Disusun Oleh:
Nama : Anggista Yulia Mayang
NIM : 711345319004
Tingkat/Semester : 2B/III
Pembahasan
Telur cacing Enterobius vermicularis atau cacing kremi memiliki
bentuk lonjong tetapi asimetris, dimana satu sisi berbentuk datar, satu sisi
lawannya cembung. Ujung telurnya membulat (tidak lancip). Telur cacing E.
vermicularis memiliki dinding yang tebal tetapi jernih atau transparan. Ukuran
telur cacing menurut Paniker (2018) berukuran 50-60 x 20-30 µm. Di dalam
telur mengandung embrio atau larva cacing. Ada 5.000- 17.000 telur yang
dikeluarkan oleh induk cacing betina. Lapisan telur yang paling luar adalah
lapisan albumin, yang membuat telur mudah melekat satu sama lain. Telur
cacing tidak didapatkan dari tinja, melainkan dari anal swab, karena cacing
dewasa yang membawa telurnya keluar anus dan diletakkan di daerah perianal.
Morfologi cacing dewasa berbentuk mirip parutan kelapa. Panjang
tubuh cacing E. vermicularis betina adalah 8-13 mm, sedangkan panjang tubuh
cacing jantan adalah 2-5 mm (Paniker, 2018) lebih kecil dan pendek dari
cacing betina. Cacing E. vermicularis pada stadium dewasa memiliki dua
kelamin terpisah, yaitu kelamin jantan dan kelamin betina. Perbedaan cacing
jantan dan betina adalah ukuran tubuh dan ujung ekornya. Pada cacing jantan
memiliki tubuh yang lebih kecil dari cacing betina, dan ekornya melingkar ke
arah ventral, berbeda dengan cacing betina yang berukuran lebih besar dan
panjang dari cacing jantan, selain itu cacing betina memiliki ujung ekor yang
lancip seperti jarum (pin). Kepala cacing memiliki pelebaran lapisan kutikula
seperti sayap di sebelah kanan dan kiri kepala, yang disebut cervical alae.
Cacing memiliki bulbus esophagus.
Pada cacing jantan memiliki organ kelamin yang disebut testis, sedangkan
cacing betina memiliki vulva dan uterus. Uterus cacing penuh mengandung telur
cacing. Cacing betina mengeluarkan 10.000 telur fertil di daerah perianal (Sung et
al., 2001). Vulva cacing betina terletak di ½ tubuh cacing. Cacing jantan memiliki
copulatory spicula
Untuk lama hidupnya, cacing E. vermicularis betina memiliki umur yang
sangat panjang, dapat mencapai 12 minggu, sedangkan cacing E. vermicularis
jantan hanya berusia 7-8 minggu. Telur cacing dapat bertahan dalam kondisi
lembab dan dingin selama dua mingu (Paniker, 2018)
Cacing kremi ditemukan di seluruh dunia tetapi lebih umum di daerah
beriklim sedang daripada iklim tropis. Mereka adalah infeksi cacing yang paling
umum di Amerika Serikat dan menginfeksi kebanyakan anak-anak.
Gejala utama yang terkait dengan infeksi cacing kremi adalah pruritus
perianal, terutama pada malam hari, disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap telur yang diletakkan di sekitar perianal daerah oleh cacing betina, yang
bermigrasi turun dari usus besar di malam hari. Menggaruk daerah anus
meningkatkan penularan, karena telurnya sangat mudah menular dalam beberapa
jam setelah diletakkan (transmisi tangan ke mulut). Iritabilitas dan kelelahan dari
terjadi kurang tidur, tetapi infeksinya relatif jinak. Telur diambil dengan
menggunakan teknik "Scotch Tape" di pagi hari sebelum buang air besar. Scotch
transparan Pita ditempelkan langsung ke area perianal, dan kemudian dipasang
slide mikroskop untuk pemeriksaan. Telur berbentuk bola, memiliki kulit terluar
yang tipis, dan berukuran sekitar 50–60 μm panjang (Gambar 46-12C). Larva
penular sering terlihat di dalam telur. Karena telurnya ringan dan sangat menular,
penting untuk sprei, handuk, dan pakaian harus dicuci dengan air panas untuk
mencegah infeksi ulang.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermicularis yaitu : nafsu
makan penderita berkurang, aktivitas meningkat, berat badan turun, cepat
tersinggung dan marah, mimpi buruk, enuresis, gigi menggeretak (pada malam
hari), insomnia, gelisah dan berakhir dengan melakukan masturbasi
(Onggowaluyo, 1996).
Dalam pelaksanaan diagnosis untuk Enterobiasis terdapat bermacam-macam
metode pada cara pengambilan specimen :
a. Metode N-I-H (National Institude of Heatlh)
• Pengambilan spesimen menggunakan kertas selofan yang
didibungkuskan pada ujung batang gelas dan diikat dengan karet
gelang pada bagian sisi kertas selofan. Kemudian batang gelas pada
ujung lainnya dimasukkan kedalam tutup karet yang sudah ada
lubang dibagian tengahnya. Bagian batang gelas yang mengandung
selofan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditutup
karet. Hal ini dimaksudkan agar bahan pemeriksaan tidak hilang
dan tidak mudah terkontaminasi.(Hadidjaja P. 1994).
• Metode pita plastik perekat (cellophane tape atau adhesive tape)
(Brooke & Melvin,1969)
• Pengambilan spesimen menggunakan alat berupa spatel lidah atau
batang gelas yang ujungnya dilekatkan adhesive tape, kemudian
ditempelkan di daerah perianal. Adhesive tape diratakan dikaca
objek dan bagian yang berperekat menghadap kebawah. Pada waktu
pemeriksaan mikroskopis, salah satu ujung adhesive tape
ditambahkan sedikit toluol atau xylen pada perbesaran rendah dan
cahayanya di kurangi (Gracia & Brackner,1996).
b. Metode anal swab (Melvin & Brooke,1974)
Pengambilan spesimen menggunakan swab yang padaujungnya
terdapat kapas yang telah dicelupkan pada campuran minyak dengan
parafin yanng telah dipanaskan hingga cair.
Kemudian swab disimpan dalam tabung berukuran 100x13 mm dan
disimpan dalam lemari es. Jika akan di gunakan untuk pengambilan
spesimen, swab diusapkan didaerah permukaan dan lipatan perianal,
swab diletakkan kembali dalam tabung. Pada saat pemeriksaan, tabung
yang berisi swab diisi dengan xylen dan dibiarkan 3 – 5 menit,
kemudian di centripuge pada kecepatan 500 rpm selama 1 menit. Ambil
sedimen lalu periksa dalam mikroskop (Gracia & Brackner, 1996).
c. Graham Scotch tape
Alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan
adhesive tape (Gandahusada S, 1998). Teknik penggunaan alat ini
ditemukan oleh Graham (1941). Teknik alat ini termasuk sederhana
dalam penggunaannya. Untuk pengambilan spesimen dilakukkan
sebelum pasien defekasi atau mandi, pengambilan spesimen dapat
dilakukan di rumah. Sedangkan untuk membantu dalam pemeriksaan di
laboratorium di gunakan mikroskop dan sedikit penambahan toluen
atau xylen (Craig & Faust’s,1970).
Kesimpulan :
Enterobiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Enterobius
vermicularis atau cacing kremi. Pada umumnya penyakit ini lazim ditemukan
pada anak-anak. Biasaya ditularkan melalui jarijari yang kotor, makanan yang
terkontaminasi, atau inhalasi udara yang terdapat telur cacing kremi.
F. DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=lNoZvIK0xGs https://www.youtube.com/watch?
v=ZzciCUrrhPw https://www.youtube.com/watch?v=qaGdM2RE8kU
https://www.youtube.com/watch?v=pinT4OHlVjg
PPT PARASITOLOGI DARI INDRA E. LALANGPULING M,Sc