Anda di halaman 1dari 10

Laporan Mata Kuliah Urinalisis & Cairan Tubuh

“Pemeriksaan Transudat & Eksudat”

Disusun Oleh :

ANGGISTA YULIA MAYANG

NIM. 711345319004

JURUSAN TEKNOLOGI LABOLATORIUM MEDIS

POLTEKKES KEMENKES MANADO


I. Judul :
Pemeriksaan Cairan Transudat & Eksudat
II. Tujuan :
Mahasiswa Mampu Mengerti dan Memahami Tentang Pemeriksaan Transudat dan
Eksudat
III. Dasar Teori :
Rongga tertutup tubuh (rongga pleura, pericardial, dan peritoneal) dilapisi oleh dua
membran yang disebut sebagai membran serosa.
Satu membran melapisi dinding rongga tersebut (membran parletal)
Satu membran melapisi organ didalam rongga tersebut (membran visceral)
Cairan diantara membran tersebut disebut cairan serosa yang berfungsi sebagai
pelumas untuk mencegah gesekan diantara dua membran tersebut akibat gerakan organ
yang dilapisi
 Cairan serosa dibentuk sebagai ultrafiltrat plasma
 Jumlah cairan serosa sedikit karena produksi dan reabsorbsi terjadi dengan
kecepatan konstan
 Produksi dan reabsorbsi bergantung pada tekanan hidrostatik dan tekanan koloid
(tekanan onkotik) dari kapiler yang menyuplai rongga dan permeabilitas kapiler
Gangguan mekanisme pembentukan dan reabsobsi cairan serosa menyebabkan
peningkatan cairan diantara membran. Peningkatan tersebut disebut efusi.
Penyebab utama efusi:
 Kenaikan tekanan hidrostatik (gagal jantung kongesitif)
 Penurunan tekanan onkontik (hipoproteinemia)
 Peningkatan permeabilitas kapiler (inflamasi dan infeksi)
 Obstruksi limfatik (tumor)

Klasifikasi umum penyebab efusi dapat dilakukan dengan menggolongkan


cairan sebagai transudate atau eksudat

 Transudat : efusi yang terbentuk akibat kelainan sistemik yang mengganggu


keseimbangan dalam pengaturan filtrasi dan reabsorpsi cairan (perubahan
tekanan hidrostatik akibat gagal jantung kongestif atau hipoproteimia terkait
sindrom netrotik
 Eksudat : kondisi yang secara langsung melibatkan membran rongga tertentu
(infeksi dan keganasan)
Penyakit yang bisa menimbulkan efusi transudat atau eksudat
Emboli paru Transudat setelah terapi diuretik.
Pemeriksaan Sitologi
Tes non-biokimia seperti misalnya tes sitologi dapat digunakan sebagai alat
diagnostik, yang dapat menunjukkan adanya sel ganas, dan pengecatan terhadap
mikroorganisme sebelum dilakukan kultur. Nilai diagnostik sitologi cairan pleura
dalam efusi keganasan dilaporkanberkisar antara 40-87%. (Kjeldsberg and Knight,
1993).
Analisis cairan pleura diperlukan untuk diagnosis penyebab efusi pleura.
Thoracentesis dilakukan untuk mengambil sampel cairan. Indikasi untuk thoracentesis.
Temuan baru efusi pleura diagosis teridentifikasi keganasan, empiema, pleuritis TB
infeksi jamur, lupus pleuritis, chylothorax urinotoraks, ruptur esofagus, hemotoraks
dialisis peritoneal apa yang harus dipesan jumlah sel, sitologi, amilase, pH, glukosa,
DA, LDH, protein total, kultur.
IV. Pengambilan dan Penanganan Spesimen
Cairan untuk pemeriksaan labolatorium di ambil dengan aspirasi jarum dari rongga
terkait
 Torasentesis (pleura)
 Perikardiosentesis (pericardium)
 Parasentesis (peritoneum)
Jumlah yang diambil > 100 ml untuk pembagian berdasarkan labolatorium
pemeriksaan
Tabung EDTA : Hitung sel dan hiung jenis
Tabung heparin atau sodium polyanethaol sulfonate (SPS) untuk mikrobiologi dan
sitology
Tabung heparin atau tabung tanpa antikoagulan : pemeriksaan kimia
Catatan :
Specimen darah harus diperoleh pada saat pengambilan cairan serosa karena untuk
membandingkan
Makroskopik
 Metode : Visual (Manual)
 Tujuan : untuk mengetahui cairan transudate eksudat secara makroskopik
meliputi warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ
 Alat & Bahan
 Tabung reaksi
 Beaker glass
 Kertas indicator pH universal
 Refraktometer abbe
 Cara Kerja
1) Cairan serosa dimasukan dalam tabung bersih dan kering
2) Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang
3) Dicelupkan indicator pH universal pada transudate eksudat dan diukur
pH dengan membagikan deret standar pH
4) Cairan transudate eksudat diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan
diperiksa pada eye piece BJ.
Nilai normal :
 Warna
 Tidak berwarna
 Kuning muda
 Kuning
 Kuning tua
 Kuning coklat
 Merah
 Hitam coklat
 Serupa susu
 Merah jambu
 Biru kehijauan
 Kuning campur hijau
 Kejernihan
 Jernih
 Agak keruh
 Keruh
 Sangat keruh
 Keruh kemerahan
 Keruh putih serupa susu
 Bekuan
 Tidak ada bekuan
 Ada bekuan
 pH
7,3 atau setara dengan pH plasma/serum
 BJ
1000-1010
Mikroskopis
 Metode : Bilik Hitung
 Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan serosa
 Prinsip : Transudat Eksudat diencerkan dengan larutan turk aka nada sel
leukosit ada hitung selnya dalam kamar hitung dibawah mikroskop
 Alat & Bahan :
 Mikroskop
 Hemacocylometer : bilik hitung improved neubauer
 Kaca penutup
 Pipet thoma leukosit
 Tissue
 Larutan Turk atau NaCl 0,9 %
 Specimen Cairan serosa
 Cara Kerja :
1) Larutan Turk/NaCl 0,9% dihisap sampai tanda 1 tepat
2) Larutan Transudat Eksudat dihisap sampai tanda 11 tepat.
3) Dikocok perlahan dan di buang cairan beberapa tetes
4) Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada
semua kotak leukosit dimikroskop lensa objektif 10x/40x
Nilai normal :
 Jumlah sel Transudat 500 sel/mm3
 Jumlah sel Eksudat 500 sel/mm3
Catatan :
Pengencer NaCl 0,9 %, digunakan apabila pada pemeriksaan makroskopik
ditemukan adanya cairan kearah eksudat dan terdapat bekuan yang banyak.
Namun sebaiknya digunakan larutan NaCl 0,9 % bila ragu membedakannya/
Larutan turk mengandung asam asetat yang dapat menyebabkan protein menjadi
denaturasi sehingga terjadi bekuan
 Metode : Giemsa Stain
 Tujuan : Untuk menghitung jenis sel mononuclear dalam cairan diduga
Transudat atau Eksudat
 Alat & Bahan :
 Objek glass
 Kaca penghapus
 Sentrifuge
 Tabung reaksi
 Methanol absolut
 Giemsa
 Timer
 Spesimen cairan serosa
Kimiawi
Uji Rivalta (protein kuantitatif)
 Metode : Rivalta
 Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam cairan untuk membedakan
antara transudate dan eksudat
 Prinsip : Seromusin dalam suasana asam akan mengalami denaturasi hingga
taerjadi kekeruhan
 Alat & Bahan :
 Beaker gelas
 Pipet tetes
 Asam asetat glasial (100%)
 Spesimen cairan serosa

Nilai normal :

 Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih


 Posistif : terbentuk kekeruhan putih
Uji Protein
 Metode : Biuret
 Tujuan : Untuk menetapkan kadar protein dalan Transudat Eksudat
 Prinsip : Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (III) dalam medium
alkali membentuk komplek warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer
 Alat & Bahan
Alat
 Tabung reaksi
 Mikropipet 20 µl dan 1000 µl
 Tip kuning dan biru
 Fotometer
Reagen
 Reagen kerja : Cupri (III) asetat 6 mmol/L Kalium iodide 12 mmol/L
NaOH 1,15 mol/L, detergen
 Reagen standar : 8,0 g/dl
 Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila
disimpan pada suhu ruang
 Spesimen cairan serosa
Pemeriksaan Bakteriologi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitungkan jenis sel dan pulaslah
menurut Gram dan menurut Ziehl-neelsen.
 Metode : Gram
 Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet
dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96
% warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol
dan mengambil warna merah dari fuksin
 Cara Kerja : taruhlah satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek dan
campurlah dengan sama banyak larutan KOH (atau NaOH) 10%. Tutup dengan
kaca penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksalah dengan
mikroskop.
Pemeriksaan Sitologi
 Pewarnaan Sediaan Cairan Pleura
 Zat warna wright
 Buffer ph 7,4
 Timer (timer 3 menit u / lama pewarnaan wright dan 12 menit untuk lama
pencampuran dengan buffer
 Rak tabung
 Bak penampungan
 Persiapan Pasien & Pengambilan Sampel
1) Pasien diperiksa dengan ultrasound dan pilih lokasi tusukan
2) Tusukan dilakukan pada titik akses optimal ke cairan
3) Desinfeksi tempat tusukan
4) Anestesi local disuntikan ke semua jaringan dari kulit hingga pleura
5) Sayatan kecil dibuat dikulit dengan pisau bedah
6) Kateter digital dimasukan kedalam rongga pleura tempat pengantar
7) Diambil dan tap tap bag tiga arah dipasang
8) Flo diperiksa dengan aspirasi dengan jarum suntik
9) Luka tusuk dan kateter di balut
 Pewarnaan Sediaan
1) Menuangkan pewarna wright keatas sediaan, setelah 3 menit dilakukan
pewarna wright. Tuangkan larutan buffer keatas preparat
2) Setelah 12 menit buang sisa pewarna kemudian cuci preparat dengan air
mengalir
3) Bersihkan slide bagian belakang
4) lagi
5) Kemudian Keringkan
6) Setelah dikeringkan prepatat siap diperiksa dibawah mikroskop.

V. Pembahasan :
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan.
Cairan itu terdapat umpama dalam rongga perikardium, rongga pleura, rongga perut
dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat
bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat
diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan
dan akan berupa transudat atau eksudat.
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya
gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya
inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan.
Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan
sehingga terjadi gelembung. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak
protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi dari pada plasma normal. Begitu pula
cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi
akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih
banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat
membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain dari pada radang, misalnya
karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan
tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita
penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat
meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.

VI. Kesimpulan
Ciri-ciri transudat spesifik ; cairan jernih, encer, kuning muda, berat jenis
mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018, tidak menyusun bekuuan (tak
ada fibrinogen), kadar protein kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa kira-kira sama
seperti dalam plasma darah, jumlah sel kecil dan bersifat steril.
Ciri-ciri eksudat spesifik ; keruh (mungkin berkeping-keping, purulent,
mengandung darah, chyloid,dsb.), lebih kental, warna bermacam-macam, berat jenis
lebih dari 1018, sering ada bekuan (oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0 g/dl,
kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung banyak sel
dan sering ada bakteri.
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat
dan sebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk membedakan antara
transudat dan eksudat menjadi sukar.
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang
membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi rongga dada. Cairan pleura
merupakan cairan ekstraseluler yang berfungsi sebagai pelicin untuk memudahkan
kedua permukaan pleura parietaldan pleura visceral bergerak selama pernafasan dan
untuk mencegah pemisahan thorak dan paru yang akan saling melekat jika ada air.

VII. Daftar Pustaka


https://www.academia.edu/13121843/Transudat_eksudat?auto=download
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/2fede49e89793830a8833f6e64f
64d81.pdf

Anda mungkin juga menyukai