Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BEDAH OPERASI

HERNIA UMBILIKALIS PADA PEDET

Disusun oleh :

Kelompok H PPDH Semester I Tahun 2019/2020

Hanif Nur Fadhli, SKH B94192079 Operator


Khavivaarddhiini B, SKH B94198009 Asisten Monitoring
Annisa Zikriatin Nafilah, SKH B94192073 Asisten Anastesi
Desi Khairunissa R, SKH B94192094 Asisten Kotor

Pembimbing

Drh. Riki Siswandi, M.Si, PhD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hernia adalah penonjolan (protusio) abnormal organ, sebagian organ atau
jaringan ke dalam rongga abdomen melalui sesuatu celah alami dari individu tersebut
atau lubang abnormal yang terjadi pada dinding abdomen atau diafragma
(Krishnamurthy 1995). Hernia umbilikalis adalah kegagalan cincin umbilicus pada
peritoneum untuk menutup sempurna sehingga terjadi penonjolan omentum, organ
atau sebagian organ abdomen melalui cincin umbilikalis yang terbuka (Baird 2008).
Umbilikal terdiri dari urachal, vena umbilikalis dan arteri umbilikalis. Urachal
merupakan sebuah saluran yang menghubungkan kantung kemih fetus dan kantung
plasenta. Ketiga struktus ini biasanya akan berubah bentuk setelah partus yaitu
menjadi bagian vestigial kantung kemih, ligamentum hati dan ligamentum lateral
kantung kemih. Jika struktur-struktur ini terbuka pada bagian dalam abdomen maka
usus menonjol keluar melalui lubang tersebut sehingga terjadi hernia umbilikalis.
Hernia umbilikalis adalah cacat lahir yang paling umum pada anak sapi dan umum
terjadi pada ras Friesian Holstein (ACVS 2020).
Infeksi (abses subkutan atau dalam sisa-sisa umbilikal), herniasi (nonstrangulasi
atau strangulasi), atau kombinasi infeksi dan herniasi adalah masalah utama yang
terkait dengan umbilikal di pedet. Kejadian ini biasanya menyebabkan pembesaran
umbilikal, oleh karena itu massa umbilikal tidak selalu identik dengan hernia
umbilikalis. Infeksi umbilikal sering terjadi pada periode neonatal akibat kontaminasi
lingkungan, tetapi umbilikal juga dapat diinfeksi oleh bakteri yang umum
menyebabkan septicemia/ bakterimia. Isolat bakteri yang umum menginfeksi
umbilikal pada anak sapi adalah Arcanobacterium pyogenes dan Escherichia coli.
Hernia umbilikalis terbagi menjadi lima yaitu hernia umbilikalis tanpa komplikasi,
hernia umbilikalis dengan infeksi subkutan/abses, hernia umbilikalis dengan infeksi
sisa umbilikal, abses umbilikal/omphalitis kronis, dan kista/ruptur urachal. Kasus
hernia umbilikalis termasuk kasus ringan dan mudah diatasi dengan pembedahan,
tergantung apakah terdapat infeksi sekunder atau tidak (Fubini dan Ducharme 2004).

Tujuan
Tujuan dari operasi ini adalah mempelajari kasus hernia umbilikalis pada pedet
dan tindakan bedah yang diperlukan untuk mengatasinya, serta mampu melakukan
keseluruhan prosedur bedah termasuk dalam persiapan preoperasi, operasi, dan
postoperasi dengan baik dan benar.

METODE

Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan operasi dilaksanakan pada hari Jum’at, 28 Februari 2020 pukul 07.00
– 11.30 di Ruang Operasi Bedah Hewan Besar, Rumah Sakit Hewan Pendidikan,
Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan


Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu xylazine 2%, isofluran, Fortis
(Flunixin meglumin), Vet-oxy SB, penicillin, alkohol 70%, iodine tincture, Nacl
0,9%, aquades, gel hipoalergenik dan sabun.
Alat-alat yang digunakan antara lain termometer, stetoskop, timbangan berat
badan untuk ruminansia kecil, alat pencukur rambut (clipper), endotracheal tube D
12mm khusus hewan besar, laryngoscope, syringe 1mL, syringe 3mL, syringe 5mL,
syringe 10 mL, baju bedah, gloves (sarung tangan latex), handuk tangan, sikat,
penutup kepala, masker, duk, kauter, peralatan bedah minor (4 buah towel clamp, 1
buah gagang scalpel, 1 buah rat tooth tissue forcep, 1 buah dressing tumb tissue
forcep, 1 buah straight sharp/sharp scissors, 1 buah straight sharp/blund scissors, 1
buah straight blund/blund scissors,1 buah curved sharp/sharp scissors, 1 buah curved
sharp/blund scissors, 1 buah curved blund/blund scissors, 4 buah straight dressing
tumb hemostat forceps, 2 buah straight rat tooth hemostat forceps, 2 buah curved
dressing tumb hemostat forceps,1 buah curved rat tooth hemostat forceps, 1 buah
needle holder, dan lister bandage scissors), benang jahit silk ukuran 1/0, benang jahit
chromic catgut ukuran 1/0, tampon, kasa steril, kapas kering, leukoplast, mikrophore,
iv catheter 18 G, selang infus, set tabung oksigen, electro surgery unit, patient
monitoring, dan alat anastesi inhalasi RWD Tipe R620-S1.

Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah dibutuhkan untuk mendeteksi adanya infeksi melalui
perhitungan sel darah putih (ACVS 2020). Alat dan bahan yang akan digunakan
dalam pemeriksaan darah dipersiapkan. Pengambilan darah pada pedet dilakukan
melalui vena jugularis yang terdapat pada lateral leher. Salah satu tangan digunakan
untuk membendung pembuluh darah pada bagian caudal leher. Pembuluh darah yang
sudah terfiksasi diusap dengan kapas alkohol secara searah yang akan menyebabkan
vasodilatasi pada pembuluh darah sekitar sehingga pengambilan darah lebih mudah
dilakukan. Pengambilan darah dilakukan menggunakan syringe 3 mL dan needle 18G.
Darah yang sudah diambil dimasukkan ke vacutainer yang berisi EDTA
(Ethylenediaminetetraacetic acid) kemudian dihomogenkan dengan cara memutar
seperti angka 8. Tabung vacutainer dibawa ke Laboratorium Diagnostik Klinik RSHP
FKH-IPB untuk diperiksa secara langsung menggunakan mesin hematologi dan kimia
darah.

Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) dibutuhkan untuk mendeteksi
adanya infeksi dan keparahannya (ACVS 2020). Alat dan bahan yang digunakan
untuk pemeriksaan USG dipersiapkan. Sebelum di USG, bagian yang akan diperiksa
harus dibersihkan dan dicukur. setelah dicukur, oleskan gel pada bagian yang akan
diperiksa. Siapkan alat USG, atur probe, frekuensi, deep dan fokus yang akan
digunakan. Atur posisi probe untuk dapat mengamati bagian yang diinginkan.

Pre-Operasi
Preparasi Ruang Operasi
Operasi dilakukan di Ruang Bedah Hewan Besar RSHP FKH IPB. Ruang operasi
yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dengan disapu supaya
terbebas dari debu, kemudian disterilkan dengan desinfektan (Virkon S).
Perlengkapan pada ruang operasi meliputi lampu, tiang infus, meja alat, meja operasi,
patient monitoring, electrocauter dan meja obat-obatan.

Persiapan Alat
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba
yang terdapat pada alat-alat bedah agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada
pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba patogen. Seluruh
peralatan bedah minor dimasukkan ke dalam wadah stainless steel sesuai dengan
urutan (yang terakhir dipakai sampai yang pertama kali dipakai) dan di sterilisasi
basah dengan menggunakan autoclave bersuhu 115oC selama 30 menit. Setelah
disterilisasi basah, alat bedah dibungkus dengan menggunakan dua lapis kain. Kain
pertama dibentangkan lalu wadah diposisikan di tengah kain dengan posisi sejajar
dengan kain yang berbentuk persegi. Sisi kain yang terdekat dengan tubuh dilipat
hingga menutupi wadah dan ujung lainnya yang bersebrangan dilipat ke arah
mendekati tubuh, dilanjutkan dengan sisi kanan dan sisi kiri. Setelah itu, kain kedua
dibentangkan dengan posisi diagonal terhadap wadah dan wadah diletakkan di bagian
tengah. Kemudian, ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi
wadah, dilanjutkan dengan sisi kanan dan kiri. Selanjutnya, bagian kain yang paling
jauh dari tubuh dilipat menutupi wadah dengan ujung kain mengarah ke luar.
Peralatan yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven bersuhu 60 oC untuk
sterilisasi kering.
Alat operasi lain yang digunakan selama operasi seperti alat monitoring pasien,
electro surgery unit dan anastesi inhalasi. Berikut persiapan alat penunjang operasi
lainnya.
a. Alat monitoring pasien
Tipe alat monitoring pasien yang digunakan adalah Purescope IP-4050.
Perameter yang dapat diamati adalah saturasi oksigen, aktifitas kelistrikan jantung,
frekuensi nafas dan temperatur tubuh. Terdapat kabel penghubung dari tubuh pasien
ke alat. Pada ujung kabel terdapat penjepit berwarna merah (kaki kanan depan),
kuning (kaki kiri depaa), hijau (kaki kanan belakang), hitam (kaki kiri belakang) dan
abu-abu (saturasi oksigen, dilidah atau ekor). Pastikan kabel dan alat monitoring
pasien berfungsi sebelum digunakan untuk penunjang operasi.
b. Electro surgical unit
Tipe electro surgery unit (ESU) yang digunakan adalah Zeus 200. Terdapat dua
mode dalam penggunaan yaitu monopolar dan bipolar. Penggunaan monopolar
umumnya digunakan saat bedah mayor terutama untuk pemotongan (cutting). Pada
mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda
pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi
yang akan dibedah. Sebelum menggunakan alat ini harus diatur frekuensi yang
digunakan, pada operasi ini digunakan frekuensi 40 Watt. Penggunaan ESU pada
operasi dapat digunakan untuk memotong (cutting), tombol kuning, atau
membekukan (coagulation), tombol biru.
c. Alat anastesi inhalasi
Tipe alat anastesi inhalasi yang digunakan adalah RWD R620-S1dan ventilator
untuk hewan besar. Sebelum digunakan alat ini harus dihubungkan dengan tabung
oksigen dan diisi cairan anastesi. Atur jumlah oksigen yang keluar sesuai dengan
kebutuhan anastesi pasien.

Persiapan Obat-obatan
Obatan-obatan yang digunakan selama operasi hernia umbilikalis pada pedet
adalah alkohol 70%, povidone iodine, xylazin 2%, isofluran, penisilin 50000 IU/ml,
perubalsem, dan infus berupa NaCl 0.9%.

Perhitungan Anastesi
Premedikasi :Xylazine (konsentrasi 20 mg/mL), dosis 0,1 mL/kg
(Fubini dan Ducharme 2004).
BBxDosis 78 kg x 0,1 mg/kg
Volume pemberian: = = 0,39
Konsentrasi 20 mg/ml
mL
Anastesi : Isofluran (konsentrasi 5%)
Maintenance : Isofluran (konsentrasi 1,5-3%)

Preparasi Hewan
Hewan dilakukan pemeriksaan anamnese, signalement, dan status present untuk
mengetahui apakah hewan layak untuk dioperasi. Pemeriksaan fisik diperlukan untuk
mengetahui kondisi terkini hewan. Abe merupakan pedet yang dimiliki oleh Pak Deden di
Parung. Pada bagian umbilikal terlihat suatu massa yang keluar dari bagian umbilikal
tetapi masih di bawah kulit. Berikut sinyalement dan status present pedet Abe:

Signalement
Nama : Abe
Jenis Hewan : Sapi
Ras/breed : Friesian Holstein
Warna bulu : Hitam putih
Jenis kelamin : jantan
Umur : 4 bulan
Berat badan : 78 kg
Tanda khusus :-

Status Present
Perawatan : baik
Habitus : tulang punggung lurus
Gizi : baik
Pertumbuhan badan : baik
Sikap berdiri : bertumpu pada keempat kaki
Suhu tubuh : 37,7
Frekuensi jantung : 164 x/menit
Frekuensi napas : 48 x/menit
Pemeriksaan fisik lengkap akan dilampirkan pada akhir makalah. Kemudian
hewan dipuasakan 18 jam sebelum operasi. Setelah dilakukan penimbangan bobot
badan untuk menentukan dosis anaestesi yang akan diinjeksikan, pedet diinjeksi
dengan premedikasi xylazine dengan dosis 0.1 mg/kg BB intravena (Fubini dan
Ducharme 2004). Kemudian setelah 10 menit atau ketika hewannya sudah tersedasi,
dipasangkan endotracheal tube yang bagian ujungnya telah dilapisi gel dan dibantu
dengan penggunaan laryngoscope. Dilakukan anaestesi dengan menggunakan
isofluran konsentrasi 3% sampai pedet teranastesi. Rambut pedet kemudian dicukur
pada bagian sekitar hernia umbilikalis. Kemudian daerah tersebut diolesi dengan
iodium tincture. Setelah pedet teranastesi sempurna dan dipasangkan infus, operasi
hernia umbilikalis baru dapat dilakukan. Hewan diposisikan pada meja operasi, lalu
diikat dengan tali handling simpul tomfool.

Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten Operator


Perlengkapan bedah operator dan asisten operator dibungkus dengan 2 bungkus
kain yang disusun berurutan dimulai dari sarung tangan latex, pakaian bedah, handuk
tangan 2 buah, sikat sebanyak 2 pasang, masker 2 buah, dan tutup kepala 2 buah.
Kemudian perlengkapan yang sudah dibungkus dimasukan ke dalam oven sterilisator,
disterilisasi selama 60 menit. Duk disteril bersamaan dengan alat bedah minor.
Tahapan yang dilakukan dimulai dari memotong kuku, dan melepas aksesoris
tangan yang digunakan. Tangan dicuci dari ujung jari hingga siku dengan sabun dan
bilas pada air yang mengalir lalu tangan dikeringkan. Penutup kepala dan masker
dipakai. Selanjutnya, tangan dicuci dari ujung jari hingga siku dengan menggunakan
sabun, disikat dari ujung jari hingga lengan dan dibilas di air mengalir dan
dikeringkan dengan menggunakan handuk. Tiap sisi handuk untuk satu tangan.
Kemudian baju operasi dan sarung tangan dipakai secara berurutan. Pemakaian baju
operasi dibantu oleh asisten operator.

Anastesi
Pedet memiliki bobot badan 78 kg. Pedet diberikan premedikasi dengan xylazine
sebanyak 0,39 ml. Xylazine diberikan intravena melalui vena jugularis, lalu ditunggu
selama 10-15 menit, saat kesadaran mulai menghilang yang ditandai dengan tidak
adanya refleks palpebrae, tidak ada refleks menelan, dan tidak ada perlawanan saat
dibuka mulutnya, pedet dipasangkan endotracheal tube (ETT) yang sudah diberi
lubricant dan ditandai panjang bagian ETT yang masuk ke trakhea terlebih dahulu
dengan ikatan kassa. Lidah ditarik keluar, ETT dimasukkan dengan bantuan
laryngoscope, cuff dikembangkan dengan udara sebanyak 25 ml, lalu ETT difiksasi
dengan cara mengikatkan kassa ke mulut sapi. ETT disambungkan ke mesin anastesi
inhalasi yang sebelumnya sudah dipasangkan ke tabung oksigen, disetting, dan diisi
isoflurane terlebih dahulu. Isoflurane pada kegiatan ini berfungsi sebagai induksi dan
maintenance pada proses operasi. Isofluran selama induksi diberikan sebanyak 3%.
Selama maintenance digunakan sebanyak 0,5- 2,5% tergantung dari kondisi pedet
selama operasi. Pedet tersebut memiliki volume tidal 14. Perhitungan ini didapat dari
ventilator yang menunjukkan bahwa pedet selama operasi memakai sekitar 1100 ml
dibagi dengan bobot tubuhnya 78 kilo, sehingga hasilnya yaitu 14 per kilo.
Setelah operasi selesai, kadar isoflurane diturunkan menjadi 0%. Udara pada
cuff diambil sebanyak 10 ml. Tunggu hingga pedet muncul kembali arik
menelannya yang ditandai dengan lidah pedet kembali ditarik masuk ke dalam mulut.
Ambil semua sisa udah pada cuff, lepaskan fiksasi kassa pada mulut pedet, tarik
keluar ETT perlahan

Operasi
Teknik Operasi
Duk 4 buah disiapkan dan dibentuk persegi kemudian 4 towel clamp dipasang.
Kulit diinsisi mengikuti panjang hernia (membentuk elips) menggunakan
elektrocauter. Diseksi bagian fascia abdomen, umbilical cord, otot halus, lemak,
mengunakan scissor curved sharp blunt dan scalpel blade untuk menemukan tepi
cincin hernia. Cincin hernia dijahit menggunakan benang Chromic catgut No. 1
dengan pola jahitan continuous interlock. Antibiotik penicilin 50.000 IU/ml diteteskan
pada luka jahitan. Subkutan dijahit dengan benang Catgut Chromic No. 1 dengan pola
jahitan continuous interlock. Antibiotik penicilin 50.000 IU/ml diteteskan pada luka
jahitan. Kulit diserasikan dengan bentuk yang sesuai dan dijahit dengan benang Silk
No. 1 dengan pola jahitan simple interrupted. Luka jahitan diolesi dengan salep
perubalsem, ditutup dengan kassa steril dan ditutup dengan leukoplast.

Post-Operasi
Setelah operasi hewan diberikan analgesik dan antibiotik secara injeksi. Flunixin
meglumin merupakan analgesik yang disarankan pada operasi pedet (Fubini dan
Ducharme 2004). Dosis pemberian yang disarankan adalah 1,1 mg/kg berat badan dan
konsentrasi 50 mg/kg berat badan. Sehingga volume pemberian menjadi 1,7 mL
diberikan intravena. Untuk antibiotik yang digunakan adalah Vet-oxy, dengan dosis
0,1 ml/kg berat badan sehingga volume pemberiannya sebanyak 7,8 ml diberikan
intramuskular.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaaan Fisik


Signalement Hewan
 Nama: Abe
 Jenis hewan/Spesies: Sapi
 Ras/Breed: Friesian Holstein
 Warna bulu dan kulit: Hitam dan putih
 Jenis kelamin: Jantan
 Umur: 5 bulan
 Berat badan: 78 kg
 Tanda khusus: Tidak ada
Keadaan Umum
 Perawatan: Baik
 Habitus: Tulang punggung lurus
 Gizi: Baik
 Pertumbuhan badan: Baik
 Sikap berdiri: Bertumpu pada ke 4 kaki
 Suhu tubuh: 37.7 °C
 Frekuensi nadi: 164 x/menit
 Frekuensi napas: 48 x/menit
Palpasi
Palpasi dilakukan pada bagian abdomen terdapat penonjolan massa (kantung
hernia) dengan ukuran cincin sekitar 3-4 cm.

Sapi yang akan digunakan pada operasi kali ini masih berumur 5 bulan (Sapi
pedet) bernama Abe. Sapi pedet Abe merupakan sapi jenis Friesian Holstein (FH)
berjenis kelamin jantan dengan berat badan 78 kg. Sebelum operasi Sapi pedet
dipuasakan selama 8 hingga 12 jam, hal tersebut bertujuan untuk mencegah adanya
aspirasi saluran pencernaan ke dalam saluran pernafasan. hasil pemeriksaan fisik lain
yang dapat dilihat adalah suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi nafas. Frekuensi
nadi sapi pedet Abe berada dalam batas normal (112 – 180 x/menit) yaitu 164
x/menit, Begitu pula dengan Frekuensi nafas Abe 48 x/menit masih berada dalam
rentang normal sapi pedet yaitu 30 – 60 x/menit. Suhu Sapi pedet Abe sebesar 37.7
°C, angka tersebut tergolong rendah namun masih dalam batas wajar. Menurut Roland
et al. (2016), Suhu normal pada sapi pedet berkisar antara 38-39.2 °C. Suhu tubuh
pada ternak dipengaruhi oleh suhu lingkungan, aktivitas, pakan, minuman, dan
pencernaan (Sari et al. 2016).
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan, keadaan hewan secara umum
baik. Tidak ada kelainan yang ditemukan pada saat pemeriksaan fisik pada regio
kepala dan leher, regio thorak, urogenitalis, alat gerak, dan limfonodus. Pemeriksaan
fisik hewan lengkap terlampir. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dilakukan
pemeriksaan menggunakan alat diagnosa penunjang seperti Ultrasonography (USG),
Pemeriksaan darah, serta pemeriksaan kimia darah untuk mengetahui fungsi organ
secara keseluruhan.

Gambaran Pemeriksaan USG

Gambar 1 Hasil pemeriksaan USG pada derah hernia umbilikal pedet

Hasil pemeriksaan USG menunjukkan adanya usus didalam kantung hernia yang
ditandai dengan terlihatnya lumen usus yang bergerak karena memiliki gerakan
peristaltik usus. Pada kasus hernia umbilikal sederhana, kantung hernia diisi oleh usus
(enterocele) atau omentum (epiplocele) yang mudah untuk dimasukkan kembali
kedalam ruang abdomen dengan menekan kantung hernia (Baird 2008)

Gambaran Hematologi & Kimia darah


Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi dan kimia darah sapi Abe
Parameter Hasil Nilai Normal
Hematologi
RBC 6.14 5-10 x 106 /µL
Hb 9.5 8-15 g/dL
Hct 28.2 24-46 %
MCV 31.9 40-60 fl
MCH 10.7 11-17 pg
MCHC 33.6 30-36 g/dL
RDW 19.7 14-19 %
PLT 671 100-800 103/µL
MPV 4 4.8-7.0 fl
PDW 15.8 -
PCT 0.268 -
WBC 6.4 4-12 103/µL
Lim 3 2.5-7.5 103/µL
Mon 0.7 0-0.84 103/µL
Gra 2.7 2.3-9.1103/µL
Lim(%) 47.1 20-60.3 %
Mon(%) 11.1 4-12,1 %
Gra(%) 41.8 30-65 %
Kimia Darah
ALP 39 35-350 U/L
ALT (SGPT) 10 3-12 U/L
AST (SGOT) 52 50-60 U/L
Glukosa 83 50-107 U/L
TP 6,1 5.7-8.1 g/dL
BUN 11 6-27 mg/dL
Kreatinin 0,6 0,6-0,7 U/L
Hasil pemeriksaan hematologi dan kimia darah sapi Abe menunjukkan hasil yang
baik, dimana hampir seluruh parameter menunjukkan berada pada rentang nilai
normal. Parameter eritrosit yaitu MCV menunjukkan nilai yang dibawah normal,
tetapi tidak disertai dengan menurunnya jumlah eritrosit, hemoglobin atau hematokrit
sehingga belum dapat dikatakan hewan mengalami anemia mikrositik. Anemia adalah
suatu keadaan yang diatandai dengan berkurangnya jumlah sel-sel darah merah atau
kadar hemoglobin (Esfandiari et al 2016).

Persiapan Operasi
Premedikasi xylazine diinjeksi melalui vena jugularis pukul 07.58, ditunggu
selama 10 menit. Setelah itu, induksi isofluran pukul 08.13 dan diberi maintenance
sediaan xylazine pada pukul 08.23 setengah dosis karena hewan belum tersedasi.
Selama proses pembiusan dilakukan juga pencukuran pada bagian umbilical tempat
dimana hernia terjadi. Sapi teranastesi pada pukul 08.45, dan dilakukan pemasangan
endotracheal tube dengan diameter 12mm. Sapi di baringkan secara dorsoventral dan
bagian operasi dicuci menggunakan alcohol 70% serta iodine secara merata. Setelah
sapi berbaring duk dipasang dengan menggunakan towel clamp.

Operasi
Operasi dilakukan selama kurang lebih 70 menit. Sayatan pertama dilakukan
pada pukul 08.48 setelah sapi teranastesi. Kulit disayat membentuk elips tepat diatas
umbilical menggunakan electrocautery untuk meminimalisir pendarahan. Bagian
fascia abdomen, umbilical cord, otot halus, serta lemak didiseksi menggunakan
scissor curved sharp blunt dan scalpel blade untuk menemukan tepi cincin hernia.
Saat dilakukan eksplorasi ditemukan adanya massa padat sehingga dilakukan
penyayatan agar menemukan cincin hernia. Setelah ditemukan cincin hernia, massa
padat yang ditemukan di masukkan ke dalam rongga abdomen. Pemasukan massa
padat tersebut dapat membantu menahan rongga abdomen agar lebih kuat. Setelah itu
dilakukan penjahitan menggunakan absorbable catgut chromic no. 1 pada cincin
hernia dengan menggunakan tipe jahitan continuous interlock kemudian di perkuat
menggunakan simple suture pada beberapa bagian. Jahitan subkutan dilakukan secara
continuous interlock masih menggunakan absorbable catgut chromic no. 1. Jahitan
kulit luar mengunakan tipe jahitan simple dengan benang silk no. 1 agar lebih kuat
sehingga dapat menahan beban rongga abdomen selama terjadinya persembuhan luka
jahitan, proses penjahitan selesai pada pukul 10.12. Antibiotik penisilin 50.000 IU/ml
diberikan secara topikal di sela-sela proses penjahitan.
Selama operasi, perlu dilakukan monitoring pembiusan. Monitoring dilakukan
pada hewan setiap 15 menit sekali dimulai dari hewan diinjeksikan anestetikum.
Monitoring dilakukan untuk mengurangi resiko insiden dan kegawatan terhadap
hewan selama periode perioperatif dengan mendeteksi konsekuensi dari suatu
masalah pada saat anestesi, ditandai dengan peringatan tanda-tanda pasien dalam
kondisi gawat (Checketts et al. 2015). Parameter yang dipantau adalah temperatur
(oC), frekuensi detak jantung (kali/menit), frekuensi pernapasan (kali/menit), warna
mukosa, capillary refill time (CRT), dan tonus pipi.
Tabel 1. Monitoring selama operasi
Parameter Menit ke-
0 15 30 45 60 75
Frekuensi 81 81 80 82 86 100
jantung (x/menit)
Frekuensi 41 47 20 24 28 44
napas (x/menit)
Suhu 36,6 36,7 38.8 38,5 38,0 38,5
CRT (s) <2 <2 <2 <2 <2 <2

Frekuensi jantung, frekuensi napas, dan suhu digambarkan dalam grafik pada
Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.

120
100
100 86
81 81 80 82
80
x/menit

60

40

20

0
0 15 30 45 60 75

menit ke-

Frekuensi Jantung

Gambar 1 Monitoring frekuensi jantung Pedet Abu selama operasi.

Frekuensi jantung pedet selama operasi berlangsung cukup stabil. Frekuensi


jantung selama operasi menunjukkan peningkatan tetapi tidak signifikan. Menurut
Sari et al. (2016), frekuensi jantung normal pada pedet adalah 81-91 kali/menit.
Peningkatan konsentrasi isofluran yang cepat menyebabkan peningkatan sementara
frekuensi jantung dan tekanan darah arteri (Fatimah 2012).
50 47
44
4541
40
35
28
30 24
x/menit
25 20
20
15
10
5
0
0 15 30 45 60 75

menit ke-

Frekuensi Napas
Gambar 2 Monitoring frekuensi napas Pedet Abu selama operasi.

Frekuensi napas meningkat pada menit ke 15 kemudian menurun pada menit ke


30 dan kemudian kembali stabil pada menit berikutnya. Penurunan pada menit ke 15
setelah sayatan pertama dapat disebabkan isofluran sebagai sediaan maintenance juga
memiliki efek mendepres frekuensi nafas dan jantung (Plumb 2008). Pada menit
berikutnya frekuensi nafas berangsur naik, hal tersebut dapat disebabkan mulai
hilangnya efek dari isofluran. Menurut Sari et al. (2016), frekuensi napas normal pada
sapi pedet berkisar antara 33-43 kali/menit.

45
38.8 38.5 38 38.5
36.6
40 36.7
35
derajat celcius

30
25
20
15
10
5 0 0 0 0
0
0 15 30 45 60 75

menit ke-

Suhu
Gambar 3 Monitoring suhu Pedet Abu selama operasi.

Menurut Sari et al. (2016), suhu normal pada pedet adalah 81-91 kali/menit.
Hasiil monitoring menujukkan terjadi peningkatan suhu pada menit ke 15 dan menit
selanjutnya.
Selama operasi berlangsung, hewan diberikan cairan infus NaCl 0.9% dengan
kebutuhan sebanyak 10 mL/kg/jam untuk hewan dengan kebutuhan khusus (operasi
atau dehidrasi) (Fubini dan Ducharme 2004). Berat pedet Abe sebesar 78 kg sehingga
volume pemberian infus yang dibutuhkan adalah 780 mL/jam. Jenis selang infus yang
digunakan adalah selang infus untuk manusia dewasa dengan perbandingan 1 mL
dalam 20 tetes. Perhitungan tetesan perdetik adalah sebagai berikut
Jumlah volume pemberian: 780 mL/jam
Jumlah tetesan ; 780 mL/jam x 20 tetes= 15600 tetes
Jumlah tetesan 15600tetes
Jumlah tetesan perdetik: = = 4,3 tetes/detik ~ 4 tetes/detik
waktu 3600 detik
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca operasi hernia umbilikalis. Komplikasi
yang paling umum terjadi akibat infeksi bakteri pada bagian penjahitan dapat
menyebabkan abses dan peritonitis. Selain itu juga dapat terjadi seroma, hematoma
dan dehiscence. Komplikasi ini sebagian besar tidak menyebabkan terjadinya hernia
kembali jika dilakukan penjahitan yang benar saat operasi (Fubini dan Ducharme
2004).

SIMPULAN

Hernia umbilikalis merupakan kejadian yang sering terjadi pada pedet. Tindakan
yang tepat untuk mengatasi kejadin hernia umbilikalis salah satunya merumpakan
tindakan bedah jika cincin hernia yang terbentuk sudah cukup besar dan organ pada
rongga abdomen sudah menempati kantung hernia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

[ACVS] American College of Veterinary Surgeons. Umbilical Masses/ Hernia in


calves [Internet]. Diunduh pada 9 Maret 2020. Tersedia pada
https://www.acvs.org/large-animal/umbilical-masses-calves
Baird AN. 2008. Umbilical surgery in calves. Veterinary Clinics: Food Animal
Practice. 24(1): 467-477.
Checketts MR, Alladi R, Ferguson K, Gemmel L, Handy JM, Klein AA, Love NJ,
Misra U, Morris C, Nathanson MH, et al. 2016. Recomendations for
standards of monitoring during anasthesia and recovery 2015: Association
of anasthetist of Great Britain and Iceland. Anasthesia. 71: 85-93.
Doijode V. 2019. Umbilical hernia in ruminant calves: A review. The Pharma
Innovation Journal. 8(4):164-167.
Esfandiari A, Widhyari SD, Sajuthi D, Maylina L, Mihardi AP, Supriyatna ER,
Adijuwana H. 2016. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik.
Bogor(ID): IPB Press.
Farman RH, Al-Husseiny SH, Al-Ameer ANA. 2018. Surgical treatment of hernia in
cattle: A review. QJVMS. 17(2):61-68.
Fubini S, Ducharme N. 2004. Farm Animal Surgery. Missouri(US): Elsevier.
Herrmann R, Utz J, Rosenberger E, Doll K, Distil O. 2001. Risk factor for congenital
umbilical hernia. German Fleckvieh Veterinary Journal. 162(3):40-233.
Krishnamurthy D. 1995. Dalam, Widodo E. 2014. Hernia umbilikalis pada pedet, case
report. Buletin Laboratorium Veteriner. 14(1):10-12.
Kumar V, Kumar N, Gangwar AK, Saxena AC. 2013. Using a cellular aortic matrix
to repair umbilical hernias of calves. Aust Vet J. 91(6):251-253.
Kurt B, Cihan M. 2013. Evaluaton of the clinical and ultrasonographic findings in
abdominal disorders in cattle. Veterinarski Arhiv. 83(1):11-21.
Plumb DC. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. 6th Edition. Iowa (US):
Blackwell Publishing Professional.
Roland L, Drillich M, Jobstl K, Iwersen M. 2016. Invited review: Influence of
climatic conditions on the development, performance, and health of calves.
Journal of Dairy Science. 99(4):2438-2452.
Sari RSPW, Suartha IN, Batan IW. 2016. Status praesent pedet sapi bali. Buletin
Veteriner Udayana. 8(1):36-43.

Anda mungkin juga menyukai