Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KIMIA KLINIK

TRANSUDAT DAN EKSUDAT

Elsa Yunia Rusmiyanti

151610113012
84
Kelompok 9

Good Job D3 ANALIS MEDIS

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2017
23 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Efusi transudat biasanya bilateral karena pada kondisi sistemik


dapat meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler atau menurunkan
tekanan onkotik plasma. Keganasan secara terus-menerus dapat berubah
menjadi transudat. Kejadian ini bisa disebabkan kondisi klinis yang
tidak stabil seperti gagal jantung (Aschi, 1998).

Transudat dapat menigkatkan tekanan hidrostatik atau


menurunkan tekanan onkotik plasma. Transudat dapat menyebabkan
hypoprtoteinomeia , seperti nefrotik sindrom. Sedangkan eksudat dapat
meningkatkan kapilaritas permeabel atau menurunkan resorpsi limfa.
Pemeriksaan eksudat ini lebih sering digunakan.

Dalam pemeriksaan transudat dan eksudat dapat menggunakan


test makroskopis dan mikroskopis. Test secara makroskopis dapat
diidentifikasi menggunakan pancaindra. Misalnya dengan
mengidentifikasi warna, jumlah, bau, kejernihan, berat jenis, dan
bekuan. Sedangkan pemeriksaan kimia dapat diidentifikasi dengan test
Rivalta, test Nonne, dan test Pandy.

Dalam test makroskopis , pengidentifikasian warna, jumlah,


bau, kejernihan, berat jenis, dan bekuan dapat digunakan untuk
membedakan transudat dan eksudat. Namun, agar lebih jelas dalam
pengidentifikasiannya dapat menggunakan test mikroskopis.

Test Rivalta merupakan test yang digunakan untuk membedakan


transdat dan eksudate. Tes ini dilihat dengan mengidentifiksi kekeruhan
dari hasil penggumpalan protein. Test Nonne merupakan tes yang
berfungsi sama dengan tes Rivalta. Test None ini 100% lebih akurat. Hal
itu berdasarkan sifat sensifitasnya yang tinggi, meningkatkan akurasi,
dan lebih stabil (Light, 1972). Test Pandy merupakan test yang juga
sebagai pembeda transudat dan eksudat dengan melihat kekeruhan dari
protein yang mengendap dalam larutan jenuh fenol.

Dalam pemeriksaan untuk membedakan transudat dan eksudat


tidak hanya dilakukan salah satu test saja. Sebaiknya ada banyak test
yang dilakukan agar dapat meningkatkan akurasi dan presisi
pemeriksaan. Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan beberapa
test baik secara makroskopis maupun secara kimia.

1.2 Tujuan
Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan dalam
membedakan eksudat dan transudat cara makroskopis
dan pemeriksaan secara kimia
Mengetahui perbedaan ciri-ciri dari transudat dan eksudat
21 BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Makroskopis

Tabung ukur
Refraktometer
Pipet pasteur

2.1.2 Pemeriksaan Kimia

Test Rivalta Test Nonne


Aquadest Cairan Liquor Cerebro
Lihat adanya
Gelas ukur Spinalis kabut
Reagen glacial acetic acid Tabung venoject
Pleural fluid Pipet volume 5mL
urine Mikropipet
Tes Pandy Reagen Nonne
Cairan Liquor Cerebro Spinalis
Reagen Pandy
Tabung venoject
Pipet volume 1 mL
Pipet Pasteur
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Makroskopis

Mengukur jumlah (volume)


dengan gelas ukur

Identifikasi warna sampel

Identifikasi kejernihan

Satu tetes Diamati berat


Refraktometer sampel jenisnya

Identifikasi adanya bekuan


2.2.2 Pemeriksaan Kimia
Test Rivalta
+

Test Nonne
aquadest 0,1 cc
1 tetes sampel
+Glacial acetic acid

2 ml
Teteskan 0,5 ml
Reagen Nonne sampel melalui dinding
tabung

Test Pandy

1 ml
1 tetes sampel
Reagen Pandy

Lihat adanya
cincin diantara 2
32 BAB III
lapisan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Test Makroskopik

Amati adanya
Gambar 1. Sampel 1- sampel 4 (kanan-
kabut dan
kiri) kekeruhan
larutan
Dari praktikum yang
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Jumlah
Sampel 1 : 12,5 mL
Sampel 2 : 1 mL
Sampel 3 : 5,5 mL
Sampel 4 : 4,5 mL
2. Warna
Sampel 1 : kuning
Sampel 2 : kuning
Sampel 3 : merah
Sampel 4 : kuning kemerahan
3. Kejernihan
Sampel 1 : jernih
Sampel 2 : keruh
Sampel 3 : keruh
Sampel 4 : jernih

4. Berat Jenis

Gambar 2. Sampel 1 sampel 4 (kiri kanan)

Sampel 1 : 1,037
Sampel 2 : 1,031
Sampel 3 : 1,025
Sampel 4 : 1,018

5. Bekuan
Sampel 1 : tidak ada bekuan
Sampel 2 : ada bekuan
Sampel 3 : ada bekuan
Sampel 4 : ada bekuan

Dari data hasil praktikum diatas, dapat diketahui bahwa


sampel 1 merupakan eksudat, sampel 2 yaitu eksudat, sampel 3 yaitu
eksudat, dan sampel 4 yaitu eksudat. Ciri-ciri transudat yang
diidentifikasi secara makroskopik yaitu, jumlahnya sedikit, warna
kuning muda, jernih, berat jenis kurang dari 1,018, dan tidak ada
bekuan. Sedangkan ciri-ciri eksudat yang diidentifikasi secara
makroskopik yaitu volume banyak, warna merah atau merah
kekuningan, keruh, berat jenis lebih dari 1,018, dan terdapat bekuan.
Pengukuran volume sampel dalam jumlah yang bisa terhitung,
menunjukkan bahwa terdapat kelainan karena seharusnya jumlah
cairan pleura sangat sedikit. Sampel yang termasuk transudat
biasanya lebih jernih karena mengandung sedikit protein. Sedangkan
sampel yang termasuk eksudat lebih gelap atau keruh karena
mengandung banyak protein. Dalam pemeriksaan berat jenis sampel,
alat yang digunakan yaitu refraktometer karena sampel yang
dibutuhkan hanya sedikit. Berat jenis sampel eksudat lebih besar dari
transudat karena mengandung lebih banyak protein. Bekuan pada
sampel eksudat menunjukkan adanya susunan fibrin yang
menyebabkan terbentunya gumpalan.

Sampel yang digunakan harus fresh karena masih banyak


mengandung bahan pelarut. Dalam pemeriksaan transudat dan
eksudat tidak diperlukan test bau kecuali ada pembusukan protein,
seperti infeksi kuman anaerob atau E.coli.

3.2 Pemeriksaan Kimia


3.2.1 Test Rivalta
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Urine = tidak ada kabut (kontrol negatif)
2. Sampel 1 = ada kabut
3. Sampel 2 = ada kabut
4. Sampel 3 = ada kabut
5. Sampel 4 = ada kabut

Pada test Rivalta reagen yang digunakan yaitu glacial acetic


acid. Reagen tersebut digunakan karena dapat menggumpalkan
protein sehingga tetasan dapat terlihat seperti kabut dan dapat
diamati ada atau tidaknya kabut. Dari hasil tes Rivalta ini, ke
empat sampel menghasilkan kabut sehingga dapat digolongkan
pada eksudat. Kabut tersebut berasal dari reaksi protein yang
ditambahkan asam asetat sehingga timbul presipitasi yang dapat
diamati.

3.2.2 Test Nonne


Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Sampel 1 = menghasilkan cincin putih sangat jelas jika dikocok
cairan keruh.

Gambar 3. Hasil test nonne sampel 1

Pada test Nonne reagen yang


digunakan yaitu reagen Nonne yang
mengandung ammonium sulfat jenuh yang bereaksi dengan
globulin dalam sampel sehingga membentuk cincin tebal atau
tipis. Ammonium sulfat jenuh sangat larut dalam air dan membuat
larutan sangat pekat sehingga dapat menyebabkan pengendapan
pada konsentrasi tertentu. Ketebalan cincin sebanding dengan
kadar globulin dalam sampel. Semakin tebal cincin yang
terbentuk dalam reaksi, maka semakin banyak pula kadar globulin
di dalam sampel tersebut. Penetesan sampel melalui dinding
tabung secara perlahan agar cincin terbentuk sempurna dan
mudah diamati. Dari hasil praktikum, cincin yang terbentuk
sangat jelas dan ketika dikocok cairan menjadi keruh, sehingga
sampel 1 dapat digolongkan menjadi positif (+++). Hasil test
positif ini menunjukkan bahwa di dalam sampel terdapat globulin
yang lebih dari 5 mg % sehingga dapat digolongkan sebagai
eksudat.
3.2.3 Test Pandy

Dari praktikum yang dilakukan,


didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Sampel 1 = positif (++)
2. Sampel 3 = positif (+)
3. Sampel 4 = positif (+++)
4.
Gambar 4. Hasil test Pandy sampel 1, sampel 3,
sampel 4 (kanan kiri)
Pada test Pandy, reagen yang digunakan yaitu reagen Pandy
yang mengandung larutan jenuh fenol dalam air yang akan
bereaksi dengan protein dalam sampel, yaitu globulin dan
albumin. Adanya kekeruhan atau kabut sebanding dengan kadar
protein dalam sampel. Semakin keruh larutan tersebut, maka
kadar proteinnya juga semakin banyak, jika semakin bening
larutan maka kadar proteinnya lebih rendah. Dari hasil praktikum
yang dilakukan, kadar protein paling banyak yaitu pada sampel 4
dengan cairan sangat keruh dibandingkan dengan sampel yang
lain. Sehingga, sampel 4 merupakan sampel dengan kandungan
protein paling banyak.
8 BAB IV

KESIMPULAN

Pemeriksaan untuk membedakan transudat dan eksudat terdiri dari


bermacam-macam test, beberapa diantaranya yaitu, test secara makroskopis
dan pemeriksaan kimia. Pemeriksaan makroskopik dilihat dari jumlah,
warna, kejernihan, berat jenis, dan bekuan. Pada pemeriksaan kimianya
terdiri dari tes rivalta, tes Nonne, dan tes Pandy. Pada sampel 1, ciri-ciri
yang didapatkan yaitu, berat jenis lebih dari 1,018, ada kabut pada test
rivalta, positif tiga (+++) pada test nonne, dan positif dua (++) pada test
pandy. Sampel 2, berat jenis lebih dari 1,018 dan ada kabut pada test rivalta.
Sampel 3, berat jenis lebih dari 1,018, ada kabut pada test rivalta, dan positif
satu (+) pada test pandy. Sampel 4, berat jenis lebih dari 1,018, ada kabut
pada test rivalta, dan positif tiga (+++) pada test pandy. Dari semua hasil
baik makroskopis maupun kimia, dapat disimpulkan bahwa sampel 1,
sampel 2, sampel 3, dan sampel 4 merupakan cairan eksudat.
DAFTAR PUSTAKA

John Bernard Henry, M.D.. 2001. Clinical Diagnosis and Management by


Laboratory Methods. Cina: W.B Sounders Company

Luthra, Kalpana. 2006. Basic Concept of Clinical Biochemistry. New Delhi:


Departement of Biochemistry

Rhaju, Minto. 2003. Uji Diagnostik Pemeriksaan dalam Cairan Tubuh


untuk Penentuan Klasifikasi Transudat dan Eksudat Dibandingkan
dengan Klasifikasi Konvensional. Semarang: Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai