.net/salmonella.html diakses
hasanuddin. tanggal 28 mei 2012

Jawetz. E, Joseph. L, Edward A. Adelberg, Tribuana R, 2005. Uji Validitas Tulip


1991. Microbiologi untuk profesi Diagnostik Cara Slide Dalam
kesehatan (Review of Medical Mendeteksi Antibodi Spesifik Terhadap
Microbiology).Jakarta : Penerbit buku Antigen O Salmonella Thypi Pada
kedokteran EGC. Tersangka Demam Thypoid, Makassar.

Rampengan, Laurentz 1990.Penyakit Infeksi Widoyono, 2011.PENYAKIT TROPIS


Trofic Pada Anak, Buku Kedokteran EGC. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
& Pemberantasannya.Jakarta :Erlangga
Sugiyono, 2002.Statistik Untuk Penelitian
Edisi 5.Bandung:Penerbit Alfabeta.

42
Media Analis Kesehatan Vol.VI No.2 November 2015

Anda mungkin juga menyukai