Anda di halaman 1dari 23

SOSIALISASI

PROGRAM KERJA PPI


DI TIRTANA MEDIKAL KLINIK
TIM PPI Pembimbing
dr,. Arief Tirtana Putra, Msi

Penanggung Jawab PPI


dr. Adrian Almahmudi, MKM

KETUA PPI
Nora Afrida, Amd.Keb

Sekretaris Anggota
Resi Parfika, Amd.Keb Dinda Febrillia Putri, Amd.Keb
Wida Yana Siregar, Amd.Kep
 Pengertian PPI
Upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
(Menurut Permenkes No. 27 Tahun 2017)

 Tujuan PPI
Agar petugas, pengguna layanan dan masyarakat serta
lingkungan terlindungi dari penularan penyakit inkefsi.
RANTAI PENULARAN INFEKSI
Untuk memutus rantai penularan infeksi TIM PPI menyusun Program
Kerja PPI yang akan diterapkan di Tirnatana Medikal Klinik, antara lain:
1. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan Tangan
2) Alat Pelindung Diri
3) Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pengelolaan Limbah
6) Penatalaksanaan Linen
7) Perlindungan Kesehatan Petugas
8) Penempatan Pasien
9) Etika Batuk dan Bersin
10) Praktik Menyuntik Yang Aman
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

1)Waspada Transmisi Melalui Kontak


2)Waspada Transmisi Melalui Droplet
3)Waspada Transmisi Melalui Udara
 Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk


diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di Tirtana Medikal
Klinik baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi. Diterapkan untuk
mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil
pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.
Tenaga kesehatan seperti petugas medis juga petugas non-medis lainnya
berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan
kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar
tidak terinfeksi
1. Kebersihan Tangan

Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan


air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak
kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku
palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun
biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir.
Langkah- Langkah Cuci Tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD)
 Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan
infeksius.
 APD terdiri dari sarung tangan, masker, pelindung mata (goggle), gaun
pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup.
 Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah /
cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
 Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
 Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan
sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan


penatalaksanaan peralatan bekas pakai perawatan pasien yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh melalui tahapan pre-cleaning,
cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi, sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO).
4. Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara


lain berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan
permukaan lingkungan, serta desain dan konstruksi bangunan,
dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung.
5. Pengelolaan Limbah

 Tujuan pengelolaan limbah adalah melindungi pasien, petugas


kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera. Membuang bahan-
bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius,
limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.

 Proses Pengelolaan Limbah Proses dimulai dari identifikasi,


pemisahan, labeling, pengangkutan, penyimpanan hingga
pembuangan/pemusnahan sesuai Standar Prosedur Oprasional
(SPO).
6. Penatalaksanaan Linen

Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen


terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh
lainnya, termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang
sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati. Kehatianhatian
ini mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan
membersihkan tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan
standar yang sesuai dengan Standar Prosedur Oprasional (SPO).
6. Perlindungan Kesehatan Petugas

 Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang
dipakai setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat
membuang jarum.
 Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum
suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan
yang cermat dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin
terjadinya infeksi yang tidak diinginkan.
 Fasilitas pelayanan kesehatan/klinik wajib melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga kesehatan maupun
tenaga nonkesehatan. Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk
penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien,
yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi
kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas
yang bersangkutan
8. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
 Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak,
droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
 Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang jenis
infeksinya sama dengan menerapkan sistem kohorting. Jarak antara tempat tidur minimal
1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
 Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan jenis
transmisinya (kontak,droplet, airborne).
 Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya dapat dipisahkan
tersendiri.
 Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar
dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya
transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
 Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu ruangan
9. Etika Batuk Dan Bersin

 Etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus
infeksi dengan jenis transmisiairborne dan droplet. Klinik harus
menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu,
sabun cair, tempat sampah infeksius dan masker. Petugas, pasien dan
pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus melaksanakan dan
mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
 Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
 Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
10. Praktik Menyuntik yang Aman

Praktik menyuntik yang aman menggunakan spuit dan jarum suntik


steril sekali pakai untuk setiap suntikan, untuk mencegah timbulnya
kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien. Jangan lupa
membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan
benar sesuai Standar Prosedur Oprasional (SPO)
SPO PRAKTIK MENYUNTIK YANG AMAN

Pengertian Praktik menyuntik yang aman yaitu menerapkan aseptic technique untuk
mecegah kontaminasi alat-alat injeksi. Memakai spuit dan jarum suntik steril
sekali pakai untuk setiap suntikan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk praktik menyuntik yang aman
di Tirtana Medikal Klinik.
Kebijakan SK Direktur Tirtana Medikal Klinik Nomor , Tanggal tentang Pemberlakuan
Standar Prosedur Operasional (SPO) di Tirtana Medikal Klinik

Prosedur 1. Petugas mencuci tangan.


2. Petugas menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Petugas melakukan pengecekan, baca etiket obat, pastikan
tanggal kadaluarsa obat, dosis obat, cara pemberian obat, waktu
pemberian dan nama pasien.
Prosedur 4. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai
untuk satu pasien dan satu prosedur.
5. Petugas memakai sarung tangan
6. Petugas mematahkan ampul dan memasukkan obat kedalam
spuit, kemudian keluarkan udara yang ada didalam spuit.
7. Gunakan cairan pelarut (jika diperlukan) hanya untuk satu kali
dan tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari 1 pasien.
8. Lakukan desinfeksi pada daerah penyuntikan dengan kapas
alcohol (pada penyuntikan langsung / tanpa infus)
9. Masukkan jarum dengan posisi sesuai dengan cara penyuntikan
dan melakukan aspirasi (pada penyuntikan langsung / tanpa
infus) untuk mengetahui terkena pembuluh darah atau tidak.
Prosedur 10.Memasukkan obat secara perlahan-lahan (kurang lebih selama 1
menit) agar pasien tidak merasakan nyeri dan jika terjadi reaksi
alergi yang dikarenakan oleh obat tersebut petugas bisa segera
menghentikan permberian obat tersebut
11.Cabut jarum suntik dengan perlahan-lahan dan buang jarum bekas
ke bengkok.
12.Perhatikan reaksi dan keluhan pasien setelah penyuntikan.
13.Usap kulit dengan kapas alkohol (pada penyuntikan langsung /
tanpa infus)
14.Buang jarum suntik kedalam safety box
15.Petugas mencuci tangan setelah melakukan tindakan
16.Lakukan pencatatan, nama obat, dosis, cara pemberian obat, dan
nama perawat yang menyuntik.

Unit Terkait 1. Seluruh Unit Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai