ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tekhnik atau cara sterilisasi dan desinfeksi
terhadap operator atau crew, alat (packaging dan penyusunan) serta hewannya. Peralatan yang
digunakan dalam praktikum antara lain alat-alat bedah berupa scalpel, blade, gunting operasi,
needle holder, pinset anatomis dan pinset sirurgis, mosquito, carmalt forceps, allis tissue forceps,
duk klem, towel/duk, needle (jarum jahit). Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa untuk
melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu peralatan bedah, pasien, dokter hewan dan tenaga
medis yang terkait harus dalam keadaan steril. Sterilisasi dilakukan dengan teknik atau cara yang
benar untuk mengindari dari kontaminasi bakteri ataupun mencegah tertularnya penyakit ke
operator bedah.
Kata kunci : Sterilisasi dan Desinfeksi, Alat-alat bedah, Operator atau Crew dan Hewan.
PENDAHULUAN
Setiap rambut di daerah operasi harus dicukur sebelum pembedahan untuk tujuan estetika
maupun mengusahakan permukaan yang bersih untuk melekatkan verban. Pencukuran sebaiknya
dilakukan pada pagi hari oleh staf perawat yang terlatih dan dijaga jangan sampai menyebabkan
luka atau abrasi karena keduanya merupakan predisposisi terhadap infeksi (Foster, 2001).
Daerah yang akan dioperasi harus ditutup dengan duk. Ini bisa dikerjakan dengan duk kain
steril atau dengan bahan sekali pakai. Duk sekali pakai (disposable) memiliki keuntungan tidak
permeabel dan kedap air, sehingga mengurangi risiko kontaminasi oleh dokter bedah. Namun,
harganya jauh lebih mahal. Duk poliuretan yang bisa disayat banyak digunakan di bagian
ortopedi, bedah vaskular dan bedah umum. Pemakaiannya juga terbatas karena alasan biaya
(Foster, 2001).
Beberapa operasi hewan kecil dilakukan dalam keadaan antiseptik. Ini berarti bahwa ahli
bedah harus mencuci tangannya sampai bersih kemudian mempersiapkan dengan lengkap kulit
hewan tersebut dan memakai alat-alat yang telah dibersihkan serta disterilkan, dan diletakkan
pada permukaan yang bersih (Sardjana, 2011).
Dalam prosedur pembedahan teknik aseptik harus dipakai, dan tempat pembedahan dibagi
menjadi tempat yang bersih yang kotor dengan pola aliran bahan-bahan dari yang bersih ke
kotor. Alat-alat yang keluar dari pembedahan menuju ketempat kotor untuk dicuci kembali dan
disterilkan. Instrument-instrumen yang halus mungkin perlu disterilkan dalam tempat
special/khusus dengan suatu system gas ethylene oxide (Sardjana, 2011).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Gupte,1990) (Rachmawati dalam
Gupte, 2008).
Tujuan setiap larutan antiseptik preoperasi adalah menurunkan secara cepat
mikroorganisme pada kulit tanpa merusak kulit. Antiseptik merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Walaupun seringkali disinonimkan dengan antiseptik
namun pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda mati (Purnomo,
2009).
Fungsi sterilisasi di antaranya: pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencemaran
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme
(Gupte, 1990) (Rachmawati dalam Gupte, 2008). Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
desinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan
infeksi (Gupte, 1990) (Rachmawati dalam Gupte, 2008).
Sterilisasi dan desinfeksi ruangan rumah sakit merupakan suatu usaha untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial (Krisetyowatir, 2004).
Tujuan utama pemakaian antiseptik adalah untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan sistem enzim bakteri dan mengubah
daya permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi, halogenasi dan pengendapan bakteri
(Purnomo, 2009).
Dokter bedah diharuskan memakai pakaian bedah untuk melindungi pakaiannya sendiri
dan memakai sarung tangan, untuk menghindari infeksi sesudah operasi, eksperimen survival
memerlukan teknik operasi aseptik, teknik ini meliputi pemakaian baju dan alat-alat steril,
persiapan daerah operasi dan penanganan luka penderita yang steril (Sardjana, 2011).
Strerilisasi operator atau crew dilakukan dengan cara berurutan dimulai dari ahli bedah
melepaskan pakaian luar dan memasang dengan baju bedah, memakai penutup rambut dan
penutup hidung. Semua arloji, gelang dan cincin dilepas dan ahli bedah serta asisten mencuci dan
menggosok tangan mereka, terutama di bawah kuku.
Adapun teknik mencuci tangan sebelum pembedahan yaitu mula-mula tangan dicuci pada
bagian telapak tangan kemudian diberi sabun. Saat memberi sabun jangan sampai telapak tangan
menyentuh keran air, lakukan hal tersebut dengan menggunakan siku. Setelah telapak tangan
dilanjutkan dengan menggosok punggung tangan bergantian kiri dan kanan, selanjutnya sela-sela
jari, lalu menyatukan jari-jari kanan dan kiri kemudian digosok dengan cara memutar kearah
depan secara bergantian, menggosok ibu jari secara berputar juga dilakukan bergantian kiri dan
kanan kemudian yang terakhir menggosok kuku pada telapak tangan juga dilakukan pada tangan
kiri dan kanan. Setelah menggosok, jangan menyentuh benda-benda yang kotor seperti pakaian,
kotak sabun dan juga keran air juga kembali harus dimatikan dengan menggunakan siku atau
dengan bantuan seorang asisten. Tangan harus lebih tinggi dari siku agar air menetes kebagian
yang tidak dibersihkan.
Tangan dikeringkan dengan handuk steril (bagian yang dibersihkan dan handuk tidak
menyentuh badan) dan cairan yang berlebihan dikeringkan dari pergelangan sampai siku (dengan
gerakan spiral dari handuk). Lipat bagian handuk yang menyentuh siku ke dalam, ulangi ini pada
lengan yang lain pada sisi yang lain dari handuk tersebut kemudian handuknya dibuang.
Langkah selanjutnya yaitu jubah steril dibuka dengan memegang bagian dalam dengan
baik, tidak menyentuh bagian luar jubah. Masukkan setiap tangan dalam lengan secara tepat.
Seorang asisten dapat menarik gaun dari belakang dan mengikatkan tali di belakang.
Sarung tangan steril dalam bungkusan dengan tempat kancing dilipat keluar menutupi
telapak. Pada jubah bagian luar sarung tangan tidak disentuh dengan tangan telanjang. Ini
dilakukan dengan memasang sarung tangan pertama dengan memegang tempat kancing yang
terlipat kemudian masukkan jari-jari ke sarung tangan, setelah semua jari-jari masuk tangan
didorong keluar dari ujung tempat kancing jubah dan semua tangan tertutupi sarung tangan steril,
dengan begini, sterilisasi operator atau crew telah selesai.
Teknik penyusunan alat bedah yaitu tempatkan dua kain berurutan untuk pengalas alat-alat
bedah yang diletakkan sejajar atas bawah atau satu bagian mendekati abdomen dokter yang akan
membedah dan yang satu berada setelahnya. Pada bagian bawah atau kain sebelah bawah
dimulai dengan meletakkan scalpel dan blade, kemudian gunting, needle holder, pinset, klem
mosquito, allies forceps dan carmalt forceps. Selanjutnya untuk duk klem, benang, jarum dan
yang lainnya diletakkan di kain sebelah atas, dengan susunan nampan atau tempat meletakkan
alat-alat bedah diletakkan disebelah kiri yang berisi cawan untuk menyimpan tampon yang telah
digunakan, disampingnya diletakkan jarum dan benang. Pada bagian samping nampan (di luar
nampan) diletakkan duk klem, tampon dan alkohol. Pastikan semua alat bedah berada dalam
keadaan steril.
KESIMPULAN
Untuk melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu peralatan bedah, pasien, dokter hewan
dan tenaga medis yang terkait harus dalam keadaan steril. Hal yang penting lainnya yaitu kita
pertama-pertama harus mngetahui cara packaging dan penyusunan alat-alat bedah dengan
terlebih dahulu harus mengetahui nama alat dan kegunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, M.E., dan G. Morris Stiff. 2001. Teknik Bedah Umum. Jakarta: Farmedia.
Krisetyowatir, Ninuk dan Margo Utomo. 2004. Efektivitas dosis Refisol terhadapPenurunan Angka
Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Penyakit Dalam Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Karanganyar 2003. Vol 1 No. 2. Semarang: FKM Universitas Muhammadiyah.
Purnomo, Wahyu. 2009. Perbandingan Efektivitas Kombinasi-Chlorhexidine Gluconate Cetrimide-
Alkohol 70%-Povidone Iodine 10% Dengan Chlorhexidine Gluconate Cetrimide - Povidone
Iodine 10% Sebagai Antiseptik Terhadap Penurunan Kepadatan Kuman Pada Operasi Fraktur
Tertutup Elektif Simple Di Ibs Rso.Prof Dr.R. Soeharso. Surakarta: FK Universitas Sebelas
Maret.
Rachmawati, F.J., dan Shofyatul Yumna Triyana. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan
dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia.
Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar: Program Studi
Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Sardjana, K.W., dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.
Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah
0
Tambahkan komentar
Veterinarian '12
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Nov
21
anatomi unggas
Tugas Anatomi Veteriner II
Anatomi Unggas
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
PENDAHULUAN
Secara umum, kelas aves dibagi menjadi 2 subkelas: 1). Archaeornithes (burung
primitif), yang sudah punah dan diwakili oleh satu macam saja, yaitu Archaeopteryx dan
2). Neornithes (burung modern), terdiri atas 26 ordo yang ditandai dengan ekor pendek
dan persejiwaan ossa metacarpalia dari telapak tangan. Tiga ordo yang termasuk dalam
subkelas Neornithes yang mempunyai arti sangat penting bagi manusia, yaitu
Anseriformes (bebek, itik, angsa), Galliformes (ayam, burung puyuh, kalkun) dan
Columbiformes (merpati, burung dara).
Nenek moyang langsung dari rasa yam modern berasal dari India Selatan dan
Tengah, dataran rendah Himalaya, Assam, Myanmar, Srilangka, dan daerah-daerah ke
Selatan seperti Sumatera, Jawa dan pulau-pulau kecil ke Timur.
Genus Gallus terdiri dari 4 spesies yang dikenal, yaitu: 1). Gallus gallus (Gallus
bankiva) atau ayam hutan merah, 2). Gallus lafayetti atau ayam hutan Ceylon, 3). Gallus
varius atau ayam hutan hijau (Jawa), dan 4). Gallus sonneraiti atau ayam hutan abu-abu.
Ayam hutan Ceylon (Srilangka, Gallus lafayetti) mempunyai bulu plumulae yang
pola warnanya agak mirip dengan ayam hutan merah, kecuali yang jantan berwarna
merah oranye di atas dan di bawah bagian dada, sedangkan bulu sekunder betinanya tidak
tumbuh. Balung termasuk ujungnya berwarna kuning dikelilingi merah. Pada ayam jantan
di daerah kerongkongan sebagian berwarna ungu di atasnya. Betina mengeluarkan telur
yang mempunyai bercak-bercak.
Ayam hutan hijau (Gallus varius) berasal dari daerah Jawa, Lombok dan pulau-
pulau disekitarnya, kesebelah Timur sampai Flores. Ayam ini berbeda dari spesies lainnya
karena hanya mempunyai satu pial median dan balung tidak bergerigi (tidak mempunyai
pucuk-pucuk) dan mempunyai 16 bulu ekor. Ayam hutan hijau ini dipercaya sebagai asal
dari ayam Kedu dan ayam Bekisar.
Sifat-Sifat Umum Unggas
Unggas bisa dianggap sebagai suatu organisme yang rumit, peka dan sangat
lincah. Pengetahuan dari struktur-strukturnya, fungsi dan cara bekerja struktur-struktur
ini, dibutuhkan sekali untuk mengerti kebutuhan-kebutuhan, khususnya dalam
pemeliharaan unggas.
Keistimewaan Struktur
Sesuai konsep evolusi, burung (Aves) terdapat tepat di atas Reptilia. Burung
berdarah panas dan ditutupi oleh bulu, sedangkan Reptilia berdarah dingin dan ditutupi
oleh sisik-sisik atau lapisan tanduk. Sisik-sisik yang terdapat pada kaki dan jari burung
(ayam) adalah tanda-tanda peninggalan dari Reptilia. Burung mempunyai badan yang
kompak, rangka yang ringan, sayap dan kaki yang tumbuh sangat baik, yang disesuaikan
untuk terbang dan berlari.
Intensitas Penghidupan
Dibandingkan dengan Reptilia yang bergerak lambat, maka burung brgerak aktif,
nervous dan lincah. Beberapa penulis mendefinisikan ayam sebagai hewan vertebrata
yang berdarah panas, berbulu, bertelur, memiliki kecepatan metabolisme yang tinggi dan
kecepatan bernafas normal antara 40-50 tarikan nafas per menit (sebagai perbandingan,
kuda: 8-16; sapi: 10-20; dan manusia 16-24). Oksidasinya cepat untuk mempertahankan
temperatur normal, yaitu 40C. jantung ayam berdetak 300 kali per menit (kuda: 28-40;
sapi: 40-80; dan manusia: 60-85).
Karakteristik Unggas
SISTEM KERANGKA
Kerangka ayam yang terdiri dari 150 buah tulang , mempunyai 2 fungsi utama,
yaitu sebagai rangka untuk pertautan oto-otot dan penunjang tubuh serta sebagai tempat
dari komposisi tulang), adalah air, protein dan lemak yang merupakan unsur-
unsur esensial bagi proses kehidupan unggas. Bagi ayam betina, kalsium sangat penting
untuk pembuatan kerabang telur.
Dalam struktur tulang, bagian kompak merupakan penutup yang keras, sedangkan
menurut tekstur serta penampilannya menyerupai gading. Di dalam bagian kompak ada
bagian yang kosong disebut ruang sumsum (cavum medullaris). Tulang spongiosa yang
terletak dekat extremitas distalis dan tulang-tulang kaki dan sayap berisi sumsum, dan
bertanggungjawab dalam pembuatan eritrosit dan beberapa macam leukosit. Pada
beberapa tulang seperti os humerus, sumsum tulang diganti oleh cabang-cabang dari
kantong-kantong udara yang merupakan bagian dari sistem respirasi (tulang-tulang yang
demikian disebut ossa pneumatici).
Secara umum, penamaan tulang-tulang pada unggas hamper sama dengan tulang-
tulang pada mamalia. Pembagian skeleton unggas adalah 1). Tulang-tulang axial (axial
skeleton), yaitu tulang-tulang kepala (termasuk apparatus hyoideus); 2). Collumna
vertebrales, terdiri dari ossa vertebrae cervicales (berjumlah 13-14 buah), ossa vertebrae
thoracales (berjumlah 7 buah, masing-masing berhubungan dengan tulang rusuk, ossa
costales), os synsacrum (fusi antara tulang lumbal dan sacrum) dan pygostyle; 3).
Extremitas pectoralis, terdiri dari 3 pasang tulang-tulang penyangga sayap, yaitu fusi dari
ossa claviculares (disebut dengan os furcula), ossa coracoidea dan ossa scapulae, dan
tulang-tulang kaki muka (sayap); 4). Extremitas pelvicis, terdiri atas tulang-tulang pelvis
dan tulang-tulang kaki belakang.
Dari ketujuh pasang tulang rusuk, terdapat suatu penjuluran yang muncul dari
facies lateralis corpus costae, perkecualian pada costae pertama dan dua (ayam, burung
merpati) atau tiga (itik, angsa) costae terakhir, disebut dengan processus uncinatus. Arah
penjuluran ini caudodorsal sampai dengan permukaan luar costae dibelakangnya dan
dihubungkan dengannya oleh suatu legamenta.
Tulang dada atau sternum pada unggas merupakan tulang pipih yang berbentuk
quadripetal dengan penjuluran-penjuluran dari tiap sudut. Walaupun tulang dada pada
unggas dewasa merupakan suatu kesatuan, secara umum dibagi atas corpus sterni yang
terletak horizontal, rostrum sterni yang menjulur kearah craniomedial, dan carina sterni
(crista sterni) suatu penjuluran seperti pelat panjang di sepanjang permukaan ventralnya.
SISTEM OTOT
Pada bagian ini, tersusun otot tidak akan dibahas secara terperinci.akan tetapi
perhatikan dititikberatkan kepada otot-otot yang mempunyai sisfat-sifat khas.
Diaphragma
Diaphragma pada unggas adalah rudimeter dan tidak merupakan suatu pemisah
antara ruang thoraks dan ruang abdomen.otot ini terdapat sebagai suatu membram yang
berurat yang terletak pada permukaan paru-paru dan beberapa serabut otot yang halus
terlihat datang dari tulang rusuk.
Pada lapisan profundal dan corium dijumpai penyebaran otot-otot polos yang
membentuk otot kulit atau otot bulu sejati yang disebut Mm.nonstriati dermatis, dan
dapat dibedakan atas dua janis yaitu (1) mm.penales yang membentuk jaringan diantara
batang-batang bulu terutama pada bulu kuntur sehingga dapat mengangkat ,menggeser
maupun memutar bulu-bulu tersebut dan (2) mm.apteriales yang terdapat diantara
pemetang bulu dan berfungsi untuk menegangkan kulit serta sebagai pelengkap dari
keseluruhan sistem otot polos pada corium.
Otot-Otot Tubuh
Otot-otot tubuh menutup rongga tubuh secara keseluruhan dan juga berperanan
sebagai otot pernapasan. Pada waktu proses pernapasan ,paru-paru udal relatif tidak
mengalami perubahan volume.kantong-kantong hawa, yang terlatak diventral dan caudal
di paru-paru yang bekerja seperti balon ,dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot tubuh.
Selain itu juga dibantu oleh keberadaan ossa costales dan os sternum. Pada waktu fase
inspirasi ,ossa costalaes akan tertarik ke cranial dan os sternum tertarik ke
ventral.gerakan ini terjadi akibat konteraksi dari otot otot seperti Mm.levatores
costarum, mm. Intercostales externi,m.scalenus dan m. Costosternalis pars
major.sedangkan pada fase ekspirasi akibat dari kontraksi mm.intercostales interni, m.
Costosternalis pars minor, dibantu oleh oleh otot-otot perut (abdomen) dan
m.costosepialis.
Otot-Otot Ekor ( Mm.caudae)
Otot-otot ekor berperan dalam mengatur posisi dan gerakan pangkal ekor serta
bulu-bulu kemudi.dari sudut topografi otot-otot cloaca dapat dimasukkan dalam
kelompok otot-otot ekor.kelompok otot-otot ekor dapat dibagi dalam : (1) otot axial yaitu
yang berorigo pada synsacrum dan berinsertio divertebrae caudalaes dan pangkal bulu
kemudi.termasuk dalam kelompok ini adalah m. Levator caudae,m.lateralis caudae,
m.depressor caudae dan mm.interspinales,(2) otot -otot yang berasal dari tulang pinggul (
ossa coxae ) menuju ke bulu kemudi yaitu m.pubocaudalis esternus, m. Pubocaudalis
internus dan m.caudo-femoralis dan (3) otot-otot yang terletak silang menyilang
diantara bulu kemudi yaitu m.bulbi retricium dan m.adductor retricium.
Daerah gelang bahu pada unggas terpasang kokoh pada batang tubuh ,sehingga
otot-otot yang menghubungkan skelet gelang bahu ke skelet tubuh relatif lemah dab
berperan dalam proses keseimbangan. M.pectoralis yang berfungsi mengepakkan sayap
ke bawah merupakan otot yang paling kuat dan paling subur diantara otot-otot yang
lainnya. Otot yang jauh lebih lemah dan berfungsi untuk mengangkat sayap ke atas
adalah m.supracoracoideus, oleh karena itu dalam kerjanya dibantu oleh mm.deltoidea
major et minor.
(SYSTEMA RESPIRATORIA)
Secara utuh, sistem respirasi pada unggas terdiri dari cavum nasi, larynx,
trachea, syrinx, pulmo (berwarna merah muda, terdapat sepasang, berukuran kecil,
menempel di kiri-kanan collumna vertebralis pada septum dorsalis) dan sacci pneumatic.
Perbedaan dengan mamalia terletak pada (1). Struktur trachea, trachea unggas
merupakan suatu saluran yang dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan (cartilaginesis
trachealis) yang sempurna dan satu sama lain dipertautkan oleh suatu ligamen yang
sempit. (2). volume paru-paru yang konstan dan (3). Adanya kantong-kantong hawa
(sacci pneumatic) yang merupakan kantong membran yang berdinding tipis, berisi udara
yang dihubungkan bronchi secondary dan sistem kerangka (tidak berperan secara
langsung dalam pertukaraan udara). Pada ayam yang baru menetas , umumnya telah
mempunyai kantong-kantong hawa yang relatif besar, sehingga dapat menyuplai udara ke
paru-paru dan semakin berkembang sejalan perkembangan umur ayam. Juga terdapat
syrinx (organ pembentuk suara) yang dahulu disebut larynx caudalis dan hanya terdapat
pada unggas, terletak pada bagian akhir trachea atau bagian awal bronchi.
Cavum oris dan pharynx pada unggas membentuk suatu kesatuan ruangan yang
diselenggarakan oleh ossa maxillae et palati dan ossa mandibulae.rahang atas dan bawah
tersebut diselubungi oleh kulit berlapis tanduk membentuk paruh ( kostrum).lidah
(lingua) terdapat didasar ruang mulut pada paruh madibulae (rostrum mandibulare ).pada
bangsa ayam ,lidah berbentuk runcing (apes linguae) dan melebar ke arah caudal (radix
linguae) sedangkan pada itik dan bebek ,apex linguae berbentuk tumpul.Cavum
pharyngis melanjutkan ruangan mulut ke arah caudal.ditengah-tengah dinding atau langit-
langit atas terdapat celah-celah yang sempit ( rima infudibuli) yang akan menuju ruangan
gendang telinga(infidubulum pharygotypanicum).
Oesephagus
Tembolok (Ingluvies)
Lambung ( Gaster )
Lambung pada unggas dapat dibedakan dalam dua bentuk atau tipe .tipe 1 yang
disesuaikan dengan fungsi menampung makanan pada unggas pemakan ikan dan
daging.tipe 1 ini umumnya mempunyai lambung dengan jaringan otot yang tidak subur
dan sedikit berbeda pada bentuk kantong lambung. Tipe 2 merupakan bentuk karateristik
untuk unggas pemakan tumbuhan ,biji-bijian dan plakton dan memerlukan proses fisik
dan kimia dalam pencernaan.lambung tipe 2 ini sangat jelas terbagi menjadi 2 bagian
yang terpisah yaitu lambung kelenjar dan lambung otot.
Dinding lambung kelenjar terdiri atas 4 lapisan yaitu tunika mucosa gatris, tela
submucosa gastris, tunica muskularis dan tunica serosa gastris. Selaput lendir ( mukosa )
lambung kelenjar menghasilkan sekret mukopolisakarida yang akan melindungi epitel
selaput lendir dari pengaruh asam cairan lambung.fungsi dari lambung kelenjar adalah
satasiun antara sebelum makanan diteruskan ke otot.pada saat ini makanan dilapisi
dengan asam lambung,untuk kemudian dicernadi lambung otot.
Lambung Otot ( Pars muscularis / Ventriculus )
Bagian utama dari lambung otot .corpus ,mempunyai dua sisi permukaan yaitu
facies tendinae.dinding lambung otot lambung terdiri dari jaringan otot yang tebal, kuat,
berwarna merah kebiruan yang disusun oleh 2 otot utama yaitu m.crassus caudodorsalis
dan m.crassus cranioventralis.
Usus ( Intestinum )
Rata rata panjang usus yang di ukur dari pylorus sampai dengan cloaca
dibandingkan dengan panjang badan adalah pada ayam kurang lebih 5-6 kalinya.,pada
itik dan angsa 4-5 kali, dan pada burung merpati 2-4 kali. Ukuran diameter saluran usus
mulai dari pylorus sampai dengan cloaca makin lama makin mengecil.
Dinding usus terdiri dari atas 4 lapis yaitu tunica intestini,tela submocosa, tunica
muscularis dan tunica serosa. Mukosanya mempunyai epitel berbentuk silindris selapis
(prisma tinggi ) dengan penjuluran vili intetinales dan mengandung glandulae intestinales
( dulu disebut crypta glandula lieberkuhn).
Duodenum dimulai dari ostium pylorus pada sisi kanan dari lambung otot,
membentuk suatu lengkungan berbentuk huruf U yang disebut ansa duodenalis dengan
sisi yang menurun ,pars descendens dan sisi yang melengkung ke atas ,pars ascendens,
kemudian berakhir di flexura duodenojejunalis.
Pada jejenum dan ileum terjadi proses pencernaan dan penyerapan makanan
yang sebenarnya dengan bantuan dari kelenjar-kelenjar asesoris. Oleh karena itu bagian
usus ini merupakan bagian yang terpanjang dari saluran pencernaan dan tersusun secara
berkelok-kelok.
Usus besar secara umum lebih kecil dan tipis dibandingkan dengan usus halus
terdiri atas sepanjang usus buntu (caeca)dan rectum yang pendek.
Caecum
Secara umum terdapat sepasang caeca, namum bentuk dan keberadaan usus
bantu pada unggas sangat bervariasi. Usus buntu kanan dan kiri ,caecum dextrum et
sinistrum,masing-masing dihubungkan dengan rectum melalui ostium caeci.pada usus
buntu ini dijumpai terutama bahan tidak tercerna yang mengandung selulosa dan
biasanya homogen berwarna kecoklatan.
Rectum
Rectum berjalan hampir lurus diventral vertebrae, menghubungkan ileum dan
cloaca.walaupun tidak jelas, besar kemungkinan sebagian awal dari rectum ini homolog
dengan colon pada mamalia.itu sebabnya istilah colon dipakai pada buku-buku terdahulu.
Cloaca
Pankreas ( pancreas )
Pankreas merupakan suatu jaringan yang berwarna kuning pucat sampai merah pucat
( rosa ) yang terletak diantara lengkungan duodenum.secara definitif kelenjar pencernaan
ini terdiri atas sedikitnya 3 bagian gelambir .bagian dorsal( lobus pacreatis dorsalis )
terletak paralel terhadap pars descendens doudeni. Dan bagian ventral (lobus pancreatis
ventralis ) mengikuti pars ascendens duodeni.
Hati (Hepar)
Hati terdiri dari dua gelambir ,lobus hepatis sinister , dan lobus hepatis
dexter.kedua gelambir ini dibentuk melalui adanya takik yang sempit,incisura interlobaris
cranialis dan takik yang dalam,incisura interlobaris caudalis. Anatara kedua gelambir
tersebut dihubungkan oleh jembatan parenchym yang terletak sentral ,pars interlobaris.
Kantong empedu (vesica fellea) terletak difacies visceralis dari gelambir kanan
hati. Pada bangsa ayam berbentuk seperti buah pir sedangkan pada itik dan angsa
berbentuk seperti saluran pipa. Bangsa burung merpati ( Columbiformes) dan kakatua
( Psittaciformes ) tidak mempunyai vesica fellea.
Sistem Urinaria
Alat-alat urinasi unggas terdiri atas dua ginjal (Renes) dan dua ureter, unggas
tidak mempunyai kantong air seni, urin mengalir dari ginjalmelalui ureter langsung ke
kloaka. Diperkirakan volume urine yang dibuat per hari 700-800 ml, namun sebagian
diserap kembali oleh tubuh. Penyaluran urin ke kloaka dilakukan oleh ureter yang akan
bermuara di urodeum melalui ostium cloacale ureteris. Pada unggas betina, ureter kiri
bermuara di dinding kloaka sebelah medial dari muara oviduct.
Sistem Genitalia
yang terbentang dari daerah ovarium, melaui ginjal kanan, ke kloaka. Secara morfologis,
oviduct terbagi
dan vagina.
Kuning telur yang sedang berkembang dibungkus di dalam suatu membran tipis
dan halus di sebut folikel. Membran folikel merupakan suatu anyaman kapiler yang halus
dan banyak, dipertautkan ke ovarium dan batang folikel. Kapiler-kapiler tersebut
membawa zat makanan yang meresap melalui dinding membran ke dalam kuning telur
yang sedang tumbuh.jika kuning telur menjadi matang, ia akan memecahkan membran
folikel sepanjang garis yang disebut stigma, daerah yang tidak mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan membran folikelnya sangat tipis. Proses ini disebut ovulasi.
Kuning telur yang baru dibebaskan akan jatuh di dalam ruang perut dan diambil
oleh infundibulum (10-20 menit), bergerak ke dalam magnum dan akan menerima
albumin tebal (putih telur) (2 atau 3 jam), masuk ke isthmus (1-1 jam) untuk mendapat
membrane kulit telur dan albumin tipis dikeluarkan di dalam uterus (20-23 jam). Selain
itu, kulit telur juga menerima pigmen oofin, yang memberikan warna pada kulit telur, lalu
masuk ke vagina dan memiliki lapis cuticula, selanjutnya masuk ke kloaka dan di
keluarkan.
Telur Unggas
Telur unggas terdiri atas: (1). Sel telur (kuning telur), diselaputi oleh 2 lapis kulit
kuning telur; (2). Putih telur; (3). Tali spiral (chalozen) yang berhubungan dengan kulit
kuning telur dan menjulur ke daerah putih telur; (4). Dua lapis selaput kulit telur; (5).
Kerabang telur yang mengandung pori-pori dan diselaputi cuticula.
Telur-telur Abnormal
1). Telur dengan kuning telur ganda; 2). Telur dengan titik-titik darah; 3). Telur
dengan titik-titik daging; 4). Telur dengan kerabang lembek; 5). Telur tanpa kuning telur;
6). Telur di dalm telur.
Skema sebutir telur ayam. Potongan melintang.
a-e. sel telur atau kuning telur; a. kulit kuningtelur; b.
gelembung kuning telur; c. latebra; d. bagian kuning dari
kuningtelur; e. bagian putih dari kuning telur; f.
chalazen; g-i. putih telur; g.lapisan dalam putih telur
(cair); h. lapisan tengah putih telur (kental);i. lapisan
luar putih telur (cair); k. membrane kulit; l. kamar
udara; m.kerabang dengan pori-pori cuticula.
Sistem sirkulasi terdiri dari atas sistem peredaran darah dan limfe. Darah yang
berbedadibawah tekanan adalah sistem tranportasi dari tubuh dan mempunyai fungsi
untuk mangangkut zat makanan ,air,hormon ,enzim dan oksigen ke sel-sel tubuh.
Darah
Darah adalah suatu campuran yang terdiri dari cairan ( 75 % ) dan zat-zat padat (
25 %) ,mengalis melalui sistem sirkulasi.sebagian besar sel-sel darah dibagi dalam dua
tipe,sel-sel darah merah (eritosit) dan sel sel darah putih ( lukosit),eritrosit pada unggas
mempunyai inti dan berbentuk lonjong.leukosit berukuran lebih besar dari eritrosit,
namun jumlahya sedikit.
Sistem Vaskular
Sistem vaskuler dari unggas terdiri atas jantung dengan eampat ruangan
,pembuluh pembuluh arteri dan vena, pembuluh kapiler dan darah.Vaskularisasi tubuh
diselenggarakan oleh arteri yang pada mulanya berasal dari aorta yang dilepaskan oleh
jantung.aorta ini kemudian ini akan bercabang dua yaitu aorta ascendens dan arcus
aortae.
Sistem Limfatika
Sistem peredaran limfa terdiri dari limpa dan pembuluh-pembuluh limfe. Sistem
ini penting sebagai alat pertahanan tubuh ,karena mempunyai mekanisme untuk membuat
sel-sel darah putih.fungsi penting lainnya adalah peranannya dalam memelihara
komunikasi antara darah dan jaringan-jaringan.
Limpa
Kelenjar Thymus
Jaringan ini merupakan suatu alat yang berongga yang terletak didorsal
kloaka.dengan suatu saluran yang bermuara didalamnya.bagian lauar dari bursa terlihat
licin sedangkan rongga didalamnya mengandung banyak lipatan-lipatan.bursa terdiri dari
jaringan limfoid dan diketahui sebagai asal dari sitem imun yang membuat imunitas
terbesar dengan menghasilkan limfosit-limfosit besar dan sel-sel plasma. Bursa fabricius
ini pada unggas dewasa akan menghilang (involusi ) dan fungsinya digantiakan oleh
limpa dan jaringan limfoid lainnya.
Sistem syaraf pusat terdiri dari otak (encephalon) dan medulla spinalis (plexus
brachialis menginervasi otot-otot daerah membrum thoracium, plexus lumbosacralis
menginervasi otot-otot daerah membrum pelvicum ), juga mencakup syaraf-syaraf
cranial (nervi craniales) (membentuk sistem syaraf perifer) dan syaraf-syaraf spinal
(nervi spinales).
DAFTAR PUSTAKA
Getty, R. 1975. Sisson and Grossman The Anatomy of the Domestic Animals, 5th ed., Vol.
2, Aves: Chapter 59-70. W.B. Saunders Co. Philadelphia, London, Toronto.
McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd. London.
Tambahkan komentar
2.
Nov
20
fisiologi
TUGAS FISIOLOGI VETERINER II
FISIOLOGI
HIDAYANTI ADILLAH
O111 12 006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
Jawab:
Kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon-hormon:
ADH (Antidiuretic Hormone) : Kelenjar hipofisa posterior
Aldosteron : Kelenjar adrenal (korteks adrenal zona
glomerulosa)
Atrial Natriuretic Peptide (ARN) : jantung
ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) : kelenjar hipofisa anterior
Renin : Ginjal
Angiotensin : Ginjal
tambahan air oleh ginjal sehingga mampu mengurangi kadar garam dalam
cairan tubuh yang awalnya rendah dan pada akhirnya akan menormalkan
tekanan osmosis dalam darah yang terlalu tinggi.
Aldosteron
Natrium dan sekresi kalsium dalam darah dengan memicu penyerapan ion
kalsium dan ion natrium pada tubulus ginjal.
Perngaruhnya dalam metabolisme garam adalah aldosteron memicu
Renin
Angiotensin
4. Apa yang menyebabkan jika Na+ meningkat maka air juga meningkat dan jika
Na+ menurun, air juga ikut turun?
Jawab:
Jawab:
Jika unsur mineral pada suatu hewan kurang, maka akan mengakibatkan
kondisi tubuh hewan tersebut mengalami gangguan. Misalnya pada sapi, sapi yang
kekurangan akan unsur mineral dapat mengakibatkan pertumbuhannya menjadi
terganggu, anjing mengalami kekerdilan, tulang tumbuh tidak normal, bahan anjing
bisa mengalami kelumpuhan permanen.
6. Jelasakan mekanisme fisiologi pada sapi perah yang mengelurkan air susu
terlalu banyak menyebabkan kelumpuhan!
Jawab:
Milk Fever juga disebut parturient paresis merupakan penyakit metabolik yang
sering terjadi pada sapi perah banyak ditemukan pada sapi perah yang baru saja
melahirkan dan terutama yang berproduksi tinggi.. Milk fever disebabkan kondisi
hypocalcemia dimana kadar Ca di dalam darah rendah. Penyakit ini ditandai dengan
adanya penurunan kadar kalsium di dalam darah, yang normalnya 9-12 mg/dl
menjadi kurang dari 5 mg/dl. Sebanyak 90% kejadian ditemukan dalam 48 jam
setelah proses kelahiran. Jumlah kejadian penyakit akan meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur sapi perah. Milk Fever biasanya ditemukan pada sapi perah yang
telah beranak lebih dari 3 kali.
Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, sapi masih dapat berdiri, tetapi
nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan,kaki dan telinga dingin, suhu
badan rendah kurang lebih 35C, kaki belakang lemah dan sulit berdiri atau berhenti
sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Kalau semakin parah sapi hanya
mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka kesembuhannya
cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan
diberikan pertolongan.
Sapi perah yang mempunyai produksi susu yang tinggi membutuhkan kalsium
dari darah untuk produksi susu yang tinggi. Akibatnya kadar kalsium dalam darah
dalam waktu singkat menjadi rendah (hypocalcaemia). Penurunan kadar kalsium dan
posfor ini adalah sebagai akibat dari pemakaian mineral terutama kalsium dan posfor
secara besar-besaran untuk sintesa air susu dalam ambing. Adanya hypocalcaemia
akan diikuti oleh perubahan kadar fosfor dan gula dalam darah. Kadar fosfor plasma
yang rendah diakibatkan oleh penurunan penyerapan fosfor anorganik dari usus.
Mungkin pula disebabkan oleh meningkatnya sekresi parathormon dan sekresi
calcitosin, hingga ekskresi fosfor meningkat.Calcitonin merupakan suatu zat yang
dapat menurunkan konsentrasi Kalsium dalam darah dengan jalan menghambat
resorbsi oleh tulang. Selain itu, kenaikan parathormon akan diikuti oleh kenaikan
pembongkaran kalsium dalam tulang, yang dalam hal ini dapat dilihat dari ada
tidaknya kenaikan hidroksi prolin di dalam kemih. Hidroksi prolin merupakan hasil
pemecahan kalogen. Dalam hal ini kadar magnesium dalam serum darah
mempengaruhi gejala yang timbul pada sapi perah. Jika kadar magnesium dalam
serum normal atau lebih tinggi maka gejala tetani dan eksitasi akibat hipocalcaemia
akan diikuti oleh relaksasi, otot lemah, depresi, koma dan akan menyebabkan
kelumpuhan.
Dahulu gangguan ini diduga disebabkan oleh adanya bendungan pada sistem
syaraf, alergi, penyakit neuromuskuler, penyakit keturunan, penyakit ketuaan,
penyakit infeksidan penyakit defisiensi makanan yang menyangkut kalsium, fosfor,
vitamin A, vitamin D dan protein. Pada keadaan normal kadar Ca dalam darah
adalah 9-12 mgram persen. Pada keadaan subklinis kadar Ca dalam darah 5-7
mgram persen dan pada kejadian hypocacaemia kadar ion Ca dalam darah 3-5
mgram persen. Jumlah kalsium yang terdapat dalam darah dan cairan ekstra sel
hanya kira-kira 8 gram, sedangkan untuk keperluan laktasi dalam satu hari
dibutuhkan 3 x jumlah itu. Jadi kekurangan kalsium jelas merupakan predisposisi
kejadian hypocalcaemia.
Faktor predisposisi yang berperan dalam kejadian Milk Fever antara lain:
Produksi air susu. Biasanya peningkatan produksi air susu akan
Kemauan makan sapi. Pada saat menjelang melahirkan, 8-16 jam atau
Ransum pakan. Pakan sapi perah yang terdiri dari hijauan dan konsentrat
DAFTAR PUSTAKA
Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing Rumen Function. Departement of Animal
Sciences, University of Missouri Columbia, USA.
Kuchel, Philip dan Gregory B. Ralston. 2006. Biokimia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
0
Tambahkan komentar
3.
Nov
20
PSKH UH
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tekhnik atau cara sterilisasi dan
desinfeksi terhadap operator atau crew, alat (packaging dan penyusunan) serta hewannya.
Peralatan yang digunakan dalam praktikum antara lain alat-alat bedah berupa scalpel,
blade, gunting operasi, needle holder, pinset anatomis dan pinset sirurgis, mosquito,
carmalt forceps, allis tissue forceps, duk klem, towel/duk, needle (jarum jahit). Hasil dari
praktikum ini menunjukkan bahwa untuk melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu
peralatan bedah, pasien, dokter hewan dan tenaga medis yang terkait harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi dilakukan dengan teknik atau cara yang benar untuk mengindari
dari kontaminasi bakteri ataupun mencegah tertularnya penyakit ke operator bedah.
Kata kunci : Sterilisasi dan Desinfeksi, Alat-alat bedah, Operator atau Crew dan Hewan.
PENDAHULUAN
Setiap rambut di daerah operasi harus dicukur sebelum pembedahan untuk tujuan
estetika maupun mengusahakan permukaan yang bersih untuk melekatkan verban.
Pencukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari oleh staf perawat yang terlatih dan dijaga
jangan sampai menyebabkan luka atau abrasi karena keduanya merupakan predisposisi
terhadap infeksi (Foster, 2001).
Daerah yang akan dioperasi harus ditutup dengan duk. Ini bisa dikerjakan dengan
duk kain steril atau dengan bahan sekali pakai. Duk sekali pakai (disposable) memiliki
keuntungan tidak permeabel dan kedap air, sehingga mengurangi risiko kontaminasi oleh
dokter bedah. Namun, harganya jauh lebih mahal. Duk poliuretan yang bisa disayat
banyak digunakan di bagian ortopedi, bedah vaskular dan bedah umum. Pemakaiannya
juga terbatas karena alasan biaya (Foster, 2001).
Beberapa operasi hewan kecil dilakukan dalam keadaan antiseptik. Ini berarti
bahwa ahli bedah harus mencuci tangannya sampai bersih kemudian mempersiapkan
dengan lengkap kulit hewan tersebut dan memakai alat-alat yang telah dibersihkan serta
disterilkan, dan diletakkan pada permukaan yang bersih (Sardjana, 2011).
Dalam prosedur pembedahan teknik aseptik harus dipakai, dan tempat pembedahan
dibagi menjadi tempat yang bersih yang kotor dengan pola aliran bahan-bahan dari yang
bersih ke kotor. Alat-alat yang keluar dari pembedahan menuju ketempat kotor untuk
dicuci kembali dan disterilkan. Instrument-instrumen yang halus mungkin perlu
disterilkan dalam tempat special/khusus dengan suatu system gas ethylene oxide
(Sardjana, 2011).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Gupte,1990) (Rachmawati
dalam Gupte, 2008).
Sterilisasi dan desinfeksi ruangan rumah sakit merupakan suatu usaha untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Krisetyowatir, 2004).
Metode yang digunakan adalah pengenalan alat dan cara menyusunnya serta
tekhnik atau cara sterilisasi dan desinfeksi terhadap operator atau crew, alat (packaging
dan penyusunan) serta hewannya.
Strerilisasi operator atau crew dilakukan dengan cara berurutan dimulai dari ahli
bedah melepaskan pakaian luar dan memasang dengan baju bedah, memakai penutup
rambut dan penutup hidung. Semua arloji, gelang dan cincin dilepas dan ahli bedah serta
asisten mencuci dan menggosok tangan mereka, terutama di bawah kuku.
Tangan dikeringkan dengan handuk steril (bagian yang dibersihkan dan handuk
tidak menyentuh badan) dan cairan yang berlebihan dikeringkan dari pergelangan sampai
siku (dengan gerakan spiral dari handuk). Lipat bagian handuk yang menyentuh siku ke
dalam, ulangi ini pada lengan yang lain pada sisi yang lain dari handuk tersebut
kemudian handuknya dibuang.
Langkah selanjutnya yaitu jubah steril dibuka dengan memegang bagian dalam
dengan baik, tidak menyentuh bagian luar jubah. Masukkan setiap tangan dalam lengan
secara tepat. Seorang asisten dapat menarik gaun dari belakang dan mengikatkan tali di
belakang.
Sarung tangan steril dalam bungkusan dengan tempat kancing dilipat keluar
menutupi telapak. Pada jubah bagian luar sarung tangan tidak disentuh dengan tangan
telanjang. Ini dilakukan dengan memasang sarung tangan pertama dengan memegang
tempat kancing yang terlipat kemudian masukkan jari-jari ke sarung tangan, setelah
semua jari-jari masuk tangan didorong keluar dari ujung tempat kancing jubah dan semua
tangan tertutupi sarung tangan steril, dengan begini, sterilisasi operator atau crew telah
selesai.
Teknik penyusunan alat bedah yaitu tempatkan dua kain berurutan untuk pengalas
alat-alat bedah yang diletakkan sejajar atas bawah atau satu bagian mendekati abdomen
dokter yang akan membedah dan yang satu berada setelahnya. Pada bagian bawah atau
kain sebelah bawah dimulai dengan meletakkan scalpel dan blade, kemudian gunting,
needle holder, pinset, klem mosquito, allies forceps dan carmalt forceps. Selanjutnya
untuk duk klem, benang, jarum dan yang lainnya diletakkan di kain sebelah atas, dengan
susunan nampan atau tempat meletakkan alat-alat bedah diletakkan disebelah kiri yang
berisi cawan untuk menyimpan tampon yang telah digunakan, disampingnya diletakkan
jarum dan benang. Pada bagian samping nampan (di luar nampan) diletakkan duk klem,
tampon dan alkohol. Pastikan semua alat bedah berada dalam keadaan steril.
KESIMPULAN
Untuk melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu peralatan bedah, pasien,
dokter hewan dan tenaga medis yang terkait harus dalam keadaan steril. Hal yang penting
lainnya yaitu kita pertama-pertama harus mngetahui cara packaging dan penyusunan alat-
alat bedah dengan terlebih dahulu harus mengetahui nama alat dan kegunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, M.E., dan G. Morris Stiff. 2001. Teknik Bedah Umum. Jakarta: Farmedia.
Rachmawati, F.J., dan Shofyatul Yumna Triyana. 2008. Perbandingan Angka Kuman
pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar:
Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Sardjana, K.W., dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya: Airlangga
University Press.
Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah
Tambahkan komentar
4.
Nov
20
PSKH UH
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara atau teknik handling dan restrain,
venesectio dan pemberian obat pada anjing dan kucing. Sebanyak satu ekor kucing dan
satu ekor anjing digunakan sebagai sampel. Kucing dan anjing yang digunakan berasal
dari kucing dan anjing kampung yang diambil secara acak didaerah sekitar kampus
Unhas Tamalanrea. Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa handling dan restrain
adalah kunci untuk keberhasilan dalam melakukan venesectio dan pemberian obat karena
dengan cara itulah hewan atau pasien dapat ditangani dengan baik tanpa ada perlawanan
atau meronta yang dapat mengancam keselamatan operator maupun dapat melukai hewan
itu sendiri. Handling dan restrain pada anjing dan kucing dilakukan berdasarkan jenis
atau breed, umur, tingkat tempramen, dan kondisi kesehatan. Misalnya, anjing yang
bermoncong pendek dan panjang, anjing muda dan tua, anjing kecil dan besar, anjing
dengan tempramen tenang dan galak, anjing dengan kondisi cedera ringan dan parah,
berbeda dalam hal handling dan restrain. Keberhasilan handling dan restrain ditentukan
oleh kemampuan atau keterampilan operator/co-operator yang meliputi pengetahuan
kondisi fisiologis atau tempramen anjing, keberanian dalam menangani anjing sehingga
jika didapatkan anjing yang galak dapat diatasi dengan baik.
PENDAHULUAN
Tujuan dari restrain antara lain: 1) Untuk memudahkan pemeriksaan fisik, termasuk
tetes mata dan pemeriksaan rektal, 2) Untuk mengelola lisan, bahan suntik, dan topikal,
3) Untuk menerapkan perban, 4) Untuk melakukan prosedur tertentu (misalnya
kateterisasi urin), dan 5) Untuk mencegah melukai diri sendiri (Elizabeth collar)
(Andayani, 2012).
Restraint dengan cara yang sama Pada anjing moncong panjang: Loop dari tali
kompor atau perban dengan simpul surgeons knot diselipkan ke moncong anjing
kemudian dikencangkan (posisi organ searah dengan anjing, tidak berhadapan dengan
anjing). Selanjutnya tali ditarik kebawah dagu dan disimpul dengan overhand knot,
kemudian tali ditarik kearah dorsal leher dan disimpul dengan kuat dengan reeferss knot
(Rendrawan, 2014).
Jika pada moncong pendek, caranya sama dengan anjing moncong panjang, tetapi
harus dilanjutkan dengan menarik salah satu dari dua ujung tali didorsal leher ke arah
rostral, dikaitkan dengan loop yang pertama lalu ditarik kembali kearah dorsal.
Kemudian dengan ujung tali yang lain disimpul atau dibuat simpul menggunakan metode
reefers knot (Rendrawan, 2014).
Metode yang digunakan adalah cara handling dan restrain serta vena sectio. Teknik
restrain pada anjing kecil dilakukan dengan cara tangan kanan diselipkan ke ventral tubuh
anjing dengan jari tangan (kecuali ibu jari) dilewatkan di antara kedua kaki depan,
sehingga menyangga bagian dada anjing. Tangan kiri digunakan untuk memegang kulit
bagian dorsal sehingga anjing tidak dapat menggigit. Usahakan agar tubuh hewan terletak
nyaman di pinggang pembawa. Untuk anjing ras besar, restrain dapat dilakukan dengan
cara menggendong, maka posisi anjing berada di depan pembawa. Pada metode ini
sebaiknya anjing direstrain moncongnya untuk mencegah gigitan.
Teknik restrain pada kucing yaitu tangan diselipkan di bagian ventral tubuh kucing,
dengan posisi jari teunjuk menopang dada kucing dan bagian jari lain menjepit kaki
depan kucing. Tangan kiri menahan bagian dorsal leher dengan lembut, selanjutnya
kucing diangkat. Jepit tubuh kucing di antara tekukan lengan dan pinggang.
Cara restrain moncong pada anjing yaitu ada dua yaitu restrain moncong panjang
dan moncong pendek. Pada anjing moncong panjang ada dua metode yang dapat
digunakan yaitu metode 1: Loop dari tali kompor atau perban dengan simpul surgeons
knot diselipkan ke moncong anjing kemudian dikencangkan (posisi organ searah dengan
anjing, tidak berhadapan dengan anjing). Selanjutnya tali ditarik kebawah dagu dan
disimpul dengan overhand knot, kemudian tali ditarik kearah dorsal leher dan disimpul
dengan kuat dengan reeferss knot. Pada metode dua moncong terikat pada waktu yang
lebih cepat dibandingkan metode pertama, namun dari segi keamanan lebih rendah.
Restrain moncong untuk anjing bermoncong pendek sama seperti restrain moncong
panjang metode 1, namun harus dilanjutkan dengan menarik salah satu dari dua ujung tali
di dorsal leher ke rostral, dikaitkan dengan loop yang pertama lalu ditarik kembali kea
rah dorsal. Kemudian dengan ujung tali yang lain disimpul atau dibuat simpul
menggunakan metode reeferss knot. Adapun restrain moncong kucing sama dengan
restrain anjing moncong pendek.
Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa handling dan restrain adalah kunci
untuk keberhasilan dalam melakukan venesectio dan pemberian obat karena dengan cara
itulah hewan atau pasien dapat ditangani dengan baik tanpa ada perlawanan atau meronta
yang dapat mengancam keselamatan operator maupun dapat melukai hewan itu sendiri.
Handling dan restrain pada anjing dilakukan berdasarkan jenis atau breed, umur, tingkat
tempramen, dan kondisi kesehatan. Misalnya, anjing yang bermoncong pendek dan
panjang, anjing muda dan tua, anjing kecil dan besar, anjing dengan tempramen tenang
dan galak, anjing dengan kondisi cedera ringan dan parah, berbeda dalam hal handling
dan restrain. Keberhasilan handling dan restrain ditentukan oleh kemampuan atau
keterampilan operator/co-operator yang meliputi pengetahuan kondisi fisiologis atau
tempramen anjing, keberanian dalam menangani anjing sehingga jika didapatkan anjing
yang galak dapat diatasi dengan baik.
Anjing yang akan di infus pertama-tama dilakukan handling dan restrain oleh
asisten, selanjutnya menahan atau membendung aliran vena dengan menempatkan
tourniquet di proksimal vena yang akan di tusuk, atau di bendung dengan menggunakan
ibu jari asisten pada vena cephalica, ibu jari di tempatkan di atas siku lalu menekan vena,
sedangkan ke empat jari lainnya berada di bawah (siku) memegangi kaki tersebut.
Dengan memegangi kaki di bagian tersebut, restrain kaki menjadi efektif sehingga anjing
mengalami kesulitan melakukan gerakan yang menghentak dan resiko tertusuk jarum
juga dapat terhindar. Sedangkan tangan yang satu (kiri) memegang bagian leher atas
untuk menahan gerakan kepala.
Setelah persiapan handling dan restrain selesai, cukur rambut bagian kaki depan
anjing atau kucing hingga vena yang akan di tusuk terlihat lalu semprotkan alcohol ke
kaki pasien untuk desinfeksi. Abocad yang di gunakan adalah abocad 22 biru untuk
anjing dan abocad 24 kuning untuk kucing, tusukkan abocad di kaki pasien. Saat
ditusukkan perhatikan abocad apakah saat ditusuk mengeluarkan darah jika abocad
berhasil dimasukkan di vena. Tarik abocadnya, masukkan infus ke abocad dan di balut
plaster. Pasien yang telah di infus, tetesan cairan di hitung berapa kali dalam 1 menit
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Setelah selesai menginfus, gunting plaster secara perlahan agar rambut pasien tidak
terlalu banyak tercabut. Ambil kapas untuk menekan pengeluaran aliran darah berlebih.
KESIMPULAN
Handling , Restrain ,Vanesectio dan pemberian obat adalah perlakuan atau tindakan
dokter hewan untuk mencegah aksi gerak pasien baik itu moril ataupun fisik, saat
pengambilan darah (venesectio) dan pemberian obat. Tujuannya Memudahkan
pemeriksaan fisik, pemberian obat oral,injeksi, topikal, Memasang perban, Melakukan
prosedur tertentu (urinary catheterization), Mencegah melukai diri sendiri (Elizabethan
collar).
DAFTAR PUSTAKA
Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar:
Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Soegiri, J dan Wulansari, Retno. 2007. Cara-cara mengekang Hewan. IPB Press: Bogor.
LAMPIRAN
Gambar 1. Cara Handling anjing
Gambar 2.
Gambar 4. Gambar 5.
melakukan venesectio
0
Tambahkan komentar
5.
Nov
20
Kelompok 3
PSKH UH
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera
pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman
(pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau
mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan
menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta
pemeriksaan dengan alat dignostik lain (Widodo, 2011).
Sinyalmen atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri seekor hewan merupakan
ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada
kemiripan satu sama lainnya (twin) (Widodo, 2011). Sinyalmen terdiri dari data pasien
yang harus diketahui seperti nama/nomor, spesies, ras/breed, kelamin/sex, umur/age, bulu
dan warna/spesifik pattern, berat badan dan tanda-tanda lain yang penting, dan data yang
lain yang harus diketahui yaitu data klien yang berupa nama, alamat dan nomor telepon
(Ikliptikawati, 2014).
Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang
sejarah perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi
(Widodo, 2011).
Melihat, membau, dan mendengar penting untuk pemeriksaan fisik. Dokter hewan
yang baik menghindari membuat keputusan diagnosa berdasarkan data turunan dari
laboratorium yang melewatkan pemeriksaan fisik karena korelasi semua data relevan
untuk determinasi diagnosa yang tepat.Ketika memungkinkan, suhu dan berat badan
hewan seharusnya dicatat sebelum dokter hewan masuk ruang pemeriksaan. Hal ini
dilakukan oleh kooperator yang berkesempatan untuk komunikasi dengan pemilik hewan
atau klien, mengumpulkan informasi yang berhubungan, catat perubahan berat, dan
identifikasi pemilik hewan atau klien.Ini adalah kesempatan yang baik bagi kooperator
untuk mencatat obat yang baru saja diberikan, penggunaan agen profilaksis (misal untuk
cacing hati dan kutu), status vaksinasi hewan, dan status reproduksinya (misal mandul,
normal, atau siklus birahi terakhir).Pemeriksaan fisik mulai ketika dokter hewan
memasuki ruang pemeriksaan. Dokter klinik harus melihat kenampakan umum tentang
hewan.(Ettinger, 2010).
Pemeriksaan Fisik pada Kucing
A. Umum
Setelah dilakukan sinyalemen atau registrasi dan anamnesa maka selanjutnya
dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi; Inspeksi diantaranya melihat, membau, dan
mendengarkan tanpa alat bantu. Diusahakan agar hewan tenang dan tidak curiga kepada
pemeriksa. Inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala
arah dan keadaan sekitarnya. Diperhatikan pula ekspresi muka, kondisi tubuh,
pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara
hewan. (Fowler. 2008).
Pulsus, temperatur dan nafas
Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur (normal:
92-150/menit). Nafas diperiksa dengan cara menghitung frekuensi dan memperhatikan
kualitasnya dengan cara melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan
menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (normal: 26-48/menit).
Temperatur diperiksa pada rectum dengan menggunakan termometer (normal: 37,6-39,4).
(Fowler. 2008).
Selaput lendir
Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak
mata bawah. Penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran mukosa yang
tampak anemia (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis
dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan
oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi.
Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan
terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi
petechial menyebabkan hemoragi purpura (Fowler. 2008).
B. Sistemik
Sistem Pencernaan
Pakan atau minum diberikan untuk melihat nafsu makan dan minum. Kemudian
dilihat juga keadaan abdomen antara sebelah kanan dan kiri. Mulut, dubur, kulit sekitar
dubur dan kaki belakang juga diamati, serta cara defekasi dan fesesnya. (Fowler. 2008).
1) Mulut, Pharynx, dan Oesophagus
Mulut kucing dibuka dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, dan
dilakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi
dengan leluasa seperti bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-
geligih serta kemungkinan adanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali
lainnya. Oesophagus dipalpasi dari luar sebelah kiri dan pharynx. (Fowler. 2008).
2) Abdomen
Inspeksi dilakukan pada abdomen bagian kiri dan kanandengan memperhatikan isi
abdomen yang teraba serta dilakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk
mengetahui peristaltik usus. Lakukan pula eksplorasi dengan jari kelingking, perhatikan
kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau feses
yang keras. (Fowler. 2008).
Sistem Pernafasan
Adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up, frekuensi dan tipe
nafasnya perlu diperhatikan. (Fowler. 2008).
1) Hidung
Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, rabalah suhu lokal dengan
menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Serta lakukanlah perkusi pada daerah
sinusfrontalis. (Fowler. 2008).
2) Pharynx,Larinx, Trakea
Dilakukan palpasi dari luar dengan memperhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan
pula limfoglandula regional, suhu, konsistensi, dan besarnya, lalu bandingkan antara
limfoglandula kanan dan kiri. (Fowler. 2008).
3) Rongga dada
Perkusi digital dilakukan dengan membaringkan kucing pada alas yang kompak,
dan diperhatikan suara perkusi yang dihasilkan. Palpasi pada intercostae lalu perhatikan
adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. (Boddie. 1962). (Fowler. 2008).
Sistem Sirkulasi
Diperhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti anemia, sianosis, edema
atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah
hewan.Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan
secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri).
Perhatikan pula adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3
bawah leher. (Boddie. 1962).
Sistem Limphatica
Sistem Lokomotor
Perhatikanlah posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Periksalah musculi dengan
membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan pula
suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi
diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi
cara berjalan dan keadaan persendian, lakukanlah palpasi apakah ada penebalan, cairan
(pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea) (Boddie. 1962).
Organ Uropoetica
Perhatikanlah sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang keluar,
warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
(Boddie. 1962).
Anamnesis adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan klien atau
pemilik hewan mengenai keadaan hewannya. Cara mendapatkan anamnesis dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan menyidik namun tidak disadari oleh pemilik
hewan. Seorang dokter hewan harus berusaha mendapatkan keterangan selengkap
mungkin dari pemilik hewan untuk memperoleh peneguhan diagnosis.
Metode inspeksi dilakukan dengan cara melihat, membau, dan mendengarkan tanpa
alat bantu.
Mencium atau membaui, ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan aroma atau
bau yang ditimbulkan atau dikeluarkan dari lubang umlah hewan yang nantinya akan
dapat menuntun pemeriksaan fisik hewan pada kejadian penyakit tertantu.
Tes alergi. Kulit dipandang sebagai indikator alergi, penilaian alergi secara klinis
pada tindakan tuberkulinasi, malleinasi dan uji sensitifitas terhadap antibiotika.
A. Hasil
Pada praktikum ini, diperoleh data pasien (sinyalmen) berupa:
Nama/Nomor : Momo
Spesies : kucing
Ras/Breed : domestik
Kelamin/Sex : betina
Umur/Age : 1 tahun
Bulu Dan Warna : keadaan bulu bersih, warna putih dengan corak hitam dan coklat
Berat Badan : 2 kg
Tanda-Tanda Lain : bagian dagu terdapat corak hitam.
Pada klien atau si pemilik hewan diperoleh data:
Nama: Muhammad Noer
Alamat: Kompleks UNHAS Tamalanrea
B. Pembahasan
Pemeriksaaan umum terbagi atas inspeksi, pulsus dan nafas, suhu tubuh, selaput
lendir, pemeriksaan alat pencernaan, pemeriksaan alat pernafasan, pemeriksaan sistem
peredaran darah dan pemeriksaan sistem getah bening. Inspeksi dilakukan dengan cara
melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu.
Pada hewan yang diinspeksi selama praktikum ditemukan bahwa Hewan sehat
jalannya teratur, rapi, bergantian antara keempat kakinya. Pincang, loyo, atau bahkan tak
bisa berjalan menunjukkan hewan sedang sakit. Sedangkan pasien pada praktikum tidak
aktif (kurang bergerak dan malas) walaupun cara berjalannya normal artinya pasien
berada dalam keadaan sakit, warna rambut normal/cerah, terdapat leleran disekitar
hidung, leleran yang ditemukan agak kental yang mengindikasikan hewan tersebut
terkena flu, warna konjunctiva pink pucat, ada bekas kotoran dibagian dekat mata, bola
mata bersih, bening dan cerah. Sedikit kotoran di sudut mata masih normal. Kelopak
mata bagian dalam (conjunctiva) berwarna kemerahan (pink) dan tidak ada luka artinya
konjunctiva normal. Kelainan yang biasa dijumpai pada mata yaitu adanya kotoran
berlebih sehingga mata tertutup, kelopak mata bengkak, warna merah, kekuningan
(icterus) atau cenderung putih (pucat), artinya konjunctiva pasien sedikit kurang sehat
namun matanya normal, bagian telinga banyak terdapat kotoran artinya kebersihan
telinga kurang terawat, hal ini bisa menjadi sarang bagi ektoparasit maupun endoparasit
jika dibiarkan terus-menerus, bagian vulva normal, berwarna pink pucat, bagian footpad
berwarna normal dan tidak terdapat kotoran, bagian tubuh lain seperti kulit normal, tidak
terdapat tonjolan ataupun lesi, daerah sekitar mulut bersih, tidak mengalami dehidrasi
setelah dilakukan pemeriksaan kulit, CRT normal, waktu yang dibutuhkan untuk kembali
ke warna semula 3 detik sedangkan kita ketahui bahwa CRT normal jika waktu
kembalinya 1-3 detik, serta bau mulut normal tidak ditemukan bau ureum ataupun bau
lain yang bisa mengindikasikan adanya kelainan.
Pemeriksaan pulsus dan nafas diperoleh pulsus pasien 80 kali/menit, dan frekuensi
nafasnya 28 kali/menit. Diketahui bahwa pulsus normal kucing adalah 92-150 kali/menit,
artinya pulsus pasien tidak normal. Sedangkan frekuensi nafas yang normal pada kucing
yaitu 26-48 kali/menit artinya frekuensi nafas pasien normal. Suhu tubuh pasien pada
praktikum ini yaitu 38,4 C. diketahui suhu tubuh normal kucing yaitu 37,6 - 39,4 C
artinya pasien memiliki suhu tubuh yang normal.
Pada pemeriksaan selaput lendir, diperoleh konjunctiva berwarna pink pucat, mata
normal dan selaput lendir hidung didapatkan leleran yang mengindikasikan pasien
terkena flu, pada mulut dan vulva normal tidak ada leleran ataupun kelainan.
Pemeriksaan alat pencernaan. Pada mulut setelah dibuka tidak tercium bau urea
atau bau mulutnya normal, gusi berwarna normal pink pucat, lidah dan gigi bersih, pada
faring, esophagus dan abdomen hingga ke daerah anus setelah dilakukan palpasi tidak
menunjukkan batuk atau kontraksi berlebihan dari kucing yang menunjukkan bahwa si
pasien (kucing) berada dalam keadaan sehat karena tidak mengalami kesakitan ataupun
melakukan perlawanan saat dipalpasi. Hanya saja didapatkan ekornya seperti patah.
Pemerikaan alat pernafasan. Pada kucing, perkusi hidung tidak perlu dilakukan
dikarenakan hidung kucing cukup lembut dan ditakutkan cukup berbahaya jika
dipaksakan dilakukan perkusi, jika memang perlu, perkusi bisa dilakukan dengan jari.
Pada pemeriksaan hidung ditemukan leleran hidung dan pada saat mengetuk dengan jari
daerah sinus frontalis bunyinya normal (resonan). Jika berisi cairan, otomatis akan
memberikan suara yang berbeda yaitu suara pekak.
Setelah palpasi, dilakukan auskultasi. Setelah dilakukan auskultasi tidak ditemukan
kelainan pada suara jantung, paru-paru maupun kelainan di daerah abdomen. Suara yang
didapatkan pada waktu auskultasi jantung digambarkan sebagai suara pertama, suara
kedua, suara ketiga dan suara keempat. Suara pertama disebabkan oleh kontraksi kedua
ventrikel yang diikuti oleh penutupan katub atrioventrikuler dan suara kedua terdengar
ketika terjadi penutupan katub semilunar segera setelah ejeksi sempurna. Suara ketiga
dan keempat merupakan temuan patologis yang disebut dengan suara gallop. Pada hewan
sehat suara jantung yang terdengar adalah suara pertama dan suara kedua, suara ketiga
dan keempat tidak terdengar.
Pemeriksaan sistem getah bening. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukakn
palpasi pada daerah-daerah dengan limphoglandula, di mana jika ada pembengkakan
maka daerah sekitarnya dapat kita simpulkan mengalami suatu peradangan atau kelainan.
Adapun daerah palpasi limphoglandula pada anjing yaitu lg. mandibularis, lg.
retroparingealis, lg. prescapularis, lg. axillaris, lg. inguinalis dan lg. poplitea. Raba bagian
kulitnya dan temukan bentuk benjolan. Dalam keadaan normal tidak terlalu mencolok
kelihatan. Apabila ada peradangan kemudian membengkak, tanpa diraba akan terlihat
jelas pembesaran didaerah dimana kelenjar getah bening berada. Pada pasien, kelenjar
getah beningnya tidak ada yang mengalami pembengkakan yang artinya tidak terjadi
peradangan didaerah sekitarnya.
KESIMPULAN
Sebelum melakukan pemeriksaan, didahului dengan melakukan sinyalmen dan
anamnesa dengan keterangan dari klien. Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat
dilakukan dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan,
pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau
perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui,
mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium
klinik serta pemeriksaan dengan alat dignostik lain. Pada kucing yang diamati dalam
praktikum ini merupakan kucing berbulu pendek yang sesuai literatur mempunyai
kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan, hal ini terbukti dengan adanya leleran di
hidung dan pasien yang mengalami bersin-bersin.
DAFTAR PUSTAKA
Fowler, Murray E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals 3rd
Ed. UK: Wiley-Blackwell Publishing
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.
Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah
Tambahkan komentar
6.
Nov
20
Kelompok 3
PSKH UH
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal alat-alat yang digunakan dalam
mendiagnosa suatu penyakit atau gejala penyakit pada hewan. Peralatan yang
diperkenalkan dalam praktikum ini antara lain hammer atau palu reflex, pleximeter,
tongue spatel, laryngoskop, spiculum vagina (vaginoskop), otoskop, penlight,
thermometer, stetoskop, oftalmoskop, endoscopy, tensimeter, CT-scan, ultrasonography
atau USG serta elektrokardiografi atau ECG. Pengenalan pada alat diagnosa terbukti
sangat membantu dalam peneguhan suatu diagnosis dengan mengetahui fungsi dan cara
menggunakannya.
PENDAHULUAN
Diagnostika sejatinya adalah suatu cabang ilmu tentang mengenali dan menamai
penyakit atau membuat diagnosis (Widodo, 2011).
Membuat diagnosis dapat ditujukan kepada seekor hewan yang ditangani seorang
dokter hewan, dapat pula ditujukan kepada sekelompok atau sekawanan hewan melalui
pemeriksaan acak dan yang terakhir adalah ditujukan untuk maksud pemberian status
kesehatan suatu peternakan atau wilayah usaha peternakan. Dalam hal ini diagnostika
lebih banyak ditujukan kepada peternakan hewan produksi (farm and food animal
husbandry) (Widodo, 2011).
Alat-alat medis adalah alat yang dipergunakan dalam bidang kedokteran. Fungsinya
mulai dari pemeriksaan, pemeliharaan sampai pengobatan. Karena itu, pengenalan alat-
alat medis untuk diagnose klinis menjadi sangat penting (Widiyono, 2001).
Adapun hasil dari praktikum ini alat-alat yang digunakan untuk mendiagnosa
yaitu :
Hammer atau Palu Reflex digunakan untuk memeriksa kemampuan reflex dari
bagian-bagian tertentu tubuh kita, biasanya lutut. Biasa juga disebut dengan alat
perkusi.
Cara menggunakannya dengan memukulkan atau mengetukkan hammer pada
daerah yang ingiin dilihat refleksnya ataupun pada daerah yang akan didengar ada
tidaknya suara resonan ataupun suara pekak normal pada beberapa bagian tubuh
hewan.
Pleximeter merupakan alas dari hammer yaitu alat berbentuk pelat (bahasa
Belanda: plaat) atau lempengan yang terbuat dari gading, metal (logam) atau gelas,
yang digunakan untuk mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat
pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa.
Tongue Spatel digunakan untuk menekan lidah agar dapat melihat lebih jelas
keadaan dalam mulut (tenggorokan), apakah ada kelainan misalnya peradangan seperti
pharyngitis, amandel dan lain-lain.
Cara menggunakannya dengan balut kasa steril pada bagian ujung spatel yang
permukaannya lebih lebar. Masukkan perlahan pada daerah mulut -/+ 3 cm, lalu tekan
lidah (seperti mendongkrak), mengangkat maxila (rahang atas) dan lihatlah keadaan
dalam tenggorokan.
Laryngoskop digunakan untuk melihat ada tidaknya kelainan pada laryng. Untuk
mendiagnosa penyebab batuk, misalnya batuk berdarah, sakit tenggorokan atau bau
mulut; untuk mencari penyebab kesulitan menelan; untuk menilai nyeri konstan
kemungkinan penyebab di telinga; untuk menghilangkan benda asing; untuk
menemukan pembengkakan tenggorokan.
Cara menggunakan laringoskop yaitu dengan memasukkannya ke mulut di sisi
kanan dan membalik ke kiri untuk menangkap dan menggerakkan lidah dari garis
pandang, dan, tergantung pada jenis pisau yang digunakan, dimasukkan baik anterior
atau posterior epiglotis dan kemudian diangkat dengan gerakan ke atas dan ke depan
("menjauh dari anda dan menuju langit-langit"). Langkah ini memungkinkan kita
melihat glotis.
Thermometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Terbagi atas 3 jenis yaitu,
thermometer air raksa, thermometer digital dan thermometer infra merah. Adapun
thermometer air raksa dan thermometer digital memiliki perbedaan pada pengukurnya.
Untuk thermometer digital, jika suhu tubuh sudah didapat maka alat tersebut akan
mengeluarkan bunyi dengan sendirinya. Sedangkan thermometer raksa sendiri
deteksinya memakan waktu yang lama, sehingga kurang efisien untuk digunakan.
Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada rectum atau anus
hewan lalu tunggu beberapa saat sampai didapatkan suhu tubuhnya.
umumnya pada bagian tubuh yang berongga. Misalnya pada bagian thorax dan
abdomen. Pada bagian thorax dapat didengarkan suara jantung dan suara paru-paru
(resonan atau pekak). Dan pada bagian abdomen digunakan untuk mendengar suara
gerakan rumen pada hewan besar, detak jantung janin jika dalam keadaan bunting
trimester akhir.
Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada area intercostalis jika
yang ingin diperiksa adalah jantung. Pastikan pasien dalam keadaan rileks. Jangan
lupa memasang stetoskop di telinga, kemudian dengarkan detak jantungnya.
Oftalmoskop adalah alat untuk melihat bagian mata dalam dinamakan fundus dan
kelainan yang terjadi pada alat-alat pencernaan bagian atas dan juga tenggorokan.
Keunggulan dalam bidang endoscopy adalah ERCP atau Endoscopic Retrograde
Cholangio-Pancreatography. ERCP adalah salah satu tindakan endoskopi untuk
meneliti kasus pada saluran empedu juga pancreas.
Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan ke anus, endoskop biasanya
digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak
hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar
yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau
evaluasi lebih lanjut.
Tonometri adalah Sebuah tes untuk mengukur tekanan di dalam mata Anda, yang
disebut tekanan intraokuler (TIO). Tes ini digunakan untuk memeriksa glaukoma ,
sebuah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan dengan merusak saraf di
belakang mata (saraf optik). Tonometri mengukur TIO dengan merekam ketahanan
kornea.
Cara menggunakannya yaitu tonometer diletakkan di atas kornea. Tonometer
harus sejajar dengan apeks kornea. Selain itu pemeriksa harus hati-hati tidak menekan
bola mata dengan tonometer.
Tensimeter adalah alat medis yang dipergunakan untuk mengukur tensi atau
tekanan darah. Dipergunakan untuk pemeriksaan pasien hipertensi, anemia dan lain
sebagainya. Ada dua jenis tensimeter yaitu tensimeter air raksa dan tensimeter digital.
Tensimeter air raksa di luar negeri saat ini sudah dilarang untuk digunakan lagi
karena bahaya dari air raksanya jika tensimeter tersebut pecah. Tensimeter digital
sendiri lebih canggih dan praktis untuk digunakan, namun harganya memang lebih
mahal dibandingkan dengan yang konvensional.
aktivitass elektro atau kelistrikan yang terjadi di dalam jantung. Hasilnya dapat terlihat
pada elektrodiagram. Biasanya digunakan pada penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan fungsi jantung.
Cara menggunakannya yaitu pemeriksaan EKG diawali dengan pencukuran
rambut dengan clipper dan pemberian gelombang EKG di area pemasangan lead
elektroda. Dan hasilnya akan keluar dalam bentuk kertas yang berisi hasil rekam
jantung.
KESIMPULAN
Pengenalan pada alat diagnosa terbukti sangat membantu dalam peneguhan suatu
diagnosis dengan mengetahui fungsi dan cara menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT
Berbasis Web dengan e2gLite Expert System Shell. Jurnal Teknologi Industri,
Volume 12, Nomor 1.
Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.