Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI 1

“PEMERIKSAAN ENTEROBIASIS METODE CELOPHANE/SELOTIP”

Disusun Oleh:
Nama : Anggista Yulia Mayang
NIM : 711345319004
Tingkat/Semester : 2B/III

PRODI D-III JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO


2020
A. JUDUL : Pemeriksaan Enterobiasis
B. TUJUAN : Mahasiswa Mampu Memahami Dan Mengetahui Tentang Pemeriksaan
Enterobiasis dengan metode celophane/selotip
C. DASAR TEORI
1. Disitribusi Geografis
Enterobiasis atau penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia
yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi
cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit
ini dengan manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit lebih banyak didapatkan
diantara kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang
ditemukan pada orang- orang dengan tingkat sosial yang tinggi.
(Soedarto,1995).
2. Patologi dan Gejala Klinis
Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus,perineum dan vagina
oleh cacing betina gravid yang berimigrasi kedaerah anus dan vagina sehingga
menyebabkaan pruritus lokal. Karena cacing berimigrasi ke daerah anus dan
menyebabkan pruritus ani, makapenderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga
timbul luka garuk disekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari
hinggapenderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang kadang
cacingdewasa mudah dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke
lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan didaerah tersebut.
cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarangdi vagina dan di tuba
fallopii sehingga menyebabkan radang di salurantelur. Cacing sering di temukan di
apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.(Sutanto I dkk, 2008).
3. Epidemiologi
Penyebaran penyakit cacing kremi lebih luas dari pada penyakitcacing lain.
Penularan dapat terjadi pada keluarga atau kelompok yang hidup dalam satu
lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat diisolasi dari
debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan menjadi sumber infeksi
bagi anak-anak sekolah. Diberbagai rumah tangga dengan beberapa anggota
keluarga kasur dan pakaian.(Soedarto,1995) Hasil penelitian menunjukkan
angka prevalensi pada berbagai yang mengandung cacing kremi, telur cacing
dapat ditemukan dilantai, meja ,kursi, bak mandi, alas golongan manusia 3% -
80%. Penelitian didaerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia
terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia 5 – 12 tahun
yaitu pada 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.(Gandahusada S
dkk,2004).
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
a) Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal
(autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain
maupun pada diri sendiri karena memegang bendabenda atau pakaian
yang terkontaminasi.
b) Debu merupakan sumber infeksi karena mudah diterbangkan oleh angin
sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
c) Retrofeksi melalui anus, larva dari telur yang menetas disekitar anus
kembali masuk ke usus.Anjing dan kucing tidak mengandung cacing
kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat
menempel pada bulunya.(Soedarto,1995).
 Diagnosa Laboratorium
Teknik Diagnosa Laboratorium
Teknik diagnosa laboratorium untuk enterobiasis memilikiperbedaan yang berarti
khususnya pada saat pengambilan spesimen pemeriksaan. Cara pemeriksaan
enterobiasis yaitu dengan menemukan cacing dewasa atau telur dari Enterobius
vermicularis. Adapun caranya sebagai berikut :
Cacing Dewasa
a) Makroskopis
Cacing kremi dapat dilihat secara makroskopis atau dengan mata telanjang
pada anus penderita,terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur
pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut mereka
aktif bergerak.(Soedarto,1995).
b) Mikroskopis
Cacing dewasa dapat ditemukan di feses, dengan syarat harus dilakukan
enema terlebih dahulu, yaitu memasukan cairan kedalam rektum agar
cacing dewasa keluar dari rektum. (Soejoto dan Soebari,1996).
Cacing dewasa yang ditemukan dalam feses,dicuci dengan NaCl
agak panas, kemudian dikocok sehingga cacing menjadi lemas,
selanjutnya diperiksa dalam keadaan segar atau dimatikan dengan
larutan fiksasi untuk mengawetkan. Nematoda kecil, seperti
Enterobius vermicularis dapat juga difiksasi dan diawetkan dengan
alkohol 70% yang agak panas.(Brown H.W,1983).
Telur Cacing
Telur Enterobius vermicularis jarang ditemukan di dalamfeses,
hanya ditemukan 5% yang positif pada orang-orang yang
menderita infeksi ini.(Soejoto dkk,1996) Telur Enterobius
vermicularis lebih mudah ditemukan dengan tehnik pemeriksaan
khusus, yaitu dengan menghapus daerah sekitar anus dengan “
Scotch adhesive tape swab” menurut Graham.(Lynne &
David,1996) Pada metode ini bahan yang diperiksa berupa
perianal swab oleh karena cacing betina yang banyak mengandung
telur pada waktu malam hari melakukan migrasi ke daerah
perianal. Dengan pemeriksaan perianal swab lebih banyak
ditemukan telur cacing tersebut.(Soedarto,1995).
 Waktu Pengambilan Spesimen
Apusan perianal yang diambil dari penderita mempersyaratkan kondisi
tertentu sehingga bahan apusan yang diambil layak dan diyakini akan
memberikan hasil pemeriksaan laboaratorium yang sebenarnya. Bahan apusan
perianal yang diambil dari penderita saat pagi hari selepas bangun tidur
saratnya sebelum mandi, buang air besar dan aktifitas lain yang dapat
menghilangkan atau membersihkan telur cacing dari daerah perianal, (Srisari,
2004).
Waktu Pengambilan spesimen yang sering dilakukan dalam
pemeriksaan telur cacing E, vermicularis dengan menggunakan teknik
“graham Scotch Tape” adalah pagi hari sebelum penderita buang air besar dan
mencuci pantat (cebok) (Sutanto I dkk, 2008) Selain itu waktu pengambilan
juga dapat dilakukan pada malam hari yaitu sebelum tidur terutama saat gejala
rasa gatal muncul disekitar anus.
Karena pada saat itu cacing betina bermigrasi kedaerah perianal tempat
telur diletakkan.(Soedarto,1995).
Menurut Bertinna B Wentworth, Phd bahan perianal sebaiknya
dikumpulkan antara jam 9 malam sampai tengah malam dan dikumpulkan
beberapa hari karena cacing kremi betina tidak bermigrasi tiap hari.
Pemeriksaan dengan “swab” hanya menemukan kira-kira 50% dan
pemeriksaan 7 hari berturut-turut diperlukan untuk dapat menyatakan seseorang
bebas dari infeksi cacing kremi, (Brown, HW 1989) kemudian pemeriksaan
dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali
D. VIDEO
 VIDEO 1 (Pemeriksaan Anal Swab) https://www.youtube.com/watch?
v=lNoZvIK0xGs
Pra Analitik
- Alat dan Bahan :
 Cellophane tape
 Tangkai es lilin yang sudah diberi tisu
 Tabung reaksi
 Kaca benda yang telah diberi identitas pasien
 Larutan toluene
 Gunting
Analitik
- Prosedur Kerja :
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, pada pangkal tangkai es krim diberi
gabus atau gulunga tisu untuk menahan tangkai dimulut anal swab
Pengambilan sampel :
1. Pasang cellophane tape pada tangkai es dengan bagian yang melekat
disebelah luar dan ikat bagian pangkal dengan karet atau cellophane
2. Jelaskan pada pasien atau orang tua pasien cara pengambilan sampel
sebagai berikut :
a) Tempelkan bagian anal swab ini kedaerah perinal anak ketika baru
bagun tidur dan belum cebok
b) Tempelkan bagian selotip tersebut sehingga bagian yang bergetah
meliput Kawasan perianal
c) Masukkan anal swab kedalam tabung reaksi

Pemeriksaan Anal Swab :


1. Beri label pada kaca objek
2. Keluarkan anal wab dari tabung reaksi
3. Gunting salah satu pangkal anal swab lalu tempelkan ke kaca objek
4. Potong ujung lain lalu ratakan diatas kaca objek
5. Teteskan toluene melalui pinggir pita cellophane dan tunggu
beberapa menit
6. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan
pembesaran 4x dan 10x
 VIDEO 2 (Cellophane method) https://www.youtube.com/watch?
v=ZzciCUrrhPw
Pra Analitik
- Alat dan Bahan :
 Pensil
 Adhesive label
 Kaca objek besih
 Selotip ( 2 x 1,5 cm)
 Stik aplikator
Analitik
- Prosedur Kerja
1. Mencuci tangan
2. Gunakan APD
3. Tuliskan identitas pasien (nama, umur dan jenis kelamin) serta
tanggal pemeriksaan pada label
4. Rentangkan bokong dan aplikasikan selotip pada bagian Anal dan
perianal dengan lembut dan tekan dengan ujung jari atau dengan
aplikator kayu
5. Lepaskan selotip secara perlahan
6. Letakkan tape pada kaca objek dan tekan secara perlahan untuk
memastikan tidak ada gelembung udara
7. Letakkan kaca objek dibawah mikroskop
8. Lepaskan handskun tangan kanan sehingga makrometer dan
micrometer mudah untuk digerakan, biarkan handskun tangan kiri
karena masih akan kontak dengan slide atau dengan hal yang
infeskius
9. Diperiksa dengan perbesaran objektif 10x atau 40x jika diperlukan
10. Tentukan spesien telur cacing yang terlihat dibawah mikroskop
11. Setelah selesai pemriksaan cuci tangan kembali dan catat hasil
pelaporan Hasil diinterpretasikan sebagai berikut :
(+) = 1-5 telur
(++) = 6-10 telur
(+++) = 11-20 telur
(++++) = > 20 telur
Permanen slide dapat dibuat dari slide positif, jika tidak, rendam semua sarung
tangan, kaca objek dan bahan tak terpakai lainnya dalam larutan berklorinasi
untuk menghindari infeksi.
 VIDEO 3 (REAL Graham Test) https://www.youtube.com/watch?
v=qaGdM2RE8kU
Pra Analitik
- Alat dan Bahan :
 Kit Real
 Box Objek glass dengan selotip
 Penutup objek glass
Analitik
- Prosedur Kerja
1. Pasang penutup objek glass pada ujung kaca objek yang tidak berlabel
2. Tarik adesif tape dari kaca objek dan tempatkan diatas penutup
objek glass
3. Letakkan penutup objek glass yang ada tape pada daerah perianal
4. Kemudian kembalikan adesif tape pada tempat semulanya dengan
menghindari gelembung atau lipatan
5. Lepaskan dan buang penutup kaca objek
6. Letakkan kaca objek pada box dan letakkan box pada tas plastic.
 VIDEO 4 (Test De Graham) pada Bayi https://www.youtube.com/watch?
v=pinT4OHlVjg
Pra Analitik
- Alat dan Bahan :
 Tape yang sudah tertempel pada kaca objek
 Mikroskop
Analitik
- Prosedur Kerja :
Pengambilan Sampel :
1. Buka pakaian bawah bayi lalu lebarkan kaki bayi
2. Lepaskan tape dari objek glass
3. Tempelkan tape pada area perianal bayi
4. Kemudian tempelkan kembali pada objek glass dan diratakan
menggunakan jari
5. Bungkus objek glass menggunakan kertas lalu diletakkan dalam
amplop
6. Pakaikan kembali pakain bayi
Pemeriksaan Sampel :
1. Cuci tangan
2. Konfirmasi identitas pasien dengan form pemeriksaan
3. Letakkan kaca objek dibawah mikroskop dengan perbesarsan lensa
objektif 10x
4. Setelah selesai pemeriksaan letakkan kaca objek pada cairan
disinfektan dalam wadah botol untuk mneghindari kontaminasi
E. PASCA ANALITIK
 Hasil :
Telur Cacing Enterobius vermicularis dengan perbesaran objektif 10x

Telur Cacing Enterobius vermicularis dengan perbesaran objektif 40x

Hasil dapat diinterpretasikan sebagai berikut :


(+) = 1-5 telur
(++) = 6-10 telur
(+++) = 11-20 telur
(++++) = > 20 telur
Cacing Dewasa

 Pembahasan
Telur cacing Enterobius vermicularis atau cacing kremi memiliki
bentuk lonjong tetapi asimetris, dimana satu sisi berbentuk datar, satu sisi
lawannya cembung. Ujung telurnya membulat (tidak lancip). Telur cacing E.
vermicularis memiliki dinding yang tebal tetapi jernih atau transparan. Ukuran
telur cacing menurut Paniker (2018) berukuran 50-60 x 20-30 µm. Di dalam
telur mengandung embrio atau larva cacing. Ada 5.000- 17.000 telur yang
dikeluarkan oleh induk cacing betina. Lapisan telur yang paling luar adalah
lapisan albumin, yang membuat telur mudah melekat satu sama lain. Telur
cacing tidak didapatkan dari tinja, melainkan dari anal swab, karena cacing
dewasa yang membawa telurnya keluar anus dan diletakkan di daerah perianal.
Morfologi cacing dewasa berbentuk mirip parutan kelapa. Panjang
tubuh cacing E. vermicularis betina adalah 8-13 mm, sedangkan panjang tubuh
cacing jantan adalah 2-5 mm (Paniker, 2018) lebih kecil dan pendek dari
cacing betina. Cacing E. vermicularis pada stadium dewasa memiliki dua
kelamin terpisah, yaitu kelamin jantan dan kelamin betina. Perbedaan cacing
jantan dan betina adalah ukuran tubuh dan ujung ekornya. Pada cacing jantan
memiliki tubuh yang lebih kecil dari cacing betina, dan ekornya melingkar ke
arah ventral, berbeda dengan cacing betina yang berukuran lebih besar dan
panjang dari cacing jantan, selain itu cacing betina memiliki ujung ekor yang
lancip seperti jarum (pin). Kepala cacing memiliki pelebaran lapisan kutikula
seperti sayap di sebelah kanan dan kiri kepala, yang disebut cervical alae.
Cacing memiliki bulbus esophagus.

Pada cacing jantan memiliki organ kelamin yang disebut testis, sedangkan
cacing betina memiliki vulva dan uterus. Uterus cacing penuh mengandung telur
cacing. Cacing betina mengeluarkan 10.000 telur fertil di daerah perianal (Sung et
al., 2001). Vulva cacing betina terletak di ½ tubuh cacing. Cacing jantan memiliki
copulatory spicula
Untuk lama hidupnya, cacing E. vermicularis betina memiliki umur yang
sangat panjang, dapat mencapai 12 minggu, sedangkan cacing E. vermicularis
jantan hanya berusia 7-8 minggu. Telur cacing dapat bertahan dalam kondisi
lembab dan dingin selama dua mingu (Paniker, 2018)
Cacing kremi ditemukan di seluruh dunia tetapi lebih umum di daerah
beriklim sedang daripada iklim tropis. Mereka adalah infeksi cacing yang paling
umum di Amerika Serikat dan menginfeksi kebanyakan anak-anak.
Gejala utama yang terkait dengan infeksi cacing kremi adalah pruritus
perianal, terutama pada malam hari, disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap telur yang diletakkan di sekitar perianal daerah oleh cacing betina, yang
bermigrasi turun dari usus besar di malam hari. Menggaruk daerah anus
meningkatkan penularan, karena telurnya sangat mudah menular dalam beberapa
jam setelah diletakkan (transmisi tangan ke mulut). Iritabilitas dan kelelahan dari
terjadi kurang tidur, tetapi infeksinya relatif jinak. Telur diambil dengan
menggunakan teknik "Scotch Tape" di pagi hari sebelum buang air besar. Scotch
transparan Pita ditempelkan langsung ke area perianal, dan kemudian dipasang
slide mikroskop untuk pemeriksaan. Telur berbentuk bola, memiliki kulit terluar
yang tipis, dan berukuran sekitar 50–60 μm panjang (Gambar 46-12C). Larva
penular sering terlihat di dalam telur. Karena telurnya ringan dan sangat menular,
penting untuk sprei, handuk, dan pakaian harus dicuci dengan air panas untuk
mencegah infeksi ulang.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermicularis yaitu : nafsu
makan penderita berkurang, aktivitas meningkat, berat badan turun, cepat
tersinggung dan marah, mimpi buruk, enuresis, gigi menggeretak (pada malam
hari), insomnia, gelisah dan berakhir dengan melakukan masturbasi
(Onggowaluyo, 1996).
Dalam pelaksanaan diagnosis untuk Enterobiasis terdapat bermacam-macam
metode pada cara pengambilan specimen :
a. Metode N-I-H (National Institude of Heatlh)
• Pengambilan spesimen menggunakan kertas selofan yang
didibungkuskan pada ujung batang gelas dan diikat dengan karet
gelang pada bagian sisi kertas selofan. Kemudian batang gelas pada
ujung lainnya dimasukkan kedalam tutup karet yang sudah ada
lubang dibagian tengahnya. Bagian batang gelas yang mengandung
selofan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditutup
karet. Hal ini dimaksudkan agar bahan pemeriksaan tidak hilang
dan tidak mudah terkontaminasi.(Hadidjaja P. 1994).
• Metode pita plastik perekat (cellophane tape atau adhesive tape)
(Brooke & Melvin,1969)
• Pengambilan spesimen menggunakan alat berupa spatel lidah atau
batang gelas yang ujungnya dilekatkan adhesive tape, kemudian
ditempelkan di daerah perianal. Adhesive tape diratakan dikaca
objek dan bagian yang berperekat menghadap kebawah. Pada waktu
pemeriksaan mikroskopis, salah satu ujung adhesive tape
ditambahkan sedikit toluol atau xylen pada perbesaran rendah dan
cahayanya di kurangi (Gracia & Brackner,1996).
b. Metode anal swab (Melvin & Brooke,1974)
Pengambilan spesimen menggunakan swab yang padaujungnya
terdapat kapas yang telah dicelupkan pada campuran minyak dengan
parafin yanng telah dipanaskan hingga cair.
Kemudian swab disimpan dalam tabung berukuran 100x13 mm dan
disimpan dalam lemari es. Jika akan di gunakan untuk pengambilan
spesimen, swab diusapkan didaerah permukaan dan lipatan perianal,
swab diletakkan kembali dalam tabung. Pada saat pemeriksaan, tabung
yang berisi swab diisi dengan xylen dan dibiarkan 3 – 5 menit,
kemudian di centripuge pada kecepatan 500 rpm selama 1 menit. Ambil
sedimen lalu periksa dalam mikroskop (Gracia & Brackner, 1996).
c. Graham Scotch tape
Alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan
adhesive tape (Gandahusada S, 1998). Teknik penggunaan alat ini
ditemukan oleh Graham (1941). Teknik alat ini termasuk sederhana
dalam penggunaannya. Untuk pengambilan spesimen dilakukkan
sebelum pasien defekasi atau mandi, pengambilan spesimen dapat
dilakukan di rumah. Sedangkan untuk membantu dalam pemeriksaan di
laboratorium di gunakan mikroskop dan sedikit penambahan toluen
atau xylen (Craig & Faust’s,1970).
 Kesimpulan :
Enterobiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Enterobius
vermicularis atau cacing kremi. Pada umumnya penyakit ini lazim ditemukan
pada anak-anak. Biasaya ditularkan melalui jarijari yang kotor, makanan yang
terkontaminasi, atau inhalasi udara yang terdapat telur cacing kremi.

F. DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=lNoZvIK0xGs https://www.youtube.com/watch?
v=ZzciCUrrhPw https://www.youtube.com/watch?v=qaGdM2RE8kU
https://www.youtube.com/watch?v=pinT4OHlVjg
PPT PARASITOLOGI DARI INDRA E. LALANGPULING M,Sc

Anda mungkin juga menyukai