Anda di halaman 1dari 21

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI

PADA SAMPEL BERUANG

Sampel : Nutrient Agar (NA) miring


Tanggal pengambilan : 15 Desember 2016

I. SINYALEMEN

Nama Pemilik : BKSDA Aceh Barat

Nama Hewan :-

Jenis Hewan : Beruang

Jenis kelamin : Jantan

Bangsa atau Ras : Beruang Madu

Umur :-

Warna Rambut : Hitam

Berat Badan :-

Ciri ciri Kuhusus : Warna Hitam, luka di kaki belakang

Alamat pasien :

II. ANAMNESA PASIEN

Status gizi : Kurang baik

Status Vaksin :-

Suhu Ragawi : - 0C

Pulsus : - bpm

Respirasi : - bpm

Temperamen : Jinak

Gejala klinis :

III. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Pada kelompok kami tidak dilakukan pengambilan sampel, awal media yang kami terima
adalah media dari Nutrient Agar miring dari sampel Kaki Beruang, Feses Beruang, Anus
Beruang, Feses Terpisah Beruang, luka telinga Beruang, Luka teling terpisah Beruang, Gigi
beruang.
IV. PROSEDUR DIAGNOSA LABORATORIUM
a. Pewarnaan gram
Tujuan dari pewarnaan Gram untuk membedakan antara bakteri Gram positif dan
Gram negatif.
Prosedur kerja :
1. Dari media Nutrient Agar diambil koloni terpisah dengan menggunakan ose.
2. Dibuat sediaan menggunakan NaCl atau aquades pada objek glass steril dan
difiksasi diatas bunsen.
3. Diteteskan zat warna Kristal Violet ke objek glass selama 3-5 menit.
4. Kristal violet dibilas dengan air kran yang mengalir.
5. Kemudian objek glass diteteskan dengan larutan lugol selama 1 menit, lalu dibilas
kembali dengan air kran yang mengalir.
6. Diteteskan alkohol 96% selama 10 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir.
7. Setelah itu, diteteskan lagi safranin selama 1 menit, bilas kembali dengan air kran
mengalir.
8. Dikeringkan, lalu diteteskan minyak emersi, kemudian amati morfologi dan warna
bakteri di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x
b. Penanaman bakteri pada media Mannitol Salt Agar (MSA)
Media yang digunakan untuk identifikasi bakteri coccus Gram positif adalah
Mannitol Salt Agar.
Prosedur Kerja :
1. Satu Ose koloni bakteri yang tumbuh pada media NA ditanam dengan quadrant
streak pada media MSA
2. Media di inkubasikkan pada suhu 370C selama 24 jam
3. Pengamatan di lakukan pada warna koloni dan perubahan yang terjadi pada
media MSA
c. Penanaman pada media Mc Conkey Agar (MCA)
Prosedur kerja:
1. Ambil bakteri pada NB menggunakan ose sengkelit.
2. Ditanamkan ke media MCA dengan teknik goresan T
3. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
4. Diamati warna koloni bakteri dan perubahan warna pada media.
d. Penanaman pada media Nutrien Agar (NA) miring
Tujuan dilakukan penanaman pada media NA miring adalah sebagai stok baru
bakteri dan pemurniaan dari biakan bakteri media MSA.
Prosedur kerja:
1. Sterilkan ose dengan pijarkan ose pada api
2. Diambil koloni bakteri terpisah dari media MSA yang telar diwarnai gram.
3. Ditanam pada NA miring dengan membentuk zig-zag.
4. Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
e. Penanaman Pada media Blood Agar
Tujuan dilakukan penanaman pada media Blood Agar adalah untuk melihat
kemampuan bakteri menghemolisa darah. Hemolisa dapat terjadi secara sempurna
(), sebagian (), dan tidak ada hemolisa ().
Prosedur kerja:
1. Diambil koloni bakteri dari media NA miring dengan menggunakan ose.
2. Ditanamkan ke media Blood Agar dengan teknik quadrant streak.
3. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 370C selama 18-24 jam.
4. Diamati zona dan sifat hemolisisnya yang terbentuk disekitar koloni bakteri.
f. Uji katalase
Tujuan dilakukan uji katalase untuk mengetahui apakah bakteri menghasilkan
enzim katalase.
Prosedur kerja:
1. Diteteskan satu ose H2O2 3% pada objek glass.
2. Diambil biakan bakteri dari NA miring dengan menggunakan ose kemudian
letakkan diatas objek glass.
3. Diamati perubahan yang terjadi.
g. Uji Gula-Gula (Mannitol dan Glukosa)
Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk melihat kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan gas.
Prosedur kerja:
1. Ose disterilkan dengan menggunakan api spiritus sampai berpijar, kemudian
didinginkan pada dinding tabung.
2. Diambil biakan koloni dari NA miring, kemudian ditanam pada media mannitol
dan glukosa dengan cara memasukkan ose ke dalam tabung lalu dihomogenkan.
3. Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi dan gelembung gas yang terbentuk.
h. Uji IMVIC
Untuk bakteri gram negatif dilakukan uji IMVIC dan gula- gula lengkap
Prosedur kerja:
1. Ose disterilkan dengan menggunakan api spiritus sampai berpijar, kemudian
didinginkan pada dinding tabung.
2. Diambil biakan koloni dari NA miring, kemudian ditanam pada media IMVIC
( Indol, MR-VP, Simmons Citrat, SIM, TSIA) dan gula- gula (Glukosa,
laktosa, sukrosa, manitol, maltosa) dengan cara memasukkan ose ke dalam
tabung lalu dihomogenkan.
3. Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi dan gelembung gas yang terbentuk
i. Penanaman pada media Nutrient Broth (NB)
Nutrient broth merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair.
Nutrient Broth (NB) adalah sebagai media transpor dan juga untuk memperbanyak
jumlah bakteri sehingga bisa dilanjutkan ke uji berikutnya, selain itu juga dapat untuk
screening test penentuan bakteri berdasarkan kekeruhan yang terbentuk.
j. Uji Sensitivits
Tujuan dilakukannya uji sensitifitas adalah untuk mengetahui efektifitas beberapa
jenis antibiotik terhadap bakteri.
Prosedur kerja :
1. Biakan bakteri pada media NB disamakan kekeruhannya dengan standar Mc
Farland.
2. Cotton swab steril dicelupkan ke dalam biakan bakteri.
3. Biakan di-streak merata pada seluruh permukaan media Muller Hinton Agar
(MHA).
4. Kemudian dimasukan antibiotik disk (chlorampenicol, gentamicyn, dan
streptomycin) dengan cara sedikit menekannya.
5. Dibiarkan media selama 15 menit agar bahan obat dapat berdifusi ke dalam media
sebelum pertumbuhan bakteri berlangsung secara optimal.
6. Inkubasi selama 18-24 jam pada temperature 37C.
7. Amati dan ukur zona hambat antibiotik dengan menggunakan jangka sorong atau
penggaris.
V. HASIL dan DIAGNOSA LABORATORIUM

A. Bakteri Gram Positif


Tabel 1. Hasil Identifikasi Bakteri Sampel Beruang
UJI GULA-
MEDIA
GULA
KAT
JENIS
NO JENIS SAMPEL MSA BAD ALA
Mannit Gluko BAKTERI
SE
Kuni Mer ol sa
ng ah
1 MSA anus - + - - + - + + S. epidermidis
2 MC Feses + - - + - + + + S. aureus
3 MC. Kaki Beruang - + - - + - + + S. epidermidis
4 MSA Gigi + - - + - + + + S.aureus
5 BA Feses Terpisah - + - - + - + + S. epidermidis

a. Nutrient Agar Miring


Agar nutrient miring berfungsi untuk menumbuhkan dan menyimpan biakan
murni sebagai stok biakan baru. Nutrient Agar miring diletakan miring karena
berfungsi untuk memperluas permukaan sehingga banyak bakteri yang tumbuh. Pada
penanaman NA miring dengan sampel dari beruang terlihat koloni berwarna krem
kekuningan. Biakan Bakteri pada Nutrient Agar dapat diihat pada gambar 1 dibawah
ini.

Gambar 1. Biakan bakteri

b. Pewarnaan gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tergolong bakteri Gram
positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan terlihat
bahwa bakteri berwarna ungu dan berbentuk coccus. Hal ini menandakan bahwa
bakteri tersebut bersifat Gram positif. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada
Gambar 2 dibawah ini

Gambar 2. Pewarnaan gram

c. Mannitol Salt Agar


Penanaman pada media Manitol Salt Agar (MSA) bertujuan untuk membedakan
bakteri Staphylococcus yang bersifat pathogen dan yang tidak pathogen. Media ini
mengandng kadar NaCl yang tinggi, sehingga akan menghambat pertumbuhan bakteri
namun staphylococcus tidak dihambat pertumbuhannya. Staphylococcus aureus akan
membentuk zona kuning sedangkan staphylococcus epidermidis akan membentuk
zona merah. Warna kuning disebabkan oleh fermentasi mannitol disertai
pembentukan asam, sedangkan warna merah disebabkan oleh mannitol yang tidak
difermentasi. Merah fenol merupakan indikator untuk melihat adanya pembentukan
asam. Pada umumnya S.aureus bersifat patogen sedangkan S.epidermidis bersifat
tidak patogen. Dari 5 sampel yang diidentifikasi terdapat dua jenis bakteri yaitu
S.aureus dan S.epidermidis. Staphylococcus epidermidis ditemukan pada sampel MSA
anus, BA Feses Terpisah, dan MC. Kaki Beruang sedangkan Staphylococcus aureus
ditemukan pada sampel MC Feses dan MSA gigi. Hasil penanaman pada media MSA dapat
dilihat pada gambar 3 dibawah ini

A B

Gambar 3 Penanaman pada media Mannitol Salt Agar (MSA)


A.Koloni Kuning B. Koloni Merah
d. Nutrient Agar Miring
Agar nutrient miring berfungsi untuk menumbuhkan dan menyimpan biakan
murni sebagai stok biakan murni. Nutrient Agar miring diletakan miring karena
berfungsi untuk memperluas permukaan sehingga banyak bakteri yang tumbuh. Pada
penanaman NA miring dengan sampel swab anus terlihat koloni berwarna krem
kekuningan. Biakan Bakteri pada Nutrient Agar dapat diihat pada gambar 4 dibawah
ini

Gambar 4. Hasil biakan bakteri pada Nutrien Agar miring

e. Katalase
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang
diuji.Katalase adalah enzim yang mengkatalisasikan hidrogen peroksida (H2O2)
menjadi air dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini
mengaktifasi enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu metabolisme
aerob sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus
menguraikan bahan toksik tersebut. Katalase adalah salah satu enzim yang digunakan
mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen peroksida. Uji katalase berguna dalam
identifikasi kelompok bakteri tertentu. Pada bakteri bentuk coccus, uji katalase
digunakan untuk membedakan staphylococcus dan streptococcus. Kelmompok
streptococus bersifat katalase negatif sedangkan staphylococcus bersifat katalase
positif. Hasil dari uji katalase dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini

Gambar 5. Uji Katalase


f. Blood Agar
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit untuk
dibiakkan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau
tidak melisiskan butir darah merah. Lisis butir daram merah terlihat seperti sebagai
wilayah jernih disekitar koloni. Bla proses lisis sempurna akan terlihat wilayah yag
benar-benar jernih dan jenis hemolisisnya disebut beta hemolisis. Bila proses lisis
tidak sempurna dan mdia berwarna kehijauan maka jenis hemolisisnya disebut alfa
hemoisis. Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah merah dan tidak
menyebabkan perubahan nyata pada media disebut gamma hemolisis. Kelompok
mikroorganisme yang sering dibedakan berdasarkan kempampuan melisiskan butir
darah merah adalah streptococcus dan staphylococcus. Proses hemolisis disebabkan
oleh enzim yang dilepaskan mikroorganisme. Pada sampel MSA anus, BA Feses
Terpisah, dan MC. Kaki Beruang yang diperiksa menunjukkan hasil bahwa
staphylococcus epidermidis tidak menyebabkan perubahan nyata pada media (gamma
hemolisis) sedangkan pada sampel MC Feses dan MSA gigi menunjukkan hasil
bahwa staphylococcus aureus menyebabkan lisis sempurna pada media (beta
hemolisis). Hasil penanaman sampel pada media blood agar dapat dilihat pada gambar
6 dibawah ini.

A B
Gambar 6. A. hemolisis dan B. hemolisis

g. Uji Gula-Gula ( Glukosa dan Mannitol )


Uji gula-gula merupakan uji lanjutan untuk membedakan spesies dari bakteri
Staphylococcus. Dari hasil uji gula-gula pada uji glukosa dan manitol terjadi
fermentasi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi kuning. Pada
sampel MSA anus, BA Feses Terpisah, dan MC. Kaki Beruang yang diperiksa
menunjukkan bahwa staphylococcus epidermidis tidak mampu memfermentasikan
mannitol namun glukosa dapat difermentasikan sedangkan pada sampel MC Feses
dan MSA gigi menunjukkan hasil bahwa staphylococcus aureus mampu
memfermentasikan mannitol dan glukosa. Hasil uji gula-gula dapat dilihat pada
gambar 7 dan 8 dibawah ini
Gambar 7. Uji gula-gula Staphylococcus epidermidis

Gambar 8. Uji Gula-gula Staphylococcus aureus

h. Penanaman pada Nutrient Broth ( NB )


Penanaman bakteri yang sudah teridentifikasi pada media Nutrient Broth (NB)
bertujuan untuk dibiakkan di media Muller Hinton Agar (MHA) untuk uji sensitifitas
antibiotik dan sebelum itu membandingkan dan menyamakan antara kekeruhan yang ada
pada NB dengan standar Mc Farland 2. Hasil biakan tampak keruh merata dari sampel
MSA anus, BA Feses Terpisah, MC Kaki Beruang, MC Feses dan MSA gigi.

i. Uji sensitifitas
Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium tempat hidup dan
berkembangbiaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari MHA adalah pepton (6 g),
kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua kandungan tersebut dilarutkan dalam
1 liter air (Fadhlan, 2010). Uji sensitifitas dilakukan pada permukaan MHA (Mueller
Hinton Agar). Mueller Hinton Agar merupakan media diferensial yang digunakan untuk
melakukan uji sensitifitas terhadap beberapa antibiotik yang dilakukan dengan cara
mengambil biakan bakteri dari nutrient broth (NB) dengan menggunakan Cotton swab
steril. Lalu diusapkan merata pada seluruh permukaan media MHA. Kemudian
ditempelkankan beberapa disk antibiotik di atas permukaan media MHA dengan jarak
tertentu dan diinkubasikan ke dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 370C.
Antibiotik yang di gunakan pada uji sensitifitas adalah chlorampenicol, gentamicin dan
streptomycin. Uji sensitifitas MHA dapat dilihat pada gambar 9 dan tabel 1 di bawah ini

Gambar 9. Uji sensitifitas

Data hasil pengukuran zona hambat antibiotik dapat dilihat pada table 2 dibawah ini.
Tabel 2. Hasil pengukuran zona hambat antibiotik

JENIS ZONA HAMBAT KETERANGAN


NO
SAMPEL Genta Chloram Strepto Genta Chloram Strepto
1 MSA anus 19.4 21.4 17.4 sensitive sensitive sensitive
2 MC Feses 19.4 24.4 14.4 sensitive sensitive intermediet
3 MC. Kaki Beruang 18.4 0 14.4 sensitive resistent intermediet
4 MSA Gigi 17.4 24.4 14.4 sensitive sensitive intermediet
5 BA Feses Terpisah 24.4 19.4 22.4 sensitive sensitive sensitive

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam


jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain
(Entjang, 2003). Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
infeksi bakterial. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotik guna
penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan
(tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah
banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotik (Waluyo, 2008).
Berdasarkan toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat
membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisidal. Berdasarkan spektrumnya,
antimikroba dibagi menjadi dua, yaitu spektrum sempit dan spektrum luas (Tjay dan
Rahardja, 2002). Pada pengukuran zona hambat antibiotik dengan menggunakan
Gentamycin, semua sampel menunjukkan hasil sensitif seperti yang digambarkan pada
tabel 2. Pada antibiotik Chlorampenicol, dari 5 sampel yang diuji hanya terdapat satu
sampel yang mengalami resisten yaitu sampel MC. Kaki Beruang, sedangkan sampel
yang lainnya menunjukkan hasil sensitif. Untuk pengukuran zona hambat antibiotik
pada streptomycin, terdapat 3 sampel yang menunjukkan hasil intermediet yaitu, MC
Feses, MC. Kaki Beruang, dan MSA Gigi. Sedangkan MSA Anus dan BA Feses
Terpisah menunjukkan hasil sensitive.

B. Bakteri Gram Negatif


Tabel 3. Hasil Identifikasi sampel Beruang
MEDIA UJI BIOKIMA UJI GULA-GULA
Jenis Jenis
No M SS Ind MR SI SC TS Mal lakt suk gluk man
Sampel Bakteri
CC A ol VP M IA tosa osa rosa osa nitol
Bakeri
BA
1 - - - - - - - - - - - - tidak
Telinga
tumbuh

BA
Mr (+) Salmone
2 Telinga - + - + + + - - - + +
Vp(-) lla thypii
Terpisah

a. Nutrient Agar Miring


Agar nutrient miring berfungsi untuk menumbuhkan dan menyimpan biakan murni
sebagai stok biakan baru. Nutrient Agar miring diletakan miring karena berfungsi
untuk memperluas permukaan sehingga banyak bakteri yang tumbuh. Pada penanaman
NA miring dengan sampel dari beruang terlihat koloni berwarna krem kekuningan.
b. Pewarnaan gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tergolong bakteri
Gram positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah dilakukan
terlihat bahwa bakteri berwarna pink dan berbentuk basil. Hal ini menandakan bahwa
bakteri tersebut bersifat Gram negatif. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada
Gambar 10 dibawah ini.
Gambar 10. Pewarnaan gram Negatif
c. Penanaman pada media MC. Conkey
Suspensi bakteri dari Nutrient Agar (NA) miring di goreskan pada media Mac
Conkey menggunakan Oesse steril di dekat pijaran api. Kemudian inkubasikan selama
24 jam pada suhu 370C. Tujuan penggoresan suspensi bakteri pada mac conkey adalah
untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan memperoleh bakteri spesifik
gram negatif. Penanaman pada media Mc Conkey bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif yang disebabkan oleh garam empedu dan kristal
violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dibedakan dalam kemampuannya
memfermentasikan laktosa. Pada sampel BA Telinga yang dilakukan dengan
penanaman pada media MC. Conkey hasil yang didapatkan adalah bateri tidak tumbuh..
Hasil yang didapatkan dapat dlihat pada gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11. Penanaman bakteri pada media MC. Conkey


d. Penanaman pada media SSA
SSA digunakan untuk menyeleksi salmonella dan beberapa strains shigella dari
specimen tinja (stool). SSA juga membedakan bakteri yang menghasilkan koloni yang
karakteristik pada medium. SSA mengandung garam empedu, Na-sitrat, dan brilliant
green yang menghambat pertumbuhan gram (+) dan beberapa gram (-) LF normal yang
ada di tinja. Laktosa merupakan sumber karbohidrat , sedangkan indicator yang dipakai
adalah neutral red. Jika bakteri tumbuh dan memefermentasi laktosa maka akan
menghasilkan asam dan mengubah indikator menjadi pink-merah. Pada media SSA,
koloni berbentuk bulat, pinggiran rata, permukaan cembung, warna hitam,ukuran
sedang dan konsistensi lunak. Hasil yang di dapatkan dapat dilihat pada gambar 12
dibawah ini.

Gambar 12. Penanaman bakteri pada media SSA


e. Uji IMVIC
Uji IMViC merupakan sebuah uji biokimia yang berguna dalam mengidentifikasi
bakteri enterobacteriaceae. Dalam reaksi ini metabolisme yang terjadi pada medium
agar akan menjadi indikator positif atau negatifnya suatu reaksi yang akan
diintepretasikan sesuai dengan sifat biokimia bakteri sehingga akan membantu dalam
menentukan klasifikasi dari bakteri yang diidentifikasi tersebut.
Dari 2 sampel yang di identifikasi hanya ada satu sampel untuk dilakukan uji
IMVIC, yaitu pada sampel BA Telinga Terpisah, karena pada penanaman media SSA
ditemukan bakteri yang tumbuh. Sehingga dibutuhkan uji IMVIC untuk
mengidentifikasi bakteri yang tumbuh tersebut. Hasil uji pada sampel BA Telinga
Terpisah menunjukkan
Uji Indol : Negative (-), tidak terbentuk cincin merah
MRVP (Methyl Red-Voges Proskuer)
MR : Positif (+), warna berubah menjadi merah
VP : Negatif (-), tidak terbentuk warna merah
Uji Sulfid Indol Motility (SIM) : Positif (+), berwarna hitam, adanya
pergerakan positif.
Uji Simmons Citrate : Positif (+), berubah menjadi hitam karena adanya H2S.
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) : Positif (+) H2S berubah menjadi hitam.
Hasil dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini
Gambar 13. Hasil uji IMVIC
f. Uji Gula-gula
Uji gula-gula merupakan uji lanjutan untuk membedakan spesies dari bakteri
Salmonella. Dari hasil uji gula-gula pada uji Maltosa, laktosa dan sukrosa tidak
terjadi fermentasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna,
sedangkan pada glukosa dan mannitol terjadi fermentasi yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna berubah menjadi warna kuning. Berdasarkan hasil
dari uji gula-gula dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut Salmonella typhi.
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini.

Gambar 14. Hasil uji Gula-Gula


g. Penanaman pada Nutrient Broth ( NB )
Penanaman bakteri yang sudah teridentifikasi pada media Nutrient Broth (NB)
bertujuan untuk dibiakkan di media Muller Hinton Agar (MHA) untuk uji sensitifitas
antibiotik dan sebelum itu membandingkan dan menyamakan antara kekeruhan yang
ada pada NB dengan standar Mc Farland 2

h. UJI Sensitifitas
Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium tempat hidup dan
berkembangbiaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari MHA adalah pepton (6 g),
kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua kandungan tersebut dilarutkan
dalam 1 liter air (Fadhlan, 2010). Uji sensitifitas dilakukan pada permukaan MHA
(Mueller Hinton Agar). Mueller Hinton Agar merupakan media diferensial yang
digunakan untuk melakukan uji sensitifitas terhadap beberapa antibiotik yang
dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dari nutrient broth (NB) dengan
menggunakan Cotton swab steril. Lalu diusapkan merata pada seluruh permukaan
media MHA. Kemudian ditempelkankan beberapa disk antibiotik di atas permukaan
media MHA dengan jarak tertentu dan diinkubasikan ke dalam inkubator selama 24
jam pada suhu 370C. Antibiotik yang di gunakan pada uji sensitifitas adalah
chlorampenicol, gentamicin dan streptomycin. Uji sensitifitas MHA dapat dilihat pada
gambar 15 dan tabel 4 di bawah ini.

Gambar 15. Uji Sensitifitas pada bakteri salmonella typhii


Data hasil pengukuran zona hambat antibiotik dapat dilihat pada table 4 dibawah ini.
Tabel 4. Hasil pengukuran zona hambat antibiotik

JENIS ZONA HAMBAT KETERANGAN


NO
SAMPEL Genta Chloram Strepto Genta Chloram Strepto
BA TELINGA
1 19.4 21.4 17.4 sensitive sensitive sensitive
TERPISAH

Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam jumlah
amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain (Entjang,
2003). Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi bakterial.
Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotik guna penanggulangan penyakit
infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan kepekaan (tes sensitivitas) kuman
terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada masa kini telah banyak ditemukan kuman
yang resisten terhadap antibiotik (Waluyo, 2008). Berdasarkan toksisitas selektif, ada
antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas
bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas
bakterisidal. Berdasarkan spektrumnya, antimikroba dibagi menjadi dua, yaitu spektrum
sempit dan spektrum luas (Tjay dan Rahardja, 2002). Pada pengukuran zona hambat
antibiotik dengan menggunakan Gentamycin, Clorampenicol dan streptomycin
menunjukkan hasil sensitive.

VI. DIAGNOSA

A. Bakteri Gram Postif


UJI GULA-
MEDIA
GULA
KAT
JENIS
NO JENIS SAMPEL MSA BAD ALA
Mannit Gluko BAKTERI
SE
Kuni Mer ol sa
ng ah
1 MSA anus - + - - + - + + S. epidermidis
2 MC Feses + - - + - + + + S. aureus
3 MC. Kaki Beruang - + - - + - + + S. epidermidis
4 MSA Gigi + - - + - + + + S.aureus
5 BA Feses Terpisah - + - - + - + + S. epidermidis

B. Bakteri Gram Negatif


MEDIA UJI BIOKIMA UJI GULA-GULA
Jenis Jenis
No M SS Ind MR SI SC TS Mal lakt suk gluk man
Sampel Bakteri
CC A ol VP M IA tosa osa rosa osa nitol
Bakeri
BA
1 - - - - - - - - - - - - tidak
Telinga
tumbuh

BA
Mr (+) Salmone
2 Telinga - + - + + + - - - + +
Vp(-) lla typhi
Terpisah
VII. PEMBAHASAN KASUS
a. Staphlococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti
buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu
kamar (20 -25 C). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning
keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat
klinik menghasilkan Staphylococcus aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau
selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al.,
2000).
Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan
di udara dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus yang patogen bersifat invasif,
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol
(Warsa, 1994).
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya
pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan
endokarditis. Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi
nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa,
1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di
daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi
nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh
getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi
dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh
darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia.
Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen,
meningitis atau infeksi paru-paru (Warsa, 1994; Jawetz et al., 1995).
Kontaminasi langsung Staphylococcus aureus pada luka terbuka (seperti luka
pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur
terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi
nosokomial (Jawetz et al., 1995). Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi
enterotoksin dari Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya
cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan.
Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 g/gr makanan. Gejala
keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai
demam (Ryan, et al., 1994 ; Jawetz et al., 1995).
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi Staphylococcus aureus timbul secara tiba-
tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan
gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari
permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon, atau pada anak-anak
dan pria dengan luka yang terinfeksi stafilokokus. Staphylococcus aureus dapat
diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak
ditemukan dalam aliran darah (Jawetz et al., 1995).
b. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang bersifat
oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Bakteri
ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial, khususnya yang berkaitan
dengan infeksi benda asing. Organisme ini menghasilkan glycocalyx "lendir" yang
bertindak sebagai perekat mengikuti ke plastik dan sel-sel, dan juga menyebabkan
resistensi terhadap fagositosis dan beberapa jenis antibiotik. Staphylococcus
epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90% dari semua staphylococcus yang
ditemukan dari flora aerobik manusia . Orang yang sehat dapat memiiliki hingga 24
strain (jenis) dari spesies, beberapa di antaranya dapat bertahan di permukaan yang
kering untuk waktu yang lama. Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan
berdarah panas lainnya (Nilsson, 1998). Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa
karakteristik, antara lain (Jawetz, dkk., 2001), bakteri gram positif, koagulase negatif,
katalase positif, bersifat aerob atau anaerob fakultatif, berbentuk bola atau kokus,
berdiameter 0,5 1,5 m, tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna
putih, dan bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC.
Infeksi Staphylococcus epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada
alat protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari obat
antimikroba. Staphylococcus epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba
daripada Staphylococcus aureus, hampir 75% strain Staphylococcus epidermidis
resisten terhadap nafsilin. (Jawetz, dkk., 2001). Karena banyak galur yang resisten obat,
maka tiap isolat stafilococcus harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu
memilih obat sistemik. Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat
sehingga jangan digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik. Resistensi
obat (terhadap penicilin, tetrasiklin, aminoglikosida, dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh stafilokokki dengan transdksi dan juga dengan
konjungasi (Jawetz, dkk., 2001). Staphylococcus epidermidis merupakan bagian dari
flora normal manusia, telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum
seperti methicillin, novobiocin, klindamisin, dan penisilin benzil. Untuk mengobati
infeksi digunakan vankomisin, hasil atau rifampin.

c. Salmonella Typhi
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora, bergerak
dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 m x 0.5-0,8 m.Salmonella sp. tumbuh cepat
dalam media yang sederhana (Jawetz,dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi
laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa,
biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar
bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP
tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Concey koloni Salmonella sp. Tidak
memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (Tortora dkk.,2001 ).
Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama,
bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu (misalnya hijau brillian, sodium
tetrathionat, sodium deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain,
tetapi senyawa tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp.
Pada sampel feses. Habitat bakteri salmonella adalah di dalam alat pencernaan manusia,
hewan, dan bangsa burung. Oleh karena itu cara penularannya adalah melalui mulut
karena makan/minum bahan yang tercemar oleh keluaran alat pencernaan penderita.
Salmonella akan berkambang biak di dalam alat pencernaan penderita, sehingga terjadi
radang usus (enteritis). Radang usus serta penghancuran lamina propria alat
pencernaan oleh penyususpan (proliferasi) salmonella inilah yang menimbulkan diare,
karena salmonella menghasilkan racun yang disebut cytotoxin dan enterotoxin
(Dharmojono, 2001). Salmonella di dalam tubuh host akan menginvasi mukosa usus
halus, berbiak di sel epitel dan menghasilkan toxin yang akan menyebabkan reaksi
radang dan akumulasi cairan di dalam usus. Kemampuan salmonella untuk menginvasi
dan merusak sel berkaitan dengan diproduksinya thermostable cytotoxic factor.
Salmonella ada di dalam sel epitel akan memperbanyak diri dan menghasilkan
thermolabile enterotoxin yang secara langsung mempengaruhi sekresi air dan elektrolit
(Ray, 2001). Menurut Lay dan Hastowo (1992), patogenesis yang disebabkan oleh
salmonella dapat terjadi dalam tiga tahap yaitu: Kolonisasi usus, Perasukan lapisan sel
epitel usus, Penggertakan .pengeluaran cairan.
Pencegahan dapat dilakukan, menurut Dharmojono (2001) tindakan sanitasi dan
higienik merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan dan tindakan ini adalah
tindakan yang paling murah untuk dilakukan. Pencegahan lain yang bisa dilakukan
yaitu dengan mengidentifikasi dengan benar, bahwa hewan yang baru masuk dari
peternakan lain berbas salmonellosis. Vaksin salmonellosis telah dibuat dan dipasarkan
baik yang aktif (dibuat dari salmonella avirulen) maupun yang pasif (Dhamojono,
2001). Menurut Wegener et al. (2003) pencegahan pada ayam bisa dilakukan dengan
prinsip top-down eradication , yaitu membebaskan piramid breeding broiler dari strata
puncak sampai strata terbawah. Flock yang terinfeksi dimusnahkan dan unggas yang
terinfeksi dipotong. Program pengujian dikembangkan terus dengan tujuan
mempertinggi keamanan pangan.

VIII. KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan dari isolasi dan identifikasi dari sampel Beruang yaitu :
1. Dari 7 sampel beruang yang di identifikasi ada 5 sampel gram positif yakni MSA
anus, MC Feses, MC. Kaki Beruang, MSA Gigi dan BA Feses Terpisah sedangkan 2
sampel lagi gram negatif yakni BA Telinga dan BA Telinga terpisah, namun pada BA
Telinga.
2. Sampel MSA Anus, MC. Kaki Beruang dan BA feses terpisah merupakan bakteri
Staphylococcus Epidermis sedangkan MSA Gigi dan MC Feses merupakan bakteri
Staphylococcus aureus. Pada sampel BA Telinga terpisah merupakan bakteri
Salmonella typhi
DAFTAR PUSTAKA

Atlas, R.M. 1993. Handbook of Microbiological Media. CRC. Press Inc., New York.
Bhunia, A. 2008. Foodborne Microbial Pathogens. Springer. USA.
Cox, J., 2000. Salmonella (Introduction). Dalam Encyclopedia of Food Microbiology, Vol. 3.
Robinson, R.K., C.A. Batt and P.D. Patel (Editors). Academic Press, San Diego.
Dharmojono. 2001. Limabelas Penyakit Menular dari Binatang ke Manusia. Milenia Populer,
Jakarta.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fadhlan. 2010. Mikrobiologi Farmasi. Salemba medika. Jakarta
Jawetz, E., J.L. Melnick and E.A. Adelberg. 2001. Medical Microbiology. 22nd edition.
McGraw hill Companies Inc. USA.
Kusuma, S.A.F. 2009. Staphylococcus aureus. Makalah. Universitas Padjadjaran
Lay, B.W., And S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi Rajawali Press, Jakarta
Nilsson, Lars, Flock, Pei, Lindberg, Guss.1998. A Fibrinogen-Binding Protein of
Staphylococcus epidermidis.Infection and Immunity. Amerika : American Society for
Microbiology (ASM).
Ryan, K.J and C.G. Ray. 2004. Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.). McGraw
Hill.
Tortora GJ. Funke BR, Case CL. 2001. Microbiology: an Introduction. 7th ed. Addison
Wesley Longman, Inc. California
Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang. UMM Press.
Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi.
Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103-110.
Wegener, H.C., T. Hald, D.L.F. Wong, M. Madsen, H. Korsgaard, F. Bager, P. Gerner-Smidt,
And K. Mlbak, 2003. Salmonella Control Programs In Denmark.

Anda mungkin juga menyukai