Anda di halaman 1dari 74

STERILISASI DAN DESINFEKSI PREOPERATIVE

(Operator dan Crew, Packaging Alat dan Penyusunan Alat, Hewan)


Hidayanti Adillah (O 111 12 006)
Kelompok 3, Aldi Derianto Amir (Asisten)
Ilmu Bedah Umum Veteriner
Bagian Bedah dan Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi.
PSKH UH

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tekhnik atau cara sterilisasi dan desinfeksi
terhadap operator atau crew, alat (packaging dan penyusunan) serta hewannya. Peralatan yang
digunakan dalam praktikum antara lain alat-alat bedah berupa scalpel, blade, gunting operasi,
needle holder, pinset anatomis dan pinset sirurgis, mosquito, carmalt forceps, allis tissue forceps,
duk klem, towel/duk, needle (jarum jahit). Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa untuk
melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu peralatan bedah, pasien, dokter hewan dan tenaga
medis yang terkait harus dalam keadaan steril. Sterilisasi dilakukan dengan teknik atau cara yang
benar untuk mengindari dari kontaminasi bakteri ataupun mencegah tertularnya penyakit ke
operator bedah.
Kata kunci : Sterilisasi dan Desinfeksi, Alat-alat bedah, Operator atau Crew dan Hewan.

PENDAHULUAN

Setiap rambut di daerah operasi harus dicukur sebelum pembedahan untuk tujuan estetika
maupun mengusahakan permukaan yang bersih untuk melekatkan verban. Pencukuran sebaiknya
dilakukan pada pagi hari oleh staf perawat yang terlatih dan dijaga jangan sampai menyebabkan
luka atau abrasi karena keduanya merupakan predisposisi terhadap infeksi (Foster, 2001).
Daerah yang akan dioperasi harus ditutup dengan duk. Ini bisa dikerjakan dengan duk kain
steril atau dengan bahan sekali pakai. Duk sekali pakai (disposable) memiliki keuntungan tidak
permeabel dan kedap air, sehingga mengurangi risiko kontaminasi oleh dokter bedah. Namun,
harganya jauh lebih mahal. Duk poliuretan yang bisa disayat banyak digunakan di bagian
ortopedi, bedah vaskular dan bedah umum. Pemakaiannya juga terbatas karena alasan biaya
(Foster, 2001).
Beberapa operasi hewan kecil dilakukan dalam keadaan antiseptik. Ini berarti bahwa ahli
bedah harus mencuci tangannya sampai bersih kemudian mempersiapkan dengan lengkap kulit
hewan tersebut dan memakai alat-alat yang telah dibersihkan serta disterilkan, dan diletakkan
pada permukaan yang bersih (Sardjana, 2011).
Dalam prosedur pembedahan teknik aseptik harus dipakai, dan tempat pembedahan dibagi
menjadi tempat yang bersih yang kotor dengan pola aliran bahan-bahan dari yang bersih ke
kotor. Alat-alat yang keluar dari pembedahan menuju ketempat kotor untuk dicuci kembali dan
disterilkan. Instrument-instrumen yang halus mungkin perlu disterilkan dalam tempat
special/khusus dengan suatu system gas ethylene oxide (Sardjana, 2011).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Gupte,1990) (Rachmawati dalam
Gupte, 2008).
Tujuan setiap larutan antiseptik preoperasi adalah menurunkan secara cepat
mikroorganisme pada kulit tanpa merusak kulit. Antiseptik merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Walaupun seringkali disinonimkan dengan antiseptik
namun pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda mati (Purnomo,
2009).
Fungsi sterilisasi di antaranya: pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencemaran
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme
(Gupte, 1990) (Rachmawati dalam Gupte, 2008). Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
desinfeksi yaitu proses mematikan semua mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan
infeksi (Gupte, 1990) (Rachmawati dalam Gupte, 2008).
Sterilisasi dan desinfeksi ruangan rumah sakit merupakan suatu usaha untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial (Krisetyowatir, 2004).
Tujuan utama pemakaian antiseptik adalah untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan sistem enzim bakteri dan mengubah
daya permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi, halogenasi dan pengendapan bakteri
(Purnomo, 2009).
Dokter bedah diharuskan memakai pakaian bedah untuk melindungi pakaiannya sendiri
dan memakai sarung tangan, untuk menghindari infeksi sesudah operasi, eksperimen survival
memerlukan teknik operasi aseptik, teknik ini meliputi pemakaian baju dan alat-alat steril,
persiapan daerah operasi dan penanganan luka penderita yang steril (Sardjana, 2011).

MATERI DAN METODE

Praktikum dilakukan di Unhas Barayya, Labaratorium Kedokteran Hewan, Fakultas


Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Peralatan yang digunakan dalam praktikum antara lain
alat-alat bedah berupa scalpel, blade, gunting operasi, needle holder, pinset anatomis dan pinset
sirurgis, mosquito, carmalt forceps, allis tissue forceps, duk klem, towel/duk, needle (jarum
jahit). Bahan alcohol 70 %, kasa dan benang absorbable dan non absorable.
Metode yang digunakan adalah pengenalan alat dan cara menyusunnya serta tekhnik atau
cara sterilisasi dan desinfeksi terhadap operator atau crew, alat (packaging dan penyusunan) serta
hewannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strerilisasi operator atau crew dilakukan dengan cara berurutan dimulai dari ahli bedah
melepaskan pakaian luar dan memasang dengan baju bedah, memakai penutup rambut dan
penutup hidung. Semua arloji, gelang dan cincin dilepas dan ahli bedah serta asisten mencuci dan
menggosok tangan mereka, terutama di bawah kuku.
Adapun teknik mencuci tangan sebelum pembedahan yaitu mula-mula tangan dicuci pada
bagian telapak tangan kemudian diberi sabun. Saat memberi sabun jangan sampai telapak tangan
menyentuh keran air, lakukan hal tersebut dengan menggunakan siku. Setelah telapak tangan
dilanjutkan dengan menggosok punggung tangan bergantian kiri dan kanan, selanjutnya sela-sela
jari, lalu menyatukan jari-jari kanan dan kiri kemudian digosok dengan cara memutar kearah
depan secara bergantian, menggosok ibu jari secara berputar juga dilakukan bergantian kiri dan
kanan kemudian yang terakhir menggosok kuku pada telapak tangan juga dilakukan pada tangan
kiri dan kanan. Setelah menggosok, jangan menyentuh benda-benda yang kotor seperti pakaian,
kotak sabun dan juga keran air juga kembali harus dimatikan dengan menggunakan siku atau
dengan bantuan seorang asisten. Tangan harus lebih tinggi dari siku agar air menetes kebagian
yang tidak dibersihkan.
Tangan dikeringkan dengan handuk steril (bagian yang dibersihkan dan handuk tidak
menyentuh badan) dan cairan yang berlebihan dikeringkan dari pergelangan sampai siku (dengan
gerakan spiral dari handuk). Lipat bagian handuk yang menyentuh siku ke dalam, ulangi ini pada
lengan yang lain pada sisi yang lain dari handuk tersebut kemudian handuknya dibuang.
Langkah selanjutnya yaitu jubah steril dibuka dengan memegang bagian dalam dengan
baik, tidak menyentuh bagian luar jubah. Masukkan setiap tangan dalam lengan secara tepat.
Seorang asisten dapat menarik gaun dari belakang dan mengikatkan tali di belakang.
Sarung tangan steril dalam bungkusan dengan tempat kancing dilipat keluar menutupi
telapak. Pada jubah bagian luar sarung tangan tidak disentuh dengan tangan telanjang. Ini
dilakukan dengan memasang sarung tangan pertama dengan memegang tempat kancing yang
terlipat kemudian masukkan jari-jari ke sarung tangan, setelah semua jari-jari masuk tangan
didorong keluar dari ujung tempat kancing jubah dan semua tangan tertutupi sarung tangan steril,
dengan begini, sterilisasi operator atau crew telah selesai.
Teknik penyusunan alat bedah yaitu tempatkan dua kain berurutan untuk pengalas alat-alat
bedah yang diletakkan sejajar atas bawah atau satu bagian mendekati abdomen dokter yang akan
membedah dan yang satu berada setelahnya. Pada bagian bawah atau kain sebelah bawah
dimulai dengan meletakkan scalpel dan blade, kemudian gunting, needle holder, pinset, klem
mosquito, allies forceps dan carmalt forceps. Selanjutnya untuk duk klem, benang, jarum dan
yang lainnya diletakkan di kain sebelah atas, dengan susunan nampan atau tempat meletakkan
alat-alat bedah diletakkan disebelah kiri yang berisi cawan untuk menyimpan tampon yang telah
digunakan, disampingnya diletakkan jarum dan benang. Pada bagian samping nampan (di luar
nampan) diletakkan duk klem, tampon dan alkohol. Pastikan semua alat bedah berada dalam
keadaan steril.

KESIMPULAN

Untuk melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu peralatan bedah, pasien, dokter hewan
dan tenaga medis yang terkait harus dalam keadaan steril. Hal yang penting lainnya yaitu kita
pertama-pertama harus mngetahui cara packaging dan penyusunan alat-alat bedah dengan
terlebih dahulu harus mengetahui nama alat dan kegunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Foster, M.E., dan G. Morris Stiff. 2001. Teknik Bedah Umum. Jakarta: Farmedia.
Krisetyowatir, Ninuk dan Margo Utomo. 2004. Efektivitas dosis Refisol terhadapPenurunan Angka
Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Penyakit Dalam Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Karanganyar 2003. Vol 1 No. 2. Semarang: FKM Universitas Muhammadiyah.
Purnomo, Wahyu. 2009. Perbandingan Efektivitas Kombinasi-Chlorhexidine Gluconate Cetrimide-
Alkohol 70%-Povidone Iodine 10% Dengan Chlorhexidine Gluconate Cetrimide - Povidone
Iodine 10% Sebagai Antiseptik Terhadap Penurunan Kepadatan Kuman Pada Operasi Fraktur
Tertutup Elektif Simple Di Ibs Rso.Prof Dr.R. Soeharso. Surakarta: FK Universitas Sebelas
Maret.
Rachmawati, F.J., dan Shofyatul Yumna Triyana. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan
dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia.
Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar: Program Studi
Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Sardjana, K.W., dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.
Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah
0

Tambahkan komentar

Veterinarian '12

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.

Nov

21

anatomi unggas
Tugas Anatomi Veteriner II
Anatomi Unggas

Oleh:

HIDAYANTI ADILLAH (O 111 12 006)


PRODI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013

PENDAHULUAN

Secara umum, kelas aves dibagi menjadi 2 subkelas: 1). Archaeornithes (burung
primitif), yang sudah punah dan diwakili oleh satu macam saja, yaitu Archaeopteryx dan
2). Neornithes (burung modern), terdiri atas 26 ordo yang ditandai dengan ekor pendek
dan persejiwaan ossa metacarpalia dari telapak tangan. Tiga ordo yang termasuk dalam
subkelas Neornithes yang mempunyai arti sangat penting bagi manusia, yaitu
Anseriformes (bebek, itik, angsa), Galliformes (ayam, burung puyuh, kalkun) dan
Columbiformes (merpati, burung dara).

Sejarah Perkembangan Ayam (Gallus sp.)

Nenek moyang langsung dari rasa yam modern berasal dari India Selatan dan
Tengah, dataran rendah Himalaya, Assam, Myanmar, Srilangka, dan daerah-daerah ke
Selatan seperti Sumatera, Jawa dan pulau-pulau kecil ke Timur.
Genus Gallus terdiri dari 4 spesies yang dikenal, yaitu: 1). Gallus gallus (Gallus
bankiva) atau ayam hutan merah, 2). Gallus lafayetti atau ayam hutan Ceylon, 3). Gallus
varius atau ayam hutan hijau (Jawa), dan 4). Gallus sonneraiti atau ayam hutan abu-abu.

Ayam hutan merah (Gallus gallus/Gallus bankiva) dinyatakan oleh banyak


penulis sebagai nenek moyang langsung dari unggas domestik. Ayam jantan ditandai
dengan bulu-bulu berbentuk seperti tombak yang berwarna merah oranye dibagian leher,
lekuk sayap bagian belakang tulang belakang, bulu dibagian yang lebih bawah, termasuk
dada berwarna hitam. Sedangkan betina mempunyai bulu-bulu coklat kemerah-merahan
dengan totol-totol hitam, tulang kering berwarna abu-abu kebiru-biruan sampai putih
kebiru-biruan. Rata-rata berat ayam betina sekitar 3,5 kg, sedangkan yang jantan lebih
ringan.

Ayam hutan Ceylon (Srilangka, Gallus lafayetti) mempunyai bulu plumulae yang
pola warnanya agak mirip dengan ayam hutan merah, kecuali yang jantan berwarna
merah oranye di atas dan di bawah bagian dada, sedangkan bulu sekunder betinanya tidak
tumbuh. Balung termasuk ujungnya berwarna kuning dikelilingi merah. Pada ayam jantan
di daerah kerongkongan sebagian berwarna ungu di atasnya. Betina mengeluarkan telur
yang mempunyai bercak-bercak.

Ayam hutan abu-abu (Gallus sonneratii) ditemukan di India Barat Daya.


Penampilan umumnya adalah abu-abu dengan totol-totol, tali-tali, garis-garis atau pola
lain berwarna perak, yang bersama-sama membuat kesan warna abu-abu. Telurnya
kadang-kadang mempunyai bercak. Suara dari spesies ini nyata sekali berbeda dengan
ketiga spesies yang lain.

Ayam hutan hijau (Gallus varius) berasal dari daerah Jawa, Lombok dan pulau-
pulau disekitarnya, kesebelah Timur sampai Flores. Ayam ini berbeda dari spesies lainnya
karena hanya mempunyai satu pial median dan balung tidak bergerigi (tidak mempunyai
pucuk-pucuk) dan mempunyai 16 bulu ekor. Ayam hutan hijau ini dipercaya sebagai asal
dari ayam Kedu dan ayam Bekisar.
Sifat-Sifat Umum Unggas

Unggas bisa dianggap sebagai suatu organisme yang rumit, peka dan sangat
lincah. Pengetahuan dari struktur-strukturnya, fungsi dan cara bekerja struktur-struktur
ini, dibutuhkan sekali untuk mengerti kebutuhan-kebutuhan, khususnya dalam
pemeliharaan unggas.

Keistimewaan Struktur

Sesuai konsep evolusi, burung (Aves) terdapat tepat di atas Reptilia. Burung
berdarah panas dan ditutupi oleh bulu, sedangkan Reptilia berdarah dingin dan ditutupi
oleh sisik-sisik atau lapisan tanduk. Sisik-sisik yang terdapat pada kaki dan jari burung
(ayam) adalah tanda-tanda peninggalan dari Reptilia. Burung mempunyai badan yang
kompak, rangka yang ringan, sayap dan kaki yang tumbuh sangat baik, yang disesuaikan
untuk terbang dan berlari.

Intensitas Penghidupan

Dibandingkan dengan Reptilia yang bergerak lambat, maka burung brgerak aktif,
nervous dan lincah. Beberapa penulis mendefinisikan ayam sebagai hewan vertebrata
yang berdarah panas, berbulu, bertelur, memiliki kecepatan metabolisme yang tinggi dan
kecepatan bernafas normal antara 40-50 tarikan nafas per menit (sebagai perbandingan,
kuda: 8-16; sapi: 10-20; dan manusia 16-24). Oksidasinya cepat untuk mempertahankan
temperatur normal, yaitu 40C. jantung ayam berdetak 300 kali per menit (kuda: 28-40;
sapi: 40-80; dan manusia: 60-85).

Karakteristik Unggas

Secara struktur Aves bersam-sama dengan mamalia merupakan vertebrata yang


sangat mengalami spesifikasi.Modifikasi terbesar adalah adaptasi untuk terbang.Untuk
memberikan efisiensi yang lebih baik kepada anggota tubuh ini sebagai alat untuk
terbang ,maka tulang tulang dan otot-ototnya mengalami perubahan. Manus (tangan)
direduksi dengan menghilangnya jari dan konsilidasi metacarpus. Sehubungan dengan
kemampuan untuk terbang, maka diperlukan syarat syarat tertentu terhadap alat alat
respirasi. Saluran-saluran udara di dalam paru- paru dihubungkan dengan kantong-
kantong hawa yang berdinding tipis didalam thorax dan abdomen , yang berhubungan
dengan ruangan-ruangan udara di dalam sebagian tulang tulang kerangka.paru-parunya
sendiri melekat pada dinding thorax.selain itu kedudukan paru-paru dan kantong-kantong
hawa mempunyai pengaruh yang nyata terhadap posisi titik berat tubuh . sehingga secara
materi memberikan kemampuan pada burung untuk memelihara kesimbangan di
udara.Anggota tubuh muka tidak berguna untuk berjalan, jika burung itu berdiri diatas
tanah. Maka ia di paksa mengambil posisi tegak. Oleh karena itu ,persendian antara
panggul dan paha ditempatkan sedemikian rupa sehingga burung bisa berjalan tegak.

Alat pencernaan memperlihatkan modifikasi yang diarahkan. Oesephagus


mempunyai pelebaran (tembolok) , tempat makanan mengalami proses pelunakan karena
tidak terdapat proses pengunyahan. Lambung terbagi dalam dua bagian yaitu ( 1 )
lambung kelenjar dengan banyak kelenjar kelenjar pencernaan dan ( 2 ) lambung otot.
Berdinding otot tebal berlapis tanduk ,tempat makanan digiling lebih efektif lagi melalui
penghancuran makanan secara mekanis.
KULIT DAN DERIVAT KULIT

Kulit ( Integumentum comunae ) dari unggas membentuk dan di tumbuhi


bulu.bulu bulu ini menutupi seluruh tubuh unggas yang melindunginya terhadap
keadaan dingin.temperatur tubuh normal berkisar antara 40,5o sampai 42,5o C.secara
fungsional dapat dibedakan anatara (1) kulit yang ditumbuhi bulu , kulitnya tipis dan
bulunya tertanam pada lapis subkutis yang subur dan (2) kulit yang tidak ditumbuhi bulu
biasanya lebih tebal. Kulit unggas yang sebenarnya , Integementum proprium terdiri atas
epitel permukaan (epidermis) dan lapisan jaringan ikat (cornum).

Secara umum kulit ayam tidak mengandung kelenjar-kelenjar keringat.kelenjar


kulit yang ada pada unggas adalah kelenjar minyak dan hanya terdapat di tiga tempat
yaitu (1) glandula uropygialis, kelenjar minyak yang terletak dibasis ekor,(2) glandula
auricularis terletak dipintu telinga luar,(3) galndula venii yang bermuara dibibir
kloaka.sekresi glandula uropygialis bersifak holokrin(dibentuk oleh sintegrasi sel-
sel).dipergunakan pada unggas untuk membersihkan bulu-bulunya dan membuang anti
air.warna kulit pada paruh dan kaki ditentukan oleh terdapatnya pigmen kuit.kaki yang
kuning disebabkan oleh adanya pigmen lipochrome didalam epidermis sedangkan
pigmen melanin tidak terdapat. Warna hitam dan variasi-variasinya tergantung dari ada
tidaknya pigmen melanin ini.

Bulu ( Pennae) merupakan karakteristik dari unggas. Menurut teori evolusi,bulu-


bulu pada unggas merupakan bentuk evolusi dari sisik reptil.bentuk dan warna bulu biasa
dipakai untuk menentukan bangsa unggas.bulu-bulu ini tersusun dari baris-baris daerah
tertentu yang disebut dengan saluran-saluran bulu( pterylae).sesuai dengan urutan
pertumbuhannya,terdapat sepuluh saluran bulu utama yaitu : bahu, paha, badan, dada,
leher, perut,kaki,pinggang,sayap dan kepala.struktur bulu secara umum dibentuk oleh (1)
scapus,sumbu yang secara fungsional terdiri atas rachis (sumbu bebas) dan colammus
( sumbu yang tertanam).dan (2) vexilla ( vexillium = bandera).
Macam-macam bulu utama yaitu (1) bulu kontur yang terdiri atas bulu penutup
(tecirices),bulu sayap ( reminges) dan bulu kemudi/ekor ( retrices),(2) bulu dons(plumae)
yang terletak dibawah buluh kontur,(3) bulu dons halus (pulviplumae) dan (4)
filiplumae.pada unggas terjadi proses pelepasan atau pergantian bulu dengan maksud
mengganti bulu-bulu yang tertua.proses ini disebut molting atau ekdysis,terjadi secara
periodik karena beberapa faktor antara lain : pertumbuhan , silus seksual, masa
mengeram.proses molting dapat terjadi sekaligus (total) pada waktu bersamaan ,seperti
pada itik sehingga tidak mampu terbang atau sebagian secara berurutan sebagai berikut :
kulit,leher , dada, badan, sayap dan ekor.

SISTEM KERANGKA

Kerangka ayam yang terdiri dari 150 buah tulang , mempunyai 2 fungsi utama,
yaitu sebagai rangka untuk pertautan oto-otot dan penunjang tubuh serta sebagai tempat

menimbun kalsium dan fosfor terutama dalam bentuk garam-garam anorganik (

dari komposisi tulang), adalah air, protein dan lemak yang merupakan unsur-

unsur esensial bagi proses kehidupan unggas. Bagi ayam betina, kalsium sangat penting
untuk pembuatan kerabang telur.

Dalam struktur tulang, bagian kompak merupakan penutup yang keras, sedangkan
menurut tekstur serta penampilannya menyerupai gading. Di dalam bagian kompak ada
bagian yang kosong disebut ruang sumsum (cavum medullaris). Tulang spongiosa yang
terletak dekat extremitas distalis dan tulang-tulang kaki dan sayap berisi sumsum, dan
bertanggungjawab dalam pembuatan eritrosit dan beberapa macam leukosit. Pada
beberapa tulang seperti os humerus, sumsum tulang diganti oleh cabang-cabang dari
kantong-kantong udara yang merupakan bagian dari sistem respirasi (tulang-tulang yang
demikian disebut ossa pneumatici).

Secara umum, penamaan tulang-tulang pada unggas hamper sama dengan tulang-
tulang pada mamalia. Pembagian skeleton unggas adalah 1). Tulang-tulang axial (axial
skeleton), yaitu tulang-tulang kepala (termasuk apparatus hyoideus); 2). Collumna
vertebrales, terdiri dari ossa vertebrae cervicales (berjumlah 13-14 buah), ossa vertebrae
thoracales (berjumlah 7 buah, masing-masing berhubungan dengan tulang rusuk, ossa
costales), os synsacrum (fusi antara tulang lumbal dan sacrum) dan pygostyle; 3).
Extremitas pectoralis, terdiri dari 3 pasang tulang-tulang penyangga sayap, yaitu fusi dari
ossa claviculares (disebut dengan os furcula), ossa coracoidea dan ossa scapulae, dan
tulang-tulang kaki muka (sayap); 4). Extremitas pelvicis, terdiri atas tulang-tulang pelvis
dan tulang-tulang kaki belakang.

Dari ketujuh pasang tulang rusuk, terdapat suatu penjuluran yang muncul dari
facies lateralis corpus costae, perkecualian pada costae pertama dan dua (ayam, burung
merpati) atau tiga (itik, angsa) costae terakhir, disebut dengan processus uncinatus. Arah
penjuluran ini caudodorsal sampai dengan permukaan luar costae dibelakangnya dan
dihubungkan dengannya oleh suatu legamenta.

Tulang dada atau sternum pada unggas merupakan tulang pipih yang berbentuk
quadripetal dengan penjuluran-penjuluran dari tiap sudut. Walaupun tulang dada pada
unggas dewasa merupakan suatu kesatuan, secara umum dibagi atas corpus sterni yang
terletak horizontal, rostrum sterni yang menjulur kearah craniomedial, dan carina sterni
(crista sterni) suatu penjuluran seperti pelat panjang di sepanjang permukaan ventralnya.

Tulang-tulang kaki muka (sayap), terdiri atas os humerus, os radius, os ulna, os


carpo-metacarpus dan ossa digitales. Os ulna lebih besar dibandingkan dengan os
radius. Namun mempunyai panjang yang hamper sama. Os digit yang paling berkembang
adalah os digit III yang mempunyai 2 ossa phalanges, sedangkan os digit II dan os digit
IV masing-masing mempunyai 1 os phalanx.

Tulang-tulang panggul (pelvis), terdiri dari os ilium, os ischium dan os pubis.


Tulang-tulang panggul membentuk hubungan yang kokoh dengan collumna vertebrales,
yaitu adanya fusi antara ossa ilii dengan os synsacrum. Yang menarik adalah tidak adanya
symphisis pelvis, mengingat hubungannya dengan perletakan telur yang relatif besar.

Tulang-tulang kaki belakang, terdiri atas os femur, os tibiotarsus, os


tarsometatarsus (disebut demikian karena ada persejiwaan antara os tibia dan ossa
tarsale, demikian pula antara ossa tarsale dan os metatarsus) dan ossa digitales. Pada
ayam jantan terdapat suatu penjuluran di sisi medioplantar os tarsometatarsus yang
berbentuk kerucut dan sedikit membengkok, berguna sebagai penunjang taji (processus
calcaris).

SISTEM OTOT

Pada bagian ini, tersusun otot tidak akan dibahas secara terperinci.akan tetapi
perhatikan dititikberatkan kepada otot-otot yang mempunyai sisfat-sifat khas.

Diaphragma

Diaphragma pada unggas adalah rudimeter dan tidak merupakan suatu pemisah
antara ruang thoraks dan ruang abdomen.otot ini terdapat sebagai suatu membram yang
berurat yang terletak pada permukaan paru-paru dan beberapa serabut otot yang halus
terlihat datang dari tulang rusuk.

Myologi Umum pada Unggas


Setiap otot bergaris melintang tersusun dari serabut otot skelet dan jaringan
ikat.dibandingkan dengan otot otot pada mamalia , maka otot-otot pada unggas secara
umum mempunyai serabut yang lebih besar dan padat serta tersusun secara
kokoh.berdasarkan kandungannya myoglobinnya dapat dibedakan adanya serabut otot
putih dan serabut otot merah.serabut otot merah banyak mengandung myoglobin dan
cytochrome.serabut otot merah ini berkontraksi lebih lambat dibandingkan dengan
serabut otot putih,namun dapat bekerja lebih lama dan kontraksinya lebih kuat.serabut
otot putih mengandung lebih sedikit myologlobin dan cytochrome.kandungan
mitochondria lebih sedikit, tetapi lebih kaya akan myofibril.kebanyakan otot-otot pada
unggas mengandung baik serabut otot merah maupun serabut otot putih.

Otot-Otot Kulit( Bulu)

Pada lapisan profundal dan corium dijumpai penyebaran otot-otot polos yang
membentuk otot kulit atau otot bulu sejati yang disebut Mm.nonstriati dermatis, dan
dapat dibedakan atas dua janis yaitu (1) mm.penales yang membentuk jaringan diantara
batang-batang bulu terutama pada bulu kuntur sehingga dapat mengangkat ,menggeser
maupun memutar bulu-bulu tersebut dan (2) mm.apteriales yang terdapat diantara
pemetang bulu dan berfungsi untuk menegangkan kulit serta sebagai pelengkap dari
keseluruhan sistem otot polos pada corium.

Otot-Otot Tubuh

Otot-otot tubuh menutup rongga tubuh secara keseluruhan dan juga berperanan
sebagai otot pernapasan. Pada waktu proses pernapasan ,paru-paru udal relatif tidak
mengalami perubahan volume.kantong-kantong hawa, yang terlatak diventral dan caudal
di paru-paru yang bekerja seperti balon ,dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot tubuh.
Selain itu juga dibantu oleh keberadaan ossa costales dan os sternum. Pada waktu fase
inspirasi ,ossa costalaes akan tertarik ke cranial dan os sternum tertarik ke
ventral.gerakan ini terjadi akibat konteraksi dari otot otot seperti Mm.levatores
costarum, mm. Intercostales externi,m.scalenus dan m. Costosternalis pars
major.sedangkan pada fase ekspirasi akibat dari kontraksi mm.intercostales interni, m.
Costosternalis pars minor, dibantu oleh oleh otot-otot perut (abdomen) dan
m.costosepialis.
Otot-Otot Ekor ( Mm.caudae)

Otot-otot ekor berperan dalam mengatur posisi dan gerakan pangkal ekor serta
bulu-bulu kemudi.dari sudut topografi otot-otot cloaca dapat dimasukkan dalam
kelompok otot-otot ekor.kelompok otot-otot ekor dapat dibagi dalam : (1) otot axial yaitu
yang berorigo pada synsacrum dan berinsertio divertebrae caudalaes dan pangkal bulu
kemudi.termasuk dalam kelompok ini adalah m. Levator caudae,m.lateralis caudae,
m.depressor caudae dan mm.interspinales,(2) otot -otot yang berasal dari tulang pinggul (
ossa coxae ) menuju ke bulu kemudi yaitu m.pubocaudalis esternus, m. Pubocaudalis
internus dan m.caudo-femoralis dan (3) otot-otot yang terletak silang menyilang
diantara bulu kemudi yaitu m.bulbi retricium dan m.adductor retricium.

Otot Otot Sayap

Daerah gelang bahu pada unggas terpasang kokoh pada batang tubuh ,sehingga
otot-otot yang menghubungkan skelet gelang bahu ke skelet tubuh relatif lemah dab
berperan dalam proses keseimbangan. M.pectoralis yang berfungsi mengepakkan sayap
ke bawah merupakan otot yang paling kuat dan paling subur diantara otot-otot yang
lainnya. Otot yang jauh lebih lemah dan berfungsi untuk mengangkat sayap ke atas
adalah m.supracoracoideus, oleh karena itu dalam kerjanya dibantu oleh mm.deltoidea
major et minor.

Pembagian lipatan kulit sayap tersebut (patogia) dibagi sesuai dengan


letaknya ,yaitu dibagian depan sayap ( membrana cranialis alae ) terdapat: ( 1) patogium
cervicale, antara pangkal leher dan bahu,(2) propatogonium ,anatara bahu dan pangkal
tangan,(3) patagium alulare, antara pangkal tangan dan ujung jari (sudut sayap).dibagian
belakang sayap ( membrana caudalis alae ) terdapat (4) metapatagium antara dinding
tubuh ke persendian siku,(5) postpatagium antara persendian siku dan jari.
Otot Otot Kaki

Hubungan antara daerah gelang pinggul dan collumna vertebralis sangat


kokoh ,sehingga peranan otot-otot gelang pinggul tidak terlalu penting bahkan pada
unggas tidak eksis.sedangkan untuk ruas tulang ekor ,cukup satu otot yang berjalan dari
daerah paha atas ( os femur ) , m.caudofemoralis ,tetapi tidak berfungsi sebagi flexor kaki
,melainkan untuk ekstensor ekor. Sementara itu dari daerah gelang pinggul ke arah distal
terdapat sekumpulan otot yang berfungsi menggrakkan persendian lutut dan persendian
paha.otot otot ekstremitas tersusun sedemikian rupa,sehingga didaerah femur terdapat
kelompok otot flexor persendian lutut dan extensor persendian paha yang terletak di sisi
caudal (plantar).sebaliknya kelompok otot flexor persendian paha dan extensor
persendian lutut terletak di sisi cranial (dorsal).

SISTEM RESPIRASI, APPARATUS RESPIRATORIUS

(SYSTEMA RESPIRATORIA)

Secara utuh, sistem respirasi pada unggas terdiri dari cavum nasi, larynx,
trachea, syrinx, pulmo (berwarna merah muda, terdapat sepasang, berukuran kecil,
menempel di kiri-kanan collumna vertebralis pada septum dorsalis) dan sacci pneumatic.

Perbedaan dengan mamalia terletak pada (1). Struktur trachea, trachea unggas
merupakan suatu saluran yang dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan (cartilaginesis
trachealis) yang sempurna dan satu sama lain dipertautkan oleh suatu ligamen yang
sempit. (2). volume paru-paru yang konstan dan (3). Adanya kantong-kantong hawa
(sacci pneumatic) yang merupakan kantong membran yang berdinding tipis, berisi udara
yang dihubungkan bronchi secondary dan sistem kerangka (tidak berperan secara
langsung dalam pertukaraan udara). Pada ayam yang baru menetas , umumnya telah
mempunyai kantong-kantong hawa yang relatif besar, sehingga dapat menyuplai udara ke
paru-paru dan semakin berkembang sejalan perkembangan umur ayam. Juga terdapat
syrinx (organ pembentuk suara) yang dahulu disebut larynx caudalis dan hanya terdapat
pada unggas, terletak pada bagian akhir trachea atau bagian awal bronchi.

Letak dan struktur ruang hidung. A. pot.Paramedian, B. pot.


Transversal.
1. concha nasalis rostralis, 1. Operculum, 1.Lamela vertical, 2.
Concha nasalis media, 3. Concha nasalis caudalis, 4.Sinus
infraorbitalis, 4. Pintu masuk ke sinus infraorbitalis,
4.Penghubung concha nasalis caudalis dan sinus infraorbitalis.

Syrinx, pot. Horizontal (skematis). A. tympanium,B.


Pessulus, C. membrane tympaniformis medialis, D.
membrane tympaniformislateralis, E. trachea, F. bronchus
primaries (bronchus utama).
SISTEM PENCERNAAN, APPARATUS DIGESTORIUS ( SYSTEMA
DIGESTORIA)

Sususnan alat pencernaan pada unggas terdiri atas ruang :

Ruang Mulut ( cavum oris ) dan Pharynx ( Cavum pharyngis )

Cavum oris dan pharynx pada unggas membentuk suatu kesatuan ruangan yang
diselenggarakan oleh ossa maxillae et palati dan ossa mandibulae.rahang atas dan bawah
tersebut diselubungi oleh kulit berlapis tanduk membentuk paruh ( kostrum).lidah
(lingua) terdapat didasar ruang mulut pada paruh madibulae (rostrum mandibulare ).pada
bangsa ayam ,lidah berbentuk runcing (apes linguae) dan melebar ke arah caudal (radix
linguae) sedangkan pada itik dan bebek ,apex linguae berbentuk tumpul.Cavum
pharyngis melanjutkan ruangan mulut ke arah caudal.ditengah-tengah dinding atau langit-
langit atas terdapat celah-celah yang sempit ( rima infudibuli) yang akan menuju ruangan
gendang telinga(infidubulum pharygotypanicum).
Oesephagus

Kerongkongan (oesephagus) meruapakan suatu saluran transport makanan yang


bersifat sangat elastis ,sehingga pakan yang ukuran relatif besar dapat ditelan sekaligus
.oesephagus yang menghubungkan pharynx dan lambung kelenjar berdasarkan letaknya
terdiri atas : (1) bagian leher ( pars cervicalis) dan (2) bagian dada ( pars thoracica).
Tebal epitel oesephagus pada berbagai jenis unggas sangat bervariasi mulai dari 10 um
( pada jenis burung hantu hutan,Asio otus) sampai lebih dari 350 um ( pada kalkun
,meleagris gallopavo)

Tembolok (Ingluvies)

Ingluvies merupakan suatu pelebaran dari bagian ventral dinding oesephagus


yang dapat mencapai besar tertentu sesuai dengan funsinya sebagai tempat penampungan
makanan sementara.mengenai fungsi dari oesophagus dan ingluvies adalah sebagai
berikut : makanan akan ditransportasikan melauli oesephagus pars cervicalis ke arah
distal dengan gerakan peristaltik.

Lambung ( Gaster )

Lambung pada unggas dapat dibedakan dalam dua bentuk atau tipe .tipe 1 yang
disesuaikan dengan fungsi menampung makanan pada unggas pemakan ikan dan
daging.tipe 1 ini umumnya mempunyai lambung dengan jaringan otot yang tidak subur
dan sedikit berbeda pada bentuk kantong lambung. Tipe 2 merupakan bentuk karateristik
untuk unggas pemakan tumbuhan ,biji-bijian dan plakton dan memerlukan proses fisik
dan kimia dalam pencernaan.lambung tipe 2 ini sangat jelas terbagi menjadi 2 bagian
yang terpisah yaitu lambung kelenjar dan lambung otot.

Lambung Kelenjar ( pars glandularis / proventriculus )

Dinding lambung kelenjar terdiri atas 4 lapisan yaitu tunika mucosa gatris, tela
submucosa gastris, tunica muskularis dan tunica serosa gastris. Selaput lendir ( mukosa )
lambung kelenjar menghasilkan sekret mukopolisakarida yang akan melindungi epitel
selaput lendir dari pengaruh asam cairan lambung.fungsi dari lambung kelenjar adalah
satasiun antara sebelum makanan diteruskan ke otot.pada saat ini makanan dilapisi
dengan asam lambung,untuk kemudian dicernadi lambung otot.
Lambung Otot ( Pars muscularis / Ventriculus )

Bagian utama dari lambung otot .corpus ,mempunyai dua sisi permukaan yaitu
facies tendinae.dinding lambung otot lambung terdiri dari jaringan otot yang tebal, kuat,
berwarna merah kebiruan yang disusun oleh 2 otot utama yaitu m.crassus caudodorsalis
dan m.crassus cranioventralis.

Usus ( Intestinum )

Rata rata panjang usus yang di ukur dari pylorus sampai dengan cloaca
dibandingkan dengan panjang badan adalah pada ayam kurang lebih 5-6 kalinya.,pada
itik dan angsa 4-5 kali, dan pada burung merpati 2-4 kali. Ukuran diameter saluran usus
mulai dari pylorus sampai dengan cloaca makin lama makin mengecil.

Bangun Histologi Usus

Dinding usus terdiri dari atas 4 lapis yaitu tunica intestini,tela submocosa, tunica
muscularis dan tunica serosa. Mukosanya mempunyai epitel berbentuk silindris selapis
(prisma tinggi ) dengan penjuluran vili intetinales dan mengandung glandulae intestinales
( dulu disebut crypta glandula lieberkuhn).

Usus Halus ( Intestinum tenue )

Usus halus terutama berfungsi dalam proses pencernaan dan penyerapan


makanan dan sebgimana pada mamlia terbagi atas duadenum,jejenum,dan ileum.namun
demikian batas antara jejenum dan ileum tidak nampak jelas dan untuk menentukan
didasarkan pada letak dari Meckels divertcle ( diverticulum vitellinum).
Duodenum

Duodenum dimulai dari ostium pylorus pada sisi kanan dari lambung otot,
membentuk suatu lengkungan berbentuk huruf U yang disebut ansa duodenalis dengan
sisi yang menurun ,pars descendens dan sisi yang melengkung ke atas ,pars ascendens,
kemudian berakhir di flexura duodenojejunalis.

Jejenum dan Ileum

Pada jejenum dan ileum terjadi proses pencernaan dan penyerapan makanan
yang sebenarnya dengan bantuan dari kelenjar-kelenjar asesoris. Oleh karena itu bagian
usus ini merupakan bagian yang terpanjang dari saluran pencernaan dan tersusun secara
berkelok-kelok.

Usus besar ( Intestinum Crassum)

Usus besar secara umum lebih kecil dan tipis dibandingkan dengan usus halus
terdiri atas sepanjang usus buntu (caeca)dan rectum yang pendek.

Caecum

Secara umum terdapat sepasang caeca, namum bentuk dan keberadaan usus
bantu pada unggas sangat bervariasi. Usus buntu kanan dan kiri ,caecum dextrum et
sinistrum,masing-masing dihubungkan dengan rectum melalui ostium caeci.pada usus
buntu ini dijumpai terutama bahan tidak tercerna yang mengandung selulosa dan
biasanya homogen berwarna kecoklatan.

Rectum
Rectum berjalan hampir lurus diventral vertebrae, menghubungkan ileum dan
cloaca.walaupun tidak jelas, besar kemungkinan sebagian awal dari rectum ini homolog
dengan colon pada mamalia.itu sebabnya istilah colon dipakai pada buku-buku terdahulu.

Cloaca

Saluran pencernaan diakhiri dicloaca ,yang juga merupakan muara dari


apparatus urogenitalis.cloaca pada ayam mempunyai panjang 25 mm dengan diameter 20
mm, yang secara umum lebih luas dari rectum ,berbentuk seperti lonceng atau kantong.
Selain sebagai tempat penampungan kotoran ( faeces ),juga sebagai kondor bagi
produk-produk organ kelamin ,terutama unggas betina pada peletakan telur.

Kelanjar pencernaan Asesoria

Pankreas ( pancreas )

Pankreas merupakan suatu jaringan yang berwarna kuning pucat sampai merah pucat
( rosa ) yang terletak diantara lengkungan duodenum.secara definitif kelenjar pencernaan
ini terdiri atas sedikitnya 3 bagian gelambir .bagian dorsal( lobus pacreatis dorsalis )
terletak paralel terhadap pars descendens doudeni. Dan bagian ventral (lobus pancreatis
ventralis ) mengikuti pars ascendens duodeni.

Hati (Hepar)

Hati terdiri dari dua gelambir ,lobus hepatis sinister , dan lobus hepatis
dexter.kedua gelambir ini dibentuk melalui adanya takik yang sempit,incisura interlobaris
cranialis dan takik yang dalam,incisura interlobaris caudalis. Anatara kedua gelambir
tersebut dihubungkan oleh jembatan parenchym yang terletak sentral ,pars interlobaris.

Kantong empedu (vesica fellea) terletak difacies visceralis dari gelambir kanan
hati. Pada bangsa ayam berbentuk seperti buah pir sedangkan pada itik dan angsa
berbentuk seperti saluran pipa. Bangsa burung merpati ( Columbiformes) dan kakatua
( Psittaciformes ) tidak mempunyai vesica fellea.

SISTEM UROGENITALIS, APPARATUS UROGENITALIS


(SYSTEMA UROGENITALIA)

Sistem Urinaria

Alat-alat urinasi unggas terdiri atas dua ginjal (Renes) dan dua ureter, unggas
tidak mempunyai kantong air seni, urin mengalir dari ginjalmelalui ureter langsung ke
kloaka. Diperkirakan volume urine yang dibuat per hari 700-800 ml, namun sebagian
diserap kembali oleh tubuh. Penyaluran urin ke kloaka dilakukan oleh ureter yang akan
bermuara di urodeum melalui ostium cloacale ureteris. Pada unggas betina, ureter kiri
bermuara di dinding kloaka sebelah medial dari muara oviduct.

Sistem Genitalia

Organa Genitalia Masculina

Alat kelamin jantan pada unggas terdiri atas


sepasang testes (ukuran tergantung jenis, ras, umur, dan
stadium reproduksi. Secara umum testis kiri lebih besar
dari yang kanan), epididymis (pembagian ductus
epididymis tidak ada, namun dapat dibedakan adanya
Extremitas cranialis dan extremitas caudalis, ketebalan 3-
4 mm), ductus deferentes (ketebalan 1mm,
penghubung epididymis dengan kloaka), dan organ
kopulasi (phallus) (pada unggas dibedakan dalam 2 tipe, yaitu Phallus nonprotudens

A. sisi dorsal pot.Cloaka ayam jantan,


B. sisi dorsal pot. Cloaka itik jantan.

dan phallus protudens) dan alat bantu organ kopulasi

((1). Corpus vasculare paracloacale, berperan dalam proses

ereksi dengan terjadinya drainage limfe. (2). Ligamentum elasticum


bersama-sama dengan (3). M. Retractor phalli yang berperan dalam proses relaksasi
phallus setelah ereksi). Fertilisasi terjadi di infundibulum dari saluran telur (oviduct).

Organa Genitalia Feminina

Struktur alat kelamin betina pada unggas


dipengaruhi oleh besarnya telur dan pembentukan
kerabang telur yang keras. Sistem genitalia embrio
betina terdiri dari sepasang ovarium dan oviductus.
Ovarium terutama menghasilkan estrogen yang akan
lebih banyak pada saat ayam mencapai dewasa
kelamin dan merangsang sifat-sifat kelamin. Oviduct
anak ayam yang baru menetas terlihat sebagai garis
yang halus, berombak dan berwarna putih

Oviduct ayam dan pot. Melintang dan lipatn epitel


bagian-bagian oviduct.
1. pnjuluran infundibulum berbentuk corong,
2.Infundibulum, 3. Magnum, 4. Isthmus, 5. Uterus (5a.
berisi telur, 5.Kosong), 6. Vagina.

yang terbentang dari daerah ovarium, melaui ginjal kanan, ke kloaka. Secara morfologis,
oviduct terbagi

dalam beberapa bagian secara berurutan, yaitu

infundibulum, magnum, isthmus, uterus

dan vagina.

Ovulasi dan Pembentukan Telur

Kuning telur yang sedang berkembang dibungkus di dalam suatu membran tipis
dan halus di sebut folikel. Membran folikel merupakan suatu anyaman kapiler yang halus
dan banyak, dipertautkan ke ovarium dan batang folikel. Kapiler-kapiler tersebut
membawa zat makanan yang meresap melalui dinding membran ke dalam kuning telur
yang sedang tumbuh.jika kuning telur menjadi matang, ia akan memecahkan membran
folikel sepanjang garis yang disebut stigma, daerah yang tidak mengandung pembuluh-
pembuluh darah dan membran folikelnya sangat tipis. Proses ini disebut ovulasi.

Kuning telur yang baru dibebaskan akan jatuh di dalam ruang perut dan diambil
oleh infundibulum (10-20 menit), bergerak ke dalam magnum dan akan menerima
albumin tebal (putih telur) (2 atau 3 jam), masuk ke isthmus (1-1 jam) untuk mendapat
membrane kulit telur dan albumin tipis dikeluarkan di dalam uterus (20-23 jam). Selain
itu, kulit telur juga menerima pigmen oofin, yang memberikan warna pada kulit telur, lalu
masuk ke vagina dan memiliki lapis cuticula, selanjutnya masuk ke kloaka dan di
keluarkan.

Telur Unggas

Telur unggas terdiri atas: (1). Sel telur (kuning telur), diselaputi oleh 2 lapis kulit
kuning telur; (2). Putih telur; (3). Tali spiral (chalozen) yang berhubungan dengan kulit
kuning telur dan menjulur ke daerah putih telur; (4). Dua lapis selaput kulit telur; (5).
Kerabang telur yang mengandung pori-pori dan diselaputi cuticula.

Telur-telur Abnormal

1). Telur dengan kuning telur ganda; 2). Telur dengan titik-titik darah; 3). Telur
dengan titik-titik daging; 4). Telur dengan kerabang lembek; 5). Telur tanpa kuning telur;
6). Telur di dalm telur.
Skema sebutir telur ayam. Potongan melintang.
a-e. sel telur atau kuning telur; a. kulit kuningtelur; b.
gelembung kuning telur; c. latebra; d. bagian kuning dari
kuningtelur; e. bagian putih dari kuning telur; f.
chalazen; g-i. putih telur; g.lapisan dalam putih telur
(cair); h. lapisan tengah putih telur (kental);i. lapisan
luar putih telur (cair); k. membrane kulit; l. kamar
udara; m.kerabang dengan pori-pori cuticula.

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN SISTEM LIMFATIKA

Sistem sirkulasi terdiri dari atas sistem peredaran darah dan limfe. Darah yang
berbedadibawah tekanan adalah sistem tranportasi dari tubuh dan mempunyai fungsi
untuk mangangkut zat makanan ,air,hormon ,enzim dan oksigen ke sel-sel tubuh.

Darah

Darah adalah suatu campuran yang terdiri dari cairan ( 75 % ) dan zat-zat padat (
25 %) ,mengalis melalui sistem sirkulasi.sebagian besar sel-sel darah dibagi dalam dua
tipe,sel-sel darah merah (eritosit) dan sel sel darah putih ( lukosit),eritrosit pada unggas
mempunyai inti dan berbentuk lonjong.leukosit berukuran lebih besar dari eritrosit,
namun jumlahya sedikit.

Sistem Vaskular

Sistem vaskuler dari unggas terdiri atas jantung dengan eampat ruangan
,pembuluh pembuluh arteri dan vena, pembuluh kapiler dan darah.Vaskularisasi tubuh
diselenggarakan oleh arteri yang pada mulanya berasal dari aorta yang dilepaskan oleh
jantung.aorta ini kemudian ini akan bercabang dua yaitu aorta ascendens dan arcus
aortae.

Sistem Limfatika

Sistem peredaran limfa terdiri dari limpa dan pembuluh-pembuluh limfe. Sistem
ini penting sebagai alat pertahanan tubuh ,karena mempunyai mekanisme untuk membuat
sel-sel darah putih.fungsi penting lainnya adalah peranannya dalam memelihara
komunikasi antara darah dan jaringan-jaringan.

Limpa

Limpa berbentuk bulat ,kecil,berwarana hati.pada unggas dewasa,limpa penting


dalam pembentukan beberapa tipe sel-sel darah putih yaitu limfosit dan sel-sel plasma
.sel-sel ini berperan dalam pembentukan antibodi yang membantutubuh menanggulangi
dan menghalau infeksi. Limpa dianggap sebagai saringan yang mengeluarkan racun dari
darah.

Kelenjar Thymus

Terdapat sepasang yang terlihat sebagai gelambir-gelambir berwarna merah


muda terletak paralel dengan ossa vertebrae cervicales.kelenjar ini cuckup besar pada
ayam, akan tetapi dengan bertambahnya umur ayam, kelenjar ini cepat sekali menjadi
kecil atau tidak ditemukan pada unggas dewasa. Kelenjar thymus terdiri dari jaringan
limfoid dan merupakan bagian dari sistem limfosit kecil yang berperan dalam sistem
umun. Pada unggas dewasa limfosit limfosit kecil dibuat dilimpa dan jaringan limfoid
lainnya.

Bursa cloacalis (Fabricii)

Jaringan ini merupakan suatu alat yang berongga yang terletak didorsal
kloaka.dengan suatu saluran yang bermuara didalamnya.bagian lauar dari bursa terlihat
licin sedangkan rongga didalamnya mengandung banyak lipatan-lipatan.bursa terdiri dari
jaringan limfoid dan diketahui sebagai asal dari sitem imun yang membuat imunitas
terbesar dengan menghasilkan limfosit-limfosit besar dan sel-sel plasma. Bursa fabricius
ini pada unggas dewasa akan menghilang (involusi ) dan fungsinya digantiakan oleh
limpa dan jaringan limfoid lainnya.

SISTEM SYARAF (SISTEM NERVOSA)

Unggas mempunyai sistem nervosa yang berkembang baik untuk pengliatan,


pendengaran dan meraba, mencium bau masih dipertanyakan. Sistem nervosa terdiri
atas :

Sistem Syaraf Pusat (systema nervosum central)

Sistem syaraf pusat terdiri dari otak (encephalon) dan medulla spinalis (plexus
brachialis menginervasi otot-otot daerah membrum thoracium, plexus lumbosacralis
menginervasi otot-otot daerah membrum pelvicum ), juga mencakup syaraf-syaraf
cranial (nervi craniales) (membentuk sistem syaraf perifer) dan syaraf-syaraf spinal
(nervi spinales).

Sistem Syaraf Otonom (systema nervosum autonomicum).

Sistem syaraf otonom dibagi menjadi sympaticus (divisio thoracolumbalis) yang


mempercepat suatu gerakan dan parasympaticus (divisio craniosacralis) yang
memperlambat suatu gerakan sehingga keduanya memelihara seluruh sistem dalam
keseimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

Getty, R. 1975. Sisson and Grossman The Anatomy of the Domestic Animals, 5th ed., Vol.
2, Aves: Chapter 59-70. W.B. Saunders Co. Philadelphia, London, Toronto.

Granz, E. 1985. Tierproduktion. Verlag Paul Parey. Berlin Hamburg.

McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd. London.

Mosimann, W. und T. Kohler. 1990. Zytologie, Histologie und Mikroskoopische Anatomie


der Haussaugetiere. Verlag Pal Parey. Berlin-Hamburg.

Okada, I. 1994. Current Status of Phylogenetic studies in Chickens. With special


reference to Asian native chickens. J. Fac. Appl. Biol Sci., Hiroshima Univ. 33.
173-187.

Tanudimadja, K. 1974. Anatomi dan Fisiologi ayam.Diktat kuliah Anatomi Veteriner.


Laboratorium Anatomi Jurusan anatomi Fakultas Kedoktern Hewan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.s

Vollmerhaus, B., F. Sinowatz, J.Freiwein und H. Waibl. 1992. Nickel, Schummer,


Seiferles, Lehbrbuch der Anatomie der Haustiere. Band V: anatomie der Vogel,
zweite, Vollig neubearbeitete und erweiterte Auflage. Verlag paul Parey. Berlin
und Hamburg.
Diposkan 21st November 2014 oleh Hidayanti Adillah

Tambahkan komentar

2.

Nov

20

fisiologi
TUGAS FISIOLOGI VETERINER II

FISIOLOGI
HIDAYANTI ADILLAH

O111 12 006

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

1. Sebutkan kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon-hormon:

ADH (Antidiuretic Hormone)


Aldosteron
Atrial Natriuretic Peptide (ARN)
ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)
Renin
Angiotensin

Jawab:
Kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon-hormon:
ADH (Antidiuretic Hormone) : Kelenjar hipofisa posterior
Aldosteron : Kelenjar adrenal (korteks adrenal zona
glomerulosa)
Atrial Natriuretic Peptide (ARN) : jantung
ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) : kelenjar hipofisa anterior
Renin : Ginjal
Angiotensin : Ginjal

2. Apa fungsi/pengaruhnya dalam metabolisme air-garam Na?


Jawab:
Fungsi/pengaruhnya dalam metabolism air-garam Na :
ADH (Antidiuretic Hormone)

Pengaruhnya dalam metabolisme air adalah merangsang penyerapan air

kembali pada tubulus ginjal dengan meningkatkan permeabilitas tubulus


ginjal terhadap air.
Pengaruhnya dalam metabolisme garam adalah ADH memicu peyerapan

tambahan air oleh ginjal sehingga mampu mengurangi kadar garam dalam
cairan tubuh yang awalnya rendah dan pada akhirnya akan menormalkan
tekanan osmosis dalam darah yang terlalu tinggi.
Aldosteron

Pengaruhnya dalam metabolisme air adalah meningkatkan reabsorsi

Natrium dan sekresi kalsium dalam darah dengan memicu penyerapan ion
kalsium dan ion natrium pada tubulus ginjal.
Perngaruhnya dalam metabolisme garam adalah aldosteron memicu

peyerapan tambahan natrium dan kalsium oleh ginjal sehingga mampu


menambah kadar garam dalam cairan tubuh yang awalnya rendah yang pada
akhirnya akan menormalkan tekanan osmosis dalam darah yang terlalu
rendah.
ANP (Atrial Natriuretic Peptide)
Pengaruhnya dalam metabolisme garam adalah natriuresis akibat sekresi ANP
akan menurunkan volume sirkulasi efektif sehingga akan menurunkan tekanan
darah melalui hambatan absorpsi natrium di tubulus proksimalis dan di duktus
pengumpul ginjal.
ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)

Pengaruhnya dalam metabolisme garam adalah ACTH melalui sekresi


aldosteron, aldosteron memicu peyerapan tambahan natrium dan kalsium oleh
ginjal sehingga mampu menambah kadar garam dalam cairan tubuh

Renin

Pengaruhnya dalam metabolisme garam adalah renin melalui sistem renin-


angiotensin-aldosteron mampu mempertahankan volume ECF (Efektif Circulation
Volume) dan tekanan perfusi jaringan dengan mengubah resistensi pembuluh
darah dan ekskresi Na+ dan air diginjal.

Angiotensin

Pengaruhnya dalam metabolisme garam adalahi angiotensin melalui


rangsangan sekresi aldosteronnya mampu memicu peyerapan tambahan natrium
dan kalsium oleh ginjal sehingga mampu menambah kadar garam dalam cairan
tubuh yang awalnya rendah yang pada akhirnya akan menormalkan tekanan
osmosis dalam darah yang terlalu rendah.

3. Faktor yang menyebabkan sintesa dan sekresinya meningkat?


Jawab:
Sekresi ADH meningkat disebabkan oleh:

Kadar garam di dalam cairan tubuh di atas rata-rata


Tubuh kekurngan air
Tekanan osmosis darah tinggi
Sekresi aldosteron meningkat disebbkan oleh:

Peningkatan sekresi angiotensin


Peningkatan sekresi ACTH
Penurunan volume darah
Penurunan perfusi renal
Kadar garam dalam cairan tubuh dibawah rata-rata
Tubuh kelebihan air
Tekanan osmotik darah rendah
Sekresi ANP meningkat disebabkan oleh:

Kadar garam dalam cairan tubuh diatas rata-rata


Tubuh kekurangan air
Tekanan osmosis darah tinggi
Sekresi ACTH meningkat disebabkan oleh:

Kadar garam dalam cairan tubuh dibawah rata-rata


Tubuh kelebihan air
Tekanan osmosis darah rendah
Penurunan volume darah
Penurunan perfusi renal
Sekresi Renin meningkat disebabkan oleh:

Penurunan volume darah


Penurunan perfusi renal
Kadar garam didalam cairan tubuh dibawah rata-rata
Tubuh kelebihan air
Tekanan osmosis darah rendah
Sekresi Angiotensin meningkat disebabkan oleh:

Peningkatan sekresi renin


Penurunan volume darah
Penurunan perfusi renal
Kadar garam dalam cairan tubuh dibawah rata-rata
Tubuh kelebihan air
Tekanan osmosis darah rendah

4. Apa yang menyebabkan jika Na+ meningkat maka air juga meningkat dan jika
Na+ menurun, air juga ikut turun?
Jawab:

Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah


natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/ adanya
gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain:

a. Asupan natrium yang berlebihan


b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien
dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung
(gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing.
d. Kelebihan steroid

Begitu pula, jika kekurangan cairan disebabkan oleh kurangnya jumlah


natrium dalam serum.

5. Apa indikator hewan yang kekurangan mineral?

Jawab:

Mineral bagi ternak ruminansia, selain digunakan untuk memenuhi


kebutuhannya sendiri, juga digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan
mikroba rumen. Apabila terjadi defisiensi salah satu mineral maka aktifitas
fermentasi mikroba tidak berlangsung optimum sehingga akan berdampak pada
menurunnya produktivitas ternak (Arora, 1995).

Mineral mempunyai peranan antara lain sebagai komponen struktural organ


tubuh dan jaringan, sebagai katalis dalam sistem enzim dan hormon, berperan dalarn
konstituen cairan tubuh dan jaringan atau sebagai larutan garam dalam darah dan
cairan tubuh lainnya yang berhubungan dengan tekanan osmotik dan keseimbangan
asam-basa. Mineral makro berfungsi dalam pembentukan struktur sel dan jaringan,
keseimbangan cairan dan elektrolit dan berfungsi dalam cairan tubuh baik
intraseluler dan ekstraseluler (Kerley, 2000).
Kekurangan mineral makro dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi
dan kualitas susu yang dihasilkan. Pemberian mineral makro yang cukup dalam
ransum sapi juga dapat meningkatkan aktivitas mikroba rumen yang pada akhirnya
akan meningkatkan metabolisme dari sapi itu sendiri sehingga akan dihasilkan
produksi yang meningkat (Kuchel, P. dan Gregory B., 2006).

Jika unsur mineral pada suatu hewan kurang, maka akan mengakibatkan
kondisi tubuh hewan tersebut mengalami gangguan. Misalnya pada sapi, sapi yang
kekurangan akan unsur mineral dapat mengakibatkan pertumbuhannya menjadi
terganggu, anjing mengalami kekerdilan, tulang tumbuh tidak normal, bahan anjing
bisa mengalami kelumpuhan permanen.

6. Jelasakan mekanisme fisiologi pada sapi perah yang mengelurkan air susu
terlalu banyak menyebabkan kelumpuhan!
Jawab:

Milk Fever juga disebut parturient paresis merupakan penyakit metabolik yang
sering terjadi pada sapi perah banyak ditemukan pada sapi perah yang baru saja
melahirkan dan terutama yang berproduksi tinggi.. Milk fever disebabkan kondisi
hypocalcemia dimana kadar Ca di dalam darah rendah. Penyakit ini ditandai dengan
adanya penurunan kadar kalsium di dalam darah, yang normalnya 9-12 mg/dl
menjadi kurang dari 5 mg/dl. Sebanyak 90% kejadian ditemukan dalam 48 jam
setelah proses kelahiran. Jumlah kejadian penyakit akan meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur sapi perah. Milk Fever biasanya ditemukan pada sapi perah yang
telah beranak lebih dari 3 kali.

Gejala penyakit pada tingkat masih rendah, sapi masih dapat berdiri, tetapi
nafsu makan hilang, kurang peka terhadap lingkungan,kaki dan telinga dingin, suhu
badan rendah kurang lebih 35C, kaki belakang lemah dan sulit berdiri atau berhenti
sehingga terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Kalau semakin parah sapi hanya
mampu bertahan 6 sampai dengan 24 jam saja. Sebenarnya angka kesembuhannya
cukup baik dan tingkat mortalitas kurang dari 2-3 % apabila segera diketahui dan
diberikan pertolongan.
Sapi perah yang mempunyai produksi susu yang tinggi membutuhkan kalsium
dari darah untuk produksi susu yang tinggi. Akibatnya kadar kalsium dalam darah
dalam waktu singkat menjadi rendah (hypocalcaemia). Penurunan kadar kalsium dan
posfor ini adalah sebagai akibat dari pemakaian mineral terutama kalsium dan posfor
secara besar-besaran untuk sintesa air susu dalam ambing. Adanya hypocalcaemia
akan diikuti oleh perubahan kadar fosfor dan gula dalam darah. Kadar fosfor plasma
yang rendah diakibatkan oleh penurunan penyerapan fosfor anorganik dari usus.
Mungkin pula disebabkan oleh meningkatnya sekresi parathormon dan sekresi
calcitosin, hingga ekskresi fosfor meningkat.Calcitonin merupakan suatu zat yang
dapat menurunkan konsentrasi Kalsium dalam darah dengan jalan menghambat
resorbsi oleh tulang. Selain itu, kenaikan parathormon akan diikuti oleh kenaikan
pembongkaran kalsium dalam tulang, yang dalam hal ini dapat dilihat dari ada
tidaknya kenaikan hidroksi prolin di dalam kemih. Hidroksi prolin merupakan hasil
pemecahan kalogen. Dalam hal ini kadar magnesium dalam serum darah
mempengaruhi gejala yang timbul pada sapi perah. Jika kadar magnesium dalam
serum normal atau lebih tinggi maka gejala tetani dan eksitasi akibat hipocalcaemia
akan diikuti oleh relaksasi, otot lemah, depresi, koma dan akan menyebabkan
kelumpuhan.

Dahulu gangguan ini diduga disebabkan oleh adanya bendungan pada sistem
syaraf, alergi, penyakit neuromuskuler, penyakit keturunan, penyakit ketuaan,
penyakit infeksidan penyakit defisiensi makanan yang menyangkut kalsium, fosfor,
vitamin A, vitamin D dan protein. Pada keadaan normal kadar Ca dalam darah
adalah 9-12 mgram persen. Pada keadaan subklinis kadar Ca dalam darah 5-7
mgram persen dan pada kejadian hypocacaemia kadar ion Ca dalam darah 3-5
mgram persen. Jumlah kalsium yang terdapat dalam darah dan cairan ekstra sel
hanya kira-kira 8 gram, sedangkan untuk keperluan laktasi dalam satu hari
dibutuhkan 3 x jumlah itu. Jadi kekurangan kalsium jelas merupakan predisposisi
kejadian hypocalcaemia.

Faktor predisposisi yang berperan dalam kejadian Milk Fever antara lain:
Produksi air susu. Biasanya peningkatan produksi air susu akan

meningkatkan metabolisme Ca dan meningkatkan Ca ke colostrum. Bila


pemasukan tidak seimbang maka kemungkinan besar akan terjadi Milk Fever.

Umur sapi. Penyerapan Ca pada sapi-sapi tua mengalami penurunan.

Kemauan makan sapi. Pada saat menjelang melahirkan, 8-16 jam atau

lebih, kebanyakan sapi mengalami penurunan nafsu makan. Turunnya nafsu


makan akan menyebabkan turunnya ketersediaan kalsium yang siap diserap.

Ransum pakan. Pakan sapi perah yang terdiri dari hijauan dan konsentrat

yang seimbang adalah Ca:P = 1:1.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. UGM. Press. Yogyakarta.

Guyton, C. Arthur. 2008.Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.

Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing Rumen Function. Departement of Animal
Sciences, University of Missouri Columbia, USA.

Kuchel, Philip dan Gregory B. Ralston. 2006. Biokimia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Murray, Robert K. 2003. Biokimia Harper Ed. 25. Jakarta: EGC.

Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah

0
Tambahkan komentar

3.

Nov

20

Sterilisasi dan Desinfeksi Preoperative


STERILISASI DAN DESINFEKSI PREOPERATIVE

(Operator dan Crew, Packaging Alat dan Penyusunan Alat, Hewan)

Hidayanti Adillah (O 111 12 006)

Kelompok 3, Aldi Derianto Amir (Asisten)

Ilmu Bedah Umum Veteriner

Bagian Bedah dan Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi.

PSKH UH

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tekhnik atau cara sterilisasi dan
desinfeksi terhadap operator atau crew, alat (packaging dan penyusunan) serta hewannya.
Peralatan yang digunakan dalam praktikum antara lain alat-alat bedah berupa scalpel,
blade, gunting operasi, needle holder, pinset anatomis dan pinset sirurgis, mosquito,
carmalt forceps, allis tissue forceps, duk klem, towel/duk, needle (jarum jahit). Hasil dari
praktikum ini menunjukkan bahwa untuk melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu
peralatan bedah, pasien, dokter hewan dan tenaga medis yang terkait harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi dilakukan dengan teknik atau cara yang benar untuk mengindari
dari kontaminasi bakteri ataupun mencegah tertularnya penyakit ke operator bedah.

Kata kunci : Sterilisasi dan Desinfeksi, Alat-alat bedah, Operator atau Crew dan Hewan.
PENDAHULUAN

Setiap rambut di daerah operasi harus dicukur sebelum pembedahan untuk tujuan
estetika maupun mengusahakan permukaan yang bersih untuk melekatkan verban.
Pencukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari oleh staf perawat yang terlatih dan dijaga
jangan sampai menyebabkan luka atau abrasi karena keduanya merupakan predisposisi
terhadap infeksi (Foster, 2001).

Daerah yang akan dioperasi harus ditutup dengan duk. Ini bisa dikerjakan dengan
duk kain steril atau dengan bahan sekali pakai. Duk sekali pakai (disposable) memiliki
keuntungan tidak permeabel dan kedap air, sehingga mengurangi risiko kontaminasi oleh
dokter bedah. Namun, harganya jauh lebih mahal. Duk poliuretan yang bisa disayat
banyak digunakan di bagian ortopedi, bedah vaskular dan bedah umum. Pemakaiannya
juga terbatas karena alasan biaya (Foster, 2001).

Beberapa operasi hewan kecil dilakukan dalam keadaan antiseptik. Ini berarti
bahwa ahli bedah harus mencuci tangannya sampai bersih kemudian mempersiapkan
dengan lengkap kulit hewan tersebut dan memakai alat-alat yang telah dibersihkan serta
disterilkan, dan diletakkan pada permukaan yang bersih (Sardjana, 2011).

Dalam prosedur pembedahan teknik aseptik harus dipakai, dan tempat pembedahan
dibagi menjadi tempat yang bersih yang kotor dengan pola aliran bahan-bahan dari yang
bersih ke kotor. Alat-alat yang keluar dari pembedahan menuju ketempat kotor untuk
dicuci kembali dan disterilkan. Instrument-instrumen yang halus mungkin perlu
disterilkan dalam tempat special/khusus dengan suatu system gas ethylene oxide
(Sardjana, 2011).

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Gupte,1990) (Rachmawati
dalam Gupte, 2008).

Tujuan setiap larutan antiseptik preoperasi adalah menurunkan secara cepat


mikroorganisme pada kulit tanpa merusak kulit. Antiseptik merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Walaupun seringkali disinonimkan dengan
antiseptik namun pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap
benda mati (Purnomo, 2009).

Fungsi sterilisasi di antaranya: pada bidang mikrobiologi untuk mencegah


pencemaran organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asepsis,
pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap
pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990) (Rachmawati dalam Gupte, 2008). Salah
satu cara yang digunakan adalah dengan desinfeksi yaitu proses mematikan semua
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi (Gupte, 1990) (Rachmawati
dalam Gupte, 2008).

Sterilisasi dan desinfeksi ruangan rumah sakit merupakan suatu usaha untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Krisetyowatir, 2004).

Tujuan utama pemakaian antiseptik adalah untuk membunuh atau menghambat


pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan sistem enzim bakteri dan
mengubah daya permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi, halogenasi dan
pengendapan bakteri (Purnomo, 2009).

Dokter bedah diharuskan memakai pakaian bedah untuk melindungi pakaiannya


sendiri dan memakai sarung tangan, untuk menghindari infeksi sesudah operasi,
eksperimen survival memerlukan teknik operasi aseptik, teknik ini meliputi pemakaian
baju dan alat-alat steril, persiapan daerah operasi dan penanganan luka penderita yang
steril (Sardjana, 2011).

MATERI DAN METODE

Praktikum dilakukan di Unhas Barayya, Labaratorium Kedokteran Hewan, Fakultas


Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Peralatan yang digunakan dalam praktikum antara
lain alat-alat bedah berupa scalpel, blade, gunting operasi, needle holder, pinset anatomis
dan pinset sirurgis, mosquito, carmalt forceps, allis tissue forceps, duk klem, towel/duk,
needle (jarum jahit). Bahan alcohol 70 %, kasa dan benang absorbable dan non absorable.

Metode yang digunakan adalah pengenalan alat dan cara menyusunnya serta
tekhnik atau cara sterilisasi dan desinfeksi terhadap operator atau crew, alat (packaging
dan penyusunan) serta hewannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Strerilisasi operator atau crew dilakukan dengan cara berurutan dimulai dari ahli
bedah melepaskan pakaian luar dan memasang dengan baju bedah, memakai penutup
rambut dan penutup hidung. Semua arloji, gelang dan cincin dilepas dan ahli bedah serta
asisten mencuci dan menggosok tangan mereka, terutama di bawah kuku.

Adapun teknik mencuci tangan sebelum pembedahan yaitu mula-mula tangan


dicuci pada bagian telapak tangan kemudian diberi sabun. Saat memberi sabun jangan
sampai telapak tangan menyentuh keran air, lakukan hal tersebut dengan menggunakan
siku. Setelah telapak tangan dilanjutkan dengan menggosok punggung tangan bergantian
kiri dan kanan, selanjutnya sela-sela jari, lalu menyatukan jari-jari kanan dan kiri
kemudian digosok dengan cara memutar kearah depan secara bergantian, menggosok ibu
jari secara berputar juga dilakukan bergantian kiri dan kanan kemudian yang terakhir
menggosok kuku pada telapak tangan juga dilakukan pada tangan kiri dan kanan. Setelah
menggosok, jangan menyentuh benda-benda yang kotor seperti pakaian, kotak sabun dan
juga keran air juga kembali harus dimatikan dengan menggunakan siku atau dengan
bantuan seorang asisten. Tangan harus lebih tinggi dari siku agar air menetes kebagian
yang tidak dibersihkan.

Tangan dikeringkan dengan handuk steril (bagian yang dibersihkan dan handuk
tidak menyentuh badan) dan cairan yang berlebihan dikeringkan dari pergelangan sampai
siku (dengan gerakan spiral dari handuk). Lipat bagian handuk yang menyentuh siku ke
dalam, ulangi ini pada lengan yang lain pada sisi yang lain dari handuk tersebut
kemudian handuknya dibuang.

Langkah selanjutnya yaitu jubah steril dibuka dengan memegang bagian dalam
dengan baik, tidak menyentuh bagian luar jubah. Masukkan setiap tangan dalam lengan
secara tepat. Seorang asisten dapat menarik gaun dari belakang dan mengikatkan tali di
belakang.

Sarung tangan steril dalam bungkusan dengan tempat kancing dilipat keluar
menutupi telapak. Pada jubah bagian luar sarung tangan tidak disentuh dengan tangan
telanjang. Ini dilakukan dengan memasang sarung tangan pertama dengan memegang
tempat kancing yang terlipat kemudian masukkan jari-jari ke sarung tangan, setelah
semua jari-jari masuk tangan didorong keluar dari ujung tempat kancing jubah dan semua
tangan tertutupi sarung tangan steril, dengan begini, sterilisasi operator atau crew telah
selesai.

Teknik penyusunan alat bedah yaitu tempatkan dua kain berurutan untuk pengalas
alat-alat bedah yang diletakkan sejajar atas bawah atau satu bagian mendekati abdomen
dokter yang akan membedah dan yang satu berada setelahnya. Pada bagian bawah atau
kain sebelah bawah dimulai dengan meletakkan scalpel dan blade, kemudian gunting,
needle holder, pinset, klem mosquito, allies forceps dan carmalt forceps. Selanjutnya
untuk duk klem, benang, jarum dan yang lainnya diletakkan di kain sebelah atas, dengan
susunan nampan atau tempat meletakkan alat-alat bedah diletakkan disebelah kiri yang
berisi cawan untuk menyimpan tampon yang telah digunakan, disampingnya diletakkan
jarum dan benang. Pada bagian samping nampan (di luar nampan) diletakkan duk klem,
tampon dan alkohol. Pastikan semua alat bedah berada dalam keadaan steril.

KESIMPULAN
Untuk melakukan pembedahan, semua fasilitas yaitu peralatan bedah, pasien,
dokter hewan dan tenaga medis yang terkait harus dalam keadaan steril. Hal yang penting
lainnya yaitu kita pertama-pertama harus mngetahui cara packaging dan penyusunan alat-
alat bedah dengan terlebih dahulu harus mengetahui nama alat dan kegunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Foster, M.E., dan G. Morris Stiff. 2001. Teknik Bedah Umum. Jakarta: Farmedia.

Krisetyowatir, Ninuk dan Margo Utomo. 2004. Efektivitas dosis Refisol


terhadapPenurunan Angka Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Penyakit
Dalam Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar 2003. Vol 1 No. 2.
Semarang: FKM Universitas Muhammadiyah.

Purnomo, Wahyu. 2009. Perbandingan Efektivitas Kombinasi-Chlorhexidine Gluconate


Cetrimide-Alkohol 70%-Povidone Iodine 10% Dengan Chlorhexidine Gluconate
Cetrimide - Povidone Iodine 10% Sebagai Antiseptik Terhadap Penurunan
Kepadatan Kuman Pada Operasi Fraktur Tertutup Elektif Simple Di Ibs
Rso.Prof Dr.R. Soeharso. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.

Rachmawati, F.J., dan Shofyatul Yumna Triyana. 2008. Perbandingan Angka Kuman
pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar:
Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Sardjana, K.W., dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya: Airlangga
University Press.
Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah

Tambahkan komentar

4.

Nov

20

handling, restrain, venesectio dan


pemberian obat
HANDLING, RESTRAIN, VENESECTIO DAN PEMBERIAN OBAT

Hidayanti Adillah (O 111 12 006)

Kelompok 3, Aldi Derianto Amir (Asisten)

Ilmu Bedah Umum Veteriner

Bagian Bedah dan Radiologi. Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi.

PSKH UH

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara atau teknik handling dan restrain,
venesectio dan pemberian obat pada anjing dan kucing. Sebanyak satu ekor kucing dan
satu ekor anjing digunakan sebagai sampel. Kucing dan anjing yang digunakan berasal
dari kucing dan anjing kampung yang diambil secara acak didaerah sekitar kampus
Unhas Tamalanrea. Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa handling dan restrain
adalah kunci untuk keberhasilan dalam melakukan venesectio dan pemberian obat karena
dengan cara itulah hewan atau pasien dapat ditangani dengan baik tanpa ada perlawanan
atau meronta yang dapat mengancam keselamatan operator maupun dapat melukai hewan
itu sendiri. Handling dan restrain pada anjing dan kucing dilakukan berdasarkan jenis
atau breed, umur, tingkat tempramen, dan kondisi kesehatan. Misalnya, anjing yang
bermoncong pendek dan panjang, anjing muda dan tua, anjing kecil dan besar, anjing
dengan tempramen tenang dan galak, anjing dengan kondisi cedera ringan dan parah,
berbeda dalam hal handling dan restrain. Keberhasilan handling dan restrain ditentukan
oleh kemampuan atau keterampilan operator/co-operator yang meliputi pengetahuan
kondisi fisiologis atau tempramen anjing, keberanian dalam menangani anjing sehingga
jika didapatkan anjing yang galak dapat diatasi dengan baik.

Kata kunci : Handling , Restrain ,Vanesectio dan pemberian obat

PENDAHULUAN

Mengetahui cara handling dan restrain anjing dan kucing.

Handling adalah memegang hewan dengan tangan. Sedangkan restrain adalah


pembatasan aktivitas hewan dengan verbal, fisik, atau farmakologis. Artinya sehingga
hewan tersebut dicegah dari melukai dirinya sendiri atau orang lain. Merestrain anjing
secara paksa berbahaya untuk kedua handler dan hewan. Oleh karena itu pemiliknya
sangat baik untuk menangani dengan aman dan manusiawi dengan lembut dan
meminimalisir pengendalian fisik (Andayani, 2012).

Penggunaan agen farmakologis untuk membantu dalam restrain dibolehkan ketika:


a) prosedur yang menyakitkan, b) prosedur yang memerlukan memegang seekor hewan
dalam posisi yang membahayakan pernapasannya, dan c) hewan sangat takut atau agresif
(Andayani, 2012).

Tujuan dari restrain antara lain: 1) Untuk memudahkan pemeriksaan fisik, termasuk
tetes mata dan pemeriksaan rektal, 2) Untuk mengelola lisan, bahan suntik, dan topikal,
3) Untuk menerapkan perban, 4) Untuk melakukan prosedur tertentu (misalnya
kateterisasi urin), dan 5) Untuk mencegah melukai diri sendiri (Elizabeth collar)
(Andayani, 2012).

Tetapi strain pada anjing juga beresiko menyebabkan: 1. Dyspnea, 2. Hyperthermia,


3. Trauma jaringan (mis. otot lurik), dan stress (Andayani, 2012).

Restrain (pengekangan) tindakan mencegah aksi atau gerakan maju dengan


kekuatan moril atau fisik maupun dengan membuat suatu hambatan. Jadi pengekangan
adalah proses pencegahan suatu aksi atau gerakan dan pengekangan pasien adalah hal
pertama yang harus dilakukan oleh seorang dokter hewan (Soegiri, 2007).
Sedative dan anastesi merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah
pergerakan dan kegunaannya tidak boleh diabaikan. Kadang-kadang kombinasi suatu
cara pengekangan fisik yang sederhana dengan suatu sedative sudah cukup, sedangkan
dalam hal lain diperlukan anastesi sempurna, atau seekor hewan diberi anastesi serta
kakinya diikat untuk mencegah masuknya debu pada luka yang terbuka (Soegiri, 2007).

Restraint dengan cara yang sama Pada anjing moncong panjang: Loop dari tali
kompor atau perban dengan simpul surgeons knot diselipkan ke moncong anjing
kemudian dikencangkan (posisi organ searah dengan anjing, tidak berhadapan dengan
anjing). Selanjutnya tali ditarik kebawah dagu dan disimpul dengan overhand knot,
kemudian tali ditarik kearah dorsal leher dan disimpul dengan kuat dengan reeferss knot
(Rendrawan, 2014).

Jika pada moncong pendek, caranya sama dengan anjing moncong panjang, tetapi
harus dilanjutkan dengan menarik salah satu dari dua ujung tali didorsal leher ke arah
rostral, dikaitkan dengan loop yang pertama lalu ditarik kembali kearah dorsal.
Kemudian dengan ujung tali yang lain disimpul atau dibuat simpul menggunakan metode
reefers knot (Rendrawan, 2014).

Menahan untuk suntikan intravenus

Untuk mengekang seekor anjing sehingga dapat diberikan suntikan intravena,


seseorang asisten memegang kepala hewan itu dengan satu tangan. Dan tangan lainnya
memegang lengan sambil menekan vena agar menonjol. Beberapa orang lebih senang
memegang lengan dengan ibu jari dan telunjuk serta menekan vena dengan jari manis
dengan demikian lengan dapat dipegang dengan erat. Yang lain lebih senang meletakkan
ibu jari di atas vena dan telunjuk sekitar lengan. Dengan cara ini tekanan pada vena dapat
lebih besar (Soegiri, 2007).

MATERI DAN METODE

Praktikum dilakukan di Labaratorium Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran,


Universitas Hasanuddin. Peralatan yang digunakan dalam praktikum antara lain tali
kompor atau tali yang kuat untuk menghandling anjing maupun kucing, infus set, jarum
suntik, gunting bedah tumpul-tumpul bengkok, aboket 22 dan 24, kapas dan perban.
Bahan-materi atau bahan yang digunakan yaitu cairan infus, alcohol 70% dan hewan
praktikum berupa satu ekor anjing dan satu ekor kucing.

Metode yang digunakan adalah cara handling dan restrain serta vena sectio. Teknik
restrain pada anjing kecil dilakukan dengan cara tangan kanan diselipkan ke ventral tubuh
anjing dengan jari tangan (kecuali ibu jari) dilewatkan di antara kedua kaki depan,
sehingga menyangga bagian dada anjing. Tangan kiri digunakan untuk memegang kulit
bagian dorsal sehingga anjing tidak dapat menggigit. Usahakan agar tubuh hewan terletak
nyaman di pinggang pembawa. Untuk anjing ras besar, restrain dapat dilakukan dengan
cara menggendong, maka posisi anjing berada di depan pembawa. Pada metode ini
sebaiknya anjing direstrain moncongnya untuk mencegah gigitan.
Teknik restrain pada kucing yaitu tangan diselipkan di bagian ventral tubuh kucing,
dengan posisi jari teunjuk menopang dada kucing dan bagian jari lain menjepit kaki
depan kucing. Tangan kiri menahan bagian dorsal leher dengan lembut, selanjutnya
kucing diangkat. Jepit tubuh kucing di antara tekukan lengan dan pinggang.

Cara restrain moncong pada anjing yaitu ada dua yaitu restrain moncong panjang
dan moncong pendek. Pada anjing moncong panjang ada dua metode yang dapat
digunakan yaitu metode 1: Loop dari tali kompor atau perban dengan simpul surgeons
knot diselipkan ke moncong anjing kemudian dikencangkan (posisi organ searah dengan
anjing, tidak berhadapan dengan anjing). Selanjutnya tali ditarik kebawah dagu dan
disimpul dengan overhand knot, kemudian tali ditarik kearah dorsal leher dan disimpul
dengan kuat dengan reeferss knot. Pada metode dua moncong terikat pada waktu yang
lebih cepat dibandingkan metode pertama, namun dari segi keamanan lebih rendah.
Restrain moncong untuk anjing bermoncong pendek sama seperti restrain moncong
panjang metode 1, namun harus dilanjutkan dengan menarik salah satu dari dua ujung tali
di dorsal leher ke rostral, dikaitkan dengan loop yang pertama lalu ditarik kembali kea
rah dorsal. Kemudian dengan ujung tali yang lain disimpul atau dibuat simpul
menggunakan metode reeferss knot. Adapun restrain moncong kucing sama dengan
restrain anjing moncong pendek.

Restrain untuk injeksi intravena, pada anjing diperlukan pembantu/asisten intuk


merestrain anjing tersebut. Asisten menahan kepala anjing dengan lengan kanan. Tangan
yang lain menahan kaki depan anjing sekaligus membendung vena cephalica. Sedapat
mungkin lengan kiri menjepit tubuh hewan agar tetap tenang. Pada kucing, restrain
dilakukan dengan cara kaki depan kiri (terutama carpal) dan kepala kucing ditahan
dengan tangan kiri. Ibu jari asisten menekan cakar kucing sehingga menempel pada muka
kucing. Jari-jari tangan yang lain dilingkarkan di bagian dorsal leher kucing sehingga
posisi kucing terkunci. Tangan kanan asisten digunakan untuk menahan kaki depan kanan
sekaligus untuk membendung vena cephalica. Posisi lengan diusahakan dapat menjepit
tubuh kucing agar tetap tenang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa handling dan restrain adalah kunci
untuk keberhasilan dalam melakukan venesectio dan pemberian obat karena dengan cara
itulah hewan atau pasien dapat ditangani dengan baik tanpa ada perlawanan atau meronta
yang dapat mengancam keselamatan operator maupun dapat melukai hewan itu sendiri.
Handling dan restrain pada anjing dilakukan berdasarkan jenis atau breed, umur, tingkat
tempramen, dan kondisi kesehatan. Misalnya, anjing yang bermoncong pendek dan
panjang, anjing muda dan tua, anjing kecil dan besar, anjing dengan tempramen tenang
dan galak, anjing dengan kondisi cedera ringan dan parah, berbeda dalam hal handling
dan restrain. Keberhasilan handling dan restrain ditentukan oleh kemampuan atau
keterampilan operator/co-operator yang meliputi pengetahuan kondisi fisiologis atau
tempramen anjing, keberanian dalam menangani anjing sehingga jika didapatkan anjing
yang galak dapat diatasi dengan baik.
Anjing yang akan di infus pertama-tama dilakukan handling dan restrain oleh
asisten, selanjutnya menahan atau membendung aliran vena dengan menempatkan
tourniquet di proksimal vena yang akan di tusuk, atau di bendung dengan menggunakan
ibu jari asisten pada vena cephalica, ibu jari di tempatkan di atas siku lalu menekan vena,
sedangkan ke empat jari lainnya berada di bawah (siku) memegangi kaki tersebut.
Dengan memegangi kaki di bagian tersebut, restrain kaki menjadi efektif sehingga anjing
mengalami kesulitan melakukan gerakan yang menghentak dan resiko tertusuk jarum
juga dapat terhindar. Sedangkan tangan yang satu (kiri) memegang bagian leher atas
untuk menahan gerakan kepala.

Setelah persiapan handling dan restrain selesai, cukur rambut bagian kaki depan
anjing atau kucing hingga vena yang akan di tusuk terlihat lalu semprotkan alcohol ke
kaki pasien untuk desinfeksi. Abocad yang di gunakan adalah abocad 22 biru untuk
anjing dan abocad 24 kuning untuk kucing, tusukkan abocad di kaki pasien. Saat
ditusukkan perhatikan abocad apakah saat ditusuk mengeluarkan darah jika abocad
berhasil dimasukkan di vena. Tarik abocadnya, masukkan infus ke abocad dan di balut
plaster. Pasien yang telah di infus, tetesan cairan di hitung berapa kali dalam 1 menit
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Setelah selesai menginfus, gunting plaster secara perlahan agar rambut pasien tidak
terlalu banyak tercabut. Ambil kapas untuk menekan pengeluaran aliran darah berlebih.

KESIMPULAN

Handling , Restrain ,Vanesectio dan pemberian obat adalah perlakuan atau tindakan
dokter hewan untuk mencegah aksi gerak pasien baik itu moril ataupun fisik, saat
pengambilan darah (venesectio) dan pemberian obat. Tujuannya Memudahkan
pemeriksaan fisik, pemberian obat oral,injeksi, topikal, Memasang perban, Melakukan
prosedur tertentu (urinary catheterization), Mencegah melukai diri sendiri (Elizabethan
collar).

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Candra, N. 2012. Pemeriksaan Anjing. Yogyakarta: UGM

Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar:
Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Soegiri, J dan Wulansari, Retno. 2007. Cara-cara mengekang Hewan. IPB Press: Bogor.
LAMPIRAN
Gambar 1. Cara Handling anjing

Gambar 2.

Restrain anjing moncong panjang


Gambar 3.

Restrain moncong kucing

(sama dengan restrain anjing moncong pendek)

Gambar 4. Gambar 5.

Pengguntingan rambut sebelum Venesectio pada kucing

melakukan venesectio

Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah

0
Tambahkan komentar

5.

Nov

20

Prosedur Pemeriksaan Klinis Pada


Kucing
PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIS PADA KUCING

Hidayanti Adillah (O 111 12 006)

Kelompok 3

Asisten: Zarkawi Sujuti

Diagnosa Klinik Veteriner

PSKH UH

Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan klinis pada


kucing. Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah berbagai macam peralatan
dalam mendiagnosa penyakit antara lain timbangan, thermometer, hammer dan stetoskop.
Sebelum melakukan pemeriksaan, didahului dengan melakukan sinyalmen dan anamnesa
dengan keterangan dari klien. Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan
catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta
penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi
atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan
menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta
pemeriksaan dengan alat dignostik lain. Pada kucing yang diamati dalam praktikum ini
merupakan kucing berbulu pendek yang sesuai literatur mempunyai kerentanan
terhadap infeksi saluran pernafasan, hal ini terbukti dengan adanya leleran di hidung dan
pasien yang mengalami bersin-bersin.
Kata kunci : Pemeriksaan klinis, sinyalmen, anamnesa dan kucing.

PENDAHULUAN

Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik


suatu hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk
mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan
alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis
(Widodo, 2011).

Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan catur indera
pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman
(pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau
mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan
menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta
pemeriksaan dengan alat dignostik lain (Widodo, 2011).

Sinyalmen atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri seekor hewan merupakan
ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada
kemiripan satu sama lainnya (twin) (Widodo, 2011). Sinyalmen terdiri dari data pasien
yang harus diketahui seperti nama/nomor, spesies, ras/breed, kelamin/sex, umur/age, bulu
dan warna/spesifik pattern, berat badan dan tanda-tanda lain yang penting, dan data yang
lain yang harus diketahui yaitu data klien yang berupa nama, alamat dan nomor telepon
(Ikliptikawati, 2014).

Anamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih
tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa dating
berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang
sejarah perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering dating berkonsultasi
(Widodo, 2011).

Melihat, membau, dan mendengar penting untuk pemeriksaan fisik. Dokter hewan
yang baik menghindari membuat keputusan diagnosa berdasarkan data turunan dari
laboratorium yang melewatkan pemeriksaan fisik karena korelasi semua data relevan
untuk determinasi diagnosa yang tepat.Ketika memungkinkan, suhu dan berat badan
hewan seharusnya dicatat sebelum dokter hewan masuk ruang pemeriksaan. Hal ini
dilakukan oleh kooperator yang berkesempatan untuk komunikasi dengan pemilik hewan
atau klien, mengumpulkan informasi yang berhubungan, catat perubahan berat, dan
identifikasi pemilik hewan atau klien.Ini adalah kesempatan yang baik bagi kooperator
untuk mencatat obat yang baru saja diberikan, penggunaan agen profilaksis (misal untuk
cacing hati dan kutu), status vaksinasi hewan, dan status reproduksinya (misal mandul,
normal, atau siklus birahi terakhir).Pemeriksaan fisik mulai ketika dokter hewan
memasuki ruang pemeriksaan. Dokter klinik harus melihat kenampakan umum tentang
hewan.(Ettinger, 2010).
Pemeriksaan Fisik pada Kucing

A. Umum
Setelah dilakukan sinyalemen atau registrasi dan anamnesa maka selanjutnya
dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi; Inspeksi diantaranya melihat, membau, dan
mendengarkan tanpa alat bantu. Diusahakan agar hewan tenang dan tidak curiga kepada
pemeriksa. Inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala
arah dan keadaan sekitarnya. Diperhatikan pula ekspresi muka, kondisi tubuh,
pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara
hewan. (Fowler. 2008).
Pulsus, temperatur dan nafas

Pulsus diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur (normal:
92-150/menit). Nafas diperiksa dengan cara menghitung frekuensi dan memperhatikan
kualitasnya dengan cara melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan
menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (normal: 26-48/menit).
Temperatur diperiksa pada rectum dengan menggunakan termometer (normal: 37,6-39,4).
(Fowler. 2008).
Selaput lendir

Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak
mata bawah. Penampakan conjunctiva pada kucing tampak pucat. Membran mukosa yang
tampak anemia (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna
conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis
dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan
oksigen dalam darah, kasusnya berhubungan dengan pulmo atau sistem respirasi.
Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan
terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi
petechial menyebabkan hemoragi purpura (Fowler. 2008).

B. Sistemik
Sistem Pencernaan

Pakan atau minum diberikan untuk melihat nafsu makan dan minum. Kemudian
dilihat juga keadaan abdomen antara sebelah kanan dan kiri. Mulut, dubur, kulit sekitar
dubur dan kaki belakang juga diamati, serta cara defekasi dan fesesnya. (Fowler. 2008).
1) Mulut, Pharynx, dan Oesophagus
Mulut kucing dibuka dengan menekan bibir kebawah gigi atau ke dalam mulut, dan
dilakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi
dengan leluasa seperti bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigi-
geligih serta kemungkinan adanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan anomali
lainnya. Oesophagus dipalpasi dari luar sebelah kiri dan pharynx. (Fowler. 2008).
2) Abdomen
Inspeksi dilakukan pada abdomen bagian kiri dan kanandengan memperhatikan isi
abdomen yang teraba serta dilakukan auskultasi dari sebelah kanan ke kiri untuk
mengetahui peristaltik usus. Lakukan pula eksplorasi dengan jari kelingking, perhatikan
kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya benda asing atau feses
yang keras. (Fowler. 2008).
Sistem Pernafasan

Adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk, bersin hick-up, frekuensi dan tipe
nafasnya perlu diperhatikan. (Fowler. 2008).
1) Hidung

Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, rabalah suhu lokal dengan
menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Serta lakukanlah perkusi pada daerah
sinusfrontalis. (Fowler. 2008).

2) Pharynx,Larinx, Trakea

Dilakukan palpasi dari luar dengan memperhatikan reaksi dan suhunya, perhatikan
pula limfoglandula regional, suhu, konsistensi, dan besarnya, lalu bandingkan antara
limfoglandula kanan dan kiri. (Fowler. 2008).

3) Rongga dada

Perkusi digital dilakukan dengan membaringkan kucing pada alas yang kompak,
dan diperhatikan suara perkusi yang dihasilkan. Palpasi pada intercostae lalu perhatikan
adanya rasa nyeri pada pleura dan edeme subcutis. (Boddie. 1962). (Fowler. 2008).

Sistem Sirkulasi

Diperhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti anemia, sianosis, edema
atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah
hewan.Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan
secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri).
Perhatikan pula adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3
bawah leher. (Boddie. 1962).

Sistem Limphatica

Dilakukan inspeksi, untuk mengetahui kemungkinan adanya kebengkakan


padalimfoglandula. Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada kucing yaitu; lgl.
submaxillaris, lgl. parotidea, lgl. retropharyngealis, lgl. cervicalis anterior, lgl.
cervicalis medius, lgl. cervicalis caudalis, lgl. prescapularis, lgl. axillaris (dapat teraba
jika kaki diabduksikan), lgl. inguinalis, lgl. superficialis (pada betina disebut lgl.
supramammaria), lgl. poplitea, lgl. mesenterialis. Palpasi dilakukan di daerah
limfoglandula, dengan cara memperhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta
simetrinya kanan dan kiri (Boddie. 1962).

Sistem Lokomotor

Perhatikanlah posisi, cara berdiri dan berjalan hewan. Periksalah musculi dengan
membandingkan ekstremitas kanan dan kiri. Serta melakukan palpasi. Perhatikan pula
suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Pemeriksaan tulang seperti musculi
diperhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Persendian diperiksa dengan cara inspeksi
cara berjalan dan keadaan persendian, lakukanlah palpasi apakah ada penebalan, cairan
(pada kantong synovial ataukah pada vagina tendinea) (Boddie. 1962).

Organ Uropoetica

Perhatikanlah sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih) yang keluar,
warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
(Boddie. 1962).

MATERI DAN METODE

Praktikum dilakukan di Unhas Barayya, Labaratorium Kedokteran Hewan, Fakultas


Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Peralatan yang digunakan saat praktikum antara
lain timbangan, thermometer, hammer dan stetoskop.

Metode yang digunakan adalah metode sinyalmen, anamnesis, inspeksi, palpasi,


perkusi, auskultasi, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung, pungsi
pembuktian, tes alergi, pemeriksaan laboratorium klinik dan pemeriksaan dengan alat
diagnostik lain yang harus dilakukan dalam pemeriksaan klinis pada kucing.

Sinyalmen merupakan identitas diri suatu hewan yang membedakannya dengan


hewan yang lain, di mana sinyalmen selalu dimuat di dalam pembuatan surat laksana
jalan atau surat jalan bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
Fungsi lain dari sinyalmen adalah pencantuman status kesehatan hewan di surat
kesehatan hewan atau surat statuus vaksinasi yang telah dijalaninya. Fungsi ketiga adalah
identitas diri di dalam rekam medic kerumahsakitan.

Anamnesis adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan klien atau
pemilik hewan mengenai keadaan hewannya. Cara mendapatkan anamnesis dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan menyidik namun tidak disadari oleh pemilik
hewan. Seorang dokter hewan harus berusaha mendapatkan keterangan selengkap
mungkin dari pemilik hewan untuk memperoleh peneguhan diagnosis.
Metode inspeksi dilakukan dengan cara melihat, membau, dan mendengarkan tanpa
alat bantu.

Metode palpasi (meraba) dilakukan dengan cara superficial maupun profundal.


Palpasi superficial dilakukan dengan meraba seluruh tubuh kucing dimulai dari kepala
hingga ke ekor hanya pada bagian superficial, sedangkan palpasi profundal dilakukan
hampir sama dengan cara palpasi superficial namun dengan sedikit menekan untuk
memastikan tidak ada kelainan pada tubuh kucing ataupun tidak ada tulang yang patah.

Metode perkusi (mengetuk), perkusi dapat dilakukan dengan menggunakan


hammer ataupun dengan menggunakan ujung jari. Perkusi yaitu mengetuk-ngetuk bagian
tubuh kucing dan didengarkan ada tidaknya kelainan atau bunyi yang berbeda (tidak
normal) pada beberapa bagian tubuhnya seperti perkusi daerah abdomen untuk
mendengarkan suara usus kucing, perkusi daerah thorax untuk mendengarkan suara
normal dan tidak normal pada paru-paru dan jantung, dapat juga dilakukan perkusi pada
bagian hidung untuk mengetahui ada tidaknya penumpukan cairan atau kelainan yang
lain.

Metode auskultasi (mendengarkan), dilakukan dengan menggunakan stetoskop.


Auskultasi biasanya digunakan untuk mendengar suara jantung hewan, suara paru-paru,
suara gerakan peristaltik lambung maupun suara detak jantung janin pada kehamilan
trimester akhir atau kebuntingan tua.

Mencium atau membaui, ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan aroma atau
bau yang ditimbulkan atau dikeluarkan dari lubang umlah hewan yang nantinya akan
dapat menuntun pemeriksaan fisik hewan pada kejadian penyakit tertantu.

Mengukur dan menghitung dilakukan secara kuantitatif menggunakan satuan-


satuan yang lazim untuk pengukuran dan penghitungan, yaitu kali, per, menit dan derajat
celcius.

Pungsi pembuktian merupakan suatu tindakan medik untuk mendapatkan ketegasan


tunggal dari beberapa kemungkinan yang didapat dari inspeksi dan palpasi sebelumnya.
Diperlukan tindakan ini untuk menyederhanakan kompleksitas tanda atau temuan klinis.

Tes alergi. Kulit dipandang sebagai indikator alergi, penilaian alergi secara klinis
pada tindakan tuberkulinasi, malleinasi dan uji sensitifitas terhadap antibiotika.

Pemeriksaan laboratorium klinik dimaksudkan untuk melengkapi data agar


diperoleh keputusan diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemeriksaan dapat
dilakukan atas sampel asal hewan/pasien untuk tujuan pemeriksaan histologis-patologis,
bakteriologis, parasitologis, serologis-immunologis, mikologis dan hematologis.

Pemeriksaan dengan alat diagnostik lain seperti endoskopi (laringoskopi,


bronchoskopi, rektoskopi), ultrasonografi, X-Ray, elektrokardiografi, Magnetic
Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography Scanning (CT Scan).
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pada praktikum ini, diperoleh data pasien (sinyalmen) berupa:
Nama/Nomor : Momo
Spesies : kucing
Ras/Breed : domestik
Kelamin/Sex : betina

Umur/Age : 1 tahun

Bulu Dan Warna : keadaan bulu bersih, warna putih dengan corak hitam dan coklat

Berat Badan : 2 kg
Tanda-Tanda Lain : bagian dagu terdapat corak hitam.
Pada klien atau si pemilik hewan diperoleh data:
Nama: Muhammad Noer
Alamat: Kompleks UNHAS Tamalanrea

Nomor Telepon: 0852 4288 8362

Setelah sinyalmen, dilakukan anamnesa yang berupa keterangan dari pemilik


hewannya tentang sejarah penyakit si pasien (hewan) diperoleh keterangan bahwa pasien
sudah sakit selama 3 hari, pasien belum pernah mengalami atau dilakukan pengobatan
sebelumnya, pasien belum pernah sakit sebelumnya, pasien mengalami bersin-bersin,
terdapat leleran di hidung dan nafsu makan menurun, belum pernah divaksin, fesesnya
encer dan berwarna coklat kehitaman, keadaan lingkungannya kotor, jenis makanan tidak
bervariasi, hanya diberikan makanan kering, serta pasien sering mengalami muntah,
muntahannya berupa makanan dan bulu.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum, perhitungan berat badan hewan dengan


menggunakan timbangan dan berat badan yang diperoleh pada saat praktikum yaitu 2 kg.
Pada hewan yang diinspeksi selama praktikum ditemukan bahwa pasien tidak aktif
(kurang bergerak dan malas), cara berjalan normal, warna rambut normal/cerah, terdapat
leleran disekitar hidung, warna konjunctiva pink pucat, ada bekas kotoran dibagian dekat
mata, bagian telinga banyak terdapat kotoran, bagian vulva normal, berwarna pink pucat,
bagian footpad berwarna normal dan tidak terdapat kotoran, bagian tubuh lain seperti
kulit normal, tidak terdapat tonjolan ataupun lesi, daerah sekitar mulut bersih, tidak
mengalami dehidrasi setelah dilakukan pemeriksaan kulit, CRT normal, waktu yang
dibutuhkan untuk kembali ke warna semula 3 detik, serta bau mulut normal.
Pemeriksaan pulsus dilakukan dengan cara meraba hewan kecil dibagian arteria
femoralis di sebelah medial dari femur dan dilakukan perhitungan selama satu menit, dan
pada perhitungan frekuensi nafas dilihat dari gerakan daerah toracoabdominal dalam
keadaan hewan istirahat, dan mengambil kapas untuk diletakkan di depan hidung pasien
dan dihitung frekuensi nafasnya selama satu menit. Pemeriksaan pulsus dan nafas
diperoleh pulsus pasien 80 kali/menit, dan frekuensi nafasnya 28 kali/menit. Untuk
mengukur suhu tubuh digunakan thermometer digital ataupun thermometer air raksa. Jika
menggunakan thermometer air raksa, kolom air raksa terlebih dahulu diturunkan ke titik
0 lalu ujungnya diberi vaselin sebagai pelicin kemudian dimasukkan ke dalam anus si
pasien, jika menggunakan thermometer digital lebih mudah yaitu dengan hanya
memasukkan ujung thermometer ke dalam anus pasien dan menekan tombol ON dan
ditunggu hingga adanya bunyi maka diperolehlah suhu tubuhnya. Suhu tubuh pasien pada
praktikum ini yaitu 38,4 C.
Pada pemeriksaan selaput lendir, diperoleh konjunctiva berwarna pink pucat, mata
normal dan selaput lendir hidung didapatkan leleran, pada mulut dan vulva normal tidak
ada leleran ataupun kelainan.
Pemeriksaan alat pencernaan. Pada mulut setelah dibuka tidak tercium bau urea,
gusi berwarna pink pucat, lidah dan gigi bersih, pada faring, esophagus dan abdomen
hingga ke daerah anus setelah dilakukan palpasi tidak menunjukkan batuk atau kontraksi
berlebihan dari kucing yang menunjukkan bahwa si pasien (kucing) berada dalam
keadaan sehat. Hanya saja didapatkan ekornya seperti patah.
Pemerikaan alat pernafasan. Pada kucing, perkusi hidung tidak perlu dilakukan
dikarenakan hidung kucing cukup lembut dan ditakutkan cukup berbahaya jika
dipaksakan dilakukan perkusi, jika memang perlu, perkusi bisa dilakukan dengan jari.
Pada pemeriksaan hidung ditemukan leleran hidung.
Setelah palpasi dilakukan auskultasi. Setelah dilakukan auskultasi tidak ditemukan
kelainan pada suara jantung, paru-paru maupun kelainan di daerah abdomen.

Pemeriksaan sistem getah bening. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukakn


palpasi pada daerah-daerah dengan limphoglandula, di mana jika ada pembengkakan
maka daerah sekitarnya dapat kita simpulkan mengalami suatu peradangan atau kelainan.
Adapun daerah palpasi limphoglandula pada anjing yaitu lg. mandibularis, lg.
retroparingealis, lg. prescapularis, lg. axillaris, lg. inguinalis dan lg. poplitea.

B. Pembahasan

Pemeriksaan klinis pada kucing meliputi pemeriksaan yang didahului dengan


sinyalmen atau registrasi yang dilakukan terhadap pasien maupun terhadap klien (pemilik
hewan). Pada sinyalmen data yang perlu diketahui tentang pasien berupa nama, spesies,
ras, kelamin, umur, bulu dan warna, berat badan dan tanda-tanda lain yang penting. Nama
hewan, umumnya kucing memiliki nama panggilan yang memudahkan pemilik hewan
mendapati hewannya melalui isyarat atau notasi suara. Hal ini juga dapat membantu
dokter hewan dalam menghandling hewan tersebut agar menuruti perkataan kita atau
setidaknya menuruti perkataan pemiliknya untuk memudahkan dalam pemeriksaan.
Spesies atau jenis hewan merujuk pada ensiklopedia kucing yang dimasukkan kedalam
Felix felix atau Felix catus. Ras atau bangsa hewan berkaitan erat dengan sifat-sifat yang
diwariskan atau genetis terutama yang berkaitan dengan penyakit yang diturunkan.
Memudahkan dokter hewan untuk mendapatkan gambaran cepat penyakit herediter. Jenis
kelamin dalam sinyalmen memiliki arti diagnostik jika dikaitkan dengan penyakit yang
dihubungkan dengan kelamin. Transmissible veneral sarcoma diderita oleh hewan betina
yang dengan kemungkinan sangat besar terkait dengan gangguan metabolisme hormon
esterogen. Feline Immunodeficiency Virus (FIV) lebih banyak diderita kucing jantan.
Dikarenakan kucing dalam praktikum ini adalah betina, jadi ada kemungkinan kucing
tersebut bisa terjangkit penyakit Transmissible veneral sarcoma, namun karena tidak ada
tanda-tanda akan adanya penyakit tersebut jadi dipastikan untuk saat ini kucing tidak
mengalami Transmissible veneral sarcoma . Umur, kepentingan memperkirakan umur
dalam praktik hewan kecil terlihat dari banyaknya penyakit-penyakit yang muncul terkait
dengan umur. Pada kucing, gigi susu muncul pada 3-4 minggu setelah lahir, pergantian
gigi berakhir sekitar umur 8-9 bulan. Terlihat semua gigi pada pasien telah habis berganti
artinya memang kucing tersebut telah memasuki umur 1 tahun. Bulu kucing dalam
praktikum termasuk kucing berbulu pendek menyebabkan kerentanan terhadap infeksi
saluran pernapasan. Warna rambut 3 warna (tricolor) yang terdiri atas kombinasi bebas
dari warna-warna putih-hitam dan kuning kecoklatan (red) hampir selalu dimiliki oleh
kucing betina dari ras apapun. Jika dilihat dari kucing yang digunakan pada praktikum ini
artinya warna bulu pada kucing tersebut normal. Berat badan hewan kurang memiliki arti
diagnostik dalam kesehariannya baik sebagai identitas dalam rekam medik maupun
pemberian surat keterangan sehat, kecuali dalam keadaan sangat ekstrim misalkan
keadaan obesitas dapat dinyatakan dalam snyalmen. Sebaliknya hewan sangat kurus atau
kakhekxia tidak dimasukkan sebagai sinyalmen berat badan. Kucing dalam praktikum ini
memiliki berat badan ideal untuk tubuhnya karena dia terlihat sangat seimbang dari segi
fisik. Ciri khusus hanya digunakan sebagai pembeda antara satu spesies dengan spesies
yang lain. Ini sangat berguna jika dalam klinik terlalu banyak kucing dengan warna dan
bentuk yang sama. Pada pasien ditemukan tanda khusus yang berupa corak hitam pada
bagian dagu.

Pemeriksaaan umum terbagi atas inspeksi, pulsus dan nafas, suhu tubuh, selaput
lendir, pemeriksaan alat pencernaan, pemeriksaan alat pernafasan, pemeriksaan sistem
peredaran darah dan pemeriksaan sistem getah bening. Inspeksi dilakukan dengan cara
melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu.
Pada hewan yang diinspeksi selama praktikum ditemukan bahwa Hewan sehat
jalannya teratur, rapi, bergantian antara keempat kakinya. Pincang, loyo, atau bahkan tak
bisa berjalan menunjukkan hewan sedang sakit. Sedangkan pasien pada praktikum tidak
aktif (kurang bergerak dan malas) walaupun cara berjalannya normal artinya pasien
berada dalam keadaan sakit, warna rambut normal/cerah, terdapat leleran disekitar
hidung, leleran yang ditemukan agak kental yang mengindikasikan hewan tersebut
terkena flu, warna konjunctiva pink pucat, ada bekas kotoran dibagian dekat mata, bola
mata bersih, bening dan cerah. Sedikit kotoran di sudut mata masih normal. Kelopak
mata bagian dalam (conjunctiva) berwarna kemerahan (pink) dan tidak ada luka artinya
konjunctiva normal. Kelainan yang biasa dijumpai pada mata yaitu adanya kotoran
berlebih sehingga mata tertutup, kelopak mata bengkak, warna merah, kekuningan
(icterus) atau cenderung putih (pucat), artinya konjunctiva pasien sedikit kurang sehat
namun matanya normal, bagian telinga banyak terdapat kotoran artinya kebersihan
telinga kurang terawat, hal ini bisa menjadi sarang bagi ektoparasit maupun endoparasit
jika dibiarkan terus-menerus, bagian vulva normal, berwarna pink pucat, bagian footpad
berwarna normal dan tidak terdapat kotoran, bagian tubuh lain seperti kulit normal, tidak
terdapat tonjolan ataupun lesi, daerah sekitar mulut bersih, tidak mengalami dehidrasi
setelah dilakukan pemeriksaan kulit, CRT normal, waktu yang dibutuhkan untuk kembali
ke warna semula 3 detik sedangkan kita ketahui bahwa CRT normal jika waktu
kembalinya 1-3 detik, serta bau mulut normal tidak ditemukan bau ureum ataupun bau
lain yang bisa mengindikasikan adanya kelainan.
Pemeriksaan pulsus dan nafas diperoleh pulsus pasien 80 kali/menit, dan frekuensi
nafasnya 28 kali/menit. Diketahui bahwa pulsus normal kucing adalah 92-150 kali/menit,
artinya pulsus pasien tidak normal. Sedangkan frekuensi nafas yang normal pada kucing
yaitu 26-48 kali/menit artinya frekuensi nafas pasien normal. Suhu tubuh pasien pada
praktikum ini yaitu 38,4 C. diketahui suhu tubuh normal kucing yaitu 37,6 - 39,4 C
artinya pasien memiliki suhu tubuh yang normal.
Pada pemeriksaan selaput lendir, diperoleh konjunctiva berwarna pink pucat, mata
normal dan selaput lendir hidung didapatkan leleran yang mengindikasikan pasien
terkena flu, pada mulut dan vulva normal tidak ada leleran ataupun kelainan.
Pemeriksaan alat pencernaan. Pada mulut setelah dibuka tidak tercium bau urea
atau bau mulutnya normal, gusi berwarna normal pink pucat, lidah dan gigi bersih, pada
faring, esophagus dan abdomen hingga ke daerah anus setelah dilakukan palpasi tidak
menunjukkan batuk atau kontraksi berlebihan dari kucing yang menunjukkan bahwa si
pasien (kucing) berada dalam keadaan sehat karena tidak mengalami kesakitan ataupun
melakukan perlawanan saat dipalpasi. Hanya saja didapatkan ekornya seperti patah.
Pemerikaan alat pernafasan. Pada kucing, perkusi hidung tidak perlu dilakukan
dikarenakan hidung kucing cukup lembut dan ditakutkan cukup berbahaya jika
dipaksakan dilakukan perkusi, jika memang perlu, perkusi bisa dilakukan dengan jari.
Pada pemeriksaan hidung ditemukan leleran hidung dan pada saat mengetuk dengan jari
daerah sinus frontalis bunyinya normal (resonan). Jika berisi cairan, otomatis akan
memberikan suara yang berbeda yaitu suara pekak.
Setelah palpasi, dilakukan auskultasi. Setelah dilakukan auskultasi tidak ditemukan
kelainan pada suara jantung, paru-paru maupun kelainan di daerah abdomen. Suara yang
didapatkan pada waktu auskultasi jantung digambarkan sebagai suara pertama, suara
kedua, suara ketiga dan suara keempat. Suara pertama disebabkan oleh kontraksi kedua
ventrikel yang diikuti oleh penutupan katub atrioventrikuler dan suara kedua terdengar
ketika terjadi penutupan katub semilunar segera setelah ejeksi sempurna. Suara ketiga
dan keempat merupakan temuan patologis yang disebut dengan suara gallop. Pada hewan
sehat suara jantung yang terdengar adalah suara pertama dan suara kedua, suara ketiga
dan keempat tidak terdengar.
Pemeriksaan sistem getah bening. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukakn
palpasi pada daerah-daerah dengan limphoglandula, di mana jika ada pembengkakan
maka daerah sekitarnya dapat kita simpulkan mengalami suatu peradangan atau kelainan.
Adapun daerah palpasi limphoglandula pada anjing yaitu lg. mandibularis, lg.
retroparingealis, lg. prescapularis, lg. axillaris, lg. inguinalis dan lg. poplitea. Raba bagian
kulitnya dan temukan bentuk benjolan. Dalam keadaan normal tidak terlalu mencolok
kelihatan. Apabila ada peradangan kemudian membengkak, tanpa diraba akan terlihat
jelas pembesaran didaerah dimana kelenjar getah bening berada. Pada pasien, kelenjar
getah beningnya tidak ada yang mengalami pembengkakan yang artinya tidak terjadi
peradangan didaerah sekitarnya.

KESIMPULAN
Sebelum melakukan pemeriksaan, didahului dengan melakukan sinyalmen dan
anamnesa dengan keterangan dari klien. Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat
dilakukan dengan catur indera pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan,
pendengaran, serta penciuman (pembauan) antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau
perabaan, perkusi atau mengetuk, auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui,
mengukur dan menghitung, pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium
klinik serta pemeriksaan dengan alat dignostik lain. Pada kucing yang diamati dalam
praktikum ini merupakan kucing berbulu pendek yang sesuai literatur mempunyai
kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan, hal ini terbukti dengan adanya leleran di
hidung dan pasien yang mengalami bersin-bersin.

DAFTAR PUSTAKA

Boddie., G.F. 1962. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Philadelphia: J.B.


Lippincott Company.

Ettinger, Stephen J, et al. 2010. Textbook of Veterinary Internal Medicine, Sixth


Edition. US: Saunders Elsevier.

Fowler, Murray E. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals 3rd
Ed. UK: Wiley-Blackwell Publishing

Ikliptikawati, Dini, K. 2014. Petunjuk Praktikum Diagnosis Klinik Veteriner. Makassar:


Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran UNHAS.

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.
Diposkan 20th November 2014 oleh Hidayanti Adillah

Tambahkan komentar

6.

Nov

20

Pengenalan Alat Diagnostik Klinik


PENGENALAN ALAT

Hidayanti Adillah (O 111 12 006), Muhammad Iqbal Djamil (O 111 12 103),

Elphan Augusta (O 111 12 253), Andi Ainun Karlina (O 111 12 268),

Suci Nurfitriani (O 111 12 273)

Kelompok 3

Dosen: Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M.Sc

Diagnosa Klinik Veteriner

PSKH UH

Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal alat-alat yang digunakan dalam
mendiagnosa suatu penyakit atau gejala penyakit pada hewan. Peralatan yang
diperkenalkan dalam praktikum ini antara lain hammer atau palu reflex, pleximeter,
tongue spatel, laryngoskop, spiculum vagina (vaginoskop), otoskop, penlight,
thermometer, stetoskop, oftalmoskop, endoscopy, tensimeter, CT-scan, ultrasonography
atau USG serta elektrokardiografi atau ECG. Pengenalan pada alat diagnosa terbukti
sangat membantu dalam peneguhan suatu diagnosis dengan mengetahui fungsi dan cara
menggunakannya.

Kata kunci : Diagnosa klinis dan alat diagnosa.

PENDAHULUAN

Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik


suatu hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk
mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan
alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis
(Widodo, 2011).

Diagnostika sejatinya adalah suatu cabang ilmu tentang mengenali dan menamai
penyakit atau membuat diagnosis (Widodo, 2011).

Membuat diagnosis dapat ditujukan kepada seekor hewan yang ditangani seorang
dokter hewan, dapat pula ditujukan kepada sekelompok atau sekawanan hewan melalui
pemeriksaan acak dan yang terakhir adalah ditujukan untuk maksud pemberian status
kesehatan suatu peternakan atau wilayah usaha peternakan. Dalam hal ini diagnostika
lebih banyak ditujukan kepada peternakan hewan produksi (farm and food animal
husbandry) (Widodo, 2011).

Proses diagnosis merupakan perpaduan dari aktifitas intelektual dan manipulatif.


Diagnosis sendiri didefinisikan sebagai suatu proses penting pemberian nama dan
pengklasifikasian penyakit-penyakit pasien, yang menunjukkan kemungkinan nasib
pasien dan yang mengarahkan pada pengobatan tertentu. Diagnosis sebagaimana halnya
dengan penelitian-penelitian ilmiah, didasarkan atas metode hipotesis. Dengan metode
hipotesis ini menjadikan penyakit-penyakit begitu mudah dikenali hanya dengan suatu
kesimpulan diagnostik. Diagnosis dimulai sejak permulaan wawancara medis dan
berlangsung selama melakukan pemeriksaan fisik. Dari diagnosis tersebut akan diperoleh
pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk
menentukan pilihan tes-tes serta pemeriksaan khusus yang akan dikerjakan. Data yang
berhasil dihimpun akan dipertimbangkan dan diklasifikasikan berdasarkan keluhan-
keluhan dari pasien serta hubungannya terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-
gejala serta tanda-tanda yang dialami oleh penderita, maka penegakkan diagnosis akan
lebih terpusat pada bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian penyebab dari gejala-
gejala dan tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh
kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu (Handayani dan Sutikno, 2008).

Seekor hewan dapat dinyatakan sakit karena hewan tersebut menunjukkan


kelainan-kelainan dibandingkan dengan hewan yang sehat. Untuk kepentingan terssebut
diperlukan pengetahuan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kelainan pada
hewan sakit, dikatakan sebagai pengetahuan dalam pemeriksaan fisik atau eksaminasi
fisik. Untuk menunjang eksaminasi fisik, pengetahuan tentang Anatomi dan Fisiologi
hewan secara memadai menjadi sangat penting (Widodo, 2011).

Alat-alat medis adalah alat yang dipergunakan dalam bidang kedokteran. Fungsinya
mulai dari pemeriksaan, pemeliharaan sampai pengobatan. Karena itu, pengenalan alat-
alat medis untuk diagnose klinis menjadi sangat penting (Widiyono, 2001).

MATERI DAN METODE

Praktikum dilakukan di Unhas Barayya, Labaratorium Kedokteran Hewan, Fakultas


Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Peralatan yang diperkenalkan dalam praktikum kali
ini antara lain yaitu hammer atau palu reflex, pleximeter, tongue spatel, laryngoskop,
spiculum vagina (vaginoskop), otoskop, penlight, thermometer, stetoskop, oftalmoskop,
endoscopy, tonometri, tensimeter, CT-scan, ultrasonography atau USG serta
elektrokardiografi atau ECG.

Metode yang digunakan adalah memperlihatkan gambar dan mengetahui fungsi


serta cara menggunkannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil dari praktikum ini alat-alat yang digunakan untuk mendiagnosa
yaitu :

Hammer atau Palu Reflex digunakan untuk memeriksa kemampuan reflex dari

bagian-bagian tertentu tubuh kita, biasanya lutut. Biasa juga disebut dengan alat
perkusi.
Cara menggunakannya dengan memukulkan atau mengetukkan hammer pada
daerah yang ingiin dilihat refleksnya ataupun pada daerah yang akan didengar ada
tidaknya suara resonan ataupun suara pekak normal pada beberapa bagian tubuh
hewan.

Pleximeter merupakan alas dari hammer yaitu alat berbentuk pelat (bahasa

Belanda: plaat) atau lempengan yang terbuat dari gading, metal (logam) atau gelas,
yang digunakan untuk mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat
pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa.

Cara menggunakannya dengan meletakkan pleximeter di atas daerah yang akan


diperkusi sebelum memukulkan atau mengetukkan hammer pada daerah yang ingiin
didengar ada tidaknya suara resonan ataupun suara pekak normal pada beberapa
bagian tubuh hewan.

Tongue Spatel digunakan untuk menekan lidah agar dapat melihat lebih jelas

keadaan dalam mulut (tenggorokan), apakah ada kelainan misalnya peradangan seperti
pharyngitis, amandel dan lain-lain.
Cara menggunakannya dengan balut kasa steril pada bagian ujung spatel yang
permukaannya lebih lebar. Masukkan perlahan pada daerah mulut -/+ 3 cm, lalu tekan
lidah (seperti mendongkrak), mengangkat maxila (rahang atas) dan lihatlah keadaan
dalam tenggorokan.
Laryngoskop digunakan untuk melihat ada tidaknya kelainan pada laryng. Untuk

mendiagnosa penyebab batuk, misalnya batuk berdarah, sakit tenggorokan atau bau
mulut; untuk mencari penyebab kesulitan menelan; untuk menilai nyeri konstan
kemungkinan penyebab di telinga; untuk menghilangkan benda asing; untuk
menemukan pembengkakan tenggorokan.
Cara menggunakan laringoskop yaitu dengan memasukkannya ke mulut di sisi
kanan dan membalik ke kiri untuk menangkap dan menggerakkan lidah dari garis
pandang, dan, tergantung pada jenis pisau yang digunakan, dimasukkan baik anterior
atau posterior epiglotis dan kemudian diangkat dengan gerakan ke atas dan ke depan
("menjauh dari anda dan menuju langit-langit"). Langkah ini memungkinkan kita
melihat glotis.

Spiculum Vagina (Vaginoskop) digunakan untuk melebarkan vagina.

Cara menggunakannya yaitu pegang spekulum vagina pada bagian gagangnya,


buka kunci baut spekulum, masukkan ke dalam vagina, dimana Spikulum masih dalam
keadaan tertutup dan dalam keadaan miring, Setelah masuk putar
spekulum, kemudiaan buka spekulum (bagian cocor bebek), lalu kunci baut spekulum
(kunci dengan paten, jangan sampai longgar) selanjutnya pemeriksaan siap dilakukan
Otoskop digunakan untuk melihat bagian tengah dan dalam telinga, untuk

mengetahui ada tidaknya kelainan ataupun penumpukan serumen di dalamnya.


Cara menggunakannya yaitu pilih speculum telinga yang sesuai dengan besar
lumen Meatus Akustikus Externus, nyalakan lampu otoskop kemudian masukkan
speculum telinga pada Meatus Akustikus Externus.

Penlight sebagai alat bantu penerangan untuk memeriksa pasien, agar

pemeriksaan lebih jelas. Umumnya digunakan pada mata untuk melihat


kontraksi/dilatasi pupil, juga bias digunakan pada beberapa daerah yang berongga.
Cara menggunakannya yaitu nyalakan lampu penlight dengan memutar pada
gagang bawahnya atau ditekan pada kepala penlight (tergantung dari jenisnya),
arahkan cahayanya pada bagian yang akan diamati atau diperiksa.

Thermometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Terbagi atas 3 jenis yaitu,

thermometer air raksa, thermometer digital dan thermometer infra merah. Adapun
thermometer air raksa dan thermometer digital memiliki perbedaan pada pengukurnya.
Untuk thermometer digital, jika suhu tubuh sudah didapat maka alat tersebut akan
mengeluarkan bunyi dengan sendirinya. Sedangkan thermometer raksa sendiri
deteksinya memakan waktu yang lama, sehingga kurang efisien untuk digunakan.
Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada rectum atau anus
hewan lalu tunggu beberapa saat sampai didapatkan suhu tubuhnya.

Stetoskop digunakan untuk mendengar bunyi pada bagian tubuh tertentu,

umumnya pada bagian tubuh yang berongga. Misalnya pada bagian thorax dan
abdomen. Pada bagian thorax dapat didengarkan suara jantung dan suara paru-paru
(resonan atau pekak). Dan pada bagian abdomen digunakan untuk mendengar suara
gerakan rumen pada hewan besar, detak jantung janin jika dalam keadaan bunting
trimester akhir.
Cara menggunakannya yaitu dengan menempelkan pada area intercostalis jika
yang ingin diperiksa adalah jantung. Pastikan pasien dalam keadaan rileks. Jangan
lupa memasang stetoskop di telinga, kemudian dengarkan detak jantungnya.

Oftalmoskop adalah alat untuk melihat bagian mata dalam dinamakan fundus dan

melewati retina, diskus optikus, makul dan pembuluh darah retina.


Cara menggunakannya yaitu dengan cara dipegang pada bagian gagangnya
dengan memproyeksikan cahaya melalui prisma dan membelokan cahaya dengan
sudut 90 derajat, memungkinkan pemeriksa melihat retina.
Endoscopy adalah salah satu alat medis yang memiliki fungsi untuk mengetahui

kelainan yang terjadi pada alat-alat pencernaan bagian atas dan juga tenggorokan.
Keunggulan dalam bidang endoscopy adalah ERCP atau Endoscopic Retrograde
Cholangio-Pancreatography. ERCP adalah salah satu tindakan endoskopi untuk
meneliti kasus pada saluran empedu juga pancreas.
Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan ke anus, endoskop biasanya
digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak
hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar
yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau
evaluasi lebih lanjut.

Tonometri adalah Sebuah tes untuk mengukur tekanan di dalam mata Anda, yang

disebut tekanan intraokuler (TIO). Tes ini digunakan untuk memeriksa glaukoma ,
sebuah penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan dengan merusak saraf di
belakang mata (saraf optik). Tonometri mengukur TIO dengan merekam ketahanan
kornea.
Cara menggunakannya yaitu tonometer diletakkan di atas kornea. Tonometer
harus sejajar dengan apeks kornea. Selain itu pemeriksa harus hati-hati tidak menekan
bola mata dengan tonometer.
Tensimeter adalah alat medis yang dipergunakan untuk mengukur tensi atau

tekanan darah. Dipergunakan untuk pemeriksaan pasien hipertensi, anemia dan lain
sebagainya. Ada dua jenis tensimeter yaitu tensimeter air raksa dan tensimeter digital.
Tensimeter air raksa di luar negeri saat ini sudah dilarang untuk digunakan lagi
karena bahaya dari air raksanya jika tensimeter tersebut pecah. Tensimeter digital
sendiri lebih canggih dan praktis untuk digunakan, namun harganya memang lebih
mahal dibandingkan dengan yang konvensional.

CT-Scan merupakan singkatan dari Computed

Temography sedangkan Scan artinya foto. Sehingga


fungsi alat ini tiada lain untuk menghasilkan foto bagian-
bagian dalam tubuh dengan lebih lengkap dan akurat. CT-
Scan pada umumnya dilakukan selama 10-45 menit. Ada
juga yang lebih lama dalam beberapa kasus. CT-Scan
tidak bias dilakukan secara asal-asalan, dokter harus
memutuskan dengan pasti apakah pemeriksaan dengan
CT-Scan diperlukan atau tidak. Pemeriksaan menggunakan CT-Scan hanya boleh
dilakukan paling banyak 2 kali dalam setahun karena menggunakan sinar radiasi.
Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan hewan untuk di CT-scan dan
kita dapat melihat hasilnya pada monitor dengan cepat.
Ultrasonography (USG) adalah alat yang sering digunakan untuk melihat

perkembangan janin dalam tubuh hewan yang bunting.


Cara menggunakannya dengan menempelkan atau meletakkan alat USG pada
bagian abdomen kemudian melihat hasilnya dimonitor.
Elektrokardiografi (ECG) adalah alat medis yang fungsinya untuk merekam

aktivitass elektro atau kelistrikan yang terjadi di dalam jantung. Hasilnya dapat terlihat
pada elektrodiagram. Biasanya digunakan pada penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan fungsi jantung.
Cara menggunakannya yaitu pemeriksaan EKG diawali dengan pencukuran
rambut dengan clipper dan pemberian gelombang EKG di area pemasangan lead
elektroda. Dan hasilnya akan keluar dalam bentuk kertas yang berisi hasil rekam
jantung.

KESIMPULAN

Diagnosa klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik


suatu hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan untuk
mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan
alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis.

Pengenalan pada alat diagnosa terbukti sangat membantu dalam peneguhan suatu
diagnosis dengan mengetahui fungsi dan cara menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT
Berbasis Web dengan e2gLite Expert System Shell. Jurnal Teknologi Industri,
Volume 12, Nomor 1.

Widodo, Setyo. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press.

Widiyono, I. 2001. Bahan Ajar Diagnosa Klinik. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran


Hewan Universitas Gadjah Mada.
Foster, M.E., dan G. Morris Stiff. 2001. Teknik Bedah Umum. Jakarta: Farmedia.
Krisetyowatir, Ninuk dan Margo Utomo. 2004. Efektivitas dosis Refisol terhadapPenurunan Angka
Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Penyakit Dalam Rumah sakit Umum Daerah
Kabupaten Karanganyar 2003. Vol 1 No. 2. Semarang: FKM Universitas Muhammadiyah.
Purnomo, Wahyu. 2009. Perbandingan Efektivitas Kombinasi-Chlorhexidine Gluconate Cetrimide-
Alkohol 70%-Povidone Iodine 10% Dengan Chlorhexidine Gluconate Cetrimide - Povidone
Iodine 10% Sebagai Antiseptik Terhadap Penurunan Kepadatan Kuman Pada Operasi Fraktur
Tertutup Elektif Simple Di Ibs Rso.Prof Dr.R. Soeharso. Surakarta: FK Universitas Sebelas
Maret.
Rachmawati, F.J., dan Shofyatul Yumna Triyana. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan
dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia.
Rendrawan, Dedy. 2014. Penuntun Praktikum Ilmu Bedah Umum Veteriner. Makassar: Program Studi
Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Sardjana, K.W., dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai