Oleh:
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur operasi Caesar pada kucing?
2. Untuk mengetahui manajemen preoperasi dan post operasi Caesar pada kucing?
1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan koasistensi bedah Caesar bagi mahasiswa PPDH yaitu
mahasiswa memiliki kemampuan melakukan tindakan bedah ovariohisterectomy
pada kucing beserta penanganan preoperasi dan post operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Caesar
Bedah Caesar (Hysterotomy) adalah untuk mengangkat semua janin dari rahim
secepat mungkin. Indikasi utama untuk bedah caesar adalah adanya potensi distokia
(kebesaran janin, malposisi, fetus tidak berkembang, pelvis kecil, inersia uteri) atau
pembusukan janin (Fossum, 2003).
Bedah caesar dilakukan melalui cellotomy pada midline. Insisi harus cukup panjang
untuk mengekspose seluruh badan uterus. Linea alba harus dibuka secara hati-hati
untuk menghindari kerusakan gravid rahim. Setelah uterus dan ovarium dikeluarkan.
Dilakukan pengeluaran fetus dengan melakukan sayatan. Neonatus dibersihkan,
dikeringkan dan digosok dengan cepat untuk merangsang respirasi. Jika perlu cairan
ketuban dapat disedot dari nares dan nasofaring. Apabila respirasi secara spontan tidak
terjadi maka perlu dilakukannya pemberian oksigen dengan masker. Talipusar harus
diikat beberapa sentimeter ke distal dinding perut dan didesinfeksi. Neonatus harus
diperiksa untuk kelainan kongenital sebelum ditempatkan di inkubator 320c atau wadah
hangat (Tobias, 2010).
Gambar 2.1 Dilakukan pengeluaran uterus dari abdomen hingga badan dan tanduk
uterus terekspose (Sumber: Tobias, 2010).
Gambar 2.2 Dikeluarkan janian melalui sayatan ditengah uterus dan lepaskan
selaput membran disekitar moncong neonates (Sumber: Tobias, 2010).
Gambar 2.3 Dilakukan penjepitan talipusar setidaknya 3 cm dari distal dinding
perut neonates (Sumber: Tobias, 2010).
Gamabr 2.4 dihilangkan plasenta dari rahim dengan traksi lembut setelah neonatus
dikeluarkan (Sumber: Tobias, 2010).
Gamabr 2.5 Dilakukan penutupan diding uterus dengan jahitan kontinyu (Sumber:
Tobias, 2010).
Teknik bedah operasi caesar meliputi
1. Dilakukan celiotomy pada garis tengah. Tarik rahim secara perlahan dari perut.
Diisolasi dengan bantalan yang lembab
2. Dilakukan pembuatan sayatan parsial midline pada dinding uterus dengan
menggunakan gunting metzembaum, dilakukan pemanjangan sayatan sehingga
janin dapt diambil dengan mudah
3. Dilakukan pemecahan membran ketuban yang menyelimuti. Dilakukan
pemotongan tali pusar dengan guntih dan klem 3m dari distal dinding perut
neonatus.
4. Dengan traksi yang lembut dilakukan pengeluarkan plasenta.
5. Dilakukan palpasi pada uterus utuk memastikan bahw semua fetus telah diangkat.
6. Dilakukan penutupan sayatan dengan benang sintetik monofilamen 3-0 yang dapat
7. Diserap dengan cepat dengan jahitan menerus
8. Dilakukan penutupan kulit dengan bahan yang cepat diserap dengan pola jahitan
intradermal (Tobias,2010).
Penanganna pasca operasi meliputi pembersihan kulit abdominal untuk
menghilangkan kuman dan debris. Neonatus harus segera mungkin mendapat asupan
kolostrum dari induknya. Induk dimonitor pasca operasi untuk mengetahui ada
tidaknya keadaan hipotermia, hipotensi, hipokalsemia dan penolakan neonatal.
Komplikasi dari kelahiran yang dpaat terjadi yakni termasuk perdarahan, peritonitis,
endometritis, mastitis dan infeksi luka(Tobias, 2010)
1. Metode Fisis
Metode fisis terdiri dari pemanasan dan penyinaran. Metode pemanasan terdiri
dari dua cara yaitu panas basah (merebus, autoclave, pasteurisasi dan tyndalisasi)
dan panas kering (pembakaran dan oven). Metode penyinaran Sinar yang bisa
dipakai untuk sterilisasi adalah sinar alfa, beta, gamma dan ultraviolet pada
panjang gelombang tertentu.
2. Metode Mekanik
Sterilisasi dengan metode ini biasanya dilakukan dengan metode filtrasi. Cara
filtrasi memakai saringan dengan milipore berdiameter 0,45 μm. Metode ini
biasanya dipakai untuk sterilisasi bahan yang mudah rusak dengan pemanasan.
3. Kimiawi Metode sterilisasi ini menggunakan bahan-bahan kimia Contoh: alkohol,
yodoform, CaOCl2 (kaporit), klorheksidin glukonat, karbol Lysol dan lain-lain
(Berry & Kohn’s, 2006).
BAB III
METODOLOGI
a. Mempuasakan hewan
Hewan yang akan di lakukan tindakan operasi, tidak diberikan makanan
selama 6-12 jam dan puasa minum 4-2 jam sebelum induksi anastersi dengan
tujuan mencegah terjadinya emesis dan aspirasi pneumonia selama
intraoperatif dan post operatif.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada hewan yang dilakukan sebelum tindakan operasi
bertujuan untuk mengetahui status present hewan yang menentukan dapat
dilakukannya tindakan operasi.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sebelum dilakukan tindakan operasi bertujuan
untuk memperoleh informasi status hewan sebelum dilakukan operasi.
Pemeriksan penunjang dapat meliputi pemeriksaan hematologi dan kimia
darah, USG atau X ray.
d. Premedikasi
Pemberian premedikasi sebelum dilakukan induksi anastesi memiliki
tujuan yakni untuk mengurangi jumlah anastesi yang diperlukan dan
meningkatkan batas keamanan. Pemberian premedikasi atropin sulfat dapat
mengurangi efek negatif dari anestesi seperti mengurangi timbulnya
bradycardia, hipersalivasi, muntah sebelum dan sesudah operasi, kecemasan
dan memperlancar induksi anastesi. Atropin sulfat merupakan premedikasi
yang memiliki cara kerja dengan memblok acetylcholine (ACh) pada terminal-
terminal ganglion dan syaraf otonom yang memberikan efek anti kolinergik.
e. Pencukuran rambut
Pencukuran rambut menggunakan clipper dilakukan pada area yang
akan dilakukan pembedahan sehingga sebelumnya hewan yang akan dioperasi
harus dengan jelas telah ditentukan lokasi operasinya. Lokasi yang akan
dicukur harus diperkirakan dengan tepat guna memperkirakan lebar sayatan
yang harus dibuat serta mengakomodir apabila lokasi sayatan diperpanjang
sepanjang bidang steril. Setelah proses pencukuran selesai, sisa rambut harus
segera dibersihkan dari permukaan kulit. Pencukuran juga dilakukan pada
area yang akan dipasang infus IV.
f. Pemasangan infus NaCl 0,9%
Pemasangan kateter intravena dilakukan pada vena chepalica
antibrachii dan disambungkan dengan cairan infus NaCl. Pemasangan infus
Nacl secara intra vena adalah sebagai terapi maintenance untuk menjaga
cairan tubuh tetap stabil apabila terjadi keadaan seperti dehidrasi, pendarahan
dan shock sewaktu operasi berlangsung
g. Anastesi
Anastesi merupakan prosedur preoperatif yang merupakan tindakan
untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan. Setelah
sebelumnya diijeksikan premedikasi berupa atropin sulfat, dengan jeda waktu
15 menit setelah pemberian premedikasi selanjutnya dilakukan induksi
anestesi. Anestesi yang digunakan pada operasi ini ialah kombinasi ketamin
dan xylazine. Ketamin merupakan antagonis neurotransmiter glutamat pada
reseptor N-methyl-D-aspartat (NMDA) di CNS. obat ini berinteraksi dengan
reseptor opioid dengan cara yang kompleks. Obat ini digunakan sebagi
anastesi yang juga memberikan efek analgesi visceral dan somatik yang
mendalam dengan menghambat sensitasi sentral melalui blokade NMDA.
Efek samping pemberian ketamin yakni berupa adanya hipotermia dengan
menurunkan suhu setalah induksi, Efek pada kardiovaskular seperti
peningkatan cardiac output, tekanan darah, peningkatan tekanan arteri
pulmonari, dyspnae, recovery yang lama dan convulsion. Kombinasi yang
paling sering digunakan untuk anastesi ketamin adalah xylazine. Xylazine
merupakan agonis pada periferal dan pusat alpha-2 adrenoreceptor,
menghasilkan efek sedasi, relaksasi otot dan anlgesia. Kombinasi ketamin
HCL dan xylazine HCL menghasilkan induksi yang halus dan efek kataleptik
dari pemberian ketamin akan diperbaiki oleh pemberian xylazine yang
memberikan efek sedative dan myorelaxing. Ketamin memberikan efek
analgesik sedangkan xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik,
mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan
oleh penggunaan ketamin
h. Pembersihan kulit dan sterilisasi kult
Setelah hewan teranastesi hewan dipindah ke dalam ruang operasi untuk
membersihkan bagian yang akan dilakukan pembedahan kulit dengan sabun
antiseptik dan digosok pada permukaan kulitnya supaya bulu yang menempel
dan semua kotoran seperti kerak ataupun ketombe dan minyak pada daerah
kulit terangkat dengan sempurna. Silakukan sterilisasi dengan alcohol 70 %
dan iodine 10 % dengan gerakan memutar (sentrifugal) untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder akibat keadaan kulit yang kurang asptik.
i. Draping
Pasien diposisikan diatas meja operasi dan area kulit telah dibersihkan
dilakukan pemasangan drape. Fungsi pemasangan drape ialah menciptakan
dan mempertahankan area steril disekitar lokasi operasi. Drape dipasang oleh
operator steril. Pada operasi Caesar drape dipasang dengan memposisikan
area umbilikus ke bawah sehingga dapat terlihat dan terfiksir dengan baik area
yang akan dilakukan pembedahan.
3.4.4 Prosedur pembedahan
Prosedur pembedahan operasi caesar yaitu dengan melakukan teknik
laparotomy yakni dengan menginsisi medianus posterior dengan titik awal di
bawah 2 cm dari umbilical. Insisi dilakukan pada bagian kulit kemudian
dilanjutkan pada bagian linea alba, dan kemudian dilakukan pengeluaran uterus.
Dilakukan sayatan pada daerah biforcatio menuju cervix. Dilakukan pengeluaran
fetus beserta plasenta. Setelah semua fetus dipastikan telah dikeluarkan
kemudian dilakukan flushing pada uterus dengan menggunakan NaCl dan
antibiotic. Penutupan insisi pada uterus dengan menggunakan tipe jahitan
Chusing dengan menggunakan benang Polyglycolic acid 3.0. Dilakukan
pengembalian uterus pada rongga abdomen. Selanjutnya dilakukan penutupan
rongga abdomen dengan menjahit lapisan peritoneum dan m. obliqous abdominis
externus dan m. abdominis externus. Penjahitan peritoneum dan muskulus
dikaitankan menjadi satu, guna memberikan kekuatan menahan isi abdomen agar
tidak keluar. Jahitan pada muskulus menggunakan simple interupted dengan
benang Polyglycolic acid 3.0. Jahitan dilanjutkan dengan menutup bagian
subkutan menggunakan metode simple continuous suture menggunakan benang
Polyglycolic acid 3.0. dilanjutkan dengan penjahitan kulit dengan jahita subkutis
menggunakn benang catgut plain. Luka yang telah terjahit dilakukan
pembersihan denga NaCl dan diberikan nebacetin bubuk dan ditutup dengan kasa
dan hypavic®.
4.1 Signalment
Nama : Pussy
Jenis Hewan : Kucing
Ras : Angora
Jenis Kelamin : Betina
Umur : ± 1 Tahun
Warna : Grey
Berat Badan : 3,5 kg
4.2 Anamnesa
Post partus 2 hari yang lalu dan melahirkan 1 anak namun diduga masih
terdapat fetus dalam kandungan.
4. Thoraks
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme pernapasan : Ritmis/ teratur
Intensitas : Dangkal dan Cepat
Frekuensi : 52 kali/menit
Trakea : Teraba
Refleks batuk : Tidak ada
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada reaksi kesakitan
Penekanan M. Intercostalis : Tidak ada reaksi kesakitan
Perkusi
Lapangan Paru-Paru : Tidak ada perluasan
Gema Perkusi : Nyaring
Anus
Daerah sekitar anus : Bersih
Refleks sphincter ani : Terdapat refleks mengkerut
Kebersihan perianal : Bersih
6. Sistem Urogenital
Ginjal : Teraba saat dilakukan dipalpasi,
terletak di epigastrikum dan tidak ada
reaksi kesakitan saat dipalpasi.
Vesica Urinaria : Tidak teraba.
8. Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Cara berjalan : Tidak ada perubahan
4.3
Bentuk pertulangan : Tidak ada penonjolan
Tuber coxee dan tuber ischii : Simetris
Sore
Suhu : 39,60C Appetice : + 2 ketoproven 25 gr vulva
HR : 116 kali/menit Defekasi : - sangobion 250 mg mengeluarkan
RR : 64 kali/menit Urinasi : + 1 darah, kucing
CRT : <2 detik Vomit : -
aktif
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose
7/5/2018 Pagi
Suhu : 39,50C Appetice : + 3 - vulva tidak
HR : 160 kali/menit Defekasi : - mengeluarkan
RR : 44 kali/menit Urinasi : - darah, kucing
CRT : <2 detik Vomit : -
aktif
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose
Sore
Suhu : 38,90C Appetice : + 3 ketoproven 25 gr vulva tidak
HR : 120 kali/menit Defekasi : - sangobion 250 mg mengeluarkan
RR : 64 kali/menit Urinasi : - darah, kucing
CRT : <2 detik Vomit : -
aktif
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose
8/5/2018 Pagi
Suhu : 39,50C Appetice : + 3 Ganti perban vulva tidak
HR : 144kali/menit Defekasi : - postoperasi, mengeluarkan
RR : 56 kali/menit Urinasi : + 3 perubalsem dan darah, kucing
CRT : <2 detik Vomit : -
trombopop aktif, daerah
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose post operasi
begkak
Sore
Suhu : 38,30C Appetice : + 3 ketoproven 25 gr vulva tidak
HR : 108 kali/menit Defekasi : - sangobion 250 mg mengeluarkan
RR : 48 kali/menit Urinasi : - darah, kucing
CRT : <2 detik Vomit : -
aktif, daerah
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose post operasi
begkak
9/5/2018 Pagi
Suhu : 39,20C Appetice : + 3 Amoxicilin inj 0,28 kucing aktif,
HR : 160kali/menit Defekasi : + 2 ml daerah post
RR : 56 kali/menit Urinasi : + 3 operasi
CRT : <2 detik Vomit : -
begkak
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose
Sore
Suhu : 38,80C Appetice : + 2 ketoproven 25 gr kucing aktif
HR : 108 kali/menit Defekasi : - sangobion 250 mg
RR : 40 kali/menit Urinasi : -
CRT : <2 detik Vomit : -
Turgor : <2 detik
Mukosa : Sligt rose
10/5/2018 Pagi
Suhu : 38,80C Appetice : + 3 Ganti perban post daerah post
HR : 112kali/menit Defekasi : - operasi dan operasi
RR : 68 kali/menit Urinasi : + 3 perubalsem begkak, jika
CRT : <2 detik Vomit : -
ditekan masuk
Turgor : <2 detik
Mukosa : Rose
Sore
Suhu : 38,20C Appetice : + 2 - daerah post
HR : 128 kali/menit Defekasi : - operasi
RR : 56 kali/menit Urinasi : - begkak
CRT : <2 detik Vomit : -
Turgor : <2 detik kucing tidak
Mukosa : pale
seaktif
kemarin
BAB V
PEMBAHASAN
Gambar 5.2 Insidi kulit dan subkutan pada midline dibawah umbilicus
Dilakukan sedikit insisi pada linea alba dengan menarik linea alba dengan
pinset sirurgis dan menggunakan scalpel blade yang terbalik untuk menghindari
sayatan yang tidak diinginkan pada organ bagian dalam seperti pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Insidi pada linea alba
Gambar 5.4 Insidi pada linea alba dengan menggunkan bantuan Groove
directors probe (mickey mouse probe)
Insisi dilakukan hingga dirasa cukup untuk uterus dapat keluar. Uterus
dikeluarkan dari rongga abdomen seperti pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5 DIlakukan pengeluaran uterus
Dilakukan insisi pada biforcatio menuju cervix dan dilakukan pengeluaran
fetus dan plasenta sesegera mungkin seperti pada Gambar 5.6. Simpson (2004)
menyatakan pada operasi caesar, uterus diinsisi denan scalpel pada daerah yang relatif
tidak tervaskurarisasi pada dorsal atau ventral dari badan uterus.
C
Gambar 5.10 A Perkembangan kondisi luka jahitan hari ke 2 post operasi; B
Perkembangan kondisi luka jahitan hari ke 4 post operasi; C
Perkembangan kondisi luka jahitan hari ke 6 post operasi
Gambar 5.11 Penjahitan linea alba dengan jahitan simple interrupted menggunakan
benang Polyglycolic acid 3.0.
Gambar 5.12 Perkembangan kondisi luka kucing pussy 2 hari pasca operasi
herniorhappy
Luka bedah tidak akan memiliki kekuatan yang sama seperti sebelum
dilakukakan pemotongan. duaminggu setelah dilakukan penjahitan kekuatan kembali
3-5% pada luka bedah, pada minggu ke tiga kekuatan lembali 20% dan pada satu bulan
kekuatan luka dapat tercapai hingga 50%. semua jahitan adalah benda asing dan hasil
respon peradangan pada dermis yang dijahit. puncak inflamasi terlihat antara hari
ketujuh dengan banyaknya infiltrasi polymorfonuclear, limfosit dan monosit pada
dermis (Kudur, 2009).
1. Penutupan primer
Luka ditutup segera setelah ada lka dengan cara merapatkan tepi luka (biasanya
dengan dijahit)
2. Penutupan primer tertunda
a. Luka dibiarkan terbuka beberapa hari (sampai 3 hari)
b. Mengurangi resiko infeksi pada luka yang terkontaminasi berat. Pada
luka yang tidak mampu dilakukan debridement dengan baik atau aka
nada penilaian lebih lanjut
3. Penutupan sekunder
a. Luka menutup sendiri setelah ada epitelisasi dari samping
b. Sesuai untuk luka yang terinfeksi atau terkontaminasi dan bila dijahit
malah menjadi abses
c. Memungkinkan drainase eksudat yang diperkirakan aakan keluar lama
d. Memungkinkan debridement saat pengantian penutupan luka
e. Tetapi proses inflamasi yang diperpanjang seperti ini kelak akan
meningkatkan terjadinya parut dan kontraktur
6.1 Kesimpulan
Caesar adalah tindakan operasi yang ditujukan untuk mengangkat semua janin
dari rahim secepat mungkin. Indikasi utama untuk bedah caesar adalah adanya potensi
distokia (kebesaran janin, malposisi, fetus tidak berkembang, pelvis kecil, inersia uteri)
atau pembusukan janin. Operasi Caesar dilakukan dnegan insisipada kulit midline
dibawah umbilicus kemudian insisipada linea alba. Selanjutnya dilakukanpengeluaran
uterus daninsisi pada uterus guna mengeluarkkan fetus dan plasenta. Setelah fetus dan
plasenta dikeluarkan kemudian dilakukan penjahitan pada uterus, linea alba subkutan
dan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Berry & Kohn’s, 1996, Operating Room Technique, 8th edition, Mosby-Yearbook, Inc
Bijanti, R., G. Yuliani., R. Wahyuni dan R. Utomo. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik
Veteriner Edisi Pertama. Airlangga university press.
Day, M., A. Mackin., and J. Littlewood. 2000. Canine and Feline hematology and
transfusion medicine. British Small animal Veterinary Association. UK
Kudurm M., 2009. Sutures and suturing techniques in skin closure utures and suturing
techniques in skin closure. Resident corner
Sudjatmiko, G. 2009. Menjahit luka supaya bekasnya susah dicari. Sagung seto press.
Jakarta.
Suguna, A., and S. kiran. 2016. A Study of Anti-inflammatory effect of Heparin and
Enoxaparin on Experimentally Induced acute Inflammation in Albino Rats.
Department of Pharmacology, Osmania Medical College, KNR UHS,
India.
Tobias, K. 2010. Manual of small animal soft tissue surgery. Wiley black well. USA.
256.