Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEPTEMBER-OKTOBER

HASIL SURVEILANS HAIs


PUSKESMAS ABCD
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan September-Oktober HASIL
SURVEILANS HAIs PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Puskesmas ABCD Kabupaten XXX tahun 2021 dapat terselesaikan. Laporan September-
Oktober HASIL SURVEILANS HAIs PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI ini bagi Puskesmas ABCD sangat penting sekali karena akan memberikan gambaran
tentang insiden rate HAIs di Puskesmas sehingga dapat digunakan untuk merencanakan program
pengendalian dan pencegahan infeksi untuk perbaikan pelayanan Puskesmas ke depan.
Harapannya, Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi pada
keselamatan pasien serta melindungi seluruh masyarakat pengguna layanan puskesmas dari
infeksi selama mendapat pelayanan dari puskesmas.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB I
1. LatarBelakang .............................................................................................................. 1
2. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II
Hasil Surveilans PPI .......................................................................................................... 3
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan .................................................................................................................. 5
2. Saran ............................................................................................................................ 5
3. RencanaTindakLanjut .................................................................................................. 5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang terjadi akibat perpindahan
mikroorganisme melalui petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat melakukan
tindakan. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara
umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari
72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Healthcare Associated Infections (HAIs) banyak terjadi di seluruh dunia dengan
kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang yang
dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14
negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap
menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.
Infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada
didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas.
Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan dihadapkan pada
risiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mecegah terjadinya infeksi.
Selain itu, petugas kesehatan yang melayani mereka dan staf pendukung (seperti staf
rumah tangga, pembuang sampah dll) Semuanya dihadapkan kepada risiko. HAIs dan
infeksi dari tempat pekerjaan merupakan masalah yang penting di seluruh dunia dan terus
meningkat.

Kegiatan surveilans HAIs merupakan komponen penunjang penting dalam setiap


program pencegahan dan pengendalian infeksi. Informasi yang dihasilkan oleh kegiatan
surveilans berguna untuk mengarahkan strategi program baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pada tahap evaluasi. Dengan kegiatan surveilans yang baik dan
benar dapat dibuktikan bahwa program dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas ABCD sehingga melindungi
sumber daya manusia kesehatan ,pasien, dan masyarakat dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya informasi tentang situasi dan kencenderungan kejadian HAIs di
Puskesmas ABCD dan faktor risiko yang mempengaruhinya
b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya fenomena
abnormal (penyimpangan) pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di
Puskesmas ABCD
c. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian penyimpangan pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs di Puskesmas ABCD
BAB II

Dari hasil pemantauan tim PPI ditemukan kejadian HAI's sebagai berikut :
September 2020
NO NAMA UMUR REKAM LAMA LAMA LAMA TINDAKAN HAIs
MEDIS RAWAT INFUS CATETER LAIN
1 Asma 48 000019 2 2 -
2 Jatim 60 001157 3 3 - -
3 Halimatus 30 001272 4 4 - -

Oktober 2020

NO NAMA UMUR REKAM LAMA LAMA LAMA TINDAKAN HAIs


MEDIS RAWAT INFUS CATETER LAIN
1 Riza 25 001243 2 2 - -
2 salsabila 14 001265 4 4 - - -

Incidence Rate
No Bulan
Phlebitis CAUTI
1 September 1 0
2 Oktober 0 0
Analisis

Incidence Rate Phlebitis Puskesmas ABCD September-Oktober 2019 = 1 / 51 x 1000 = 19,6

Incidence Rate CAUTI Puskesmas ABCD September-Oktober 2019 = 0 /17 x 1000 = 0

Tidak ada monitoring SOP Belum ada inhouse traning

Incidence
Rate
Phlebitis

Tdk ada budaya Petugas kurang berkompeten


mengingatkan teman

Angka incidence rate Phlebitis yang cukup tinggi ini disebabkan karena ketidakpatuhan petugas
terhadap SOP pemasangan infus dan pemasangan kateter dan ada petugas rawat inap yang
kurang berkompeten dalam melakukan pemasangan kateter, serta belum ada budaya
mengingatkan antarteman
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Incidence Rate Phlebitis di Puskesmas ABCD pada September-Oktober tahun 2021 adalah
sebesar 19,6
Angka yang cukup tinggi ini disebabkan karena ketidakpatuhan petugas terhadap SOP
pemasangan infus dan pemasangan kateter dan ada petugas rawat inap yang kurang
berkompeten dalam melakukan pemasangan kateter serta belum ada budaya mengingatkan
antar teman.

B. SARAN
1. Meningkatkan pengawasan dalam tindakan pemasangan infus dan kateter
2. Pengawasan tenaga keperawatan dalam bekerja sesuai SOP yang berlaku
3. Menggalakkan program cuci tangan sesuai SOP yang berlaku
4. Pengawasan dalam hal menjaga kesterilan melakukan tindakan invasif

C. RENCANA TINDAK LANJUT


1. Inhouse Training PPI bagi semua nakes
2. Pembinaan terhadap petugas yang terindikasi tidak mematuhi SOP pemasangan infus
dan kateter
3. Pembinaan terhadap petugas yang kurang berkompeten dalam memasang infus dan
kateter

XXX,31 Oktober 2021

Ketua Tim PPI

XXXXXXXXXXX

Anda mungkin juga menyukai