Anda di halaman 1dari 21

Kasus Bedah Mandiri Koasistensi Klinik Bedah dan Radiologi

HISTEREKTOMI

Oleh:
NOVELIN INRIANI S.KH
1602101020092

LABORATORIUM KLINIK DAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH
2017

LEMBARAN PENGESAHAN LAPORAN KOASISTENSI


LABORATORIUM ILMU BEDAH DAN RADIOLOGI

HISTEREKTOMI PADA ANJING

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Koasistensi


Laboratorium Bedah dan Radiologi Untuk Memperoleh Gelar Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

Dosen Pembimbing

( drh.Razali Daud, MP )
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirt Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-NYA sehingga makalah ini telah selesai disusun. Makalah
dengan judul “Histerectomy” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
koasistensi di lab klinik Bedah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.

Dengan selesainya penulisan makalah ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang
tak berhingga kepada Yth. Bapak drh. Amiruddin, M.p. sebagai dosen yang telah banyak
membuka wawasan penulis pada bidang ini.

Namun demikian, penulis menyadari bahwa masukan dari pembaca sekalian sangat
berarti bagi kensempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Sekecil apapun,semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Banda Aceh, 24 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR 1
DARTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 2


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Pembedahan
1.4. Manfaat Pembedahan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Histerektomi 2
2.2. Keuntungan dan Kerugian Histerektomi 5
2.3. Organ Genetalia Feminina 8
2.4. Uterus 9

BAB III MATERIAL DAN METODOLOGI OPERASI

3.1 Waktu dan Tempat 0


3.2 Persiapan Pra Operasi 8
1. Persiapan Hewan 12
2. Persiapan Alat dan Bahan 23
3. Persiapan Operator dan Asisten 22
4. Anastesi dan Premedikasi 22
3.3. Teknik Operasi 23
3.4. Perawatan Post Operasi 24

BAB IV PEMBAHASAN 8

BAB V KESIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

PROTOKOL BEDAH 11

LAMPIRAN GAMBAR 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beberapa tahun terakhir pemeliharaan hewan kesayangan terutama anjing dan
kucing meningkat dengan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa anjing dan kucing telah
memiliki posisi yang unik dalam kehidupan manusia. Anjing dan kucing tidak hanya
dijadikan sebagai hewan penjaga rumah, tetapi juga sudah dianggap sebagai bagian
dari anggota keluarga. Mereka bisa dilatih, diajak bermain dan merupakan teman yang
sangat tepat untuk menghilangkan stres. Memiliki satu atau dua ekor anjing atau
kucing tentu sangat menyenangkan, tapi yang terjadi apabila populasi mereka
meningkat secara tidak terkontrol akibat perkawinan yang tidak diinginkan tentu akan
sangat merepotkan. Peningkatan populasi anjing dalam jumlah besar dapat berdampak
buruk karena anjing dapat menularkan dan membawa agen penyakit. Seiring
meningkatnya jumlah anjing sebagai hewan peliharaan, semakin banyak pula tingkat
kejadian penyakit yang muncul. Anjing tersebut dapat menularkan dan membawa
berbagai agen penyakit (Trisna, 2012).

Tindakan terakhir dalam menyelamatkan kehidupan individu yaitu dengan


tindakan bedah. Jadi dengan demikian tindakan ini dilakukan jika tidak mungkin lagi
melakukan tindakan lain untuk penyembuhan penyakit tersebut (Budiarsa, 1985).

Histerektomi merupakan salah satu tindakan pembedahan membuka atau


insisi pada dinding uterus yang sering dilakukan pada anjing sebagai pilihan dalam
mencegah kebuntingan yang tidak diinginkan dan sesudah bergaul pada musim
kawin. Petunjuk utama untuk melaksanakan histerektomi pada anjing adalah adanya
pyometra dan distokia,yang berkepanjangan yang anaknya diduga masih hidup.
Petunjuk lain untuk pelaksanaan histerektomi adalah adanya tumor uterus, maserasi
foetus maupun tumor cervix. Pemilihan histerektomi pada anjing hendaknya tidak
dilakukan pada musim kawin, karena pada saat ini terjadi peningkatan vaskularisasi
dan pembengkakan alat-alat genital (Arthur, 1982). Diagnosa terhadap adanya
kelainan pada uterus dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti
palpasi, pemeriksaan radiologi (x-ray) dan USG agar harus dipenuhi agar dapat
menentukan diagnosa yang tepat untuk melakukan histerektomi. Pelaksanaan
histerektomi bisa dilakukan melalui pendekatan flank dan linea alba. Kebanyakan
dokter hewan lebih memilih melalui linea alba dengan pertimbangan bahwa didaerah
tersebut terdapat sedikit pembuluh darah sehingga perdarahan selama pembedahan
dapat seminimal mungkin. Disamping itu visualisasi dalam pelaksanaan operasi dapat
lebih luas jika dibandingan dengan pendekatan flank (Budiarsa, 1985).

Indikasi dilakukannya Histerektomi untuk membuang uterus dengan tujuan


menanggulangi hal-hal yang pato1ogik seperti kasus pyometra, distokia yang
berkepanjangan dimana anaknya diduga masih hidup, adanya tumor uterus, maserasi
fetus ataupun adanya tumor cervix. Disamping untuk hal-hal yang patologik,
histerektomi banyak dilakukan untuk tindakan sterilisasi yaitu untuk mencegah adanya
kebuntingan yang tidak diinginkan, (Arthur, 1975).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana cara melakukan histerektomi dan apa Manfaatnya?

1.3. Tujuan Pembedahan


Untuk mengetahui cara-cara untuk melakukan histerektomi baik dalam kasus suatu
penyakit ataupun tindakan sterilisasi. Juga dibahas persiapan operasi dan perawatan
pasca operasi dari anjing yang dihisterektomi.

1.4. Manfaat Pembedahan


Diharapkan kandidat dokter hewan dapat memahami manfaat serta kegunaan dari
histerektomi dan mengetahui teknik operasi hingga pasca perawatan dari proses
histerektomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Histerektomi

Pengertian operasi ceasar saat ini adalah mengeluarkan fetrus dengan tindakan
laparohsiterotomi. Kata caesar berasal dari Bahasa Latin “caesaro” yang berarti saya
memotong. Mungkin pula diilhami oleh legenda kelahiran Julius Caesar dengan cara
ini. Histerektomi merupakan suatu tindakan bedah untuk membuang uterus dengan
tujuan untuk sterilisasi ataupun untuk penanganan suatu penyakit pada uterus demi
keselamatan individu tersebut. Sedangkan histerotomi merupakan penyayatan dari pada
uterus tanpa adanya pembuangan dari uterus individu tersebut (Arthur 1975).

Histerektomi adalah suatu tindakan pengangkatan uterus dengan cara


pembedahan (Hickey dan Lumsden, 2000). Histerektomi yang sering dilakukan adalah
pada hewan kesayangan seperti kucing, anjing dan sebagainya, pada anjing dan kucing
sering dilakukan sebagai suatu pilihan dalam mencegah kebuntingan yang tidak
diinginkan dan sesudah kawin pada musim kawin. Petunjuk utama untuk melaksanakan
histerektomi pada anjing adalah adanya pyometra dan distokia yang berkepanjangan
yang anaknya diduga masih hidup. Petunjuk lain untuk pelaksanaan histerektomi adalah
adanya tumor uterus, maserasi fetus. Pemilihan histerektomi pada anjing hendaknya
tidak dilakukan pada musim kawin, karena terjadi peningkatan vaskularisasi dan
pembengkakan alat-alat genital (Arthur dkk., 1982).

Histerektomi bukan merupakan satu-satunya tindakan yang dilakukan untuk


mengatasi permasalahan pada organ reproduksi namun tindakan ini adalah tindakan
yang tepat dan terbaik untuk mengatasi penyakit pada organ reproduksi secara
permanen (Bobak dan Jensen, 2005). Histerektomi dapat dilakukan secara totalitas yaitu
semua uterus dibuang atau partialis dimana sebagian uterus disisakan. Pada
histerektomi partialis uterus masih ada, prostaglandin masih dihasilkan, dan siklus
berahi berikutnya masih dapat terjadi ovulasi dan tidak dibuahi. Hal ini akan terjadi
berulang-ulang sehingga dapat terjadi sista endometrium (Budiarsa, 1985). Berbagai
pendapat tentang pelaksanaan histerektomi pada berbagai tingkat umur berbeda-beda.
Menurut metode Flynn, operasi ini lebih baik dilakukan pada umur yang masih muda.
Ada pula yang mengatakan bahwa operasi ini dilakukan pada umur sekitar enam bulan
yaitu sebelum estrus pertama terjadi dengan tujuan supaya ciri feminimnya kelihatan
dan hormon kelamin sekunder telah berkembang (Budiarsa, 1985).

Mayer dkk (1959) mengatakan bahwa pelaksanaan histerektomi pada anjing


dilakukan pada umur enam sampai delapan bulan atau lebih dengan tujuan agar uterus
telah berkembang. Histerektomi ditujukan untuk distokia yang berkepanjangan yang
mana banyak terjadi trauma, luka maupun kerobekan uterus yang disebabkan oleh tidak
berhasilnya fetotomi, mutasi atau penarikan secara paksa atau fetus mengalami
emfisema, infeksi yang hebat dan penyakit uterus. Tindakan histerektomi ini dilakukan
untuk menyelamatkan kehidupan anjing tersebut. Pada kuda, sapi, domba dan babi
histerektomi tidak umum dilakukan karena mempunyai nilai ekonomi yang lemah
dalam pelaksanaan pembedahannya sedangkan perawatan selanjutnya memerlukan
biaya tinggi dan mortalitasnya cukup tinggi. Keberhasilan histerektomi pada sapi dan
babi hanya kadang-kadang saja baik dan jarang sekali pada kuda diperoleh keberhasilan
karena kuda sangat peka terhadap peritonitis (Roberts, 1971).

2.2. Keuntungan dan kerugian histerektomi

Kerugian dan keuntungan penerapan histerektomi menurut Dharma (2013) adalah


sebagai berikut:

a. Keuntungan Secara umum keuntungan melakukan histerektomi adalah :


1. Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode estrus
2. Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
3. Menghilangkan stress akibat kebuntingan.
4. Mengurangi resiko terkena kanker mammae dan uterus.
5. Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.
6. Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus

b. Kerugian Adapun kerugian dari dilakukannya histerektomi yaitu :

1. Terjadinya obesitas
2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetik.

2.3. Uterus

Uterus merupakan organ muskular berongga pada mamalia betina, tempat normal
tertanamnya telur yang telah dibuahi dan tempat pemeliharaan embrio dan janin yang
sedang berkembang (Dorland, 2002). Uterus memiliki struktur otot yang cukup kuat,
bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh
mukosa rahim. Uterus umumnya terletak dorsal dari vesica urinaria (Partodiharjo,
1980). Uterus pada anjing tergolong tipe bipartus yang mempunyai satu corpus, dua
cornua, dan satu septum. Uterus pada anjing mempunyai corpus uteri yang pendek (2-3
cm) dan cornua uteri yang panjang (12-15 cm) menjulur ke anterior membentuk huruf
V (Sisso dan Grossman, 1961).

2.4 Premidikasi dan anestesi


Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian

anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat

sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut,

amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat

operasi seperti hipersalivasi, bradikardia, dan muntah (Ibrahim, 2000). Dosis pemberian

premedikasi dengan atropin sulfat biasanya 15 menit sebelum pemberian anastesi.

Anestesi diberikan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri baik

disertai ataupun tanpa disertai hilangnya kesadaran. Biasanya anestesi dibutuhkan pada

tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pembedahan, karena dalam waktu yang tertentu

harus dapat dipastikan hewan tidak dapat merasakan nyeri sehingga tidak menimbulkan

penderitaan bagi hewan (Komang, 2004).

Obat-obatan anestetika yang diberikan pada hewan akan membuat hewan tersebut

tidak peka terhadap rasa sakit sehingga hewan menjadi tenang, dengan demikian

pembedahan lebih aman dan lancar.


BAB III

MATERI DAN METODOLOGI


Waktu dan Tempat
Pelaksanaan operasi untuk Histerektomi pada anjing betina yang akan dilaksanakan
pada tanggal 12 Agustus 2017 di ruang Klinik Bedah Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

Hewan Percobaan
Hewan yang akan digunakan adalah anjing lokal betina (Canis domesticus) sekitar 2
bulan dengan berat badan kira-kira 3 kg.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan operasi adalah meja bedah, meja
sorong, pisau cukur, skalpel, arteri clamp, gunting Sharp-Blunt (ujung tumpul dan
runcing), Blunt-blunt, spuit, Allis Tissue forcep, needle, Matheu needle holder pinset
anatomis, pinset sirurgis, drapping, dan stetoskop.
Bahan dan obat-obatan yang digunakan adalah tampon steril, benang operasi (plaint
cat gut dan nilon atau silk), alkohol 70%, H202 3%, iodium tincture 3%, aquades, NaCl
fisiologis, Amoksicilin, Dexamethasone, vitamin C tablet, ketamin, xylazin dan atropin
sulfat.

PERSIAPAN PRA OPERASI Persiapan Pasien


Hewan yang digunakan adalah anjing lokal (canis domesticus), jenis kelamin betina
bernama fullo dengan umur kira-kira ± 2 bulan dengan berat badan 3kg. Dilakukan
pemeriksaan darah 1 minggu sebelum operasi, untuk memastikan keadaan pasien dalam
kondisi normal, jika hasil pemeriksaan darah ditemukan adanya kelainan maka dilakukan
perbaikan keadaan pasien sebelum operasi. Pasien dipuasakan selama 12 jam sebelum
operasi dengan tujuan untuk menghindari dampak pemberian anastesi. Kemudian, hewan
dimandikan dan dilakukan pencukuran bulu pada sekitar daerah operasi

Persiapan Alat dan Bahan


Sebelum operasi dilakukan, ruangan dan tempat operasi dibersihkan. Alat-alat yang
digunakan disterilkan dan dipersiapkan obat-obatan yang digunakan. Peralatan yang
digunakan pada operasi ovariektomi antara lain meja operasi, lampu operasi, handscoon,
stetoskop, spuit 1 ml, beberapa alat bedah minor. Bahan-bahan yang digunakan adalah air
sabun, Alkohol 70 %, iodium tincture 10 %, premedikasi dengan Atropin Sulfat 0,02
mg/kg, anastesi Xylazin 1 mg/kg dan Ketamin 10 mg/kg, larutan Penicillin-Streptomycin,
Amoxicilin, Vitamin C dan salep Gentamicin.

Persiapan Operator dan Co Operator


Operator dan co-operator harus dalam keadaan aseptis dan steril selama
berlangsungnya operasi. Tangan dicuci bersih dari ujung jari sampai siku dengan sabun
dan disikat kemudian dibilas dengan air bersih yang mengalir sampai bersih Selama
operasi operator dan Co-operator menggunakan masker, sarung tangan dan pakaian khusus
operasi untuk meminimalkan kontaminasi. Apabila baju operasi sudah dipakai operator
harus berhati-hati sehingga tidak bersentuhan dengan obyek atau barang lain.

Premedikasi dan Anastesi


Premedikasi yang digunakan pada operasi ini adalah Atropine Sulfat dengan dosis
0,02 g/kg berat badan secara subcutan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
muntah, hipersalivasi dan sebagai sedatif. Setelah sepuluh menit dilanjutkan dengan
pemberian anastesi umum, diberikan Ketamin 10 mg/kg berat badan, Xylazin 1 mg/kg
berat badan yang dikombinasikan dalam satu spuit secra intra muskulus.
Kombinasi obat anastesi dilakukan untuk mendapatkan anastesi yang sempurna,
dimana kedua obat ini mempunyai efek kerja yang antagonis atau berlawanan, sehingga
efek buruk yang ditimbulkan berkurang.
Ketamin mempunyai sifat analgesik, analgesik dan kataleptik dengan kerja singkat.
Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral.
Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya meninggi.
Ketamin memilik kekurangan yaitu sangat lemah sifat analgesik pada visceral karena itu
tidak dapat diberikan secara tunggal untuk prosedur operasi (Fossum, 2002). Sedangkan
xylazin mempunyai efek sedasi, analgesi,anastesi dan pelemas otot pada dosis tertentu.
Xylazin mempunyai efek terhadap sistem sirkulasi, penafasan dan penurunan suhu tubuh.
Selain itu dapat menyebabkan bradiaritmia, serta diikuti oleh hipotensi yang berlangsung
lama.
Teknik Operasi
Setelah pasien teranastesi, pasien diletakkan di atas meja operasi pada posisi dorsal
recumbency dan keempat kaki diikat pada sisi kiri dan kanan meja operasi, kemudian
daerah yang akan diincisi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan Iodium tincture 3%,
pasang dook steril pada daerah abdomen.
Incisi pertama dilakukan pada kulit dengan menggunakan skalpel. Kemudian pada
jaringan subkutan sampai fascia. Penyayatan fascia dilakukan ke kranial dan kaudal
dengan menggunakan gunting. Otot perut dipisahkan dengan menggunakan pembedahan
tumpul dan dilakukan dengan gunting kemudian dibuka dengan gunting tersebut.
Peritonium diincisi dari kranial ke kaudal dan dinding abdomen diangkat secara hati-hati
dari lapisan viscera dibawahnya. Omentum ditarik ke kranial dengan menggunakan kait
agar cornua uteri didapat dari sayatan perut tadi.
Pada peralihan tuba falopii dan cornua uteri diikat secara ganda dengan cat gut
chromic medium 3-0. Pembuluh darah yang memvaskularisasi uterus, diikat dengan
benang yang sama. Kemudian diantara ikatan yang ganda tersebut dipotong dengan skalpel
atau gunting. Lepaskan alat penggantung uterus secara punctur.
Uterus ditarik ke kranial, pangkal uterus dan ujung serviks dijepit kemudian
diadakan pengikatan ganda dengan cat gut. Arteri dan vena uterina diikat atau dijahit
dengan benang yang sama. Kemudian dengan menggunakan skalpel diantara ikatan tadi
dipotong. Periksa terhadap perdarahan dari pembuluh darah yang terpotong. Omentum
dimasukkan kembali kedalam ruang perut seperti semula dan diberikan larutan NaCl
fisiologis 100-150 ml atau pemberian antibiotik.
Tahap berikutnya adalah penjahitan peritoneum dan kulit. Sebelum dilakukan penjahitan
maka dilakukan penyemprotan antibiotik terlebih dahulu ke dalam rongga abdomen. Setelah itu
dilakukan penjahitan menggunakan silk pada peritoneum dengan tipe jahitan sederhana.
Kemudian, dilanjutkan dengan menjahit muskulus dengan menggunakan cat gut tipe jahitan
continius dan dilanjutkan kulit menggunakan cat gut dengan tipe jahitan subkutikular. Penutupan
dilakukan menggunakan kain kasa dan sebelumnya telah di tambahkan dengan betadine. Untuk
memfiksir balutan tersebut maka kemudian dipasang gurita melingkari abdomen.

Perawatan Pasca Operasi

Setelah selesai menjalani operasi maka daerah sekitar operasi dibersihkan dengan
Iodium Tintur 3%. Selanjutnya anjing dirawat dengan perhatian yang lebih khusus dengan
memberikan lingkungan yang sehat dan bersih serta makanan yang bergizi dan mudah
dicerna serta anjing diusahakan untuk tidak banyak bergerak. Kemudian hewan diberikan
antibiotic (amoxicilin), anti inflamasi (dexametason) dan vitamin C diberikan selama lima
hari berturut-turut. Bekas luka operasi diberikan Gentamisin 0,1% untuk mencegah adanya
infeksi dan dipasang elizabeth colar untuk melindungi jahitan supaya kering, tidak ada
kontaminasi dan tidak digigit sehingga jahitan tidak lepas. Luka jahitan diperiksa setiap
hari dan diolesi gentamycin. Setelah luka operasi kering, jahitan dibuka dan diolesi dengan
iodine tincture 3%. Adapun resep obat yang diberikan yaitu ;

R/ Amoxicilin 60 mg
Dexametason 0.6 mg
Vitamin C 2 tab
m.f.pulv dtd da in Caps No. X
S. 2 dd Caps 1
Paraf

R/ Gentamicin Salf No. I


S.U.E
Paraf
R/ Iodium Tincture 3%
S.U.E
Paraf

Pro : Anjing
Pemilik : Novelin Inriani

BAB IV PEMBAHASAN

Telah dilakukan operasi Histerektomi pada seekor anjing betina local (Canis domestika)
bernana lucky, berumur ±4 Bulan dengan berat bada 5,9 kg dan berwarna cream. Sebelum
dilakukan operasi dilakukan pemeriksaan darah dan proses operasi berlangsung dengan
baik dari awal hingga berakhirnya operasi, hewan kembali ke kondisi normal dan bekas
operasi dapat menyatu kembali. Hewan dimandikan dan dipuasakan makan selama 12 jam
dan puasa minum 2 jam sebelum operasi sedangkan untuk anjing muda puasa selama 8
jam untuk makan dan 4 jam untuk minum sudah memadai (Fossum, 2002). Adapun tujuan
dari puasa tersebut adalah untuk mengosongkan isi lambung sehingga pada saat operasi
dapat mencegah terjadinya muntah. Lambung yang terisi penuh dapat menyebabkan
muntah sehingga menimbulkan terjadinya aspirasi yang dikhawatirkan berakibat
slikpneumonia, selain itu lambung yang penuh akan mengurangi pergerakan diafragma
sehingga mengganggu respirasi (Sardjana dkk., 2004). Sebelum operasi dilakukan, alat-
alat operasi disterilkan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme. Melalui
sterilisasi, semua mikroorganisme akan mati, termasuk endospora yang mempunyai
lapisan pelindung sehingga sukar dibunuh melalui cara lain. Efektivitas sterilisasi
tergantung kepada jumlah dan jenis mikroorganisme serta jumlah dan jenis kontaminasi
oleh zat lain (yang melindungi mikroorganisme tersebut) serta ada tidaknya tempat-tempat
perlindungan mikroorganisme pada alat (misalnya pada alta yang bergigi) (Ibrahim, 2000).

Histerektomi selain untuk tindakan sterilisasi juga dilakukan apabila adanya penyakit
seperti pyometra, metritis salpingitis, trauma, tumor pada uterus. Banyak hal yang harus
diperhatikan sebelum operasi dilakukan yaitu preparasi hewan, pembiusan,
pencukuran/pembersihan daerah sayatan. Preparasi hewan dilakukan untuk memastikan
hewan benar-benar dalam kondisi sehat dan layak untuk dilakukan operasi. Pemeriksaan
meliputi umur hewan, suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan berat badan untuk
menentukan dosis obat bius.

Kira-kira 10 menit sebelum di anestesi terlebih dahulu diberikan obat premedikasi yang
digunakan adalah injeksi Atropine Sulfat 0,25 % dengan dosis 0,04 mg/kg BB dengan

10

berat badan 5,9 kg sehingga volume obat yang diberikan 0,94 ml secara subkutan. Tujuan
premedikasi adalah untuk mengurangi jumlah anestesia umum yang diperlukan dan
meningkatkan batas keamanan, mengurangi rasa takut, menenangkan pasien dan
membantu terciptanya keadaan bebas cekaman sehingga mempermudah pemberian
anestesia, mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran
pernafasan, mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika
pasien dalam keadaan tidak sadar, menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah
perlambatan dan henti denyut jantung, mengurangi rasa sakit selama masa pemulihan.

Menurut Sardjana, dkk (2004), atropine sulfat merupakan antikolinergik yang paling
sering digunakan, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva, mencegah
bradikardi serta mengurangi motilitas gastrointestinal. Pemberian Atropine Sulfat akan
berefek penekanan terhadap sekresi air liur dan mukus bronkus, dilatasi pupil, gangguan
akomodasi dan penghambatan nervus vagus terhadap jantung, juga menghambat peristaltik
usus dan sekresi kelenjar lambung (Brander et al, 1991).

Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu Ketamin dan Xylazine.
Ketamin merupakan jenis obat anestesi yang dapat digunakan pada hampir semua jenis
hewan (Hall dan Clarke, 1983). Ketamin dapat menimbulkan efek yang membahayakan,
yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat
penyuntikan, dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan
bahkan membahanyakan (Jones et al., 1997). Efek samping yang tidak diharapkan dari
suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat-obatan dan mengambil
kelebihan masing-masing sifat yang diharapkan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Kombinasi yang paling sering digunakan untuk ketamin adalah xylazine (Sektiari dan
Misaco, 2001). Kedua obat ini merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara
efek analgesik dan relaksasi otot, ketamin memberikan efek analgesik sedangkan xylazine
menyebabkan relaksasi otot yang baik (Walter, 1985). Penggunaan xylazine dapat
mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh
penggunaan ketamin (Warren, 1983). Penggunaan kombinasi ketaminxylazine sebagai
anestesi umum juga mempunyai banyak keuntungan, antara lain : mudah dalam
pemberian, ekonomis, induksinya cepat begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai
pengaruh relaksasi yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Benson et
al.,1985).

11

Pada kasus ini menggunakan anastesi umum kombinasi ketamin dengan dosis 10-40
mg/kg BB dan xylazin dengan dosis 1-3 mg/kg BB secara intra muscular. Sebelumnya
Selama berlangsung stadium anastesi, cardiolog memonitor frekuensi denyut jantung dan
pernafasan setiap 3 menit sekali sampai pembedahan selesai. Dosis ketamin untuk
anesthesi umum pada saat operasi menggunakan dosis optimum 25 mg/kgBB, dosis yang
digunakan adalah 1,47 ml pemberian secara intra muskular. Begitupun Dosis Xylazine
yang digunakan, menggunakan dosis optimum 2,5 mg/kgBB, dosis yang di gunakan 0,73
ml pemberian secara intra muskular.

Setelah hewan benar-benar teranestesi baru dilakukan penyayatan pada daerah abdomen
yang direbahkan dengan posisi dorsal recumbency yang di mulai dari kulit sampai
menembus lapisan peritoneum. Penyayatan dilakukan pada bagian midline atau linea alba
sepanjang ± 5 cm. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pendarahan. Karena
pada daerah linea alba merupakan daerah yang miskin akan pembuluh darah. Pada saat
penyatan lapisan peritoneum hendaknya dibantu dengan dua jari untuk menghindari
tersayat atau tergunting organ viseral. Setelah organ uterus didapat, maka dikeluarkan dari
rongga abdomen dan di klem menggunakan duck klem agar tidak kembali kedalam rongga
abdomen. Selanjutnya dilakukan ligasi arteri uterina dan arteri ovarica untuk menghindari
keluarnya darah. peritoneum di jahit dengan pola simple interupted, musculus dan fascia
dijahit dengan pola simple continuous, dan kulit dijahit dengan pola subcuticular. Daerah
jahitan dibersihkan, dan oleskan salap gentamicyin serta injeksi penicillin streptomicin
secara intramuskular. Pasca operasi hewan diterapi dengan menggunakan obat anti-
inflamasi, antibiotic dan vitamin sebagai obat suportif untuk mempercepat proses
penyembuhan luka. Penggunaan antiinflamasi ditujukan untuk mengurangi efek
peradangan yang terjadi pada masa penyembuhan luka. Pemberian antibiotic ditujukan
untuk mecegah terjadinya infeksi oleh mikroorganisme melalui luka bekas jahitan operasi.
Selain itu juga luka jahitan diolesi dengan gentamicyn salep setiap hari selama 5 hari.

Pertautan tepi luka yang telah dijahit sebenarnya langsung terjadi sebagai respon untuk
mengembalikan tubuh pada keadaan normal, dimana terjadi regenerasi jaringan yang telah
mengalami kerusakan (Darma, 1997). Pada hari ke 6 sampai ke 7 luka mengering. Luka
12

operasi ditangani secara tepat akan menyatu dengan sempurna antara 7-14 hari (walker,
1980). Pada hari ke 5 pasca operasi luka sudah terlihat mengering.

13

BAB V KESIMPULAN

Histerektomi pada anjing merupakan pembedahan untuk membuang uterus dengan tujuan
keselamatan induknya yang disebakan oleh adanya distokia yang berkepanjangan dan
anaknya masih hidup, hiperplastik endometritis atau pyometra, maserasi fetus, emfisema
fetus, dan tumor pada uterus serta untuk tindakan sterilisasi.Pelaksanaan histerektomi
dilaksanakan melalui pendekatan garis median perut (linea alba). Keberhasilan
histerektomi tidak saja ditentukan oleh keterampilan operator dalam melakukan operasi
tetapi alat-alat dan perlengkapan operasi yang dipakai harus steril.

Pemilihan anastetika Pada kasus ini menggunakan anastesi umum kombinasi ketamin
dengan dosis 10-40 mg/kg BB dan xylazin dengan dosis 1-3 mg/kg BB secara intra
muscular. Sebelumnya Selama berlangsung stadium anastesi, cardiolog memonitor
frekuensi denyut jantung dan pernafasan setiap 3 menit sekali sampai pembedahan selesai.
Dosis ketamin untuk anesthesi umum pada saat operasi menggunakan dosis optimum 25
mg/kgBB, dosis yang digunakan adalah 1,47 ml pemberian secara intra muskular.
Begitupun Dosis Xylazine yang digunakan, menggunakan dosis optimum 2,5 mg/kgBB,
dosis yang di gunakan 0,73 ml pemberian secara intra muskular. untuk mencapai anastesia
bedah dipakai Ketamin yang dengan dosis 7-25 mg/kg BB secara intra muskular.
premedikasi yang digunakan adalah injeksi Atropine Sulfat 0,25 % dengan dosis 0,04
mg/kg BB dengan berat badan 5,9 kg sehingga volume obat yang diberikan 0,94 ml secara
subkutan.

. Untuk mempercepat proses penyembuhan dari anjing yang dihisterektomi perlu mendapat
perhatian lebih khusus dengan memberikan lingkungan yang sehat dan makanan yang
bergizi serta antibiotik untuk mencegah adanya infeksi sekunder.

14

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, G.H. 1975. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 4th Ed. The Language Book
Society and Bailliere Tindal. London Athur, G.H., D.E. Noakes, and H. Pearson. 1982.
Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th Ed. The Language Book Society and Bailliere
Tindal, London. Bobak dan Jensen. 2003. Maternity Nursing. 4ed. Year Book, Inc. Mosby
Budiarsa.I.N, 1985. Histerektomi Pada Anjing. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor. Brander, G.C. and Pugh, D.M. 1991. Veterinary Applied
Pharmacology and Therapeutics 4th edition. The English Language Book Society and
Bailleri Tyndall. London. Benson, G. J., J. C. Thurmon., W. J. Tranquilli., and C. W.
Smith. 1985. Cardiopulmonary Effects of an Intravenous Infusion of Quaifenesin,
Ketamine, and Xylazine In Dog. Am. J. Vet. Res. Vol. 46 (9) : 1896-1898 D.E. Noakes
and H. Pearson. 1982. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th Ed. The Language
800k Society and Bailliere Tindal. London. Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran
Dorland. Terjemahan Huriawati Hartato. Edisi Pertama. EGC, Jakarta. Darma, A. 1997.
Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta Dharma. 2013.
http://dharmams.blogspot.com/2013/05/ovariohisterectomy-oh.html Douglas, S. (2003).
Small Animal Surgery.2th ed. J.B. Lippincolt Company, Philadelphia. Fossum, T.W. 2002.
Small Animal Surgery. 2nd ed. Mosby. USA. Hickey, M dan Lumsden, M.A. 2000.
Complete Womens Helath. Hammersmith. London Hardjopranjoto, S. 1993. Ilmu
Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya. Hall, L. W and K. W.
Clarke. 1983. Veterinary Anaesthesia 9th. Ed. Bailliere Tindall. London. 58, 60, 308.
Ibrahim, R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah kuala University Press,
Banda Aceh. Jones, L. M., N. H, Booth, and L. E. McDonald. 1997. Veterinary
Pharmacology and Therapeutics. Oxford and IBH Pub. Co. New Delhi. Pp292- 365.
Komang, WS. 2011. Bedah Veteriner. Unair Press. Surabaya Mayer, K., J.V. Lecroix, and
H.P. Hoskina. 1959. Canine Surgery. American Veterinary Publications Inc. Santa
Barbara, California. Roberts, S.J. 1971. Veterinary Obstetric and Genital Diseeses
(Theriogenology). Tors. Indie. Sisso, S. and I.D. Grossman. 1961. The Anatomy of The
Domestic Animals. 4th Ed. W.B Saunders, Philadelphia. Sektiari, B dan M. Y. Wiwik.
2001. Pengaruh Premedikasi Acepromazine Terhadap Tekanan Intraokuler pada Anjing
yang di Anestesi Ketamin HCl. Media Kedokteran Hewan. 17 (3) : 120-122. Sardjana, I
Komang Wirasa, dan Kusumawati, D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Tilley, L.P. and F.W.K. Smith, (1997). The 5 Minute
Veterinery Consult. Canine and Feline.Lippincolt William and Wilkins. Baltimore,
Maryland

14

Trisna.R. Zailani, 2012. IndikasiOvariohisterectomyPadaAnjingdanKucing.http://


rizkizailanitrisna.wordpress.com/2012/11/08/indikasi-ovariohisterectomy-pada-anjing –
dan-kucing/. Diaksespadatanggal 21 April 2017. Walker, G.R., 1980. An Atlas of
Veterinary Surgery. John Write and Sons LTD. Warren, R. G. 1983. Small Animal
Anaesthesia. Mosby Co. U.S.A. Walter H. Hsu. 1985. Effect of Yohimbine and Xylazine-
Induced Central Nervous Sistem Depression in Dogs. JAVMA. 182 (7) : 698- 699.

15
PROTOKOL BEDAH

Nama Pemilik : Muh Sunardi Idrus Nama Hewan : Lucky Jenis Kelamin : Betina
Umur : : ±4 bulan Berat badan : 5.9 kg

Operator : Muh Sunardi Idrus Co-operator : Rizka Triwulandari Anestesiolog


: Indra Gani Cardiolog : Adawia Nasir Pembantu Umum : Nurul A’la, Indah, edi

Frekuensi nafas : 20 x/menit Frekwensi pulsus : 125 x/menit Temperatur : 37,8 Co


Jenis Operasi : Histerektomi

Premedikasi Penyuntikan Atropin Sulfat dengan Dosis 0,04mg/Kg (IM), sediaan obat 0,25
mg, dosis yang digunakan : 0,94 ml.

1. Anestesi Jenis Anestesi Sediaan/Konsentrasi Dosis (IM) Dosis digunakan Ketamin 100
25 mg/Kg BB 1,47 ml Xylazine 20 2,5 mg/kg BB 0,73 ml

2. Teknik Operasi No Perlakuan

Bahan dan Alat yang digunakan

Hewan diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.

Meja operasi 2 Pencukuran bulu pada daerah operasi. Scalpel/pisau cukur 3 Desinfeksi
daerah yang akan dioperasi. Iodin tincture 3% 4 Pemasangan kain drapping. Dook steril
5 Lakukan incisi kulit dan jaringan subkutan lewat kaudal , yaitu tepat dibelakang
umbilikus kearah kaudal lebih kurang 5-6 cm. Scalpel 6 Bagian kanan dan kiri linia alba
dijepit dengan Allis Forceps Allis Forceps

Dibuat irisan sampai fasia, muskulus dan peritoneum yang dibantu dengan jari telunjuk
dan jari tengah. Gunting lurus tumpul

Keluarkan uterus yang mengalami kerusakan, (selalu dibasahi dengan NaCl fisiologis)

Tangan operator, NaCl fisiologis

Sisihkan isi uterus ke cranial dan ke caudal pada bagian yang akan dipotong. Kemudian
pada kedua sisi dijepit dengan klem

Tangan operator, Klem


10

Ligasi pembuluh darah yang mensuplai darah pada bagian uterus yang akan dipotong,
kemudian uterus, penggantung uterus dipotong.

Benang chromic cat gut, kain kasa, gunting

11

Darah dibersihkan, kemudian bagian yang tertinggal dimasukkan kembali pada posisi
semula.

Operator

16

12 Masukkan larutan penstrep 1% kedalam rongga abdomen. Penstrep 1%

13

Peritoneum dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan benang silk, muskulus
dan fascia dijahit dengan pola simple continous menggunakan benang cat gut, dan kulit
dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan silk.

Benang silk, chromic cat gut, needle holder

14

Bekas incisi yang telah dijahit dibersihkan, desinfeksi serta hewan disuntikan antibiotik
dan obat Suportif.

Iodine tincture 3% Penstrep, Vitamin B Kompleks

Perawatan Pasca Operasi 1. Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan dijaga
agar bekas luka operasi tidak digigit ataupun digaruk oleh hewan, diberi makan dan
minum 2x sehari 2. Pemberian obat-obatan dilakukan selama 5 hari 2 kali sehari 3. Jahitan
dibuka setelah luka operasi kering dan luka operasi dibersihkan dengan menggunakan
iodine tincture 3% serta diolesi salap gentamicin Obat-obat yang diberikan sebagai berikut:

R/ Amoxicilin 590 mg meloxicam 11,8 mg Vit C 125 mg Mf pulv dtd dain


caps. No X S t 2 dd 1 caps R/ Gentamicin salp 1 tube Sue
Paraf Pro : Lucky (Anjing) pemilik : Muh Sunardi Idrus

Banda Aceh, 24 April 2017 Operator

Muhammad Sunardi Idrus, S.KH


17

LABORATORIUM KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS


SYIAH KUALA

Darussalam Banda Aceh Telp (0651) 51977 Pesawat 157, 158

Nama Pasien : Lucky Nama Pemilik: Muh Sunardi Idrus Alamat Pemilik : Darussalam
NIM : 1602101020094 Signalement :Ras Anjing Lokal, jenis kelamin betina,
warna cream, umur ±4 bulan, berat badan 5,9 kg

Nama mahasiswa : muhammad Sunardi Idrus, S.KH

I. ANAMNESA : Sudah divaksinasi, sudah diberikan obat cacing, hewan tersebut


belum pernah dioperasi.

II. STASTUS PRAESEN

1. Keadaan umum :

a. Gizi : Ideal

b. Tempramen : Jinak

c. Habitus : Normal

2. Frekuensi nafas : 20 kali/menit Frekuensi Pulsus : 104 kali/menit


Suhu tubuh : 37,40C

3. Kulit dan bulu : Turgor kulit baik dan rambut tidak kusam

4. Selaput Lendir : Normal

5. Kelenjar limfe : Baik

6. Alat pernafasan : Baik

18

7. Alat peredaran darah : Normal

8. Alat pencernaan : Normal

9. Alat kelamin/Perkencigan : Normal

10. Urat saraf : Normal

11. Anggota Gerak : Normal


12. lain-lain :-

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Kulit : a. Parasit :Caplak

b. Jamur :-

2. Feses : a. Keadaan Feses :-

b. Parasit Interna :- c.Protozoa :- d. Mikroba :-

3. Urin : a. Warna :- b. Bau :- c. Uji Gula :- d. Uji


Protein :- e. Uji Sedimentasi :-

4. Darah : a. Warna :- b. Sifat :- c. Preparat Natif

- Protozoa :-

- Bakteri :-

d. Gambaran Darah : 1. BDM :-

2. BDP

- Netrofil :-

- Eosinofil :

19

- Basofil :-

- Limfosic :-

- Monosit :-

- Staff :-

3. Hb : 6,4 g/dl.

4. Ht :-

IV. Diagnosa :- V. Differensial Diagnosa :- VI. Prognosa :-

Darussalam, 24 April 2017

Petugas/Pemeriksa,

Muhammad Sunardi Idrus, S.KH


(1602101020094)

20

Lampiran

Persiapan incisi di daerah linea alba

Incisi kulit, musculus, dan peritonium

Uterus yang sudah di dapat

Ligasi pembuluh darah

Pemotongan di antara ligasi

Uterus yang telah di potong dan siap di angkat

20

Penjahitan peritoneum, fascia dan muskulus

Penjahitan kulit menggunakan subcuticular

Penjahitan kulit menggunakan subcuticular

Pemberian iodium tincture

Team Operasi Histerektomi

20

Lampiran Post Operasi

Luka jahitan hari 5

Luka jahitan hari 10

Anda mungkin juga menyukai