Anda di halaman 1dari 17

3

KASUS I
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI GRAM POSITIF

Sampel : Swab Luka


Tanggal pengambilan : 6 Desember 2016
I. SINYALEMEN
Nama Pemilik : Zoel
Nama Hewan : Bud
Jenis Hewan : Kucing
Jenis kelamin : Jantan
Bangsa atau Ras : Domestic
Umur : 1,5 tahun
Warna Rambut : Putih kekuningan
Berat Badan : 2.5 kg
Alamat pasien : Kajhu

II. ANAMNESA PASIEN


Status gizi : Kurang baik
Status Vaksin : Belum pernah
Temperamen : Liar
Gejala klinis : Bulu kusam, rontok, discharge, banyak
luka kering

III. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Teknik pengambilan sampel ini dengan menggunakan cotton swab steril
dan larutan NB (Nutrient Broth). Luka bernanah diswab dengan
menggunakan cotton swab steril, lalu dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi Nutrient Broth, bagian lidi yang tidak dibalut kapas dipatahkan agar
tabung yang berisi NB dapat ditutup dengan kapas untuk mencegah
kontaminasi dan kemudian dihomogenkan. Sampel dibawa ke Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala dan di
4

inkubasi selama 24 jam padasuhu 37 oC. Pengambilan sampel pada Luka


kucing dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini

Gambar 1. Swab luka

IV. PROSEDUR DIAGNOSA LABORATORIUM


a. Penanaman pada media Nutrient Broth (NB)
Nutrient Broth (NB) adalah sebagai media transpor dan juga untuk
memperbanyak jumlah bakteri sehingga bisa dilanjutkan ke uji berikutnya,
selain itu juga dapat untuk screening test penentuan bakteri berdasarkan
kekeruhan yang terbentuk.
b. Pewarnaan sederhana (Simple staining)
Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya bakteri pada sampel.
Prosedur kerja:
1. Dibuat sediaan bakteri, fiksasi di atas api.
2. Diwarnai dengan Kristal violet selama 1-2 menit.
3. Dibuang sisa zat warna dengan air mengalir sampai zat warna hilang.
4. Objek glass dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
5. Ditetesi minyak emersi dan diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 1000x.
c. Penanaman pada media Manitol Salt Agar (MSA)
5

Media yang digunakan untuk identifikasi bakteri coccus gram positif


adalah Mannitol Salt Agar (MSA).
Prosedur kerja:
1. Bakteri yang tumbuh pada NB diambil dengan menggunakan ose
kemudian ditanam dengan teknik quadrant streak pada media MSA.
2. Diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
3. Diamati warna koloni bakteri dan perubahan warna pada media.

d. Pewarnaan Gram
Tujuan dari pewarnaan Gram untuk membedakan antara bakteri Gram
positif dan Gram negatif.
Prosedur kerja :
1. Dari media MSA diambil koloni terpisah dengan menggunakan ose.
2. Dibuat sediaan menggunakan NaCl atau aquades pada objek glass steril
dan difiksasi diatas bunsen.
3. Diteteskan zat warna Kristal Violet ke objek glass selama 3-5 menit.
4. Kristal violet dibilas dengan air kran yang mengalir.
5. Kemudian objek glass diteteskan dengan larutan lugol selama 1 menit,
lalu dibilas kembali dengan air kran yang mengalir.
6. Diteteskan alkohol 96% selama 10 detik, kemudian dicuci dengan air
mengalir.
7. Setelah itu, diteteskan lagi safranin selama 1 menit, bilas kembali
dengan air kran mengalir.
8. Dikeringkan, lalu diteteskan minyak emersi, kemudian amati morfologi
dan warna bakteri di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.
e. Penanaman pada media Nutrient Agar (NA) miring
Tujuan dilakukan penanaman pada media NA miring adalah sebagai
stok bakteri dan pemurniaan dari biakan bakteri.
Prosedur kerja:
1. Pijarkan ose, kemudian dinginkan pada dinding cawan petri.
6

2. Diambil koloni bakteri terpisah dari media MSA yang telar diwarnai
gram.
3. Ditanam pada NA miring dengan membentuk zig-zag.
4. Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.

f. Penanaman pada media Blood Agar


Tujuan dilakukan penanaman pada media Blood Agar adalah untuk
melihat kemampuan bakteri menghemolisa darah. Hemolisa dapat terjadi
secara sempurna (), sebagian (), dan tidak ada hemolisa ().
Prosedur kerja:
1. Diambil koloni bakteri dari media NA miring dengan menggunakan
ose.
2. Ditanamkan ke media Blood Agar dengan teknik quadrant streak.
3. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
4. Diamati zona dan sifat hemolisisnya yang terbentuk disekitar koloni
bakteri.
g. Uji gula-gula (manitol dan glukosa)
Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk melihat kemampuan bakteri
dalam memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan gas.
Prosedur kerja:
1. Ose disterilkan dengan menggunakan api spiritus sampai berpijar,
kemudian didinginkan pada dinding tabung.
2. Diambil biakan koloni dari NA miring, kemudian ditanam pada media
mannitol dan glukosa dengan cara memasukkan ose ke dalam tabung
lalu dihomogenkan.
3. Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi dan gelembung gas yang
terbentuk.
h. Uji Katalase
Tujuan dilakukan uji katalase untuk mengetahui apakah bakteri
menghasilkan enzim katalase.
7

Prosedur kerja:
1. Diteteskan satu ose H2O2 3% pada objek glass.
2. Diambil biakan bakteri dari NA miring dengan menggunakan ose
kemudian letakkan diatas objek glass.
3. Diamati perubahan yang terjadi.
i. Penanaman bakteri yang teridentifikasi pada media Nutrient Broth
(NB)
Tujuan dilakukannya penanaman bakteri pada media Nutrient Broth
(NB) adalah untuk membiakkan bakteri yang teridentifikasi untuk
dilakukan uji sensitifitas bakteri terhadap antibiotik.
Prosedur kerja :
1. Ose dipijarkan lalu didinginkan di dinding tabung reaksi, kemudian
diambil bakteri dari biakan NA miring.
2. Kemudian ditanam pada media NB dengan cara memasukkan ose ke
dalam tabung lalu dihomogenkan.
3. Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
j. Uji sensitfitas terhadap antibiotik
Tujuan dilakukannya uji sensitifitas adalah untuk mengetahui
efektifitas beberapa jenis antibiotik terhadap bakteri.
Prosedur kerja :
1. Biakan bakteri pada media NB disamakan kekeruhannya dengan
standar Mc Farland.
2. Cotton swab steril dicelupkan ke dalam biakan bakteri.
3. Biakan di-streak merata pada seluruh permukaan media Muller Hinton
Agar (MHA).
4. Kemudian dimasukan antibiotik disk (chlorampenicol, dan gentamisisn)
dengan cara sedikit menekannya.
5. Dibiarkan media selama 15 menit agar bahan obat dapat berdifusi ke
dalam media sebelum pertumbuhan bakteri berlangsung secara optimal.
6. Inkubasi selama 18-24 jam pada temperature 37C.
8

7. Amati dan ukur zona hambat antibiotik dengan menggunakan jangka


sorong atau penggaris.

V. HASIL DIAGNOSA LABORATORIUM


a. Penanaman pada media Nutrient Broth (NB)
Pertumbuhan bakteri pada media Nutrient Broth terlihat aerob.
Pengamatan bakteri yang ditanam pada media Nutrient Broth terlihat
kekeruhan berada di bagian atas sehingga dapat diduga bahwa bakteri
tersebut bersifat aerob (membutuhkan O2). Penanaman bakteri pada media
Nutrient Broth didapatkan hasil seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. Nutrient Broth

b. Pewarnaan sederhana (Simple Staining)


Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri
dalam sampel. Pada pewarnaan sederhana digunakan beberapa zat warna
diantaranya Kristal Violet. Pewarnaan ini terjadi karena kation zat warna
berkaitan dengan anion protoplasma bakteri. Pada pengamatan pewarnaan
sederhana dengan menggunakan mikroskop terlihat adanya bakteri dengan
bentuk coccus. Hasil pewarnaan sederhana pada sampel Swab luka bernanah
kucing dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
9

Gambar 3. Pewarnaan sederhana: bakteri berbentuk coccus (pembesaran


1000x)
c. Penanaman pada media Manitol Salt Agar (MSA)
Penanaman pada media Manitol Salt Agar (MSA) bertujuan untuk
membedakan bakteri. Staphylococcus yang bersifat pathogen dan yang tidak
pathogen. Pada media ini koloni terlihat berwarna kekuningan. Hal ini terjadi
karena bakteri dapat memfermentasi mannitol yang akan mengubah warna
media yang semula berwarna merah menjadi kuning, artinya Staphylococcus
yang tumbuh bersifat patogen. Hasil biakan bakteri pada media MSA dapat
dilihat pada gambar 4 di bawah ini

Gambar 4. Biakan bakteri pada media Manitol Salt Agar

d. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tergolong
bakteri Gram positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang
telah dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna ungu dan berbentuk coccus.
Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram positif. Hasil
pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Pewarnaan Gram: bakteri berbentuk coccus Gram positif


10

(pembesaran 1000x)

Bakteri Gram positif terlihat berwarna ungu, hal ini disebabkan karena
bakteri Gram positif mempunyai lapisan peptidoglikat yang tebal, terdapat
asam teichoic, dinding sel yang kaku. Permeabilitas dinding sel bakteri Gram
positif yang rendah mengakibatkan kompleks ungu Kristal-yodium (UK-Y)
tidak dapat keluar setelah pencucian dengan alkohol, zat tersebut melekat
pada dinding sel. Selain itu, kandungan lipid yang rendah pada bakteri Gram
positif menyebabkan dinding selnya akan terhidrasi akibat pemberian alkohol,
sehingga pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang, dan komplek UK-Y
tidak dapat terekstraksi.

e. Penanaman pada Media Nutrient Agar (NA) Miring


Pada penanaman NA miring terlihat koloni berwarna krem kekuningan.
Media ini berfungsi untuk mendapatkan biakan bakteri yang murni dan juga
berfungsi sebagai stok bakteri. Hasil biakan pada NA miring terlihat koloni
berwarna krem kekuningan. Biakan bakteri pada Nutrient Agar (NA) miring
dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini

Gambar 6. Hasil biakan bakteri pada media Nutrient Agar miring


f. Penanaman pada media Blood Agar
Pada hasil media Blood Agar terlihat pembentukan zona hemolisis total
mendekati warna dan transparansi media dasar sekitar koloni bakteri. Hal
tersebut menandakan bahwa bakteri menghasilkan hemolisin. Hemolisin
merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar
koloni bakteri.
11

Gambar 7. Hasil biakan bakteri pada media Blood Agar terbentuk zona
-hemolisis

g. Uji katalase
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk
mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob
fakultatif, atau anaerob obligat. Pada bakteri kokus, uji katalase digunakan
untuk membedakan Staphylococcus dan Streptococcus berdasarkan
kemampuan bakteri untuk menghasilkan enzim katalase (Ryan dkk., 1994).
Enzim katalase berfungsi untuk memecah hidrogen peroksida (H2O2) yang
terbentuk dari proses respirasi aerob dan bersifat toksik terhadap bakteri,
menjadi dihidrogen oksida (H2O) dan oksigen (O2) yang tidak toksik. Dari
sampel yang diuji menunjukkan hasil katalase positif karena terbentuk
gelembung O2 pada permukaan objek glass. Hal itu menunjukkan sampel
tersebut dari genus Staphylococcus. Hasil uji katalase dapat dilihat pada
Gambar 8 di bawah ini

Gambar 8. Gelembung pada uji katalase


12

h. Uji gula-gula (manitol dan glukosa)


Uji gula-gula merupakan uji lanjutan untuk membedakan spesies dari
bakteri Staphylococcus. Dari hasil uji gula-gula pada uji glukosa dan manitol
terjadi fermentasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi
kuning, hasilnya positf (+) Staphylococcus aureus. Selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 9 di bawah ini.

A B
Gambar 9. Hasil Uji Gula-gula : A. glukosa B. mannitol

Dari hasil uji yang dilakukan sudah dapat dipastikan bahwasanya bakteri
tersebut yaitu Staphylococcus aureus
i. Penanaman bakteri yang teridentifikasi pada media Nutrient Broth
Penanaman bakteri yang sudah teridentifikasi pada media Nutrient Broth
(NB) bertujuan untuk dibiakkan di media Muller Hinton Agar (MHA) untuk
uji sensitifitas antibiotik dan sebelum itu membandingkan dan menyamakan
antara kekeruhan yang ada pada NB dengan standar Mc Farland 1.Hasil
biakan tampak keruh merata.

Gambar 10. Perbandingan Biakan bakteri pada media Nutrient Broth


dengan standar Mc Farland 1.
13

j. Uji sensitfitas terhadap antibiotik


Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium tempat hidup
dan berkembangbiaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari MHA adalah
pepton (6 g), kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua kandungan
tersebut dilarutkan dalam 1 liter air (Fadhlan, 2010). Uji sensitifitas dilakukan
pada permukaan MHA (Mueller Hinton Agar). Mueller Hinton Agar
merupakan media diferensial yang digunakan untuk melakukan uji sensitifitas
terhadap beberapa antibiotik yang dilakukan dengan cara mengambil biakan
bakteri dari nutrient broth (NB) dengan menggunakan Cotton swab steril.
Lalu diusapkan merata pada seluruh permukaan media MHA. Kemudian
ditempelkankan beberapa disk antibiotik di atas permukaan media MHA
dengan jarak tertentu dan diinkubasikan ke dalam inkubator selama 24 jam
pada suhu 370C. Antibiotik yang di gunakan pada uji sensitifitas adalah
chlorampenicol dan gentamicin.

Gambar 11. Hasil uji sensitifitas pada media MHA


Data hasil pengukuran zona hambat antibiotik dapat dilihat pada table 1
dibawah ini.
Tabel 1. Hasil pengukuran zona hambat antibiotik
No Jenis Antibiotik Zona Hambat Keterangan
1 Chlorampenicol 31.45 mm Sensitive
2 Gentamycin 26.45 mm Sensitive

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam


jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain (Entjang, 2003). Antibiotik sering digunakan untuk
14

mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial. Dalam melakukan terapi


dengan menggunakan antibiotik guna penanggulangan penyakit infeksi
bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman
terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak
ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotik (Waluyo, 2008).
Berdasarkan toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang
bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Berdasarkan
spektrumnya, antimikroba dibagi menjadi dua, yaitu spektrum sempit dan
spektrum luas (Tjay dan Rahardja, 2002). Namun karena bahan di
laboratorium untuk spektrum sempit tidak ada, maka kelompok kami
menggunakan spektrum luas untuk uji sensitifitas. Chlorampenicol merupakan
antibiotik spektrum luas sehingga zona hambat yang dihasilkan 31.45 mm
yang artinya sensitive digunakan untuk penanganan bakteri Staphylococcus
aureus dan gentamycin merupakan antibiotik spektrum luas sehingga zona
hambat yang dihasilkan 26.45 mm yang artinya sensitive digunakan untuk
penanganan bakteri Staphylococcus aureus.

VI. DIAGNOSA
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi, maka bakteri yang ditemukan pada luka bernanah kucing
adalah Staphylococcus aureus.
VII. DIFERENSIAL DIAGNOSA
Staphylococcus epidermidis.

VIII. KESIMPULAN KASUS


Berdasarkan hasil uji pewarnaan Gram terlihat bakteri coccus bergerombol
(Staphylococcus) berwarna ungu, pada media MSA bakteri dapat
memfermentasikan mannitol dimana mengubah warna media yang semula
berwarna merah menjadi kuning, uji katalase (+), uji glukosa (+) dan
Manitol (+), dapat disimpulkan bahwa sampel yang berasal dari swab luka
bernanah pada kucing mengandung bakteri Gram positif (+) dan merupakan
15

spesies Staphylococcus aureus dan antibiotik yang digunakan berdasarkan


uji hipersensitivitas antibiotika dalah Chlorampenicol dan gentamycin.

IX. PEMBAHASAN KASUS


Luka ialah kerusakan pada struktur anatomi kulit yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada kulit. Bakteri yang sering ditemukan pada luka
yang menyebabkan infeksi yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus viridians, Enterococcus, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, Citrobacter, Morganella (Jawetz,
dkk., 2001). Contoh yang paling mudah jika jari tangan kita tersayat oleh
pisau, maka luka yang timbul akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada
kulit sehingga kulit tidak lagi dapat melindungi struktur yang ada
dibawahnya. Infeksi pada luka dapat terjadi jika luka telah terkontaminasi
oleh debu atau bakteri yang disebabkan karena luka tidak dirawat dengan
baik. Staphylococcus aureus bakteri yang menyebabkan infeksi kulit yang
terdapat luka (Sim, Romi, 2009). Infeksi yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung.
Bakteri ini dapat menghasilkan nanah maka bakteri disebut dengan bakteri
piogenik. (Dowshen, et al. 2002).
1. Staphlococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapi
membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20 -25 C). Koloni pada
perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk
bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolate klinik
menghasilkan Staphylococcus aureus yang mempunyai kapsul polisakarida
atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ;
Novick et al., 2000).
2. Patogenesis
16

Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada


kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia.
Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. Staphylococcus
aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk
koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai
abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka.
Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis.
Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,
keracunan makanan, dan sindroma syoktoksik (Ryan, et al., 1994; Warsa,
1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan
infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar
keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi
koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga
terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar
ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah,
sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia.
Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut
hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru (Warsa, 1994; Jawetz et al.,
1995).
Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada luka terbuka (seperti
luka pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis
setelah fraktur terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan
penyebab infeksi nosokomial (Jawetz et al., 1995). Keracunan makanan
dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari Staphylococcus aureus.
Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada
daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang
dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 g/gr makanan. Gejala keracunan
17

ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dandiare yang hebat tanpa disertai
demam (Ryan, et al., 1994 ;Jawetz et al., 1995).
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul
secara tiba-tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam,
dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST
sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda yang
menggunakan tampon, atau pada anak-anak dan pria dengan luka yang
terinfeksi stafilokokus. Staphylococcus aureus dapat diisolasi dari vagina,
tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak ditemukan dalam
aliran darah (Jawetz et al., 1995).
3. Cara Pencegahan dan Pengendalian
Menghindari teinfeksi Staphylococcus aureus , ada beberapa
langkah pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain :
1. Mengembalikan fungsi dari bagian tubuh Kucing yang terluka
2. mengurangi resiko terjadinya infeksi dan
3. meminimalkan terbentuknya bekas luka dengan cara melakukan
beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan, membersihkan luka,
membersihkan kulit disekitar luka, menutup luka, mengganti perban
sesering mungkin dan pemakaian gel yang mengandung antibiotik.
(Depkes Minnosota, 2007).
4. Terapi
Uji sensitivitas antibiotik diperlukan untuk memilih antibiotik yang tepat
untuk mengatasi infeksi. Terapi terbaik dilakukan dengan pemberian
antibiotik yang sebelumnya dilakukan pemeriksaan dengan uji sensitifitas.
Berdasarkan uji sensitifitas antibiotik yang telah dilakukan, obatnya yaitu
Chlorampenicol dan Gentamycin. Keduaobat ini sensitive terhadap bakteri
Staphylococcus aureusdi buktikan dengan uji sensitifitas yang kami lakukan.
5. Kesimpulan Pembahasan
1. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
18

teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora,


dan tidak bergerak.
2. Berdasarkan hasil uji pewarnaan Gram terlihat bakteri coccus
bergerombol (Staphylococcus) berwarna ungu, pada media MSA bakteri
dapat memfermentasikan mannitol dimana mengubah warna media yang
semula berwarnamerah menjadi kuning
3. Pada uji katalase hasilnya positif (+) terdapat gelembung gas, dari hasil
uji gula-gula pada uji glukosa dan manitol terjadi fermentasi yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna menjadi kuning, dapat disimpulkan
bahwa sampel yang berasal dari swab luka bernanah pada kucing
mengandung bakteri Gram positif (+) dan merupakan spesies
Staphylococcus aureus.
4. Antibiotik yang digunakan berdasarkan uji hipersensitivitas antibiotika
dalah Chlorampenicol dan gentamycin dan hasilnya kedua obat tersebut
sensitive terhadap bakteri Staphylococcus aureus
6. Saran
Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan
yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Staphylococcus aureus adalah salah satunya karena infeksi luka. Untuk
itu perlu dilakukan pembersihan luka secara insentif sampai terjadi
kesembuhan total pada kucing tersebut.
19

DAFTAR PUSTAKA
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fadhlan. 2010. Mikrobiologi Farmasi. Salemba medika. Jakarta
Jawetz, E., J.L. Melnick and E.A. Adelberg. 2001. Medical Microbiology. 22nd
edition. McGraw hill Companies Inc. USA.
Kusuma, S.A.F. 2009. Staphylococcus aureus. Makalah. Universitas Padjadjaran .
Ryan, K.J and C.G. Ray. 2004. Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.).
McGraw Hill.
Soeharsono. 2002. Zoonosis, Penyakit Menulardari Hewan ke Manusia. Kanisius,
Yogyakarta.
Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang.
UMM Press.
Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103-110.

Anda mungkin juga menyukai