Anda di halaman 1dari 59

Bedah dan Radiologi

FKH 512 Tanggal Pelaksanaan 22/09/2023

Bidang Bedah dan Radiologi

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PPDH


BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI

OVARIOHISTEREKTOMI (1)

Disusun oleh:
Muhammad Emir Kusuma W, SKH B9404231014

Inayati Ilmi, SKH B9404231055

Shafa Adela Putri, SKH B9404231068

Kelompok C PPDH SKHB IPB Periode I Tahun 2023/2024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
Bedah dan Radiologi
FKH 512 Tanggal Pelaksanaan 22/09/2023

Bidang Bedah dan Radiologi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Akhir Kegiatan PPDH Stase Bedah dan Radiologi
Nama : Muhammad Emir Kusuma W, SKH B9404231004
Inayati Ilmi, SKH B9404231055
Shafa Adela Putri, SKH B9404231068

Disetujui oleh:

Koordinator Mata Kuliah Bidang Bedah dan Radiologi:


drh. Budhy Jasa Widyananta, M.Si.
NIP. 19770328 200501 1 001 ________________________

Dosen Pembimbing Bidang Bedah dan Radiologi:


Dr. drh. R Harry Soehartono, M.App.Sc
NIP. 19600923 198601 1 001 ________________________

Diketahui oleh:

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan


Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis:
Prof. drh. Ni Wayan Kurniani Karja, MP, Ph.D
NIP. 19690207 199601 2 001 ________________________

Tanggal Pengesahan:
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kucing merupakan hewan yang sangat umum ditemui, baik sebagai hewan
peliharaan maupun kucing liar. Kucing memiliki siklus birahi seasonal polyestrus
dan dalam satu periode kebuntingan menghasilkan sekitar 1-6 ekor anak. Kucing
dalam setahun dapat beranak 1-3 kali (Kennedy et al 2020). Upaya kontrol populasi
di lingkungan liar sangat penting karena jika tidak ada kendali yang baik dapat
menyebabkan peluang yang cukup tinggi kenaikan populasi hingga 18 kali lipat
(Rahmiati et al. 2020). Peningkatan populasi yang tidak sebanding dengan
ketersediaan pakan akan berdampak pada persaingan untuk mendapat makanan
sehingga aspek animal walfare tidak terpenuhi (Kreisler et al. 2019). Semakin tinggi
populasi kucing semakin tinggi pula kontak dengan manusia sehingga meningkatkan
resiko penularan zoonosis diantaranya adalah cacing tambang Ancylostoma
tubaeforme, Toksoplasmosis (Kennedy et al. 2020) dan Rabies. Peningkatan
populasi kucing liar dapat diatasi dengan upaya kontrasepsi, sterilisasi dan
euthanasia (Aryanti dan Romadhiyati 2021).
Metode pengendalian populasi hewan dapat dilakukan dengan berbagai cara
salah satunya adalah sterilisasi bedah yang juga dinilai merupakan solusi yang paling
efektif dan umum dilakukan oleh praktisi dokter hewan. Sterilisasi reproduksi
melalui pembedahan dapat dilakukan dengan tujuan terapi penyakit reproduksi,
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan pemilik hewan terkait dengan aktivitas
hormonal serta pengendalian populasi kucing. Ovariohysterectomy merupakan
teknik yang paling sering dilakukan di Amerika Serikat dan Kanada, sedangkan
Ovariectomy sering dilakukan di Belanda dan beberapa negara Eropa lainya
(DeTora dan McCarthy 2011). Pemilihan teknik sterilisasi yang akan digunakan,
sebaiknya seorang dokter hewan mempertimbangkan potensi perkembangan
penyakit uterus dan komplikasi pasca operasi.

1.2 Tujuan
Kegiatan operasi ini bertujuan melatih keterampilan mahasiswa Pendidikan
Profesi Dokter Hewan (PPDH) dalam melakukan tindakan pembedahan aseptis
ovariohisterektomi (OH) yang meliputi tindakan pre-operasi, operasi, dan post-
operasi dengan baik dan benar.

DEFINISI KASUS

2.1 Anamnesis
Kucing diberi nama Deya merupakan kucing tanpa pemilik yang ada di Puri
De Kost Cibanteng. Kucing domestic short hair (DSH) berjenis kelamin betina
secara inspeksi kucing aktif, makan minum normal, tidak flu, dan bulu tampak sehat.
Kucing Deya tidak diketahui riwayat vaksin dan obat cacing.

2.2 Sinyalemen
Nama : Deya
Jenis hewan : Kucing
Jenis kelamin : Betina
Umur : <1 tahun
Ras : DSH
Warna rambut : Tabby
Berat badan : 2.6 kg
Tanda khusus : -

2.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik pre-operasi diperlukan untuk mengetahui keadaan hewan
status kesehatan dan layak untuk dilakukan ovariohisterektomi. Form pemeriksaan
fisik lengkap yang dilakukan pada kucing Deya dilampirkan pada akhir laporan ini
Lampiran 1.
Perawatan : Baik
Habitus : tulang punggung lurus
Gizi : baik
Sikap bediri : berdiri tegak dengan empat kaki
Suhu tubuh : 38,3C
Frekuensi nadi : 160 bpm
Frekuensi nafas : 44 bpm

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pre-operasi ovariohisterektomi (OH) yang
dilakukan yaitu hematologi darah dan pencitraan organ reproduksi dengan
ultrasonografi (USG). Pemeriksaan darah semua kompartemen pada Lampiran 1
menunjukan hasil dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan secara
laboratoris kesehatan kucing deya siap untuk menjalani operasi ovariohisterektomi.
Hasil sonogram uterus dan ovarium melalui USG tampak dengan interpretasi
dinding uterus tipis dan panjang. Hal pemeriksaan masih sejalan dengan keadaan
umur kucing Deya yang masih <1 tahun dan belum pernah melahirkan.

METODE

4.1 Waktu dan Tempat


Operasi dilaksanakan pada hari Jumat, 22 September 2023 pukul 09.00–
11.00 WIB di Laboratorium Bedah dan Radiologi, Sekolah Kedokteran Hewan
dan Biomedis, Institut Pertanian Bogor.

4.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam operasi meliputi satu set alat bedah minor (bak
instrumen no.1 (1), towel clamp (4), scalpel handle no. 3 (1), scalpel handle no. 4
(1), rat tooth tissue forceps (1), dressing thumb tissue forceps (2), straight sharp-
sharp mayo scissor (1), straight sharp-blunt mayo scissor (1), straight blunt-blunt
mayo scissor (1), curved sharp-sharp mayo scissor (1), curved sharp-blunt mayo
scissor (1), curved blunt-blunt mayo scissor (1), straight thumb kelly hemostat (4),
curved thumb kelly hemostat (2), straight rat tooth kelly hemostat (2), curved rat
tooth kelly hemostat (2), needle holder (1), straight rat tooth allis forceps (1), dan
verban scissor (1)), spay hook, dua set perlengkapan operator, underpad, heating
pad, stetoskop, termometer, clipper, infusion set, IV cath 24G, blade no 10, kain
duk, mangkok stainless steel, lampu bedah, meja bedah, sumbu kompor (tali),
syringe 1 ml, syringe 3 ml, dan gurita.
Bahan yang digunakan dalam operasi ini meliputi benang silk 3/0, benang
catgut chromic ukuran 3/0, benang catgut plain 4/0, tampon persegi, tampon bulat
kecil, kapas alkohol, kapas kering, micropore, kasa steril, alkohol 70%,
chlorhexidine 4% (Scrub®), povidone iodine, atropin sulfat 0.025%, ketamine
10% (Ketamil®), xylazine 2% (Xyla®), penicillin, salep mata Erlamycetin®,
Amoxicillin (Intramox-150 LA®), salep gentamicin (Genoint®), Bioplacenton®,
vitamin injeksi (Biosan®), NaCl 0,9%, Meloxicam, sirup cefadroxil (Lostacef®).

4.3 Prosedur Operasi


4.3.1 Preparasi Ruang Operasi dan Peralatan
Ruang operasi, meja bedah, dan perlengkapan lain dibersihkan dan
didesinfeksi satu hari sebelum pelaksanaan operasi. Peralatan dan
perlengkapan operator serta asisten operator meliputi alat bedah minor dan
perlengkapan yang terdiri dari sarung tangan, baju bedah (gown), handuk,
sikat, masker, dan hair cap yang telah bersih dibungkus dengan 2 lapis kain
penutup untuk disterilisasi. Alat bedah minor disterilisasi menggunakan
autoclave suhu 121°C selama 15 menit kemudian sterilisasi kering
menggunakan oven dengan suhu 90 °C selama 30 menit. Perlengkapan
operator dan asisten operator disterilisasi dengan menggunakan sterilisasi
kering.
4.3.2 Persiapan Hewan
Hewan telah dipuasakan selama 8–12 jam sebelum operasi.
Pemeriksaan fisik secara lengkap dan menyeluruh sebelum preparasi hewan
memastikan kembali kucing dalam keadaan sehat oleh asisten monitoring.
Asisten anestesi mempersiapkan dan menghitung volume pemberian sediaan
anestesi dan obat-obatan selama pre-operasi, operasi, dan post-operasi sesuai
dengan berat badan kucing dan dosis masing-masing sediaan. Kucing
disuntikan premedikasi berupa atropin sulfat dengan rute subkutan (SC)
degan dosis 0.025 mg/kg dan ditunggu 15 menit. Kucing yang lebih tenang
karena efek atropin dapat lebih mudah dihandling dan dilakukan
pemasangan IV Cath dan infus Ringer Lactat. Setelah 15 menit pemberian
atropin, kucing diinjeksi dengan kombinasi ketamin 10% dan xylazine 2%
secara intramuskular (IM) oleh asisten anestesi. Kucing yang telah yang
teranestesi oleh asisten kotor dimulai preparasi dengan mencukur rambut
pada bagian abdomen mulai dari cranial umbilikal sampai caudal dari puting
terakhir dicukur menggunakan pet clipper (sekitar 10 cm kiri kanan atas
bawah dari umbilikal). Area insisi dibersihkan menggunakan chlorhexidine
4%, alkohol 70% dan povidone iodine. Hewan dibawa ke meja operasi
diletakkan dengan posisi ventrodorsal dan direstrain dengan tali keempat
kakinya.
4.3.3 Persiapan Operator dan Asisten
Perlengkapan operator dan asisten operator disiapkan terlebih
dahulu. Operator dan asisten operator melepaskan seluruh aksesoris (jam
tangan, cincin atau aksesori tangan lainnya). Operator dan asisten operator
mencuci tangan terlebih dahulu, kemudian mengenakan tutup kepala dan
masker. Setelah itu, mencuci tangan dengan benar dan hingga bersih
menggunakan sabun dan air mengalir. Cuci tangan dilakukan mulai dari
ujung jari (termasuk bagian kuku) hingga ke bagian siku, kemudian dibilas
menggunakan air mengalir sebanyak 10 kali (kedua tangan secara
bergantian). Tangan dikeringkan menggunakan handuk steril, dimulai dari
atas hingga ke bagian siku secara perlahan. Setiap sisi handuk digunakan
untuk tangan yang berbeda. Operator dan asisten operator memakai baju
operasi dan gloves. Tangan tetap dalam keadaan menekuk ke atas. Semua
prosedur persiapan tersebut dilakukan secara aseptis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pre Operasi


Pre-operasi merupakan tahap sebelum melaksanakan kegiatan operasi untuk
memastikan hewan dalam keadaan optimal dan sehat sebelum ovariohisterektomi.
Pemeriksaan fisik secara lengkap, pemeriksaan penunjang USG dan hematologi,
persiapan ruang operasi dan peralatan, preparasi hewan, dan persiapan obat dan
anestesi merupakan hal-hal yang perlu dilakukan sebelum operasi. Pemeriksaan
fisik hewan dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi secara menyeluruh pada
kucing. Hasil pemeriksaan fisik secara lengkap kucing deya tidak menunjukan
kelainan. Denyut jantung, frekuensi napas, dan suhu tubuh berada pada batas
normal. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum ovariehisterektomi yaitu
ultrasonografi dan hematologi. Hasil pemeriksaan USG tampak uterus dan
ovarium dari kucing deya. Hasil hematologi dari kucing deya semua komponen
darah menunjukkan dalam batas normal.

5.2 Operasi
Kucing yang telah teranestesi diposisikan dorsal recumbency dan semua
ekstremitas direstrain menggunakan tali. Asisten operasi memasangkan kain duk
dan dijepit menggunakan towel clamp pada setiap sudut duk, kemudian area insisi
diberikan kembali povidone iodine dengan mengusap secara sirkular dari dalam
area insisi ke arah luar. Insisi dilakukan sekitar 1-2 cm caudal dari umbilikus pada
kulit dan subkutan sepanjang 5 cm (Kiani et al. 2014) dan linea alba akan terlihat.
Linea alba dipegang dan diangkat sedikit menggunakan rat tooth thumb tissue
forceps untuk dilakukan insisi guna membuka rongga abdomen dengan hati-hati
agar tidak terkena jaringan lain dibawahnya. Dinding abdomen kanan dikuakkan
dan dilakukan eksplorasi rongga abdomen untuk mendapatkan kornua uteri
menggunakan spay hook. Selanjutnya kornua uteri ditarik keluar insisi dan
ditelusuri sampai ovarium ditemukan. Setelah ovarium ditemukan, lebih lanjut
ligamentum suspensorium dicari pada ujung proksimal ovarium dan dilakukan
pemutusan ligamentum suspensorium agar ovarium dapat dikeluarkan. Kompleks
pembuluh darah ovarium diligasi dan dipotong (Pereira et al 2018) menggunakan
klem arteri sebanyak 2 buah dan ligasi dilakukan menggunakan benang 3/0 catgut
chromic. Setelah itu diperiksa adanya perdarahan pada ujung kompleks pembuluh
darah ovarium yang telah diligasi, dipotong, dan dibuka klem arterinya. Setelah
prosedur yang sama dilakukan pada ovarium disisi lainnya, kedua kornua uteri
dapat ditarik keluar.
Langkah selanjutnya yaitu menelusuri bagian bifurcatio dari uterus untuk
diligasi pada bagian korpus uteri dekat serviks uteri. Operasi OH kucing deya ini
memilik kesulitan dalam mencapai bagian bifurcatio dari uterus dikarenakan
struktur anatomis kornua uterusnya sangat panjang. Pendekatan bifurcatio yang
cukup dalam kearah caudal pada kucing Deya sehingga sayatan diperpanjang
sekitar 1 cm ke arah caudal dengan straight blunt-blunt mayo sciccor. Kesulitan
selanjutnya adalah kornua kucing Deya yang ternyata rapuh sehingga ligasi yang
sebelumnya dilakukan di bifurcatio menjadi di kornua uteri yang masih dapat di
jangkau di bagian terdalam caudal. Ligasi pada kornua uteri dilakukan
menggunakan catgut chromic 3/0 dengan simpul ahli bedah sebanyak 2 ligassi di
titik yang berbeda. Setelah itu diperiksa adanya perdarahan pada ujung kornua
uteri yang telah diligasi, dipotong, dan dibuka klem arterinya. Selanjutnya sisa
potongan uterus dilepas ke dalam rongga abdomen. Kemudian rongga abdomen
diirigasi dengan cairan NaCl fisiologis dan diberi antibiotik penicilin. Selanjutnya
dilakukan penjahitan pada linea alba dan peritonium dengan pola simple
interupted suture menggunakan benang catgut chromic 3/0. Jaringan subkutan
dijahit dengan pola subkutikuler menerus sederhana menggunakan benang catgut
chromic 3/0 sedangkan penjahitan kulit dilakukan dengan pola sederhana terputus
menggunakan catgut chromic ukuran 3/0.
5.3 Monitoring
Monitoring saat operasi dilakukan oleh asisten monitoring dengan interval
15 menit sekali. Monitoring saat operasi bertujuan mengetahui status present
hewan dibawah efek obat anestesi. Hewan yang teranestesi memiliki resiko besar
sehingga moitoring ini penting dilakukan agar jika selama operasi terjadi
penurunan kondisi vital hewan yang jauh dari subnormal dapat segera diberikan
penanganan. Monitoring tanda vital yang diperiksa antara lain frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan, temperatur, dan CRT, dan mukosa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan McKelvey dan Hollingshead (2003) pemantauan selama proses
anestesi perlu dilakukan, hal ini untuk melihat reaksi dari obat-obatan tersebut
dengan tubuh pasien. Pemantauan sebaiknya difokuskan pada fungsi respirasi,
fungsi sirkulasi, dan temperatur tubuh yang memiliki peran mempertahankan
kedalaman anestesi. Hasil monitoring kucing Deya selama operasi disajikan
pada Grafik 1.
Gambar 1 Gambaran frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan temperatur
selama operasi ovariohisterektomi kucing deya.

Hasil monitoring kucing deya selama operasi 90 menit menunjukan pada


tahap awal 15 menit setelah diberikan anestesi frekuensi nafas cenderung naik
sampai menit ke-30. Frekuensi nafas juga cenderung naik saat maintanance pada
menit ke- 60. Hal ini dapat dijelaskan pada kucing, ketamin menyebabkan
respirasi yang terengah-engah (tachypnoe) sehingga jika dihitung frekuensi
nafas akan cenderung lebih cepat (Plumb 2011). Untuk meminimalkan hal
tersebut maka pemberian ketamin sebagai anestetikum pada kucing
dikombinasikan dengan xylazin (Greena dan Thurmon 1988). Xylazin
menyebabkan penekanan respirasi (Adams 2001).
Frekuensi detak jantung dan temperatur cenderung turun 15 menit awal
setelah pemberian anestesi. Denyut jantung kucing rata-rata menurun di menit
awal injeksi anestesi atau pada stadium I anastesi, sebab pada kondisi teranestesi
sistem fisiologis hewan akan mengalami penurunan terutama cardiac output
(Mckevey dan Hollingshead 2003). Frekuensi jantung mengalami peningkatan
pada menit ke-15 hingga ke-30 atau pada stadium ke II anastesi ini disebabkan
karena adanya pengaruh dari pemberian ketamin. Ketamin adalah anastetik yang
selain bersifat analgesik kuat juga mampu merangsang sistem kardiovaskular
sesuai dengan dosis pemberiannya (Katzung 2012). Ketamin berbeda dengan
sebagian besar obat anestesi, karena telah terbukti memiliki efek tambahan pada
denyut jantung, tekanan darah dan tingkat pernapasan karena peningkatan
aktivasi simpatik (Negash et al. 2016).
Peningkatan frekuensi jantung yang paling signifikan terlihat pada stadium
III menit ke-45. Hal ini dapat disebabkan karena pada stadium III adalah stadium
pembedahan. Sehingga pengaruh peningkatan denyut jantung dapat disebabkan
karena faktor lain seperti tingkat pengeluaran darah yang banyak yang didukung
dengan kondisi stres. Stress yang dialami menyebabkan syaraf panca indra akan
mengirimkan signal ke Hypophyse sebagai sinyal ke adrenal untuk melepaskan
hormon adrenalin dan cortisol. Hormon adrenalin meningkatkan denyut jantung,
dan peningkatan tekanan darah dan juga pasokan energi (Tambing 2014).
Xylazine merupakan agonis alfa2-adrenergik yang kuat, xylazine
diklasifikasikan sebagai obat penenang/analgesik dengan efek otot, sifat relaksan
(Plumb 2011). Selama operasi temperatur kucing Deya cenderung turun dibatas
bawah suhu normal (37,4C) maka dari itu selama operasi berlansung diberi
heating pad untuk menghangatkan tubuhnya dan setelah itu monitor suhu rata-
rata stabil (38,3C). Xylazine menyebabkan relaksasi otot rangka melalui jalur
perantara sentral. Xylazine menekan mekanisme termoregulasi dan hipotermia
atau hipertermia (tergantung pada suhu udara sekitar). Efek Xylazine pada fungsi
pernapasan biasanya tidak signifikan secara klinis, namun cukup tinggi dosis
dapat menyebabkan depresi pernapasan dengan penurunan volume tidal dan laju
pernapasan, dan penurunan volume menit secara keseluruhan (Plumb 2011).
Kombinasi antara ketamin dan xylazin merupakan kombinasi terbaik bagi
kedua agen itu untuk menghasilkan anestesi. Anestesi dengan ketamin-xylazin
memiliki efek yang lebih pendek jika dibandingkan dengan pemberian ketamin
saja, tetapi kombinasi ini menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa
konvulsi (Pirade 2015).
5.4 Post Operasi
Post-operasi juga merupakan salah satu dari rangkaian keberhasilan
operasi karena resiko pasca operasi imun yang menurun, persembuhan luka,
resiko kontaminasi operasi, dan lain sebagainya. Pertama, monitoring tanda vital
tetap dilanjutkan sampai hewan tersadar dari efek anestesi. Kucing di injeksi
antibiotik intramox®, antiradang melovem®, dan vitamin hematodin® biodin
rute IM. Kucing yang telah sadar penuh dari efek anestesi dibawa keruang
pemulihan operasi RSHP IPB dan dilanjutkan pemantauan pemeriksaan fisik
pagi, siang, malam selama 5 hari.
Luka operasi diganti perban sebanyak dua hari sekali dengan cara luka
dibasuh dengan larutan NaCl fisiologis kemudian dioles dengan salep
bioplacenton dan difoto untuk diamati perkembangan persembuhan luka,
kemudian ditutup dengan kasa steril dan Hypafix. Selama masa perawatan pasca
operasi kucing dikandangkan dan dipakaikan Elizabeth collar. Obat pasca
operasi yang diberikan yaitu antibiotik cefadroxil 1 ml/kg dan vitamin imboost
1 mL secara peroral selama 5 hari.
Luka insisi operasi diamati sampai luka sembuh sempurna, dalam kasus
ini luka sembuh sempurna dalam waktu kurang lebih 11 hari. Proses
persembuhan luka terbagi menjadi 3 tahap yaitu peradangan, ploriferasi, dan
remodelling. Tahap pertama peradangan tampak di hari 0 sampai 2, Pembuluh
darah akan melebar, dan sel darah putih akan mengalir ke daerah yang cedera
untuk melawan infeksi. Tahap kedua proliferasi tampak di hari 2 sampai 4
dicirikan tahap ini tubuh mulai membangun kembali jaringan yang rusak. Sel-
sel fibroblas akan memproduksi kolagen, yang membantu memperkuat jaringan
parut, dan sel-sel epitel akan memperbaiki epidermis, lapisan terluar kulit.
Pembentukan jaringan parut dimulai. Tahap kedua proliferasi tampak di hari 6
sampai 8 dicirikan tahap iniIni adalah tahap terakhir dalam persembuhan luka.
Jaringan parut yang terbentuk akan mengalami perubahan seiring waktu.
Kolagen yang awalnya tidak teratur akan diatur ulang sehingga jaringan parut
lebih mirip dengan jaringan normal. Hari 10 luka tampak telah sembuh
sempurna, kondisi kesehatan kucing baik dan siap dilepaskan.

Gambar 1 Luka hari 0 Gambar 2 Luka hari ke-2 Gambar 3 Luka hari ke-4
Gambar 4 Luka hari ke-6 Gambar 5 Luka hari ke-8

SIMPULAN
6.1 Simpulan
Ovariohisterektomi dilakukan mengangkat organ ovarium dan uterus hewan
betina. Teknik yang digunakan untuk operasi ovariohisterektomi kucing Bocil
melalui ventral mindline. Kondisi luka kucing deya sudah mengering dan menutup.
Perawatan yang post operasi meliputi pemberian antibiotik, antiinflamasi, vitamin,
dan perawatan luka.

6.2 Saran
Operator dan asisten operator PPDH sebaiknya menyiapkan rencana cadangan
untuk menyiapkan protokol bedah ovariektomi jika dalam kasus yang sama
ditemukan uterus kucing sangat kecil dan rapuh.

DAFTAR PUSTAKA

Adams RH. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8nd edition. IOWA
State: University Press Ames.
Aryanti F, Romadhiyati F. 2021. Penyembuhan Luka Pasca Kastrasi pada Kucing
Jantan dengan Menggunakan Sediaan Propolis Cair. Agrosainta 5: 1-8.
DeTora M, McCarthy RJ. 2011. Ovariohysterectomy versus ovariectomy for
elective sterilization of female dogs and cats: is removal of the uterus
necessary? J Am Vet Med Assoc. 239: 1409-1412.
Greene SA, Thurmon JC. 1988. Xylazine--a review of its pharmacology and use in
veterinary medicine. J Vet Pharmacol Ther. 11(4):295-313. doi:
10.1111/j.1365-2885.
Katzung, B. G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Kennedy BPA, Cumming B, Brown WY. 2020. Global Strategies for Population
Management of Domestic Cats (Felis catus): A Systematic Review to
Inform Best Practice Management for Remote Indigenous Communities in
Australia. Animals (Basel) 10: 1-17.
Kiani FA, Kachiwal AB, Shah MG, Nizamani ZA, Khand FM, Lochi GM, Haseeb
A, Khokhar AM, Oad A, Ansari MI. 2014. Comparative Study on Midline
and Flank Approaches for Ovariohystrectomy in Cats. J Agric Food Tech.
4: 21-31.
Kreisler RE, Cornell HN, Levy JK. 2019. Decrease in Population and Increase in
Welfare of Community Cats in A Twenty-Three Year Trap-Neuter-Return
Program in Key Largo, FL: The ORCAT Program. Front Vet Sci. 6: 1-14.
McKelvey D, Hollingshead KW. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia. 3rd
Ed. United States of America: Mosby.
Pereira MAA, Gonçalves LA, Evangelista MC, Thurler RS, Campos KD,
Formenton MR, Patricio GCF, Matera JM, Ambrósio AM, Fantoni DT.
2018. Postoperative pain and short-term complications after two elective
sterilization techniques: ovariohysterectomy or ovariectomy in cats. BMC
Vet Res. 14: 335.
Pirade PF. 2015. Perbandingan Pengaruh Anastesi Ketamin-Xylazin dan Ketamin-
Zoletil Terhadap Fisiologis Kucing Lokal (Felis domestica) [Skripsi].
Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin.
Plumb DC. 2011. Plumb's veterinary drug handbook 7th Edition. PharmaVet Inc.
Rahmiati DU, Wismandanu O, Anggraeni TK. 2020. Kontrol Populasi dengan
Kegiatan Sterilisasi Kucing Liar di Lingkungan UNPAD. J Aplikasi Ipteks
untuk Masyarakat 9: 114-116.
Tambing, T. 2014. Perbandingan Pengaruh Anestesi Ketamin-Xylazine Dan
Ketamin-Zoletil Terhadap Frekuensi Nafas Dan Denyut Jantung Kucing
Lokal (Feline Domestica) Pada Kondisi Sudden Loss of Blood. [Skripsi].
Makassar (ID): Universitas Hasanuddin
LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pemeriksaan Fisik Kucing Deya

Pemeriksaan Fisik Hewan


1. Signalement hewan 2. Anamnesis 3. Status Present
3.1. Keadaan Umum
Nama : Deya Kucing stray yang
berada di Puri de Kost
Jenis hewan / spesies* : Kucing Cibanteng. Perawatan : cukup

Ras / Breed : DSH Habitus / tingkah laku :


Baik

Warna bulu & kulit : tabby Pertumbuhan badan : sedang

Jenis kelamin : Betina Sikap berdiri : berdiri tegak


dengan
keempat kaki

Umur : <1 tahun o


Suhu tubuh : C

Berat badan : 2,6 kg Frekuensi nadi : 144 x /


menit

Tanda khusus : Frekuensi nafas : 60 x /


menit

3. Status Present
3.2. Adaptasi Lingkungan : Baik/buruk

3.3. Kepala & Leher


Inspeksi

- Ekspresi wajah : tenang

- Pertulangan kepala : tegak, simetris

- Posisi tegak telinga : tegak keduanya

- Posisi kepala : tegak

Palpasi

Mata dan orbita kiri Mata dan orbita kanan

- Palpebrae : membuka-menutup sempurna - Palpebrae : membuka-


menutup sempurna

- Cilia : keluar sempurna - Cilia : keluar sempurna


- Konjunktiva : rose, tidak ada perlekatan - Konjunktiva : rose, tidak ada
pe
rle
ka
ta
n

- Membrana nictitans : tersembunyi - Membrana nictitans : sembunyi

Bola mata kiri Bola mata kanan

- Sklera : bening-putih - Sklera : bening-putih

- Cornea : bening - Cornea : bening

- Iris : tidak ada perlekatan, kuning - Iris : tidak ada


perlekatan, kuning

- Limbus : datar - Limbus : datar

- Pupil : tidak ada perlekatan, hitam - Pupil : tidak ada


perlekatan, hitam

- Reflex pupil : ada - Reflex pupil : ada

- Vasa injectio : tidak ada - Vasa injectio : tidak ada

Hidung & sinus-sinus :

Mulut & rongga mulut Telinga

- Rusak / luka bibir : tidak ada - Posisi : tegak, simetris

- Mukosa : rose - Bau : tidak berbau

- Gigi geligi : - Pernukaan : kasar

- Lidah : kasar - Krepitasi : tidak ada

- Reflek panggilan : ada

Leher

- Perototan :

- Trachea :

- Esofagus :
3.4. Thorak : 3.4.1. Sistem Pernafasan

Inspeksi Perkusi

- Bentuk rongga thorax : simetris - Lapangan paru-paru : tidak


ada perubahan

- Type pernafasan : costo abdominalis - Gema perkusi : nyaring

- Ritme : teratur

- Intensitas : dangkal, cepat Auskultasi

- Frekuensi : 60 x / menit - Suara pernafasan :

- Suara ikutan : tidak ada

Palpasi - Antara ins & ekspirasi :

- Penekanan rongga thorax : tidak ada rasa sakit

- Palpasi intercostal : tidak ada batuk

3.4. Thorak: 3.4.2. Sistem Peredaran Darah

Inspeksi A u s k u l t a s I (lanjutan) :

- Ictus cordis : tidak ada - Frekuensi : 144 x / menit

- Intensitas : kuat

Perkusi - Ritme : teratur

- Lapangan jantung : tidak ada kelainan - Suara sistolik & diastolik :


jelas

- Ekstrasistolik : tidak ada

- Lapangan jantung : tida ada


kelainan

- Sinkron pulsus & jantung :


sinkron

3.5. Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan

Inspeksi P a l p a s i ( profundal hewan


kecil)

- Besarnya : tidak ada kelainan - Epigastrikus : tidak ada rasa


sakit

- Bentuknya : tidak ada kelainan - Mesogastrikus : tidak ada


rasa sakit

- Legok lapar : tidak ada kelanan - Hypogastrikus : tidak ada


rasa sakit
- Suara peristaltik lambung : terdengar - Isi usus halus : tidak teraba

- Isi usus besar : teraba

Auskultasi Anus

Auskultasi - Sekitar anus : sedikit kotor

Hewan Kecil - Refleks sphincter ani : ada

- Peristaltik usus : - Glandula perianalis - anjing :

- Pembesaran kolon - kucing : tidak ada

- Kebersihan daeral perineal : sedikit


kotor

- Hubungan dgn vulva-betina :

Alat Perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis)

Jantan Betina

- Perhatikan preputium : - Lakukan inspeksi & palpasi

- Perhatikan penis : - Mukosa vagina : rose, tidak ada


perlu
kaan

- Keluarkan glans penis - Perhatikan kelenjar mamae

- Besar : - Besar : tidak ada kelainan

- Bentuk : - Letak : simetris

- Sensitivitas : - Bentuk : normal, tidak ada kelainan

- Warna : - Kesimetrisan : simetris

- Kebersihan : - Konsistensi kelenjar : kenyal

- Scrotum : - Palpasi rektal :

- Urethra :

3.6. Alat Gerak

Inspeksi Palpasi
- Perototan kaki depan : simetris - Struktur pertulangan : tegas

- Perototan kaki belakang : simetris - Kaki kiri depan : kokoh dan simetris

- Spasmus otot : tidak ada - Kaki kanan depan : kokoh dan simetris

- Tremor : tidak ada - Kaki kiri belakang : kokoh dan simetris

- Sudut persendian : tidak ada perubahan - Kaki kanan belakang : kokoh dan
simetris

- Cara bergerak - berjalan : Koordinatif - Konsistensi pertulangan : kompak,


tidak ada rasa

- Cara bergerak - berlari : Koordinatif - Reaksi saat palpasi : tidak ada

- Letak reaksi sakit : tidak ada

- Panjang kaki depan ka / ki : simetris

- Panjang kaki blk ka / ki : simetris

Palpasi - Identifikasi kondisi dermatologi


ekstremitas bawah
Limfoglandula poplitea

- Ukuran : tidak ada perubahan

- Konsistensi : kenyal

- Lobulasi : tidak ada perlekatan

- Perlekatan/pertautan : tidak ada

- Panas : sama dengan suhu tubuh

- Kesimetrisan ka / ki : simetris

Kestabilan pelvis

- Konformasi : tegas

- Kesimetrisan : simetris * Catatan:


1. Palpasi anorektal dengan jari
- Tuber ishii : tidak ada kelainan diperlukan pada anjing yang lebih
besar untuk menilai kestabilan pelvis
- Tuber coxae : tidak ada kelainan 2. Penekanan jari pada columna
vertebralis harus meluas dari
persendian thoracolumbar melalui
segmen lumbosacral untuk mendeteksi
ketidakenakan atau keterbatasan
pergerakan

Mahasiswa PPDH,
Dosen Bedah

Inayati Ilmi SKH


(……………………………………….)
B9404231055 NIP
Lampiran 2 Hasil Pemeriksaan Hematologi Kucing Deya

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Kucing Unit


Hematologi

Eritrosit (RBC) 9.01 4.60 – 10.00 106 /µL

Hemoglobin (Hb) 13.2 9.3 – 15.3 g/dL

Hematokrit (HCT) 40.5 28.0 – 49.0 %

MCV 45..0 39.0 – 52.0 fL

MCH 14.6 13.0 – 21.0 pg

MCHC 32.5 30.0 – 38.0 g/dL

RDW 15.3 14.0 – 18.0 %

Trombosit (PLT) 113 100 – 514 103 /µL

MPV 10.3 5.0 – 11.8 fL

PDW 15.0 0 – 50 %

PCT 0.116 0 – 0.5 %

Leukosit (WBC) 15.1 5.5 – 19.5 103 /µL

Limfosit 4.3 0.8 – 7.0 103 /µL

Monosit 1.0 0.0 – 1.9 103 /µL

Granulosit 9.8 2.1 – 15.0 103 /µL

Limfosit 28.7 12.0 – 45.0 %

Monosit 6.4 2.0 – 9.0 %

Granulosit 64.9 35.0 – 85.0 %

Eosinofil 5.3 0 – 10.0 %


Lampiran 3 Gambar Langkah-Langkah Operasi Ovariohisterektomi Kucing Deya
Pre-operasi

Gambar 1 injeksi atropin Gambar 2 pencukuran Gambar 3 Injeksi Keta-Xyla


bulu, desinfeksi dengan
chloreksidin 4% dan
alkohol 70%

Gambar 4 Gambar 5 pemberian povidone Gambar 6 Restrain


Pemasangan iodine ekstremitas dengan
Iv cath, dan tali
Infus RL

Operasi

Gambar 7 Pemasangan Gambar 8 pemberian povidone Gambar 9 Insisi kulit


kain duk iodine kembali
Gambar 10 diseksi Gambar 11 insisi otot Gambar 12 perpanjangan
kulit insisi otot
dengan
otot

Gambar 13 penelusuran Gambar 14 ligasi ligamentum Gambar 15 ligasi


kornua uterus dan penggantung ovarium ligamentum penggantung
ovarium dengan spay ovarium
hook

Gambar 16 cincin anemis Gambar 17 kedua ovarium dan Gambar 18 penelusuran


ligasi kornua telah lepas dari ligamen bifurcatio
Gambar 19 ligasi kornua Gambar 20 pengecekan tidak Gambar 21 kornua uteri dan
uteri adanya pendarahan ovarium yang berhasil
diangkat

Gambar 22 penjahitan otot Gambar 23 pemberian antibiotik Gambar 24 penjahitan kulit


penicilin

Gambar 25 hasil Gambar 26 pembalutan luka


penjahitan kulit + oles
bioplasenton
Bedah dan Radiologi
FKH 512 Tanggal Pelaksanaan 22/09/2023

Bidang Bedah dan Radiologi

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PPDH


BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI

OVARIOHISTEREKTOMI (2)

Disusun oleh:
Muhammad Emir Kusuma W, SKH B9404231014

Inayati Ilmi, SKH B9404231055

Shafa Adela Putri, SKH B9404231068

Kelompok C PPDH SKHB IPB Periode I Tahun 2023/2024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kucing merupakan hewan peliharaan yang sangat mudah dijumpai. Kucing
betina sendiri merupakan hewan yang memiliki siklus birahi seasonal polyestrus
(Rahmiati et al. 2020). Peristiwa birahi yang cukup sering berpengaruh pada laju
kebuntingan kucing yang meningkat pesat. Kucing juga memiliki sifat kebuntingan
multipara dimana dalam 1 kebuntingan dapat menghasilkan 1-6 anakan. Jika tidak
ada tindakan kontrol populasi terhadap peristiwa ini, maka populasi kucing dapat
meningkat 18 kali lipat dalam setahun. Berdasarkan data OIE (2018), jumlah populasi
kucing di Jawa Barat pada tahun 2018 mencapai 8,341 ekor.
Sterilisasi merupakan nama umum dari tindakan operasi terhadap pengangkatan
organ reproduksi hewan agar tidak dapat berkembang biak. Pada kasus hewan betina,
tindakan sterilisasi lebih biasa disebut dengan ovariohisterektomi.
Ovariohisterektomi merupakan suatu tindak operasi pengeluaran organ reproduksi
berupa ovarium dan uterus. Ovariohisterektomi juga difungsikan untuk
menghilangkan siklus estrus karena hormon estrogen dan progesteron yang
diproduksi oleh ovarium ditiadakan (Noviana et al. 2006).

1.2 Tujuan
Operasi bertujuan melatih keterampilan dan kemampuan mahasiswa program
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) dalam melakukan tindakan pembedahan
aseptis ovariohisterektomi (OH) yang meliputi tindakan pre-operasi, operasi, dan
post-operasi dengan baik dan benar

DEFINISI KASUS

2.1 Anamnesis
Kucing bernama Mommy merupakan kucing stray berjenis kelamin betina
yang ditemukan di sekitar lingkungan kampus IPB. Kucing Mommy merupakan
kucing dengan ras domestic short hair (DSH) dan memiliki kondisi umum aktif.
Kucing Mommy belum pernah diberikan obat cacing ataupun divaksin.

2.2 Sinyalemen
Nama : Mommy
Jenis Hewan : Kucing
Jenis Kelamin : Betina
Umur : 土 2 Tahun
Ras : DSH
Warna Rambut dan Kulit : Calico dan kulit putih
Berat Badan : 3 kg
Tanda Khusus :-
Gambar 1 Kucing Mommy

2.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu syarat penting sebelum dilakukannya
operasi. Hewan yang sehat dapat mengurangi risiko adanya komplikasi atau infeksi
sekunder pada pascaoperasi. Hewan dengan fisik yang abnormal dapat menunjukkan
adanya suatu kondisi penyakit. Pemeriksaan fisik lengkap kucing Mommy dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Perawatan : Baik
Habitus : Baik
Gizi : Sedang
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri tegak dengan keempat kaki
Suhu tubuh : 38.2 oC
Frekuensi nadi : 84 kali/menit
Frekuensi napas : 32 kali/menit

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum operasi yaitu pemeriksaan


hematologi darah dan pencitraan organ reproduksi menggunakan ultrasonografi
(USG). Pemeriksaan darah pre dan post operasi dibutuhkan untuk menggambarkan
kondisi hewan secara sistemik keseluruhan. Pemeriksaan USG digunakan untuk
memastikan status kebuntingan kucing serta memastikan tidak adanya abnormalitas
pada organ reproduksi.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan darah kucing Bocil

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Kucing

Eritrosit (RBC) 7.48 4.60 – 10.00 x 106 /µL

Hematokrit (HCT) 34.8 28.0 – 49.0 %

Trombosit (PLT) 261 100 – 514 x 103 /µL

Leukosit (WBC) 19.1 5.5 – 19.5 x 103 /µL

Limfosit 9.7* 0.8 – 7.0 x 103 /µL

Monosit 2.1* 0.0 – 1.9 x 103 /µL

Granulosit 7.3 2.1 – 15 x 103 /µL

Limfosit (%) 50.6* 12.0 – 45.0 %

Monosit (%) 11.3* 2.0 – 9.0 %

Granulosit (%) 38.1 35.0 – 85.0 %

Eosinofil (%) 0.2 0 – 10.0%

MCV 46.6 39.0 – 52.0 fL

MCH 14.3 13.0 – 21.0 pg

MCHC 30.7 30.0 – 38.0 g/dL

RDW 14.6 14.0 – 18.0 %

MPV 11.1 5.0 – 11.8 fL

PDW 15.4 0 – 50%

PCT (%) 0.289 0 – 0.5

*adanya peningkatan atau penurunan dibandingkan dengan nilai normal


Hasil pemeriksaan hematologi kucing Mommy yaitu mengalami peningkatan
pada limfosit dan monositnya. Limfosit berfungsi melindungi tubuh dari berbagai
macam infeksi seperti infeksi virus ataupun bakteri. Limfosit diatas normal dapat
disebut sebagai limfositosis. Limfositosis dapat terjadi pada kondisi fisiologis
maupun patologis. Limfositosis fisiologis umumnya disebabkan oleh exercise, stres,
dan kondisi takut, sementara itu limfositosis patologis akibat adanya stimulasi
antigenik seperti peradangan kronis dan vaksinasi (Roeswandono 2019). Hasil
physical examination kucing Mommy menunjukkan bahwa kucing sehat, aktif,
dengan napsu makan dan minum sehingga kucing Mommy dapat dilakukan
ovariohisterektomi.

METODE
4.1 Waktu dan Tempat
Operasi dilaksanakan pada hari Jumat, 22 September 2023 pukul 09.00 sampai
11.00 WIB di Laboratorium Bedah dan Radiologi, Sekolah Kedokteran Hewan dan
Biomedis, Institut Pertanian Bogor.

4.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam operasi meliputi satu set alat bedah minor (bak
instrumen no.1 (1), towel clamp (4), scalpel handle no. 3 (1), scalpel handle no. 4 (1),
rat tooth tissue forceps (1), dressing thumb tissue forceps (2), straight sharp- sharp
mayo scissor (1), straight sharp-blunt mayo scissor (1), straight blunt-blunt mayo
scissor (1), curved sharp-sharp mayo scissor (1), curved sharp-blunt mayo scissor
(1), curved blunt-blunt mayo scissor (1), straight thumb kelly hemostat (4), curved
thumb kelly hemostat (2), straight rat tooth kelly hemostat (2), curved rat tooth kelly
hemostat (2), needle holder (1), straight rat tooth allis forceps (1), dan verban scissor
(1)), spay hook, dua set perlengkapan operator, underpad, heating pad, stetoskop,
termometer, clipper, infusion set, IV cath 24G, blade no 10, kain duk, mangkok
stainless steel, lampu bedah, meja bedah, sumbu kompor (tali), syringe 1 ml, syringe
3 ml, dan gurita.
Bahan yang digunakan dalam operasi ini meliputi benang silk 3/0, benang
catgut chromic ukuran 3/0, benang catgut plain 4/0, tampon persegi, tampon bulat
kecil, kapas alkohol, kapas kering, micropore, kasa steril, alkohol 70%, chlorhexidine
4% (Scrub®), povidone iodine, atropin sulfat 0.025%, ketamine 10% (Ketamil®),
xylazine 2% (Xyla®), penicillin, salep mata Erlamycetin®, Amoxicillin (Intramox-
150 LA®), salep gentamicin (Genoint®), Bioplacenton®, vitamin injeksi (Biosan®),
NaCl 0,9%, Meloxicam, dan sirup cefadroxil (Lostacef®).

4.3 Prosedur Operasi


Prosedur operasi meliputi tiga tahapan, yaitu pre-operasi, operasi, dan post-operasi.

4.3.1 Pre Operasi


a. Preparasi Ruang Operasi dan Peralatan

Peralatan dan perlengkapan operator serta asisten operator dipersiapkan


terlebih dahulu. Ruang operasi, meja bedah, dan perlengkapan lain dibersihkan dan
didesinfeksi. Alat bedah minor di sterilisasi menggunakan autoclave suhu 121℃
selama 15 menit. Semua peralatan bedah minor dibungkus dengan dua lapis kain
penutup, kemudian sterilisasi kering menggunakan oven dengan suhu 90 ℃ selama
30 menit. Perlengkapan operator yang terdiri atas sarung tangan, baju bedah (gown),
handuk, sikat, masker, dan hair cap juga dibungkus dengan dua lapis kain penutup,
kemudian disterilisasi dengan menggunakan sterilisasi kering.
b. Persiapan Hewan

Hewan dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk memastikan hewan


dalam keadaan sehat. Sebelum tindakan operasi, kucing dipuasakan terlebih dahulu
selama 8–12 jam. Pemeriksaan fisik diawali dengan menimbang kucing untuk
menentukan jumlah pemberian obat-obatan selama pre-operasi, operasi, dan post-
operasi.
Kucing disuntikan premedikasi berupa atropin sulfat dengan rute subkutan (SC)
degan dosis 0.025 mg/kg dan diberi jeda 15 menit sebelum pemberian sediaan
anestesi. Setelah 15 menit, kucing di injeksi dengan kombinasi ketamin 10% dan
xylazine 2% secara intramuskular (IM). Setelah teranestesi, rambut pada bagian
abdomen mulai dari cranial umbilikal sampai caudal dari puting terakhir dicukur
menggunakan pet clipper (sekitar 10 cm kiri kanan atas bawah dari umbilikal). Area
insisi dibersihkan menggunakan chlorhexidine 4%, alkohol 70% dan povidone
iodine. Hewan dibawa ke meja operasi.
c. Persiapan Operator dan Asisten

Perlengkapan operator dan asisten operator disiapkan terlebih dahulu. Operator


dan asisten operator melepaskan seluruh aksesoris (jam tangan, cincin atau aksesori
tangan lainnya). Operator dan asisten operator mencuci tangan terlebih dahulu,
kemudian mengenakan tutup kepala dan masker. Setelah itu, mencuci tangan dengan
disikat hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir. Cuci tangan dilakukan
mulai dari ujung jari (termasuk bagian kuku) hingga ke bagian siku, kemudian dibilas
menggunakan air mengalir sebanyak 10 kali (kedua tangan secara bergantian).
Tangan dikeringkan menggunakan handuk steril, dimulai dari atas hingga ke bagian
siku secara perlahan. Setiap sisi handuk digunakan untuk tangan yang berbeda.
Operator dan asisten operator memakai baju operasi dan gloves. Tangan tetap dalam
keadaan steril. Semua prosedur persiapan tersebut dilakukan secara aseptis.
d. Persiapan Obat-obatan

Sediaan obat yang digunakan pada pre-operasi, operasi, dan post-operasi ini di
antaranya adalah premedikasi menggunakan sediaan atropin sulfat (SC), ketamine-
xylazine (IM), dan penisilin (topikal), intramox (IM), biosan (IM).
Tabel 2 Perhitungan volume pemberian obat-obatan

Berat badan kucing Bocil = 3 kg


Premedikasi : Atropin Sulfat Induksi:
Dosis = 0.025 Ketamine 10%
mg/kg Dosis = 10
Konsentrasi = 0.25 mg/kg BB
mg/ml Konsentrasi = 100
Volume pemberian = 0.3 ml mg/ml
Volume pemberian = 0.3 ml
Xylazine 2%
Dosis = 2 mg/kg
BB
Konsentrasi = 20
mg/ml
Volume pemberian = 0.3

Antibiotik: Maintenance (IM)


Penicillin Ketamine 10% = ½ dosis = ½ x
Penicillin digunakan 50.000 IU 0.3 = 0,15 ml
NaCl = 1.5 ml
Penicillin = 0.5 ml
Volume pemberian = 2-3 tetes
(topikal)

Amoxicillin (Intramox)
Dosis = 20
mg/kg BB
Konsentrasi = 150
mg/ml
Volume pemberian = 0.4 ml

4.3.2 Operasi

Ovariohisterektomi merupakan suatu tindak operasi pengeluaran organ


reproduksi berupa ovarium dan uterus. Ovariohisterektomi juga difungsikan untuk
menghilangkan siklus estrus karena hormon estrogen dan progesteron yang
diproduksi oleh ovarium ditiadakan (Noviana et al. 2006). Pada kasus ini, operasi
ovariohisterektomi dilakukan untuk tujuan pengendalian populasi. Operasi yang
dilakukan harus dalam kondisi yang aseptis agar menghindari terjadinya infeksi
sekunder pascaoperasi.
4.3.3 Post Operasi
Tindakan post-operasi yang dilakukan meliputi pengobatan, perawatan luka,
dan monitoring kondisi fisiologi hewan. Terapi post operasi dilakukan dengan
menggunakan sediaan analgesik, antibiotik, dan vitamin. Terapi yang diberikan
setelah selesai prosedur operasi yaitu pemberian antibiotik berupa intramox, vitamin
(Biosan), Meloxicam, dan Bioplacenton gel. Monitoring kondisi hewan meliputi
frekuensi denyut jantung, frekuensi napas, suhu, pengobatan luka dan pengamatan
kondisi luka jahitan yang dilakukan selama proses post operasi. Hasil pemeriksaan
dicatat pada tabel monitoring.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pre Operasi


Pre-operasi dilakukan untuk mempersiapkan hewan dan operator. Pemeriksaan
hewan diawali dengan pemeriksaan fisik secara lengkap, hal tersebut bertujuan agar
hewan yang dioperasi dalam keadaan sehat sehingga meminimalisir adanya infeksi
sekunder saat operasi. Hasil pemeriksaan fisik kucing Mommy tidak menunjukkan
adanya penyakit dan kelainan. Suhu tubuh kucing Mommy ialah 38,2 oC, suhu
tersebut masuk kedalam kategori suhu tubuh kucing yang normal. Suhu tubuh normal
pada kucing yaitu 37,8-39,2 oC (Rahmatullah dan Jayanti 2023). Frekuensi denyut
jantung dan napas kucing Mommy ialah 84 x/menit dan 32 x/menit, hal tersebut
berada di rentang normal untuk frekuensi denyut jantung dan napas. Pemeriksaan
palpasi menunjukkan konsistensi limfoglandula normal dan tidak ada pembengkakan.
Selain pemeriksaan fisik, dilakukan juga pemeriksaan penunjang berupa
ultrasonografi (USG) dan hematologi. Pemeriksaan USG kucing Mommy
menunjukkan adanya tanda kucing tersebut sedang dalam masa estrus, hal tersebut
ditandai dengan penebalan endometrium saat dalam pemerikaan USG (Rahayu et al.
2021).
Hasil pemeriksaan hematologi kucing Mommy yaitu mengalami peningkatan
pada limfosit dan monositnya. Limfosit berfungsi melindungi tubuh dari berbagai
macam infeksi seperti infeksi virus ataupun bakteri. Limfosit diatas normal dapat
disebut sebagai limfositosis. Limfositosis dapat terjadi pada kondisi fisiologis
maupun patologis. Limfositosis fisiologis umumnya disebabkan oleh exercise, stres,
dan kondisi takut, sementara itu limfositosis patologis akibat adanya stimulasi
antigenik seperti peradangan kronis dan vaksinasi (Roeswandono 2019).

5.2 Operasi
Hewan diletakkan dengan posisi dorsal recumbency. Area bedah atau area
insisi di draping terakhir menggunakan povidone iodine secara melingkar (dari dalam
ke luar). Kain duk steril diletakkan di area insisi, kemudian difiksasi menggunakan 4
buah towel clamp pada keempat sisi kain. Insisi dilakukan pada bagian caudal
umbilikal dengan jarak 2–3 jari (2–3 cm) dari caudal umbilikal menggunakan blade
no.10. Insisi dibuat sepanjang 3–4 cm. Kemudian dipreparir menggunakan straight
sharp-sharp mayo scissors hingga menemukan linea alba. Linea alba ditemukan,
diangkat menggunakan dressing thumb tissue forceps kemudian di sayat
menggunakan scalpel dengan posisi yang tajam berada di atas (scalpel di balik).
Selanjutnya, line alba dibuka dan di preparir menggunakan straight sharp-blunt mayo
scissors. Bagian kulit dan otot diikat dengan stay suture untuk mempermudah
eksplorasi rongga abdomen.

Gambar 2 Hewan posisi dorsal recumbency

Gambar 3 Kain duk steril di area insisi

Gambar 4 Preparir linea alba

Rongga abdomen dieksplorasi menggunakan spay hook hingga ditemukan


cornua uteri dengan berorientasi vesika urinaria (VU). Setelah berhasil ditemukan
cornua uteri, ditarik keluar dan ditelusuri hingga ovarium ditemukan. Setelah
ditemukan, mesometrium yang menggantung pada cornua uteri dibuat lubang
menggunakan straight kelly hemostat forceps untuk memisahkan mesometrium
dengan cornua uteri dan bagian yang menempel pada ovarium agar memudahkan
ligasi pada cranial ovarium. Cranial ovarium di ligasi dengan menggunakan catgut
plain absorbable 3/0. Pembuluh darah (arteri ovarica) dan ligamentum yang berada
di anterior area ligasi pertama di ligasi menggunakan catgut chromic absorbable 3/0
dengan pola simpul 2–1–1. Ligasi dilakukan 2 kali atau hingga terbentuk cincin
anemis. Bagian caudal dari ligasi pertama di klem menggunakan straight kelly
hemostat forceps, kemudian ligamentum dan arteri ovarica dipotong dengan blade di
antara ligasi kedua dengan hemostat. Pastikan tidak ada perdarahan, pemeriksaan
perdarahan dapat dilakukan dengan bantuan dressing thumb tissue forceps dengan
cara bagian cranial dari hemostat dilepas, yang sebelumnya dressing thumb tissue
forceps sudah menjepit bagian caudalnya dan diperhatikan jika ada perdarahan.
Pemeriksaan perdarahan dapat dilakukan dengan menekan halus dengan kasa. Jika
tidak ada perdarahan, penicillin diteteskan pada bagian yang dipotong. Jika ada
perdarahan, perlu dilakukan ligasi di cranial dari ligasi paling cranial. Kemudian
dilepaskan perlahan ke dalam abdomen.

Gambar 5 Eksplorasi menggunakan spy hook

Gambar 6 Penelusuran ovarium


Gambar 7 Ligasi cranial ovarium

Cornua uteri ditelusuri dan ditemukan ovarium lainnya. Setelah kedua ovarium
sudah terpisah, cornua uteri ditelusuri sampai pada corpus uteri. Bifurcatio uteri
diangkat, kemudian bagian posteriornya dijepit dengan 2 hemostat. Kemudian ligasi
dilakukan tepat di anterior hemostat pada kedua cornua sebanyak minimal 2 kali atau
sampai terlihat cincin anemis. Penyayatan dilakukan pada bagian diantara kedua
hemostat, kemudian pendarahan dipastikan kembali dan diteteskan penicillin,
kemudian dilepaskan perlahan. Rongga abdomen di-flushing dengan NaCl fisiologi
dan diberikan beberapa tetes penicillin. Linea alba dan aponeurosa m. rectus
abdominis dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan benang catgut
chromic 3.0. Subkutan dan kulit ditutup dengan pola subcutaneous menggunakan
benang catgut chromic 3.0. Ujung area insisi ditutup dengan pola jahitan simple
suture sebanyak 1 jahitan menggunakan benang silk 4.0. Luka jahitan dibersihkan
menggunakan NaCl 0.9%, povidone iodine, dan diberikan salep perubalsam. Luka
jahitan ditutup menggunakan kassa steril, micropore, dan dibalut dengan gurita untuk
meminimalisasi risiko terbukanya perban akibat pergerakan aktif pasien. Selama
proses operasi berlangsung, hewan dimonitoring setiap 15 menit. Pemeriksaan
kondisi hewan meliputi capillary refill time (CRT), frekuensi denyut jantung,
frekuensi nafas, dan suhu.

Gambar 8 Penelusuran corpus uteri

Gambar 9 Ligasi corpus uteri


Gambar 10 Penjahitan aponeurosa m. rectus abdominis

Gambar 11 Penjahitan kulit

Gambar 12 Pemberian salep perubalsam

5.3 Monitoring
Monitoring saat operasi perlu dilakukan untuk mengetahui status hewan selama
operasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah efek dari anestesi pasien
masih ada atau sudah mulai sadar. Monitoring dilakukan tiap 15 menit sekali saat
operasi berlangsung. Hal yang perlu dilakukan monitoring yaitu menghitung
frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan, temperator, CRT, dan juga mukosa.
Berikut hasil monitoring kucing Mommy selama operasi (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil monitoring kucing Mommy selama operasi ovariohisterektomi
Menit ke-
Parameter Monitoring

Frekuensi Frekuensi Temperatur CRT Mukosa


napas jantung (detik)

0 32 64 38,4 <2 Rose

15 32 64 38,8 <2 Rose


30 28 96 38,3 <2 Rose

45 24 112 39,1 <2 Rose

60 28 120 40,2 <2 Pucat

75 40 116 40,1 <2 Pucat

90 36 108 39,8 <2 Pucat

105 32 108 39,0 <2 Rose

120 36 132 38,3 <2 Rose

135 48 128 37,1 <2 Rose

150 48 136 37,2 <2 Pucat

165 40 112 38,1 <2 Pucat

Hasil monitoring pasien selama operasi menunjukkan penurunan denyut jantung


dan frekuensi napas. Frekuensi napas menurun hingga 24 x/menit, dan nilai
frekuensi denyut jantung hingga 64 x/menit. Penurunan frekuensi jantung dan
frekuensi napas dapat disebabkan karena mekanisme kerja xylazine yang
mendepresi sistem saraf simpatis (Yadav et al. 2008). Suhu tubuh kucing Mommy
mengalami fluktuasi. Peningkatan dan penurunan disebabkan penggunaan heating
pad, karena heating pad pada saat operasi dinyalakan dari awal operasi sehingga
menyebabkan suhu kucing tinggi, lalu saat heating pad dimatikan maka suhu tubuh
kucing menurun.

Gambar 13 Grafik monitoring selama operasi


5.4 Post Operasi
Monitoring pascaoperasi dilakukan untuk mengamati kondisi luka pasien dan
keadaan kondisi umumnya. Monitoring postoperasi sama seperti yang dilakukan saat
monitoring pascaoperasi yaiu monitoring frekuensi denyut jantung, frekuensi napas,
dan suhu. Hasil monitoring kucing Mommy setelah operasi selama 7 hari ada pada
Tabel 4.

Tabel 4 Hasil monitoring kucing Mommy setelah operasi selama 7 hari

Parameter Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

Frekuensi 32 48 36 48 28 32 48
Nafas
Frekuensi 112 112 108 196 104 108 140
Jantung
Temperatur 37,2 38,7 38,0 38,2 37,5 37,7 38,6
(oC)
CRT (detik) 2 2 2 2 2 2 2
Turgor <3 <3 <3 <3 <3 <3 <3
Mukosa pink pink pink pink pink pink pink

Gambar 14 Grafik monitoring postoperasi kucing Mommy selama 7 hari

Hasil grafik monitoring postoperasi selama 7 hari kucing Mommy berada


dalam rentang normal. Selama 7 hari, kucing diganti perban dan pemberian salep,
serta pengamatan luka bekas sayatan. Pergantian perban diawali dengan
membersihakn luka terlebih dahulu dengan menggunakan NaCl fisiologis, lalu
kemudian dioleskan dengan Bioplacenton®, dan kemudian luka ditutup kembali
dengan kasa steril baru dan leukoplast. Penutupan luka kucing Mommy membaik
setiap harinya, dan luka telah menutup sempurna pada hari ke-12 pascaoperasi.
Gambar luka operasi disajikan pada Gambar 15.

Luka hari ke-1 Luka hari ke-5 Luka hari ke-9

Luka hari ke-10 Luka hari ke-12

Gambar 15 Luka operasi kucing Mommy

Terapi obat pascoperasi yang diberikan yaitu cefadroxil oral (Lostacef®) dan
imboost®. Cefadroxil diberikan sebanyak dua kali sehari dengan dosis 1 mL/kg berat
badan, sedangkan imboost® diberikan 1 mL/hari/ekor. Cefadroxil merupakan
antibiotik berspektrum luas yang berfungsi untuk menghambat sintesis dinding sel
bakteri karena memiliki aktivitas bakterisida. Imboost® merupakan
immunomodulator yang digunakan untuk memperbaiki daya tahan tubuh kucing dan
digunakan sebagai terapi suportif (Rukmini et al. 2022).

SIMPULAN

6.1 Simpulan
Ovariohisterektomi yang dilakukan pada kucing Mommy dilakukan untuk
menangkat organ ovarium hingga uterus kucing. Kucing diberikan terapi antibiotik
cefadroxil dan suportif imboost®. Kondisi luka kucing Mommy menutup sempurna
pada hari ke-12 setelah diberikan bioplacenton® setiap harinya.

6.2 Saran
Sebelum kucing dilepaskan kembali perlu dilakukan pemeriksaan darah ulang
agar mengetahui apakah kucing dilepaskan dalam keadaan sehat atau tidak. Perlu
diberikan terapi suportif berupa pakan recovery agar mempercepat proses
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
[OIE] Office International des Epizooties. 2018. Animal population:
Cats2018[Internet]. Diunduh pada 2022 Mar 8. Tersedia pada:
https://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Countryinformation/Animalpo
pulation.
Noviana D, Gunanti, Jelantik NRFH. 2006. Pengaruh anestesi terhadap saturasi
oksigen selama operasi ovariohisterektomi kucing. J.Sain.Vet. 24(2):177-184.
Rahayu NF, Nurmaningdyah AA, Fitria RI, Anggraeni A, Prabawan R. 2021.
Laporan kasus: pyometra pada kucing domestic short hair. MKH. 32: 1-11.
Rahmatullah AH, Jayanti PD. Penggunaandaun tempuyung untuk pengobatan
urolithiasis pada kucing lokal. Jurnal Ilmu Kesehatan Hewan. 5(9): 142-150.
Rahmiati DU, Wismandanu O, Anggaeni TK. 2020. Kontrol populasi dengan
kegiatan sterilisasi kucing liar di lingkungan Unpad. Dharmakarya: Jurnal
Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 9(2): 114-116.
Roeswandono, Mussa ORPA, Pangaribuan MJA. 2019. Perhitungan telur toxocara
cati dan jumlah sel darah putih pada kucing liar (felis catus) di dukuh kupang
surabaya. Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan. 9:18-23.
Rukmini NWA, Suartha IN, Batan IW. Laporan kasus: peradangan kantung kemih
dan kristalisasi kalsium oksalat air kemih. Indonesia Medicus Veterinus. 11(6):
876-885.
Yadav GU, Thorat MG, Bedarkar SN. 2008. Efficacy of xylazine as a sedative in
cattle. Veterinary World. 1(11):340.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Hewan


1. Signalement hewan 2. Anamnesis 3. Status Present
3.1. Keadaan Umum
Nama : Mommy Kucing bernama
Mommy merupakan
Jenis hewan / spesies* : Kucing kucing stray berjenis Perawatan : cukup
kelamin betina yang
Ras / Breed : DSH ditemukan di sekitar Habitus / tingkah laku : Baik
lingkungan kampus IPB,
Warna bulu & kulit : Calico dan kulit putih memiliki kondisi umum Pertumbuhan badan : sedang
aktif. Kucing Mommy
Jenis kelamin : Betina belum pernah Sikap berdiri : berdiri tegak dengan
diberikan obat cacing keempat kaki
ataupun divaksin

Umur : 2 tahun o
Suhu tubuh : 38,6 C

Berat badan : 3kg Frekuensi nadi : 132 x / menit

Tanda khusus :- Frekuensi nafas : 24 x / menit

3. Status Present
3.2. Adaptasi Lingkungan : Buruk

3.3. Kepala & Leher


Inspeksi

- Ekspresi wajah : tenang

- Pertulangan kepala : tegak, simetris

- Posisi tegak telinga : tegak keduanya

- Posisi kepala : tegak

Palpasi

Mata dan orbita kiri Mata dan orbita kanan

- Palpebrae : membuka-menutup sempurna - Palpebrae : membuka-menutup


sempurna

- Cilia : keluar sempurna - Cilia : keluar sempurna


- Konjunktiva : rose, tidak ada perlekatan - Konjunktiva : rose, tidak ada perlekatan

- Membrana nictitans : tersembunyi - Membrana nictitans : sembunyi

Bola mata kiri Bola mata kanan

- Sklera : bening-putih - Sklera : bening-putih

- Cornea : bening - Cornea : bening

- Iris : tidak ada perlekatan, kuning - Iris : tidak ada perlekatan, kuning

- Limbus : datar - Limbus : datar

- Pupil : tidak ada perlekatan, hitam - Pupil : tidak ada perlekatan, hitam

- Reflex pupil : ada - Reflex pupil : ada

- Vasa injectio : tidak ada - Vasa injectio : tidak ada

Hidung & sinus-sinus :

Mulut & rongga mulut Telinga

- Rusak / luka bibir : tidak ada - Posisi : tegak, simetris

- Mukosa : rose - Bau : tidak berbau

- Gigi geligi : - Pernukaan : kasar

- Lidah : kasar - Krepitasi : tidak ada

- Reflek panggilan : ada

Leher

- Perototan :

- Trachea :

- Esofagus :

3.4. Thorak : 3.4.1. Sistem Pernafasan

Inspeksi Perkusi
- Bentuk rongga thorax : simetris - Lapangan paru-paru : tidak ada perubahan

- Type pernafasan : costo abdominalis - Gema perkusi : nyaring

- Ritme : teratur

- Intensitas : dangkal, cepat Auskultasi

- Frekuensi : 24 x / menit - Suara pernafasan :

- Suara ikutan : tidak ada

Palpasi - Antara ins & ekspirasi :

- Penekanan rongga thorax : tidak ada rasa sakit

- Palpasi intercostal : tidak ada batuk

3.4. Thorak: 3.4.2. Sistem Peredaran Darah

Inspeksi A u s k u l t a s I (lanjutan) :

- Ictus cordis : tidak ada - Frekuensi : 132 x / menit

- Intensitas : kuat

Perkusi - Ritme : teratur

- Lapangan jantung : tidak ada kelainan - Suara sistolik & diastolik : jelas

- Ekstrasistolik : tidak ada

- Lapangan jantung : tida ada kelainan

- Sinkron pulsus & jantung : sinkron

3.5. Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan

Inspeksi P a l p a s i ( profundal hewan kecil)

- Besarnya : tidak ada kelainan - Epigastrikus : tidak ada rasa sakit

- Bentuknya : tidak ada kelainan - Mesogastrikus : tidak ada rasa sakit

- Legok lapar : tidak ada kelanan - Hypogastrikus : tidak ada rasa sakit

- Suara peristaltik lambung : terdengar - Isi usus halus : tidak teraba

- Isi usus besar : teraba

Auskultasi Anus
Auskultasi - Sekitar anus : sedikit kotor

Hewan Kecil - Refleks sphincter ani : ada

- Peristaltik usus : - Glandula perianalis - anjing :

- Pembesaran kolon - kucing : tidak ada

- Kebersihan daeral perineal : sedikit kotor

- Hubungan dgn vulva-betina :

Alat Perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis)

Jantan Betina

- Perhatikan preputium : - Lakukan inspeksi & palpasi

- Perhatikan penis : - Mukosa vagina : rose, tidak ada


perlukaan

- Keluarkan glans penis - Perhatikan kelenjar mamae

- Besar : - Besar : tidak ada kelainan

- Bentuk : - Letak : simetris

- Sensitivitas : - Bentuk : normal, tidak ada kelainan

- Warna : - Kesimetrisan : simetris

- Kebersihan : - Konsistensi kelenjar : kenyal

- Scrotum : - Palpasi rektal :

- Urethra :

3.6. Alat Gerak

Inspeksi Palpasi

- Perototan kaki depan : simetris - Struktur pertulangan : tegas

- Perototan kaki belakang : simetris - Kaki kiri depan : kokoh dan simetris

- Spasmus otot : tidak ada - Kaki kanan depan : kokoh dan simetris

- Tremor : tidak ada - Kaki kiri belakang : kokoh dan simetris

- Sudut persendian : tidak ada perubahan - Kaki kanan belakang : kokoh dan simetris
- Cara bergerak - berjalan : Koordinatif - Konsistensi pertulangan : kompak, tidak ada
rasa

- Cara bergerak - berlari : Koordinatif - Reaksi saat palpasi : tidak ada

- Letak reaksi sakit : tidak ada

- Panjang kaki depan ka / ki : simetris

- Panjang kaki blk ka / ki : simetris

Palpasi - Identifikasi kondisi dermatologi ekstremitas


bawah
Limfoglandula poplitea

- Ukuran : tidak ada perubahan

- Konsistensi : kenyal

- Lobulasi : tidak ada perlekatan

- Perlekatan/pertautan : tidak ada

- Panas : sama dengan suhu tubuh

- Kesimetrisan ka / ki : simetris

Kestabilan pelvis

- Konformasi : tegas

- Kesimetrisan : simetris * Catatan:


1. Palpasi anorektal dengan jari diperlukan
- Tuber ishii : tidak ada kelainan pada anjing yang lebih besar untuk menilai
kestabilan pelvis
- Tuber coxae : tidak ada kelainan 2. Penekanan jari pada columna vertebralis
harus meluas dari persendian
thoracolumbar melalui segmen lumbosacral
untuk mendeteksi
ketidakenakan atau keterbatasan pergerakan

DIAGNOSA KLINIS Sehat

DIFFERENSIAL DIAGNOSA

PEMERIKSAAN LANJUTAN
PROGNOSA

TERAPI/TINDAKAN Ovariohisterektomi

Mahasiswa PPDH,
Dosen Bedah

Shafa Adela Putri SKH


(……………………………………….)
B9404231068 NIP
Bedah dan Radiologi
FKH 512 Tanggal Pelaksanaan 22/09/2023

Bidang Bedah dan Radiologi

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PPDH


BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI

KASTRASI

Disusun oleh:
Muhammad Emir Kusuma W, SKH B9404231014

Inayati Ilmi, SKH B9404231055

Shafa Adela Putri, SKH B9404231068

Kelompok C PPDH SKHB IPB Periode I Tahun 2023/2024

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2023
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kucing merupakan hewan peliharaan yang sangat umum ditemui dilingkungan
sekitar. Namun, tidak semua individu kucing menjadi hewan peliharaan.
Kekhawatiran atas kepadatan populasi kucing domestik liar adalah masalah global
yang terkait dengan kesejahteraan kucing dan risiko terhadap kesehatan masyarakat
(zoonosis) (Flockhart dan Coe 2018). Penangkapan, sterilisasi dan pelepasan kembali
(trap neuter release/ TNR) digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
masalah tersebut. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi ukuran populasi dengan
mengurangi tingkat pertumbuhan dan reproduksi (Kreisler et. al 2019).
Pengebirian atau kastrasi/orchiectomy pada kucing jantan adalah suatu tindakan
pembedahan dibawah anestesi umum untuk mengangkat (menghilangkan) testis dan
spermaticord dengan tujuan menghasilkan sterilisasi (Aryanti dan Romadhiyati
2021). Pada kasus ini, kastrasi yang dilakukan yaitu metode kastrasi terbuka dengan
ligasi benang. Hal ini dikarenakan tidak perlu dilakukannya penjahitan pada kulit
skrotum dan dilakukan ligasi menggunakan benang catgut kromik pada pembuluh
darah dan vas deferens agar memastikan terikat dengan baik sesuai lage artist dan
luka sayatan pada skrotum dibiarkan terbuka sehingga luka cepat kering dan
persembuhannya dapat lebih cepat.

1.2 Tujuan
Tindakan operasi bertujuan melatih keterampilan mahasiswa Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) dalam melakukan teknik operasi kastrasi pada kucing.

DEFINISI KASUS

2.1 Anamnesis
Seekor kucing ras Domestic Short Hair bernama Jack, merupakan kucing stray
jantan berusia <1 tahun di temukan di AHN yang kemudian di bawa ke RSHP IPB
untuk dilakukan kastrasi. Secara umum jack mudah beradaptasi dengan lingkungan
baru.

Gambar 1. Kucing Jack

2.2 Sinyalemen
Nama : Jack
Jenis hewan : Kucing
Ras/breed : Domestic short hair (DSH)
Warna rambut : Hitam
Jenis kelamin : Jantan
Umur : <1 tahun
Berat badan : 2,8 kg
Tanda Khusus :-

2.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu syarat penting sebelum dilakukannya
operasi. Hewan yang sehat dapat mengurangi risiko adanya komplikasi atau infeksi
sekunder pada pascaoperasi. Hewan dengan fisik yang abnormal dapat menunjukkan
adanya suatu kondisi penyakit. Pemeriksaan fisik lengkap kucing Jack dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Perawatan : Baik
Habitus : Baik
Gizi : Baik
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri tegak dengan keempat kaki
Suhu tubuh : 38.2 oC
Frekuensi nadi : 84 kali/menit
Frekuensi napas : 32 kali/menit

METODE

4.1 Waktu dan Tempat


Operasi dilaksanakan pada hari Jumat, 21 September 2023 pukul 11.45 sampai
12.30 WIB di ruang operasi Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Sekolah Kedokteran
Hewan dan Biomedis, Institut Pertanian Bogor.

4.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam operasi meliputi satu set alat bedah minor (bak
instrumen no.1 (1), towel clamp (4), scalpel handle no. 3 (1), scalpel handle no. 4
(1), rat tooth tissue forceps (1), dressing thumb tissue forceps (2), straight sharp-
sharp mayo scissor (1), straight sharp-blunt mayo scissor (1), straight blunt-blunt
mayo scissor (1), curved sharp-sharp mayo scissor (1), curved sharp-blunt mayo
scissor (1), curved blunt-blunt mayo scissor (1), straight thumb kelly hemostat (4),
curved thumb kelly hemostat (2), straight rat tooth kelly hemostat (2), curved rat
tooth kelly hemostat (2), needle holder (1), straight rat tooth allis forceps (1), dan
verban scissor (1)), spay hook, dua set perlengkapan operator, underpad, heating
pad, stetoskop, termometer, clipper, infusion set, IV cath 24G, blade no 10, kain duk,
mangkok stainless steel, lampu bedah, meja bedah, sumbu kompor (tali), syringe 1
ml, dan syringe 3 ml.
Bahan yang digunakan dalam operasi ini meliputi benang catgut chromic
ukuran 3/0, tampon persegi, tampon bulat kecil, kapas alkohol, kapas kering, kasa
steril, alkohol 70%, chlorhexidine 4% (Scrub®), povidone iodine, atropin sulfat
0.025%, ketamine 10% (Ketamil®), xylazine 2% (Xyla®), penicillin, salep mata
Erlamycetin®, Amoxicillin (Intramox-150 LA®), salep gentamicin (Genoint®),
Bioplacenton®, vitamin injeksi (Biosan®), NaCl 0,9%, Meloxicam, sirup cefadroxil
(Lostacef®).

4.3 Prosedur Operasi


3.1.1 Pre-Operasi
a. Preparasi Ruang Operasi dan Peralatan
Preparasi diawali dengan membersihkan dan mendesinfeksi ruang
operasi, meja bedah, serta perlengkapan lainnya. Alat-alat bedah dicuci hingga
bersih, dibilas, dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam bak instrumen. Bak
instrumen yang berisi peralatan bedah disterilisasi dengan autoclave selama
15 menit pada suhu 121 ℃. Perlengkapan operator dan asisten operator berupa
baju bedah, handuk, sikat, gloves, masker, hair cap serta peralatan bedah yang
telah disterilisasi kemudian dibungkus dengan dua lapis kain penutup
kemudian disterilisasi kembali selama 20 menit pada suhu 70 ℃.
b. Persiapan Hewan
Kondisi hewan diperiksa secara lengkap dan dipuasakan selama 8-12
jam sebelum hewan dioperasi. Keadaan umum berupa heart rate (HR),
respiratory rate (RR), capillary refill time (CRT), turgor kulit, dan temperatur
tubuh hewan juga diperiksa untuk memastikan bahwa keadaan hewan siap
untuk dioperasi. Selanjutnya, hewan diberikan premedikasi berupa atropin
sulfat secara subkutan dan ditunggu selama 15 menit untuk kemudian
diinduksi anestesi kombinasi ketamine dan xylazine secara intramuskular.
Setelah hewan teranestesi, rambut di sekitar area operasi dicukur dan
didesinfeksi menggunakan chlorhexidine 4%, alkohol 70% dan povidone
iodine lalu hewan dibawa ke meja operasi.
c. Persiapan Operator dan Asisten
Persiapan operator dan asisten operator diawali dengan mencuci
tangan lalu memakai hair cap dan masker. Selanjutnya operator dan asisten
operator mencuci tangan kembali hingga bersih dengan menggunakan sabun
dan sikat mulai dari ujung jari hingga ke bagian siku. Kemudian tangan dibilas
dengan air mengalir sebanyak 10 kali lalu dikeringkan menggunakan handuk
mulai dari atas tangan hingga ke bagian siku. Operator dan asisten operator
kemudian memakai baju operasi dan gloves.
d. Persiapan Obat-obatan
Sediaan obat-obatan yang digunakan pada pre-operasi dan operasi ini
di antaranya adalah premedikasi atropin sulfat (SC), anestesi ketamine-
xylazine (IM), dan antibiotik penisilin (topikal).

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pre Operasi


Tindakan pre-operasi dilakukan untuk mempreparasi hewan sehingga hewan
siap untuk dilakukan operasi. Hasil pemeriksaan suhu tubuh dan denyut kucing Jack
masih pada rentang normal yaitu 38.2 ℃ dan 140 x/menit. Frekuensi pernafasan,
CRT, turgor, mukosa, limfonodus, dan rongga mulut pada kucing Jack juga dalam
kondisi yang normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan menunjukkan bahwa kucing
Jack dalam keadaan sehat dan siap untuk dilakukan kastrasi.

5.2 Operasi
Tindakan kastrasi pada kucing jantan merupakan metode yang efektif untuk
mengontrol populasi kucing. Tindakan ini dilakukan dengan mengambil bagian testis
pada kucing. Terdapat dua metode kastrasi yang dapat digunakan yaitu metode
terbuka dan metode tertutup. Pada kasus ini, kastrasi yang dilakukan yaitu metode
kastrasi terbuka dengan autoligasi. Hal ini dikarenakan tidak perlu dilakukannya
penjahitan pada kulit skrotum dan luka sayatan dibiarkan terbuka sehingga luka cepat
kering dan persembuhannya dapat lebih cepat (Rahmiati et al. 2020).
Sebelum dilakukan tindakan operasi, kucing diberikan premedikasi dan anestesi
terlebih dahulu. Salah satu obat anestesi yang paling sering digunakan pada kastrasi
kucing adalah kombinasi obat ketamine, xylazine, dan atropin. Kombinasi ini
digunakan karena memiliki sifat yang saling melengkapi antara efek analgesik dan
relaksasi otot serta sangat baik dan efektif karena memiliki rentang keamanan yang
lebar (Gaol et al. 2016). Pemberian premedikasi atropin sulfat sebelum anestesi yaitu
untuk mengurangi sekresi air liur dan sekresi bronkus, meringankan peristaltik sistem
pencernaan serta menghentikan refleks muntah (Robaj et al. 2014). Setelah 15 menit
dari injeksi atropin sulfat, kucing diinjeksi menggunakan kombinasi ketamine dan
xylazine secara intramuskular. Ketamine memiliki onset of action yang cepat dan
memberikan efek analgesik yang kuat pada sistem saraf pusat, tetapi penggunaan
secara tunggal dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri. Ketamine
meningkatkan tekanan darah sistol dan diastol kira-kira 20-25% karena adanya
peningkatan aktivitas saraf simpatik dan depresi baroreseptor serta menyebabkan
terjadinya peningkatan denyut jantung. Penggunaan xylazine dapat mengurangi
sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan
ketamine. Kombinasi ketamine dan xylazine diberikan karena dapat meningkatkan
relaksasi otot, mencegah terjadi kejang dan untuk memperpanjang durasi efek
anestesi (Gebremedhin et al. 2018).
Tabel 1 Monitoring pembiusan hewan (Jack)

Waktu HR RR Suhu (°C) CRT (detik) Mukosa


(menit) (x/menit) (x/menit)

0 162 28 38.0 <3 Pink

15 158 27 37.8 <3 Pink


30 172 31 38.3 <3 Pink

45 168 32 37.7 <3 Pink


60 172 32 38.0 <3 Pink

75 160 36 38.2 <3 Pink


90 154 26 37.9 <3 Pink

Frekuensi detak jantung (HR) hewan meningkat setelah pemberian anestesi


kemudian menurun kembali pada menit ke-15 (158x/menit). Frekuensi detak jantung
(HR) hewan meningkat kembali di menit ke-30 dan stabil hingga hewan terbangun.
Frekuensi napas (RR), CRT, dan mukosa hewan selama pembiusan secara umum
stabil masih berada pada rentang batas aman. Operasi berlangsung sekitar 30 menit
dengan pemberian sediaan maintenance 1 kali hingga operasi selesai. Monitoring
anestesi dilanjutkan hingga hewan terbangun yaitu pada menit ke-90. Grafik dinamika
frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernapasan ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik heart rate (HR) dan respiration rate (RR) kucing Jack selama
pembiusan.

Suhu tubuh hewan mengalami penurunan setelah induksi anestesi hingga 15


menit pasca induksi. Kenaikan suhu terjadi pada menit ke 20 yaitu mencapai 38.0 °C.
Hal ini dikarenakan pada kucing pemberian anestesi dapat menyebabkan efek
hipotermia (suhu tubuh turun) dengan penurunan suhu tubuh rata-rata 1,6 °C setelah
pemberian. Efek ketamin pada sistem pada sistem kardiovaskuler meliputi
peningkatan curah jantung, denyut jantung, tekanan aorta dan arteri pulmonalis dan
peningkatan vena sentral (Plumb 2015). Penurunan suhu tubuh dapat diantisipasi
dengan menggunakan heating pad selama berjalannya prosedur operasi. Grafik
dinamika suhu tubuh ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik suhu tubuh kucing Jack selama pembiusan

5.3 Monitoring
Monitoring post-operasi kucing Jack dilakukan selama 7 hari. Terapi yang
diberikan yaitu pemberian injeksi Tolfedine® pada sore hari di hari pertama dan pagi
hari di hari ke dua. Pemberian Tolfedine® (tolfenamic acid) berfungsi sebagai anti-
inflamasi non-steroid. Tolfenamic acid memiliki sifat anti-inflamasi, analgesik dan
antipiretik (Krause dan Tecke 2010). Antibiotik Cefadroxil (Lostacef®) diberikan
secara oral sebanyak satu kali sehari. Pemberian Cefadroxil dikarenakan obat ini
merupakan antibiotik spektrum aksi luas golongan sefalosporin yang mempunyai
aktivitas bakterisidal dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.

5.4 Post Operasi


Pengobatan post operasi dilakukan dengan memberikan cefadroxil (Lostacef®),
imboost® secara oral, Hematodin® dan Biodin® secara IM. Cefadroxil diberikan
sebanyak dua kali sehari dengan dosis 1 mL/kg berat badan, sedangkan imboost®
diberikan 1 mL/hari/ekor. Cefadroxil merupakan antibiotik berspektrum luas yang
berfungsi untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri karena memiliki aktivitas
bakterisida. Imboost® merupakan immunomodulator yang digunakan untuk
memperbaiki daya tahan tubuh kucing dan digunakan sebagai terapi suportif
(Rukmini et al. 2022). Pada saat operasi diteteskan antibiotik Penicillin 50.000 IU
pada daerah sayatan sesuai dengan dosis, pemberian untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder. Pemberian salep Genoint® dan perubalsem dilakukan pada luka
insisi setelah operasi selesai. Salep Genoint® mengandung gentamisin yang
merupakan obat antibiotik golongan aminoglikosida, efektif diberikan untuk infeksi
bakteri basil gram negatif yang bersifat aerob dan digunakan dalam penyembuhan
luka (Maan et al. 2020). Perubalsem berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke
area luka, membantu melawan bakteri serta mengurangi peradangan. Sedangkan
pemberian multivitamin Hematodin® dan Biodin® secara intramuskular bertujuan
untuk membantu proses regenerasi sel darah merah serta meningkatkan energi hewan
post operasi.

Gambar 4 Jahitan luka 3 hari setelah operasi

Proses penyembuhan luka jahitan terlihat baik dan luka jahitan sudah mulai
mengering sejak hari kedua post operatif. Pada hari ke-5 post operasi luka jahitan
sudah benar-benar kering tetapi terlihat adanya kenaikan suhu tubuh dan kucing
mengalami diare.

SIMPULAN

6.1 Simpulan
Kastrasi merupakan teknik menghilangkan fungsi testis yang berfungsi untuk
menghasilkan sperma yang bertujuan untuk mengendalikan populasi kucing. Metode
kastrasi yang digunakan yaitu ligasi benang terbuka.

6.2 Saran
Perlunya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk lebih mengetahui kondisi
kucing agar mencegah terjadinya kesalahan dalam menentukan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti F, Romadhiyati F, 2021. Penyembuhan luka pasca kastrasi pada kucing jantan dengan
menggunakan sediaan propolis cair. Jurnal AgroSainTa. 5(1):1-8.
Flockhart DTT and Coel JB. 2018. Multistate matrix population model to assess the
contributions and impacts on population abundance of domestic cats in urban areas
including owned cats, unowned cats, and cats in shelters. PLOS ONE. 13(2): 1-34.
Gaol RL, Sudisma IG, Ardana IB, Sudimartini LM. 2016. Gambaran darah anjing yang
diinjeksi xilasin-ketamin secara subkutan. Buletin Veteriner Udayana. 8(1):99-105.
Gebremedhin Y, Negash G, Fantay H. 2018. Clinical evaluation of anaesthetic combinations
of xylazine-ketamine, diazepam-ketamine and acepromazine-ketamine in dogs of local
breed in Mekelle, Ethiopia. SOJ Veterinary Science. 4(2):1-9.
Krause M, Tecke S. 2010. Clinical application of tolfenamic acid (Tolfedine®) in dogs and
cats. Kleintierpraxis. 55(9):484-489
Kreisler RE, Cornell HNand Levy JK. 2019. Decrease in Population and Increase in Welfare
of Community Cats in a Twenty-Three Year Trap-Neuter-Return Program in Key
Largo, FL: The ORCAT Program. Front. Vet. Sci. 6(7): 2-14.
Maan J, Sasputra I, Wungouw H. 2020. Perbandingan efektivitas pemberian ekstrak rimpang
kunyit (Curcuma domestica Val) dan salep gentamisin terhadap penyembuhan luka
sayat kulit mencit (Mus musculus). Cendana Medical Journal. 8(2):147-155.
Plumb DC. 2015. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 8th ed. Iowa: Blackwell Publishing.
Rahmiati DU, Wismandanu O, Anggaeni TK. 2020. Kontrol populasi dengan kegiatan
sterilisasi kucing liar di lingkungan UNPAD. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat.
9(2):114-116.
Robaj A, Hamidi A, Sylejmani D, Postoli R, Gjino P. 2014. Effects of atropine sulfate prior to
usage of pre anesthetic and anesthetics in dogs. Journal of International Scientific
Publications. 2: 222-226.
Rukmini NWA, Suartha IN, Batan IW. Laporan kasus: peradangan kantung kemih dan
kristalisasi kalsium oksalat air kemih. Indonesia Medicus Veterinus. 11(6): 876-885.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Hewan


1. Signalement hewan 2. Anamnesis 3. Status Present
3.1. Keadaan Umum
Nama : Jack Seekor kucing ras
Domestic Short Hair
Jenis hewan / spesies* : Kucing bernama Jack, merupakan Perawatan : cukup
kucing stray jantan berusia
<1 tahun di temukan di
Ras / Breed : DSH AHN yang kemudian di Habitus / tingkah laku : Baik
bawa ke RSHP IPB untuk
dilakukan kastrasi. Secara
Warna bulu & kulit : Hitam Pertumbuhan badan : sedang
umum jack mudah
beradaptasi dengan
Jenis kelamin : Jantan lingkungan baru. Sikap berdiri : berdiri tegak dengan
keempat kaki

Umur : 1 tahun o
Suhu tubuh : 38 C

Berat badan : 2,8 kg Frekuensi nadi : 144 x / menit

Tanda khusus :- Frekuensi nafas : 60 x / menit

3. Status Present
3.2. Adaptasi Lingkungan : Baik/buruk

3.3. Kepala & Leher


Inspeksi

- Ekspresi wajah : tenang

- Pertulangan kepala : tegak, simetris

- Posisi tegak telinga : tegak keduanya

- Posisi kepala : tegak

Palpasi

Mata dan orbita kiri Mata dan orbita kanan

- Palpebrae : membuka-menutup sempurna - Palpebrae : membuka-menutup


sempurna

- Cilia : keluar sempurna - Cilia : keluar sempurna


- Konjunktiva : rose, tidak ada perlekatan - Konjunktiva : rose, tidak ada perlekatan

- Membrana nictitans : tersembunyi - Membrana nictitans : sembunyi

Bola mata kiri Bola mata kanan

- Sklera : bening-putih - Sklera : bening-putih

- Cornea : bening - Cornea : bening

- Iris : tidak ada perlekatan, kuning - Iris : tidak ada perlekatan, kuning

- Limbus : datar - Limbus : datar

- Pupil : tidak ada perlekatan, hitam - Pupil : tidak ada perlekatan, hitam

- Reflex pupil : ada - Reflex pupil : ada

- Vasa injectio : tidak ada - Vasa injectio : tidak ada

Hidung & sinus-sinus :

Mulut & rongga mulut Telinga

- Rusak / luka bibir : tidak ada - Posisi : tegak, simetris

- Mukosa : rose - Bau : tidak berbau

- Gigi geligi : - Pernukaan : kasar

- Lidah : kasar - Krepitasi : tidak ada

- Reflek panggilan : ada

Leher

- Perototan :

- Trachea :

- Esofagus :

3.4. Thorak : 3.4.1. Sistem Pernafasan

Inspeksi Perkusi
- Bentuk rongga thorax : simetris - Lapangan paru-paru : tidak ada perubahan

- Type pernafasan : costo abdominalis - Gema perkusi : nyaring

- Ritme : teratur

- Intensitas : dangkal, cepat Auskultasi

- Frekuensi : 60 x / menit - Suara pernafasan :

- Suara ikutan : tidak ada

Palpasi - Antara ins & ekspirasi :

- Penekanan rongga thorax : tidak ada rasa sakit

- Palpasi intercostal : tidak ada batuk

3.4. Thorak: 3.4.2. Sistem Peredaran Darah

Inspeksi A u s k u l t a s I (lanjutan) :

- Ictus cordis : tidak ada - Frekuensi : 144 x / menit

- Intensitas : kuat

Perkusi - Ritme : teratur

- Lapangan jantung : tidak ada kelainan - Suara sistolik & diastolik : jelas

- Ekstrasistolik : tidak ada

- Lapangan jantung : tida ada kelainan

- Sinkron pulsus & jantung : sinkron

3.5. Abdomen dan Organ Pencernaan yang Berkaitan

Inspeksi P a l p a s i ( profundal hewan kecil)

- Besarnya : tidak ada kelainan - Epigastrikus : tidak ada rasa sakit

- Bentuknya : tidak ada kelainan - Mesogastrikus : tidak ada rasa sakit

- Legok lapar : tidak ada kelanan - Hypogastrikus : tidak ada rasa sakit

- Suara peristaltik lambung : terdengar - Isi usus halus : tidak teraba

- Isi usus besar : teraba

Auskultasi Anus
Auskultasi - Sekitar anus : sedikit kotor

Hewan Kecil - Refleks sphincter ani : ada

- Peristaltik usus : - Glandula perianalis - anjing :

- Pembesaran kolon - kucing : tidak ada

- Kebersihan daeral perineal : sedikit kotor

- Hubungan dgn vulva-betina :

Alat Perkemihan dan Kelamin (Urogenitalis)

Jantan Betina

- Perhatikan preputium : ada - Lakukan inspeksi & palpasi

- Perhatikan penis : ada - Mukosa vagina :

- Keluarkan glans penis : ada - Perhatikan kelenjar mamae

- Besar : ada - Besar :

- Bentuk : simetris - Letak :

- Sensitivitas : sensitif - Bentuk :

- Warna : hitam - Kesimetrisan :

- Kebersihan : bersih - Konsistensi kelenjar :

- Scrotum : ada - Palpasi rektal :

- Urethra :

3.6. Alat Gerak

Inspeksi Palpasi

- Perototan kaki depan : simetris - Struktur pertulangan : tegas

- Perototan kaki belakang : simetris - Kaki kiri depan : kokoh dan simetris

- Spasmus otot : tidak ada - Kaki kanan depan : kokoh dan simetris

- Tremor : tidak ada - Kaki kiri belakang : kokoh dan simetris

- Sudut persendian : tidak ada perubahan - Kaki kanan belakang : kokoh dan simetris
- Cara bergerak - berjalan : Koordinatif - Konsistensi pertulangan : kompak, tidak ada
rasa

- Cara bergerak - berlari : Koordinatif - Reaksi saat palpasi : tidak ada

- Letak reaksi sakit : tidak ada

- Panjang kaki depan ka / ki : simetris

- Panjang kaki blk ka / ki : simetris

Palpasi - Identifikasi kondisi dermatologi ekstremitas


bawah
Limfoglandula poplitea

- Ukuran : tidak ada perubahan

- Konsistensi : kenyal

- Lobulasi : tidak ada perlekatan

- Perlekatan/pertautan : tidak ada

- Panas : sama dengan suhu tubuh

- Kesimetrisan ka / ki : simetris

Kestabilan pelvis

- Konformasi : tegas

- Kesimetrisan : simetris * Catatan:


1. Palpasi anorektal dengan jari diperlukan
- Tuber ishii : tidak ada kelainan pada anjing yang lebih besar untuk menilai
kestabilan pelvis
- Tuber coxae : tidak ada kelainan 2. Penekanan jari pada columna vertebralis
harus meluas dari persendian
thoracolumbar melalui segmen lumbosacral
untuk mendeteksi
ketidakenakan atau keterbatasan pergerakan

DIAGNOSA KLINIS Sehat

DIFFERENSIAL DIAGNOSA

PEMERIKSAAN LANJUTAN
PROGNOSA

TERAPI/TINDAKAN Kastrasi

Mahasiswa PPDH,
Dosen Bedah

Muhammad Emir Kusuma Wardhana SKH


( ……………………………………….)
B9404231014 NIP

Anda mungkin juga menyukai