Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TUBAN

UPTD PUSKESMAS TUBAN


Jl. Dr Wahidin Sudiro Husodo No 45
Telepon : 0356 321194 Tuban - 62315
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
penyusunan buku Pedoman Program PPI Puskesmas Tuban dapat diselesaikan dengan baik. Buku
Pedoman Program PPI Puskesmas Tuban ini disusun sebagai acuan petugas dalam melakukan
kegiatan PPI di Puskesmas Tuban

Buku pedoman ini mencakup kebijakan PPI di UPTD Puskesmas Tuban, tentang
ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen, monitoring dan evaluasi PPI di UPTD Puskesmas
Tuban

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan buku pedoman ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan masukan dari semua pihak yang bersifat membangun
demi lebih sempurnanya buku ini.

Tuban, 2019
KEPALA PUSKESMAS TUBAN
KABUPATEN TUBAN

Dr. Husin Almashur


NIP. 19640405 200212 1 005
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial masih banyak dijumpai di Puskesmas dan biasanya merupakan indikator
bagi pengukuran tentang seberapa jauh Puskesmas tersebut telah berupaya
mengendalikan infeksi nosokomial.

Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale, Simmelweis, Lister


dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik. Tantangan
dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks dan sering disebut disiplin
epidemiologi Puskesmas.

Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah yang besar,
khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan obat-
obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung yaitu waktu produktif
berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan desinfektan serta
sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen/ unit dengan meliputi kualitas
pelayanan, management resiko, clinical governace, serta kesehatan dan keselamatan
kerja.
2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas
kesehatan lain secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPI Puskesmas.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kewaspadaan
standar untuk pelayanan semua pasien. Meliputi :
1. Kebersihan tangan / hand hygiene
2. Alat pelindung diri ( APD ) set, terdiri dari sarung tangan, masker, kaca mata
Goggle ( kaca mata pelindung ), Face shield ( pelindung wajah ), respirator, gaun
/ apron, sepatu tertutup.
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene resprasi/ etika batuk dan bersin
9. Praktek menyuntik yang aman
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Standar ketenagaan tim PPI Puskesmas , terdiri dari :

1. Ketua : Novita Dwiyanti, A.Md.Kep.


2. Sekertaris : Evi Rizky, A.Md.Kep.
3. Anggota, terdiri dari :
1. Lilis Indarti, A.Md.Keb
2. Umi Sudarwati, A.Md.Keb
3. Yulaikah, A.Md.K.G

Tugas tim PPI


Adapun tugas dari tim PPI adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi PPI agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
Petugas Puskesmas.
2. Membuat SOP PPI
3. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan PPI dan Program Diklatnya
4. Memberikan Konsultasi terhadap petugas puskesmas
5. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat
dan bahan kesehatan, renovasi bangunan, cara pemrosesan alat, penyimpanan
alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI
6. Melakukan pengawasan terhadap tindakan yang menyimpang dari standart
prosedur/ monitoring surveilance proses.
7. Melakukan pengamatan PPI puskesmas dengan menggunakan daftar tilik
pemantauan pencegahan dan pengendalian infeksi.
BAB III
KEWASPADAAN STANDAR PPI

Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien, meliputi :


1. Kebersihan tangan / hand hygiene
a. Kuku harus selalu dipotong pendek, tidak memakai perhiasan dan tidak boleh
memakai kuku palsu saat merawat pasien
b. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan dengan 6 langkah
pada saat :
1. Sebelum dan setelah melepas sarung tangan
2. Sebelum tindakan aseptis : pemasangan keteter intravena, kateter urin
dan vaskuler perifer
3. Sebelum dan setelah kontak langsung dengan kulit pasien saat merawat
4. Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih,
termasuk perawatan pasien yang sama
5. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, kulit yang tidak
utuh, ganti verband, walaupun teah memakai sarung tangan.
6. Setelah kontak dengan lingkungan dan benda mati ( alt medik, tempat
tidur, meja, saklar lampu ) di area pasien
7. Setelah makan, minum dan menggunakan toilet
8. Setelah menyentuh cairan tubuh pasien
9. Bila kontak dengan diduga spora, karena alkhohol, khlorhexidin, iodofor,
aktifitasnya lemah terhadap spora.
10. Sebelum keluar ruangan pasien, setelah melepas dan membuang APD
c. Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalr atau dengan
alkhohol handrub (bila tangan tidak tampak kotor )
2. Alat Pelindung diri ( APD ) set
 Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan
 Pakai sarung tangan sekali pakai, saat merawat pasien langsung
 Pakai sarung tangan skai pakai atau ulang untuk membersihkan lingkungan
 Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda
dan permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien lain
 Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien berbeda
 Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi
ke area bersih
 Pakailah kacamata goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran
mata, hidung mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang beresiko terjadi cipratan / semprotan dari darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi
 Secara umum dapat digunakan masker bedah untuk mencegah transmisi
melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat ( < 3 M ) dari pasien saat
batuk / bersin. Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun
pada pasien tidak diduga infeksi.
 Kenakan gaun ( bersih, tidak harus steril ) untuk melindungi kulit, mencegah
baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur/ merawat pasien
yang memungkinkan terjadinya percikan/ semprotan cairan tubuh pasien
 Bila gaun tembus cairan, perludilapisi apron tahan cairan mengantisipasi
cipratan/ semprotan
 Pakailah sepatu boot untuk melindungi kakai dan cipratan/ semprotan dari
darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
3. Peralatan perawatan pasien
 Buat SOP untuk menampung, transportasi, pengelolaan, peralatan yang
mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh
 Lepaskan bahan organik dar peralatan dengan bahan pembersih yang sesuai
sebelum di desterilkan
 Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh sekresi, ekskeri
dengan benar sehingga kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju
terkontaminasi, cegah trasnsfer mikroba lain dengan lingkungan
 Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan
dan tidak dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang
dan dimusnahkan dengan cara yang benar dan peralatan pakai ulang diproses
dengan benar.
 Peralatan yang terkontaminasi didisinfeksi setelah dipakai selanjutnya di DTT
dan sterilisasi
 Permukaan peralatan yang besar di lap dengan cairan disinfektan, setelah
keluar dari ruangan isolasi
 Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan terapi pernapasan, bila perlu
memakai sungkup disposable
 Alat makan dicuci dengan deterjen tiap setelah makan.
4. Pengendalian lingkungan
 Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk
pembersihan, dsinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan
disamping tempat tidur dan pinggirannya, pastikan kegiatan ini dimonitor.
 Pembersihan harus mengawali desinfeksi
 Pembersihan di tujukan untuk mencegah aerosolisasi, sehingga menurunkan
pencemaran lingkungan
 Mempunyai disinfektan standar untuk menghilangkan patogen secara
signifikan, pada permukaan terkontaminasi, sehingga memutuskan rantai
penularan penyakit.
 DIsinfeksi
5. Penatalaksanaan linen
 Penanganan, transportasi dan proses linen yang terkena darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi harus dilaukan dengan prosedur yang benar untuk mencegah
kulit, mukus membran terekspos dan terkontaminasi linen, atau terjadi transfer
mikroba ke pasien lain, petugas dan lingkungan.
 Membuang kotoran pada linen, ke toilet dan di letakkan dalam kantong linen
 Mencuci dan mengeringkan linen sesuia SOP
 Petugas menangani linen dengan menggunakan APD
6. Kesehatan karyawan
 Mencegah terjadinya luka/ cedera saat melakukan tindakan menggunakan
jarum, scalpel, dan alat tajam lain, setelah melakukan prosedur, saat
membersihkan instrumen dan saat membuang jarum
 Jangan tutup / recap jarum yang telah dipakai, menekuk jarum, mematahkan
dan melepas jarum dari spuit. Dimasukkan kedalam safety box dan di buang di
TPS limbah medis
 Pakai mouthpiece, resusitasi bag, atau peralatan ventilasi lain pengganti
metoda resusitasi mulut ke mulut
 Tidak mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh, selain akan
menyuntik
7. Penempatan pasien
 Menempatkan pasien yang potensial mengontaminasi lingkungan, kedalam
ruang rawat yang terpisah
 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, mengupayakan pemisahan.
 Penempatan sesuai dengan jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi
8. Hygiene respirasi / etika batuk dan bersin
 Mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi untuk
transmisi kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang
ditransmisikan melalui droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan
kepada semua individu dengan gejala gangguan pada saluran nafas.
9. Praktek menyuntik yang aman
 Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali penyuntikan, untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi terapi.
 Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai walupun multidose.
BAB IV
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Risiko yang mungkin terjadi pada pencegahan dan penanggulangan infeksi


adalah:

 Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien


 Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
 Risiko financial
 Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaraan /
alat transportasi, misalnya ambulans, sepeda motor dsb)

Untuk mencegah terjadinya kasus diatas maka pelayanan Puskesmas dalam


melaksanakan pelayanannya harus senantiasa memperhatikan keselamatan pasien
(patient safety). Upaya keselamatan pasien adalah reduksi dan meminimalkan tindakan
yang tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktik
yang terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum. Sasaran keselamatan pasien
meliputi :

 Ketepatan identifikasi pasien;


 Peningkatan komunikasi yang efektif;
 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
 Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
 Pengurangan risiko pasien jatuh
BAB V
LOGISTIK

Tata cara logistik PPI


1. Perencanaan barang.
a. Barang rutin
Kertas HVS, tinta printer, bolpoint, form survei harian, form survei bulanan, form SPO
surveilance,buku tulis, bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutin
Proposal pemeriksaan kultur dan swab
Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan, etika batuk, pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.

2. Permintaan barang.
a. Barang rutin disampaikan pada bagian logistik rutin Puskesmas.
b. Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.

3. Pendistribusian
BAB VI
KESELAMATAN KEGIATAN / PROGRAM

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
A. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan
meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko : csd, iko, icu, laboratorium,
Radiologi, sanitasi gizi, linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi Puskesmas Melakukan monitoring terhadap kegiatan ; Penatalaksanaan,
Pencahayaan, Pengawasan dan pengaturan udara, Suhu dan kelembaban,
Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman, Penyehatan air,
Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan, Melakukan pemantauan
terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan non medis
G. Pengelolaan limbahpadat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi: limbah medis/klinis, limbah domestic / sampah non
medis, limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas
H. Pendidikan dan pelatihan PPI
a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
· Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
· Pelatihan penanggulangan bencana.
· Simulasi penanggulangan bencana
· Pelatihan penggunaan APD
· Pelatihan surveilens
· Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
· Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
· Pelatihan bagi regu pemadam
· Pelatihan ( training of trainer )spesialis penanggulangan kebakaran
· Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
· Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikutsertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Intansi
lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
· Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
· Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
· Surveilance
· ILI
· ILO
· ISK
· VAP
· HAP
· Kepatuhan kebersihan tangan.
· Upaya promotif PPI :
· Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel ·
Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
· Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
· Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
· Pemasangan gambar etika batuk
· Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
· Upaya pemusatan sterilisasi puskesmas hanya di R.Sterilisasi
· Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
· Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.
I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan Meliputi :
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Kepala Puskesmas baik
diminta atau tidak.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

 Tujuan Keselamatan Kerja


o Meningkatnya kemampuan tenaga Puskesmas memecahkan masalah
sekehatan kerja diwilayah kerja Puskesmas. Teridentifikasinya
permasalahan kesehatan kerja dilingkungan Puskesmas
o Teridentifikasi potensi masyarakat diwilayah kerja puskesmas kawasan
o Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang berkualitas.
o Terselenggaranya kemitraan dengan para donatur dalam pelayanan
o Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sector
 Strategi Keselamatan Kerja
o Melindungi petugas dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
o Membantu petugas menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
o Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial
o Pakai APD pada tindakan tertentu : pengumpulan sampah medis dan non
medis, pelaksanaan kegiatan kebersihan di Puskesmas.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

 Pengendali Mutu PPI


Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standart kinerja / standar pelayanan minimal
yang meliputi indikator penyelenggaraan upaya Puskesmas. Perencanaan disusun
dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan , hak dan kewajiban
pelanggan, serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan.
o Tujuan Pengendali Mutu :
o Terwujudnya pelayanan berkualitas
o Untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di
pukesmas
o Untuk meningkatkan cakupan pelayanan
 Jenis Kegiatan Pengendali Mutu kesling
Indikator mutu ini di monitor setiap bulan dengan cara melakukan sampling
kelengkapan rekam medis sebanyak 10 persen dari jumlah kunjungan dalam 1 bulan.
Hasil capaian indikator mutu ini kemudian dilaporkan ke ketua tim mutu UKP setiap
bulan kepada ketua tim mutu ukp untuk di analisa dan evaluasi

.
BAB IX
PENUTUP

Demikian buku pedoman layanan ini disusun sebagai acuan pelayanan di unit
pelayanan tingkat Puskesmas, dengan adanya buku pedoman ini diharapkan semua
petugas di unit pelayanan bisa mengerti kegiatan yang ada di unit-unit pelayanan dan
cara melakukannya.

Koordinator HIV / AIDS


UPTD Puskesmas Tuban

Novita Dwiyanti Amd Kep

Anda mungkin juga menyukai