Anda di halaman 1dari 2

1. OVARIOHYSTERECTOMY Alasan utama untuk melakukan ovariohysterectomy adalah untuk mencegah estrus dan tidak menginginkan keturunan (sterilisasi).

Alasan lainnya adalah mencegah tumor mammae, mencegah dan menangani pyometra, metritis (radang uterus), neoplasia (ovarium, uterus, vagina), cyst, trauma, torsio uteri, prolapsus uteri, prolapsus vagina, dan mencegah adanya gangguan keseimbangan endokrin dengan manifestasi klinis seperti sterilitas, penyakit kulit, tumor mammae, dan nymphomania. Untuk sterilisasi terbaik bila dilakukan pada umur 4 6 bulan. Bisa juga dilakukan pada setiap umur, dan sebaiknya pada waktu anestrus. Banyak metode dan teknik operasi ovariohysterectomy yang dapat dilakukan, tetapi disini akan diuraikan satu teknik saja. Anaesthesi: secara regional atau anaesthesi umum. Teknik Operasi Setelah dipersiapkan dan dianaesthesi, hewan dibaringkan pada punggungnya (dorsal recumbency). Daerah ventral abdominal disiapkan sebagai daerah operasi, yaitu dari xiphoid sampai daerah pubis. Umbilicus di identifkasi dan diperkirakan untuk membagi daerah abdominal menjadi tiga bagian. Pada anjing dilakukan incise mulai dari caudal umbilicus 1/3 bagian cranial abdominal ke kaudal sepanjang 4 8 cm. incise yang dilakukan lebih ke kaudal akan menyulitkan untuk mengangkat ovarium. Pada kucing badan uterus berada agak ke kaudal, sehingga incise dilakukan lebih ke kaudal mulai 1/3 bagian tengah abdominal. Incise dilakukan pada kulit dan subkutan sepanjang 4 8 cm untuk membuka linea alba. Linea alba dipegang dan diangkat sedikit keluar untuk dapat melakukan incise. Incise pada linea alba dilebarkan ke cranial dan kaudal untuk membuka rongga abdomen. Dinding abdominal kiri dikuakkan dan dimasukkan ovarioectomy hook. Hook dimasukkan menelusuri dinding bagian kiri abdominal, 2 3 cm di kaudal ginjal. Hook digerakkan ke medial untuk mengangkat koruna uteri dan ligamentumnya. Untuk memastikan bahwa yang diangkat adalah koruna uteri, ditelusuri ke kaudal untuk menemukan bifurcation uteri dan ke kranial untuk menemukan ovarium. Apabila kornua uteri tidak ditemukan dengan menggunakan hook, dilakukan palpasi pada kantong kencing (vesica urinaria) sepanjang incise. Corpus uteri berada diantara vesica urinaria dan colon. Setelah ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum susupensorium pada ujung proksimal ovarium. Ligamentum ditelusuri dengan jari telunjuk, ditarik dan dilakukan pemutusan ligamentum, ovarium akan sulit dikeluarkan. Dipasang dua atau tiga clamp di dekat ovarium untuk persiapan melakukan ligasi. Clamp paling proksimal (dalam) digunakan untuk tempat ligasi. Clamp ditengah digunakan untuk memegang saat melakukan ligasi, sedangkan clamp paling distal (luar) digunakan untuk mencegah kembalinya aliran darah setelah dilakukan transeksi. Ligasi pada pembuluh darah ovarium menggunakan bentuk 8 dengan benang absorbable (catgut chromic, polydioxanone, polyglyconat 2/0 atau 3/0, atau polyglactin 910).

Dibuat ikatan kedua di atas ikatan pertama untuk mencegah perdarahan. Dilakukan pemotongan ovarium dan control terjadinya perdarahan. Ovarium diangkat, penggantungnya dipotong dan dikontrol perdarahannya. Kornua uteri ditelusuri sampai pada bifurcation uterus untuk mendapatkan kornua dan ovarium disebelahnya. Diletakkan clamp dan dilakukan ligasi seperti langkah yang telah dijelaskan di atas. Setelah kedua ovarium terpotong, uterus ditarik keluar dan dilakukan ligasi pada pembuluh darah di kiri dan kanan corpus uteri dengan catgut chromic 2/0 dan seluruh corpus uteri juga diikat di dekat cervik. Dilakukan pemotongan badan uterus dan diamati terjadinya perdarahan. Dilakukan ligasi jika ada perdarahan. Sisa potongan uterus dimasukkan ke dalam abdominal sebelum clamp dilepaskan. Dinding abdominal ditutup dan dilakukan penjahitan dengan tiga lapidan ( linea alba dan peritoneum dengan pola jahitan terputus, subkutan dan fascia menerus dan kulit dengan pola jahitan terputus).

Anda mungkin juga menyukai