Anda di halaman 1dari 24

Universitas Muhammadiyah Semarang

TEKNIK SEDERHANA
DETEKSI ENTEROBIASIS
MENGGUNAKAN PERIPLASWAB
(Materi Penunjang Pembelajaran Berbasis Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)

Oleh :
Didik Sumanto, SKM, M.Kes (Epid)

2012

PENDAHULUAN
Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Dari penelitian Subahar pada 1995 didapatkan
prevalensi penyakit cacingan sebesar 60 - 70%. Tingginya prevalensi ini
disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara tinggi di Indonesia
dan merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta
diperparah dengan kondisi sanitasi dan higiene yang buruk. Cacingan
merupakan penyakit endemik dan kronik. Penyakit ini tidak mematikan,
tetapi menggangu kesehatan tubuh manusia. Pada akhirnya bisa
menurunkan kualitas sumerdaya manusia (SDM). Hal ini bisa terjadi
karena penderita cacingan akan mengalami kurang gizi, anemia,
mengeluh saluran pencernaan, mengalami penurunan daya tubuh,
penurunan kemampuan belajar pada anak dan yang paling merugikan
adalah terjadinya penurunan produktifitas kerja pada orang dewasa.
(Harian terbit, 2007).
Penyebaran infeksi cacing yang lebih luas adalah penyebaran
cacing kremi (Enterobiasis vermicularis) dibandingkan jenis cacing
lainnya. Penularannya dapat terjadi dalam satu keluarga atau kelompok
yang hidup dalam satu lingkungan yang sama seperti pada asrama dan
rumah piatu. Penyakit cacingan ini sering menginfeksi anak-anak. Hasil
penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia
terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia antara 5-9
tahun yaitu mencapai 54,1% dari anak yang diperiksa. (Srisasi G,2004)
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan yang dibuat dari
usap perianal (perianal swab) yang diambil dengan cara melekatkan
scotch adhesive tape pada saerah perianal. Dilakukan pemeriksaan
mikroskopis untuk melihat adanya telur cacing. Pengambilan apusan
perianal sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum mandi dan buang
air besar. Pemeriksaaan diulang sebanyak tiga kali atau lebih sebelum
menyatakan hasilnya negative. Kadang telur cacing ditemukan pada
1

pemeriksaan tinja atau urine. Cacing betina ditemukan dalam tinja dan
sekitar anus pada saat dilakukan pemeriksaan rectum dan vagina. (I
Nyoman Kandung, 2000).
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah
yang pada ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape.Meskipun alat untuk
mendiagnosa adanya infeksi cacing menurut Graham scotch ini sudah
tersedia, bukan berarti tidak ada kendala dalam pemeriksaan di
lapangan. Sebuah pemeriksaan di lapangan diperlukan suatu gagasan
atau cara supaya mendapatkan hasil optimal, namun tetap berdasar
pada ketelitian dan hasil diagnosa.
Selotipe dan plastik mika merupakan salah satu bahan yang biasa
dipakai untuk ketrampilan. Dengan dimanfaatkanya bahan ini sebagai
media dalam pemgambilan sampel, maka secara otomatis dapat
meringankan dan membantu berbagai pihak baik pemerintah, instansi
kesehatan, ataupun masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat ditijau
dari segi biaya, efisiensi waktu, hasil temuan, ketepatan pemeriksaan.
Teknik diagnosis laboratorium untuk infeksi cacing kremi memiliki
perbedaan yang berarti khususnya pada saat pengambilan spesimen
pemeriksaan. Pada umumnya bahan pemeriksaan untuk cacing perut
adalah berupa feses dari penderita, namun untuk pemeriksaan infeksi
cacing kremi sampel feses tidak akan banyak membantu bahkan
memberikan peluang terjadinya hasil pemeriksan yang negatif palsu
(false negative). Diperlukan bahan pemeriksaan berupa apusan perianal
(anal swab) untuk keberhasilan diagnosis laboratorium infeksi cacing
kremi.

Apusan

perianal

yang

diambil

dari

penderita

juga

mempersyaratkan kondisi tertentu bagi penderita hingga bahan yang


diambil layak dan diyakini akan memberikan hasil pemeriksaan yang
sebenarnya.
Rumitnya teknik pemeriksaan dan terbatasnya waktu yang
tersedia dalam pengambilan apusan perianal merupakan masalah
tersendiri yang pada akhirnya dapat menyebabkan keenggangan bagi
2

petugas untuk melakukan sampling spesimen secara langsung. Teknik


Graham Scotch merupakan satu-satunya teknik pemeriksaan untuk
infeksi cacing kremi yang banyak digunakan pada saat ini. Untuk
pemeriksaan seorang demi seorang memang tidak ada masalah, namun
apabila pemeriksaan dilakukan dalam suatu kegiatan survei cepat di
lapangan yang melibatkan sampel dalam jumlah relatif besar maka
teknik ini dirasakan kurang praktis dan memiliki hambatan dalam
pelaksanaanya.
ENTEROBIASIS
Enterobiasis adalah penyakit infeksi kecacingan yang diakibatkan
oleh masuknya cacing spesies Enterobius vermicularis ke dalam tubuh
manusia. Infeksi ini diakibatkan adanya kontak langsung dengan telur
cacing kremi infektif melalui tangan, dari dubur, selanjutnya ke mulut
sendiri atau ke orang lain atau secara tidak langsung melalui pakaian,
tempat tidur, makanan atau bahan-bahan lain yang terkontaminasi oleh
telur cacing kremi tersebut. Penularan melalui debu biasa terjadi pada
rumah tangga dan asrama yang terkontaminasi berat. (I Nyoman Kandun,
2000)
1. Morfologi Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Cacing kremi dewasa berukuran kecil, berwarna putih. Jenis
kelamin betina jauh lebih besar dari pada jantan. Ukuran cacing
betina sampai 13 mm, sedangkan yang jantan sampai sepanjang 5mm.
Pada daerah anterior sekitar leher, kutikulum cacing melebar.
Pelebaran yang khas pada cacing ini di sebut sayap leher (cervical
alae). Usufagus cacing ini juga khas bentuknya oleh karena
mempunyai bulbus esophagus ganda (double-bulp-oesophagus). Tidak
terdapat rongga mulut pada cacing ini, akan tetapi dijumpai adanya 3
buah bibir. Ekor cacing betina lurus dan runcing sedangkan yang
jantan mempunyai ekor yang melingkar. Di daerah ujung posterior ini
3

dijumpai adanya spikulum dan papil-papil. Cacing jantan jarang


dijumpai oleh karena sesudah mengadakan kopulasi dengan cacing
betina lalu segera mati. (Soedarto,1995)
Seekor cacing betina memproduksi telur sebanyak 11.000 butir
setiap harinya selama 2-3 minggu,sesudah itu cacing betina akan mati.
Telur bentuk asimetrik ini tidak brwarna, mempunyai dinding yang
tembus sinar dan berisi larva yang hidup. Ukuran telur Enterobius
vermicularis lebih kurang 30 mikron kali 50-60 mikron.(Soedarto,1995)
2. Daur Hidup
Cacing dewasa terutama hudup didalam sekum dan sekitar
apendiks

manusia.

Untuk

bertelur

cacing

betina

sering

kali

mengadakan migrasi ke daerah sekitar anus. (Srisasi G, 2004) Manusia


merupakan satu-satunya hospes definitif Enterobius vermicularis dan
tidak di perlukan hospes perantara. Telur yang oleh cacing betina di
letakkan di daerah sekitar perianal dan perineal, dalam waktu enam
jam telah menjadi telur yang infektif untuk manusia lain. Selain itu,
dapat pula terjadi autoinfeksi dan retrofeksi terhadap diri penderita
sendiri. Telur yang masuk ke mulut atau juga bisa melalui jalan nafas,
di dalam duodenum akan menetas. Larva rabditiform kemudian akan
tumbuh menjadi cacing dewasa di jejunum dan bagian atas dari ileum.
Untuk melengkapi siklus hidupnya, di butuhkan waktu antara 2 sampai
8 minggu lamanya. (Soedarto, 1995)
Telur cacing menjadi infektif beberapa jam setelah diletakkan
dipermukaan dubur oleh cacing betina, telur dapat hidup kurang dari
2 minggu diluar pejamu. Larva dari telur cacing kremi menetas di usus
kecil. Cacing muda menjadi dewasa di cecum dan bagian atas dari
usus (cacing betina yang pada masa gravid bermigrasi ke anus dan
vagina menyebabkan pruritus setempat). Cacing kremi yang gravid
biasanya bermigrasi di rectum dan dapat masuk ke lubang-lubang yang
berdekatan.

(I

Nyoman

Kandun,

2000)

Perkembangannya

membutuhkan waktu 1-3 minggu di tubuh manusia. Tahapan


4

selanjutnya penderita biasanya kondisi

gizi menurun sehingga

kesehatan mereka terganggu. Bila dibiarkan terlihat kulit anak pucat,


tubuh makin kurus serta perut membuncit karena kekurangan protein.
Pada kondisi sangat berat, cacingan bisa menimbulkan peradangan
pada paru yang ditandai dengan batuk dan sesak, sumbatan di usus,
gangguan hati, kaki gajah dan perforasi usus. Pada keadaan ini obat
cacing tak lagi membantu secara optimal. Cacingan banyak didapati
pada

daerah

dimana

kondisi

kebersihannya

dibawah

standar.

(Gandahusada S, 2004).
METODE ANAL SWAB
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah
yang pada ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape
di tempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada
perekatnya, kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan
dibubuhi sedikit toluol pada pemeriksaan mikroskopik. Apusan perianal
yang diambil dari penderita juga memprasyaratkan kondisi tertentu bagi
penderita hingga bahan apusan yang diambil layak dan diyakini akan
memberikan hasil pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya. Bahan
apusan perianal ini harus diambil dari penderita saat pagi hari selepas
bangun tidur sebelum mandi, buang air besar dan aktifitas lain yang
dapat menghilangkan telur cacing dari daerah perianal. (Gandahusada S,
2004).
Pengambilan sampel menurut Teknik Graham Scotch Adhesive
Tape dilakukan dengan tiga cara yaitu menggunakan alat yang berbeda :
batang pengaduk dengan adhesive tape di lekatkan pada ujung batang,
di tempelkan pada dubur dan pada saat pemeriksaan, adhesive tape di
lepas untuk di letakkan di obyek glass ; obyek glass dengan adhesive
tape, adhesive tape dilekatkan pada ujung obyek glass, kemudian
ditempelkan ke dubur,adhesive tape di letakkan di obyek glass lain untuk
5

pemeriksaan mikroskopik ; dan adhesive tape, tanpa bantuan alat


langsung

ditempelkan

pada

perianal.

Pemerikasaan

dilakukan

di

laboratorium dengan menggunakan alat bantu mikroskup perbesaran 100


kali.
Rumitnya teknik pemeriksaan dan terbatasnya waktu yang
tersedia dalam pengambilan apusan perianal merupakan masalah
tersendiri yang pada akhirnya dapat menyebabkan keengganan bagi
petugas untuk melakukan sampling spesimen secara langsung. Teknik
Graham

Scotch

Adhesive

Tape

merupakan

satu-satunya

teknik

pemeriksaan infeksi cacing kremi pada saat ini dan diyakini dapat
memberikan hasil terbaik dalam penegakan diagnosa infeksi cacing
kremi. Untuk pemeriksaan seorang demi seorang memang tidak ada
masalah, namun apabila pemeriksaan dilakukan dalam suatu kegiatan
survei cepat di lapangan yang melibatkan sampel dalam jumlah relatif
besar maka teknik ini masih dirasakan kurang praktis dan memiliki
hambatan dalam pelaksanaannya.
Waktu Pengambilan Sampel
Waktu

pengambilan

sampel

yang

sering

dilakukan

dalam

pemeriksaan Infeksi cacing kremi Vermicularis dengan menggunakan


teknik Graham Scotch Tape adalah pagi hari sebelum penderita buang
air besar dan mencuci pantat (cebok). Itu adalah waktu yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Selain itu, waktu pengambilan juga
dapat dilakukan pada malam hari yaitu sebelum tidur terutama saat
gejala rasa gatal muncul disekitar anus. Karena pada saat itu cacing
betina bermigrasi ke daerah perianal dan perineal tempat telur di
letakkan. (Soedarto, 1995)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dengan metode Graham Scotch Tape dilakukan
selama empat hari berurut-turut untuk mendapatkan hasil yang optimal.
6

Pemeriksaan menggunakan Graham Scotch Tape dipilih untuk diagnosa


infeksi cacing kremi (Infeksi cacing kremi vermicularis) dikarenakan telur
diletakkan di luar anus, sehingga untuk sampel feses umumnya tidak
tepat pada pemeriksaan penyakit ini. Hasil yang didapat hanya 5%-10%
jika menggunakan sampel feses. Frekwensi untuk mendapatkan hasil
positif dari penggunaan adhesive cellophane tape pada kejadian infeksi
yang hebat adalah kurang lebih 90% dengan tiga kali pemeriksaan dan
50% untuk satu kali pemeriksaan. (Wentworth, Berttina B, 1988)
Macam Anal Swab
Dalam pelaksanaan diagnostik untuk infeksi cacing kremi terdapat
bermacam-macam metode menurut cara pengambilan specimen :
a. Metode N-I-H (National Institude of Heatlh)
Pengambilan

sampel

menggunakan

kertas

selofan

yang

dibungkuskan pada ujung batang gelas dan diikat dengan karet


gelang pada bagian sisi kertas selofan. Kemudian batang gelas pada
ujung lainnya dimasukkan ke dalam tutup karet yang sudah ada
lubang di bagian tengahnya. Bagian batang gelas yang mengandung
selofan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian ditutup
karet. Hal ini dimaksudkan agar bahan pemeriksaan tidak hilang dan
tidak mudah terkontaminasi (Hadidjaya Pinardi, 1994).
b. Metode pita plastik perekat (Brooke dan Melvin, 1969)
Pengambilan sampel menggunakan alat berupa spatel lidah atau
batang gelas yang ujungnya dilekatkan adhesive tape, kemudian
ditempelkan di daerah perianal. Adhesive tape diratakan di kaca
objek dan bagian yang berperekat menghadap ke bawah.

Pada

waktu pemeriksaan mikroskopis, salah satu ujung adhesive tape di


tambahkan sedikit toluol atau xylen pada perbesaran rendah dan
cahayanya dikurangi. (Garcia, Lynne S. dan Brackner, David A., 1996)
c. Metode Anal Swab ( Melvin dan Brooke, 1974)
7

Pengambilan sampel menggunakan swab yang pada ujungnya


terdapat kapas yang telah dicelupkan pada campuran minyak dengan
parafin yang telah di panaskan hingga cair. Kemudian swab disimpan
dalam tabung berukuran 100x13mm dan disimpan dalam lemari es.
Jika akan digunakan untuk pengambilan sampel, swab diusapkan di
daerah permukaan dan lipatan perianal. Swab diletakkan kembali ke
dalam tabung. Pada saat pemeriksaan, tabung yang berisi swab diisi
dengan xylen dan dibiarkan 3 sampai 5 menit, kemudian sentrifuge
pada kecepatan 500rpm selama 1 menit. Ambil sedimen lalu periksa
dengan mikroskup. (Garcia, Lynne S. dan Brackner, David A., 1996)
PERIPLASWAB
Periplaswab merupakan terobosan baru dengan sebuah konsep
inovasi sederhana dalam melakukan pengambilan spesimen apusan
perianal yang menjadi spesimen ideal dalam penegakan diagnosis
enterobiasis.
Menemukan kejadian infeksi cacing kremi secara dini merupakan
harapan terbaik yang seharusnya dapat dicapai. Salah satu upaya untuk
menemukan kejadian infeksi cacing kremi secara dini adalah dengan
menciptakan sebuah model alat yang praktis dan dapat digunakan untuk
pengambilan specimen pemeriksaan secara mudah serta terjangkau
harganya sehingga kegiatan pengambilan specimen dapat dilakukan oleh
anggota keluarga sendiri.
Hal

ini

menjadi

sangat

mendasar

mengingat

specimen

pemeriksaan laboratorium infeksi cacing kremi harus diambil pada pagi


hari sebelum anak beraktifitas mandi dan buang air besar. Apabila
pengambilan specimen pemeriksaan ini harus selalu dilakukan oleh
petugas laboratorium maka faktor motivasi dan ketersediaan tenaga
menjadi prasyarat yang tidak boleh diabaikan. Hal inilah yang mendasari
dilakukannya kegiatan penciptaan teknologi tepat guna khususnya
8

aplikasi

model

alat

Periplaswab

dalam

pengambilan

specimen

pemeriksaan dan diagnosis kejadian infeksi cacing kremi.


Keunggulan Teknologi Periplaswab
Alat sampling periplaswab memiliki beberapa keunggulan bila
dibandingkan dengan alat sampling spesimen apus perianal yang lain.
Periplaswab merupakan modifikasi dari teknik Graham Scotch yang
dirancang untuk pemeriksaan infeksi cacing kremi sehingga hasilnya
tetap terpercaya. Bahan dasar alat ini berupa plastik mika dan selotipe
dapat dipastikan mudah diperoleh dan murah harganya sehingga dapat
dilakukan efisiensi biaya. Efisiensi waktu pemeriksaan dapat dicapai
karena petugas laboratorium tinggal melakukan pembacaan hasil.
Kemudahan dan kepraktisan cara penggunaannya merupakan kelebihan
yang memacu kemandirian masyarakat dalam melakukan pengambilan
sampel di rumah. Dapat menghilangkan dampak psikologis masyarakat
penderita saat akan melakukan pemeriksaan karena alat pengambil
spesimen bukan terbuat dari kaca seperti kaca obyek yang bisa melukai
kulit bila kurang berhati-hati.
Dengan adanya modifikasi alat periplaswab ini sebagai alat dalam
pengambilan spesimen, maka secara otomatis dapat meringankan dan
membantu berbagai pihak baik pemerintah, instansi kesehatan, ataupun
masyarakat pada umumnya. Bagi instansi kesehatan, terutama petugas
laboratorium,
diagnosis.

memberikan

Apabila

biasanya

kemudahan

dalam

menggunakan

dalam

scoth

penegakan

adhesive

tape

memerlukan waktu lebih kurang 10 menit dalam pengambilan spesimen


apus perianal, maka dengan menggunakan modifikas alat ini hanya
memerlukan waktu beberapa menit saja.
Bagi masyarakat, alat ini dapat memberikan keamanan pada saat
pengambilan spesimen. Scotch adhesive tape menggunakan batang glass
yang ditempelkan pada dubur, hal ini menyebabkan probandus merasa
kesakitan karena kontak langsung dengan anus. Dengan modifikasi alat
9

ini dapat dikatakan aman karena bahan yang digunakan terbuat dari
plastik, sehingga apabila menyentuh kulit anus tidak menimbulkan rasa
sakit.
Hal ini dapat ditijau dari segi biaya, efisiensi waktu, hasil temuan,
ketepatan pemeriksaan. Pastilah hal ini dapat dibedakan jelas dengan
pemeriksaan menurut Graham Scoth dengan mengarah pada tujuan yang
sama. Selain tidak berbahaya bahan untuk penbuatan media ini juga
mudah didapat. Sehingga dengan melakukan survei cepat ini di harapkan
dapat mengurangi infeksi kecacingan pada masyarakat
Bagi pemerintah, hal ini dapat sangat membantu meminimalkan
prevalensi kecacingan karena semua daerah baik pedalaman maupun
kota dapat dijangkau. Sehingga secara otomatis dapat dengan mudah
membuat langkah-langkah penagulangan infeksi cacing. Dengan biaya
yang

terjangkau

dapat

menyejahterakan

masyarakat

di

bidang

kesehatan.
Manfaat penggunaan periplaswab
Bagi petugas kesehatan adanya Periplaswab merupakan solusi
atas keengganan pengambilan sampel pemeriksaan diluar jam kerja
petugas. Adanya Periplaswab akan meringankan beban petugas karena
pengambilan sampel dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat mengingat
kemudahan dan kepraktisan penggunaan alat ini. Adanya Periplaswab
juga

akan

laboratorium

mempersingkat
tinggal

waktu

melakukan

pemeriksaan

pembacaan

karena

hasil

saja.

petugas
Adanya

Periplaswab akan memberikan dampak efisiensi waktu dan biaya


terutama saat dilakukan program survei cepat pada populasi yang relatif
banyak.
Bagi Masyarakat dapat secara leluasa setiap saat melakukan
pengambilan sampel apusan perianal pada anak guna deteksi dini infeksi
cacing kremi pada anak dan anggota keluarga tanpa harus menunggu
kedatangan petugas. Masyarakat dapat merasakan keamanan pada saat
10

pengambilan sampel dilakukan karena bahan pembuat alat dari bahan


plastik yang tidak akan beresiko melukai. Masyarakat dapat menikmati
murahnya

alat

ini

karena

dapat

membuat

sendiri

di

rumah.

Menghindarkan adanya rasa malu pada anak dan anggota keluarga yang
akan diperiksa karena pengambil sampel dapat dilakukan oleh keluarga
itu sendiri. Adanya berbagai kemudahan dan kepraktisan tersebut pada
akhirnya masyarakat secara perlahan akan meningkat partisipasinya
dalam melakukan deteksi dini infeksi cacing kremi. Khusus bagi
masyarakat sekolah, dapat memasukkan materi ini ke dalam kurikulum
ketrampilan sehingga siswa dapat menghasilkan produk Periplaswab
yang dapat dijual ke masyarakat luas.
Spesifikasi alat PERIPLASWAB
Bentuk alat Periplaswab yang diciptakan sebagaimana tampak
dalam gambar berikut :

Selotipe

5,75 cm
2,3 cm

8 cm

3 cm

8 cm

Gambar 1. Spesifikasi teknik periplaswab

(a)

(b)

Gambar 2 . Periplaswab jadi (a) Sebelum dilipat, (b) Kondisi terlipat.


11

Spesifikasi alat :
a. Plastik mika dipotong dengan ukuran 3 cm x 16 cm, yang dilipat
menjadi

bagian

membagi

ukuran

panjangnya

sehingga

membentuk lipatan berukuran 3 cm x 8 cm.


b. Bagian tengah plastik mika dibuat lubang dengan ukuran 2 cm x 5,5
cm pada kedua sisi lipatan yang sama.
c. Ukuran selotipe yang digunakan adalah lebar 2,3 cm dipotong
sepanjang 5,75 cm ditempelkan.
d. 2 buah selotipe dalam ukuran sama ditempelkan pada 2 buah lubang
plastik mika dengan sisi berperekat ke arah luar sedemikian rupa
sehingga lubang plastik mika tertutup oleh selotipe.
e. Rekatkan kertas minyak pada kedua sisi selotipe yang berperekat.
f. Alat disimpan dalam amplop dalam kondisi terlipat.

Guna

melakukan

pembacaan

hasil

secara

mikroskopis

dari

alat

Periplaswab, diperlukan tempat pembacaan karena Periplaswab


dibuat dari bahan plastik yang mudah lentur. Tempat pembacaan hasil
ini sebagaimana dalam gambar berikut :

Periplaswab

5 cm
4
cm

9 cm

Gambar 3. Tempat pembacaan Periplaswab


Tempat ini terbuat dari mika tebal yang berukuran panjang 9 cm dan
lebar 4 cm dengan bagian tengah yang berlubang untuk pembacaan yang
disesuaikan dengan luas selotipnya yaitu 6 cm x 2,25 cm.

12

Cara kerja penggunaan periplaswab


1. Pengambilan Sampel :
a. Persiapkan anak dalam posisi tidur telungkup, celana dalam
dibuka hingga pantat dan area anus terbuka.
b. Dibuka penutup selotif pada kedua sisi Periplaswab.
c. Gunakan tangan kiri untuk membuka bibir pantat lalu letakkan
Periplaswab pada pangkal anus dalam posisi mendatar.
d. Lepaskan regangan bibir pantat dari tangan kiri dan tekanlah 3
5 kali pantat anak dengan arah penekanan kanan kiri agar telur
cacing yang ada menempel pada selotif.
e. Bibir pantat dibuka lalu Periplaswab diangkat dan dipasang
kembali dengan posisi terbalik (bagian atas menjadi bagian
bawah), ulangi langkah (d) sekali lagi.
f. Tutupkan kembali penutup selotif berminyak yang ada lalu
masukkan Periplaswab dalam amplop tertutup.

(a)

(b)

Gambar 4. Posisi pengambilan sampel apusan perianal (a) Dengan


periplaswab, (b) Dengan kaca obyek
2. Pembacaan Hasil :
a. Dibuka penutup selotif Periplaswab hasil sampling.
b. Dipasang Periplaswab pada media baca lalu dipasang pada
mikroskup.
c. Dilakukan pembacaan mikroskopis dengan perbesaran lemah.

13

Gambar 5. Pembacaan hasil secara mikroskopis

KAJIAN APLIKASI PERIPLASWAB DALAM PENEGAKAN


DIAGNOSIS ENTEROBIASIS
Alat periplaswab diaplikasikan dalam pemeriksaan kejadian
enterobiasis pada siswa MI Tarbiyatussyibyan Karangawen Demak yang
memiliki populasi siswa dari kelas 1 - 6 sebanyak 170 siswa. Hanya 72
anak dari 170 anak yang dapat dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil seperti pada diagram 6.

Negatif
34,7%

Positif
65,3%

Diagram 6. Distribusi Hasil Pendeteksian Infeksi Cacing Kremi


Sebanyak 72 anak kelas I VI MI Tarbiyatussibyan Karangawen
Demak dilakukan pengambilan sampel pada hari yang sama. Namun,
hanya diperoleh

47 siswa (65,3 %) terinfeksi telur Enterobius

vermicularis. Sebanyak 65,3% ini diperiksa sebagai obyek penelitian


14

untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas jenis alat dari segi
biaya, waktu dan ketepatan hasil.
Efisiensi alat periplaswab
Tingkat efisiensi merupakan
obyek

glass

dalam

menekan

kemampuan Periplaswab dan

biaya

yang

dikeluarkan

per

unit

pemeriksaan, waktu pengambilan sampel dan waktu pemeriksaan.


Pengukuran tingkat efisiensi jenis alat untuk pemeriksaan infeksi cacing
kremi

dikategorikan

menjadi

dua

yaitu

efisien

apabila

waktu

pengambilan dan pemeriksaan menggunakan periplaswab lebih rendah


dari obyek glass. Dikatakan tidak efisien apabila waktu pengambilan dan
pemeriksaan menggunakan Periplaswab lebih tinggi atau sama dengan
obyek glass. Selain itu, dari segi biaya Periplaswab dikatakan efisien
jika biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan alat per unit pemeriksaan
lebih sedikit dari pada obyek glass.
Tingkat Efisiensi dari segi waktu pengambilan spesimen
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap infeksi telur Enterobius
vermicularis

pada siswa MI Tarbiyatussibyan, maka didapatkan hasil

pengukuran seperti pada grafik 7.

Grafik 7. Tingkat Efisiensi Alat dari Segi Waktu Pengambilan


15

Grafik 7 diatas menunjukkan gambaran deskriptif dari waktu


pengambilan menggunakan periplaswab dan obyek glass. Dari 47 anak
yang positif terinfeksi cacing kremi didapatkan waktu pengambilan
maksimum dan minimum dari periplaswab yaitu 57 detik dan 27 detik,
sedangkan waktu pengambilan menggunakan obyek glass 65 detik dan 22
detik.
Perbedaan waktu pengambilan sampel dari kedua jenis alat
tersebut dapat juga dilihat dari rata-rata waktu yang tergambar pada
diagram batang dibawah ini:

50.26
60
50

37.13

40
Waktu (detik) 30
20
10
0
Periplswab

Obyek Glass

Diagram 8. Rata-Rata Tingkat Efisiensi Alat dari Segi Waktu Pengambilan


Rata-rata waktu yang diperlukan periplaswab untuk pengambilan
swab anal ini sebesar 37,13 detik. Rata- rata ini lebih rendah
dibandingkan dengan waktu yang digunakan obyek glass yaitu sebesar
50,26 detik. Tingkat efisiensi periplaswab yang tinggi dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya: kemudahan dalam persiapan pemeriksaan
terutama dalam membuka selotipe, Selain itu, Periplaswab dirancang
untuk memberikan banyak kemudahan pada saat pengambilan sampel.
Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan uji kenormalan
sebelum menentukan uji beda dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov dengan variabel waktu pengambilan sampel. Hasil yang
diperoleh menunjukkan p value > 5%, karena data berdistribusi normal
16

maka dilakukan uji beda dengan menggunakan paired t test. Hasil yang
diperoleh menunjukkan p value (0,000)< 5%. Dengan demikian terdapat
pebedaan yang signifikan antara Periplaswab dan obyek glass dengan
kategori Periplaswab lebih efisien daripada obyek glass sebagai alat
pengambil spesimen apusan perianal.

Efektivitas Periplaswab dari Segi Ketepatan Hasil


Salah satu kategori dari hasil pendeteksian infeksi cacing kremi
adalah tingkat efektifitas alat yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
telur cacing yang didapatkan dalam satuan butir per luas area. Luas area
dari obyek glass adalah 5,56 cm x 2,3 cm sehingga jumlah telur yang
ditemukan obyek glass dalam satuan butir/12,8 cm 2, sedangkan
periplaswab memiliki luas area dua kali dari obyek glass yaitu 2 (5,75 cm
x 2 cm) sehingga didapat luas keseluruhan bidang periplaswab 23cm2.
Jumlah telur yang ditemukan periplaswab dalam satuan butir/23cm 2.
Hasil pemeriksaan awal, yang ditemukan periplaswab adalah
312,87 butir/23cm2 lebih tinggi dari obyek glass 171,87 butir/12,8 cm 2.
Hasil awal dari jumlah telur yang ditemukan merupakan data persatuan
luas bidang masing-masing alat. Untuk mendapatkan hasil yang setara
maka luas kedua jenis alat metode graham scoth ini perlu dikonversikan,

Jumlah telur
(buti/cm2)

artinya luas periplaswab setara dengan luas obyek glass.


60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
1

9 13 17 21 25 29 33 37 41 45
Sampel

Periplaswab

Obyek glass

Grafik 9. Grafik Tingkat Efektifitas dari Segi Ketepatan Hasil Setelah


Dikonversikan (butir/cm2)
17

Pada grafik 9 dapat dilihat gambaran perbedaan dari kedua jenis


alat modifikasi graham scoth dari segi hasil pemeriksaan.. Angka
minimum telur yang ditemukan periplaswab setelah dikonversikan dalam
satuan butir/cm2 adalah 0.04 butir/cm2 (lebih kecil dibanding obyek
glass

0.08

butir/cm2),

sedangkan

angka

maksimum

periplaswab

menunjukan angka lebih kecil yaitu 29,7 butir/cm 2 dari obyek glass (50,6
butir/cm2).

Untuk mengetahui perbedaan hasil rata-rata telur yang

ditemukan dalam butir/cm2 terlihat pada grafik berikut ini:


13.6
13.6
13.55

13.4

Jumlah telur 13.5


yang
13.45
ditemukan
(butir/ cm2) 13.4
13.35
13.3
Periplaswab

Obyek Glass

Diagram 10. Angka Rata-Rata Jumlah Telur yang Ditemukan Kedua Jenis
Alat (Periplaswab dan Obyek glass) dalam butir/cm 2
Diagram 10 menunjukkan rata-rata jumlah telur yang ditemukan
dalam butir/cm. Pada diagram terlihat rata-rata periplaswab 13,6
butir/cm2 lebih tinggi dibanding obyek glass 13,43 butir/cm 2.
Untuk memperkuat hasil, maka digunakan uji beda antar dua
variabel yang sebelumnya telah diuji kenormalan dengan uji kolmogorov
smirnov. Diperoleh kedua variabel data berdistribusi normal dengan p
value > dari 5%, sehingga untuk mengetahui perbedaan kedua jenis alat
digunakan paired t test. Hasil menunjukkan bahwa p value (0,962) >
5% artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara periplaswab dan
obyek glass dari segi ketepatan hasil.
18

Hasil uji beda tersebut membuktikan bahwa periplaswab memiliki


kemampuan (efektivitas) dalam menemukan telur sama seperti obyek
glass. Artinya kemampuan (efektivitas) periplaswab sebanding dengan
obyek glass dari segi ketepatan hasil.
Tingkat Efisiensi Jenis Alat dari Segi Waktu Pemeriksaan
Pada grafik 11 menunjukkan waktu pemeriksaan yang dibutuhkan
oleh

masing-masing

alat

dengan

didapatkan

waktu

pengambilan

maksimum dan minimum dari periplaswab yaitu 42 menit dan 3 menit,


sedangkan waktu pemeriksaan yang dibutuhkan

obyek glass 33 menit

dan 4 menit.
waktu (menit)

50
40
30
20
10
0
1

10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46

Periplaswab

Obyek glass

Grafik 11. Tingkat Efisiensi Alat dari Segi Waktu Pemeriksaan


Perbandingan waktu pemeriksaan sampel dari kedua alat tersebut
dapat dilihat pula pada diagram batang dibawah ini :
18.13
20
18
16
14
12
Waktu (menit) 10
8
6
4
2
0

13.57

Periplaswab

Obyek glass

19

Diagram 12. Rerata Tingkat Efisiensi Alat dari Segi Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pada diagram 12, rata-rata waktu pemeriksaan yang dibutuhkan
periplaswab adalah 13.57 menit. Angka ini lebih kecil dibandingkan
dengan obyek glass yaitu 18,13 menit. Dengan demikian rata-rata waktu
pemeriksaan yang dibutuhkan periplaswab lebih singkat dari obyek.
Terdapat

beberapa

faktor

yang

menyebabkan

periplaswab

diantaranya tidak efisien yaitu: sesekali harus memcari pusat sasaran


dibawah mikroskup. Posisi plastik selotipe yang tidak rata menyebabkan
bergeser dan berpindahnya lapangpandang cahaya sehingga terlihat tidak
jelas (kabur).
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov smirnov, diperoleh p value >
(5%) artinya bahwa variabel waktu pemeriksaan dengan kedua jenis alat
berdistribusi normal. Untuk mengetahui perbedaan keduanya maka
digunakan paired t test dan diperoleh hasil yang signifikan dengan p
value (0,004) kurang dari 5% artinya ada perbedaan yang bermakna
antara kedua jenis alat metode Graham scotch dari segi waktu
pemeriksaan dengan. Dengan demikian dapat dikategorikan bahwa
periplaswab lebih efisien dibandingkan dengan obyek glass.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Srisasi Gandahusada, Herry D, Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran.
Edisi ketiga: Jakarta. FKUI; 2004
2. Sulastowo. Obat Cacing Untuk Anak. http://House of Sulastowo.com:
Indonesia; 2008.
3. Jeffry dan Leach. Atlas Helmintologi dan Parasitologi Kedokteran.
Edisi 2. EGC; 1983
4. Soedarto. Helmintologi Kedokteran. Cetakan 2 :Jakarta. EGC; 1995
5. Soejoto dan Soebari. Parasitologi Medik Jilid 3 Protozoologi dan
Helmintologi: Solo. EGC; 1996
20

6. Yamaguchi, Tomio. Alih Bahasa Lesmana Padma sutra, R makimian,


Monika Jukiani Y. Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. EGC; 1992
7. Lynnes S Garcia David A Bruckner. Alih Bahasa Dr. Robby Makimian
Ms. Diagnostic Parasitologi Kedokteran: EGC; 1996
8. Brown Harrold W. Dasar Parasitologi Klinis: Jakarta.PT Gremedia;
1983
9. Berrtina B Wentwort. For mycotic and Paracitic Infection: APHA; 1988
10. Hardidjaja Pinardi MPH & TM. Penuntun Laboratorium Parasitologi
Kedokteran. FKUI. Jakarta. Catak ulang 1994.
11. Craig and Fausts. Clinical Parasitology. Eighth Edition.LEA &
FEBIGER.Philadelphia.1970

21

PENGANTAR
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat merupakan satu langkah
awal dalam menghasilkan produk ilmiah yang pada akhirnya diharapkan
dapat dijadikan rujukan bagi pengembangan keilmuan. Perkembangan
ilmu akan dirasakan semakin cepat bilamana dunia pendidikan selalu
memperhatikan

seluruh

hasil-hasil

pengkajian

ilmiah

dan

mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran.


Materi Penunjang Pembelajaran dengan judul TEKNIK SEDERHANA
DETEKSI ENTEROBIASIS MENGGUNAKAN PERIPLASWAB ini merupakan
materi pembelajaran yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan
pengabdian masyarakat sehingga teknik yang ditawarkan benar-benar
telah mengalami pengujian lapangan.
Materi pembelajaran yang berbasis hasil kajian ilmiah seperti
inilah yang diharapkan dapat selalu dikembangkan sehingga mahasiswa
akan mendapatkan informasi terbaru dalam setiap bidang ilmu yang
dikaji. Semoga dari waktu ke waktu Buku ini akan dapat selalu dilakukan
perbaikan guna penyempurnaan materi yang ada di dalamnya. Akhirnya
semoga Buku ini memberikan manfaat yang maksimal bagi seluruh
mahasiswa.
Semarang,

Oktober 2012

Ketua Program Studi


D3 Analis Kesehatan

Budi Santosa, SKM, M.Si.Med


NIK : 28.6.1026.033

22

DAFTAR ISI

Pendahuluan .................................................................... 1
Enterobiasis

.................................................................... 3

Metode Anal Swab


Periplaswab

............................................................

.................................................................... 8

Kajian Aplikasi Periplaswab Dalam Penegakan Diagnosis Enterobiasis.. 14


Daftar Kepustakaan ............................................................. 20

23

Anda mungkin juga menyukai