Jl………………………………………………..
NOTULENSI PERTEMUAN
…………..Tgl, ……………….2022
Lampiran :
Catatan:
• Penulisan Notulen kegiatan tetap mengacu pada Tatanaskah atau peraturan internal PKM
• Idealnya memuat items atau informasi seperti contoh diatas.
UNTUK PEMBUKTIAN PELAKSANAAN KEGIATAN
CONTOH:
• Foto kegiatan
Antara lain:
• Undangan sosialisasi
• Daftar Hadir
• Notulen Sosialisasi
• Foto kegiatan
2 September 2020 5 2 3 5 1 2 3
………..dst
31 September 2020
Jumlah 15 7 6 10 3 3 3
Catatan: Form bulanan dibuat berdasarkan rekapan dari form harian, bedanya pada form bulanan isinya adalah
rekapan sedangkan harian masih terdapat nama pasien.
………………Tgl, ………………….2022
Koordinator PPI atau Penanggungjawab Kegiatan
----------------------------------
PUSKESMAS MELATI
Jl. ……………………….
………ds
31 September 2020
Jumlah
--------Tgl, ---------------------2022
Koordinator PPI/Penanggup jawab Kegiatan
---------------------------
KOP Puskesmas
PUSKESMAS MELATI
Dasar Pemikiran 1. National healthcare safety network melaporkan angka kejadian CAUTI
sekitar 3,1 – 7,5 infeksi per 10000 kateter- hari, untuk Indonesia angka
kejaidan CAUTI secara pasti belum jelas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien.
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Peraturan Daerah atau peraturan lain yang relevan
Kriteria:
Kriteria Inklusi:
• Semua pasien yang dipasang kateter di FKTP terkait lebih dari 2 hari
kaleder.
Kriteria Eksklusi:
• Pasien yang dipasang kateter urine di FKTP lain
• Pasien yang dipasang kateter urine menetap di FKTP terkait kurang dari 2
hari kalender.
PLEBITIS
Judul Indikator PLEBITIS
Instrument pengambilan
Lembar Observasi
data
Besar Sampel Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena perifer menetap.
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian infeksi pasca tindakan
pelayanan gigi yang terjadi abses, di Puskesmas ………………….?
2. Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan pelayanan gigi.
Definisi Operasional Terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi, disebabkan
oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar akar gigi maupun di
gusi ditandai dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit saat mengunyah dan
mengigit, sakit gigi menyebar ke telinga, rahang, dan leher, bau mulut,
kemerahan dan pembengkakan pada wajah. Abses gigi menjadi indikator
surveilans pada kasus sesuai kriteria HAIs (tindakan pelayanan gigi
sebelumnya tidak ditemukan tanda tanda abses).
Satuan Pengukuran %
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian infeksi pasca tindakan
pelayanan imunisasi, di Puskesmas ……?
2. Menjamin keselamatan pasien untuk mengurangi risiko terjadinya KIPI.
Definisi Operasional
Infeksi yang terjadi setelah tindakan imunisasi yang diberikan secara
penyuntikan, dimana ditemukan tanda tanda infeksi antara lain:
Kriteria:
Kriteria Inklusi:
• Semua pasien teridentifikasi KIPI yang telah mendapat imunisasi
di FKTP tersebut Kriteria Eksklusi:
• Pasien yang diberikan imunisasi di FKTP lain
Jumlah kasus KIPI
Formula X 100
Jumlah pasien yang dilakukan
tindakan imunisasi
____________________
Catatan :
• Pola penulisan mengacu pada tatanaskah yang sudah dikeluarkan oleh Puskesmas.
• Isi indikator mengacu pada Pedoman Teknius Penerapan PPI di FKTP tahun 2022
• Kegiatan yang dimonitor mengacu pada rencana kerja P
• Pelaksanaan monitoring mengikuti
kebijakan puskesmas (Bulanan,
Triwulanan, dst
• Puskesmas dapat mengembangkan
ceklist monitoring untuk setiap
kegiatan.
PUSKESMAS MELATI
Jl………………………………………………..
NOTULENSI PERTEMUAN
…………..Tgl, ……………….2022
---------------------------
Lampiran :
Catatan:
• Penulisan Notulen kegiatan tetap mengacu pada Tatanaskah atau peraturan internal PKM
• Idealnya memuat items atau informasi seperti contoh diatas.
KERANGKA ACUAN
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
PUSKESMAS ……………………
TAHUN ……………….
A. Pendahuluan
Permenkes nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, ditujukan untuk seluruh fasilitas kesehatan baik FKTP
maupun untuk rumah sakit, tanpa kecuali milik pemerintah maupun swasta.
Pada Pasal 3 ayat (4) Permenkes 27 tahun 2017 tersebut, menyebutkan bahwa Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi mencakup infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) dan infeksi
yang bersumber dari masyarakat. Penjelasan tentang PPI terkait HAIs cukup detail, dengan
asumsi penerapan PPI berlaku sama baik untuk FKTP maupun rumah sakit. Sementara itu,
PPI yang bersumber dari masyarakat belum diatur secara jelas baik bentuk program maupun
kegiatannya.
Meskipun penerapan PPI di fasiltas pelayanan kesehatan berlaku sama, namun karena
adanya perbedaan ketersediaan sumber daya manusia, kompetensi dan kewenangan,
ketersediaan alat kesehatan, sarana, prasarana, pembiayaan, lingkungan, sasaran maupun
pelaksanaan kegiatan maka penatalaksanaannya perlu penyesuaian. Kemkes kemudian
mengeluarkan Pedoman Teknis Penerapan PPI di FKTP tahun 2020, agar dapat menjadi
acuan bagi FKTP, khususnya Puskesmas dalam menyusun perencanaan dan pelayanan PPI.
C. Tujuan
Tersusunya kerangka acuan PPI sebagai acuan bagi seluruh petugas baik dalam menyusun
kegiatan, memberikan pelayanan, melakukan monitoring dan evaluasi agar pelayanan yang
diberikan memenuhi standar mutu dan prinsif pelayanan sesuai dengan standar PPI.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kerangka Acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di FKTP ini mencakup
penerapannya di dalam fasilitas kesehatan maupun pelayanan diluar fasilitas pelayanan
kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring Program PPI terhadap
penerapan, sbb:
3. Penerapan PPI pada pelayanan di dalam dan di luar gedung baik yang bersifat UKP
maupun UKM.
……………………………………………………..(silahkan mengambil dan mengadaptasi bahan dari
Pedoman Teknis PPI di FKTP Kemkes 2020)
6. Surveilans PPI.
……………………………………………………..(silahkan mengambil dan mengadaptasi bahan dari
Pedoman Teknis PPI di FKTP Kemkes 2020)
Idealnya Puskesmas mempunyai rencana kerja 5 tahun (Renstra PPI) dan rencana tahunan
PPI, yang mencakup:
• Pengumpulan data, melakukan analisis masalah risiko dan PPI, menyusun skala
prioritas dan menuangkan dalam rencana kerja (lihat Pedomanb Teknis PPI di FKTP
Kemkes 2020)
• Pola dan format perencanaan mengikuti aturan yang berlaku di masing-masing
puskesmas.
• Rencana kegiatan mencakup kegiatan, waktu, volume kegiatan,
pelaksana/penanggungjawab, sumber pembiayaan, dll.
Kepala Puskesmas
Tgl, …………………….
__________________
Lampiran-lampiran:
• Indikator Kinerja PPI yang telah disiapkan.
• Ceklist atau tabel monev dll
• ………………………………….dst
Catatan:
• Pola penulisan KAK mengikuti atau mengacu pada Tatanaskah yang telah ditetapkan masing-
masing puskesmasnya.
• KAK harus informatif dan detail minimal memuat seperti contoh diatas
PUSKESMAS MELATI
Jl………………………………………………..
NOTULENSI PERTEMUAN
…………..Tgl, ……………….2022
---------------------------
Lampiran :
Catatan:
• Penulisan Notulen kegiatan tetap mengacu pada Tatanaskah atau peraturan internal PKM
• Idealnya memuat items atau informasi seperti contoh diatas.
BUKTI PELAKSANAAN
PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI
ATAU ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT)
PROGRAM
DI PUSKESMAS MELATI
TAHUN ……
ICRA PROGRAM
A. Rangking berdasarkan nilai skoring penilian tingkat risiko terhadap Pelayanan
pada Gigi Mulut:
Rangking
risiko
Probabilty Dampak Sistem
Score
No Uraian
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Peralatan Kritikal, semi 5 3 2 30 II
kritikal, non kritikal masih
belum terpisahkan pada saat
pelayanan
2 Petugas menggunakan APD 4 3 3 36 I
belum sesuai standar
pelayanan
3 Tempat pencucian alat 2 2 4 16 IV
kesehatan masih di tempat
wastafel cuci tangan
KELOMPOK
PRIORITAS
POTENSI
TUJUAN
KHUSUS
TUJUAN
RISIKO
UMUM
rangki
RISIKO
( ngO
JENIS
N)
SKOR
1
• Undangan
• Notulen kegiatan
• Capaian kegiatan
• Daftar hadir
• Foto kegiatan
• Dll………….
ICRA KONSTRUKSI
A. Kelas kewaspadaan dan intervensi PPI
Tabel Risiko berdasarkan type konstruksi
Kelompok TYPE Konstruksi
Pasien
Berisiko TYPE A TYPE B TYPE C TYPE D
Rendah I II II III/IV
Sedang I II III IV
Tinggi I II III/IV IV
Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV
a) Tarik garis lurus sesuai tingkat risiko pasien ke arah type kontruksi
yang sesuai, kolom dimana ketemu kedua garis menunjukkan kelas
intervensi.
b) Jika ketemu pada kolom kelas yang terdapat dua nilai maka diambil
yang tertinggi.
• Menutup jendela pada area perawatan pasien yang dinilai rentan untuk
meminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan
bangunan di dekatnya.
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Permenkes 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasyankes serta Pedoman Teknis Penerapan PPI di FKTP dijelaskan bahwa Penilaian dan
Pengendalian Risiko Infeksi atau Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah merupakan
suatu sistem pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan
probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di lapangan, berbasiskan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan. ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program:
(2) Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
(3) Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pembagian ICRA terbagi atas ICRA Program dan ICRA Konstruksi dalam
penyelengaraan pelananan. Puskesmas Melati (Contoh) sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan bertanggungjawab dalam menerapkan standar PPI saat memberikan pelayanan, sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Data di Puskesmas Melati menujukkan bahwa risiko infeksi atau prevalensi kejadian
HAIs (….bisa mengambil data dari kegiatan surveilan PPI yang di puskesmas masingmasing, atau data
Kabupaten/Kota jika tersedia, untuk mendukung narasi yang dibuat dalam pendahuluan ini)
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………dst.
Standar Akreditasi Puskesmas, menyaratkan dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas, yang mencakup ICRA Program dan ICRA
Konstruksi.
B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko infeksi dari paparan kuman
patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung aatau penularan melalui
tindakan/prosedur medis yang dilakukan baik melalui peralatan, tehnik pemasangan,
ataupun perawatan terhadap HAIs di Puskesmas Melati.
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas puskesmas Melati.
C. PEMBAGIAN ICRA
Merujuk pada PMK 27 Tahun 2017 dan Pedoman Teknis PPI di FKTP Kemkes Tahun 2020, maka
penilian risiko infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, terdiri atas:
a. ICRA external: meliputi penilaian risiko infeksi pada KLB di komunitas misalnya
pada Pandemi Covid-19, kontaminasi pada makanan misalnya oleh
• Jika perlu gunakan alat bantu (catatan, ceklist, dll) pengamatan saat mengunjungi
unit pelayanan untuk identifikasi masalah.
2. Langkah kedua:
Penilaian probabilitas yaitu penilaian awal dilakukan untuk menilai seberapa sering
kejadian muncul, semakin sering terjadi semakin banyak risiko infeksi, dengan cara :
masalah yang sudah di identifikasi pada pelayanan yang terpilih sebelumnya dilakukan
penilaian dan pentuan skoring masing-masing, berdasarkan matriks berikut ini :
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO
0-5% extremely unlikely or virtually
1 Sangat rendah impossible. Hampir tidak mungkin terjadi
(terjadi dalam lebih dari 5 tahun).
3. Penilaian dampak yaitu penilaian terhadap risiko keparahan akibat kejadian yang
muncul.
TINGKAT
DESKRIPSI DAMPAK
RISIKO
1 Minimal Klinis Tidak ada cedera.
Cedera ringan, misalnya lecet, dapat diatasi
2 Moderate klinis
dengan P3K.
Cedera sedang (luka robek), berkurangnya
fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
Lama hari rawat intelekteual tidak berhubungan dengan
3
panjang penyakitnya dan Setiap kasus akan
memperpanjang hari perawatan
4. Penilaian tingkat risiko terhadap sistem yang ada yaitu penilian terhadap adanya
peraturan, pelaksanaan dan ketersediaan fasilitas.
No Uraian
risik
o
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 5 2 2 20 I
2 2 3 3 18 II
3 3 5 1 15 III
Keterangan:
6. Selanjutnya buat Plan of Action (POA) untuk meningkatkan mutu dalam program
PPI dengan menggunakan fish bone atau sistem perbaikan mutu yang lain.
PRIORITAS
POTENSI
TUJUAN
KHUSUS
NO
TUJUAN
RISIKO
UMUM
RISIKO
JENIS
SKOR
3
F. TAHAPAN PENILAIAN RISIKO INFEKSI UNTUK ICRA KONSTRUKSI DI
PUSKESMAS MELATI
(i) Tentukan type konstruksi baru atau renovasi bangunan berdasarkan tingkat
risiko, sebagai berikut:
• Type B: kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal
misalnya pemotongan dinding plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol.
(ii) Identifikasi tingkat risiko area dan pengelompokan pasien berdasarkan tingkat
risiko, misalnya:
• Risiko rendah contoh renovasi pada area perkantoran.
• Risiko sedang contoh area rawat jalan.
• Risiko tinggi pada pelayanan pasien dengan kondisi rentan misalnya:
ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut, ruang tindakan, ruang IGD,
ruang perawatan pasien.
Rendah I II II III/IV
Sedang I II III IV
Tinggi I II III/IV IV
Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV
a) Tarik garis lurus sesuai tingkat risiko pasien ke arah type kontruksi
yang sesuai, kolom dimana ketemu kedua garis menunjukkan kelas
intervensi.
b) Jika ketemu pada kolom kelas yang terdapat dua nilai maka diambil
yang tertinggi.
• Menutup sistem pengaturan aliran udara (AC, Exhaust, kipas angin, dan lain-
lain).
• Menutup jendela pada area perawatan pasien yang dinilai rentan untuk
meminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan
bangunan di dekatnya.
• Periode monev
• Dst……..
H. SUMBER PEMBIAYAAN
Pembiayaan Pelaksanaan kegiatan ICRA -----(disebutkan sumbernya)
PELAKSANAAN
PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI
ATAU ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT)
PROGRAM
DI PUSKESMAS MELATI
TAHUN ……
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Permenkes 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasyankes serta Pedoman Teknis Penerapan PPI di FKTP dijelaskan bahwa Penilaian dan
Pengendalian Risiko Infeksi atau Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah merupakan
suatu sistem pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan
probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di lapangan, berbasiskan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan. ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program:
(2) Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan
(3) Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pembagian ICRA terbagi atas ICRA Program dan ICRA Konstruksi dalam
penyelengaraan pelananan. Puskesmas Melati (Contoh) sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan bertanggungjawab dalam menerapkan standar PPI saat memberikan pelayanan, sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.
Data di Puskesmas Melati menujukkan bahwa risiko infeksi atau prevalensi kejadian
HAIs (….bisa mengambil data dari kegiatan surveilan PPI yang di puskesmas masingmasing, atau data
Kabupaten/Kota jika tersedia, untuk mendukung narasi yang dibuat dalam pendahuluan ini)
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………dst.
Standar Akreditasi Puskesmas, menyaratkan dilakukan identifikasi dan kajian risiko infeksi terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas, yang mencakup ICRA Program dan ICRA
Konstruksi.
B. TUJUAN
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko infeksi dari paparan kuman
patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung aatau penularan melalui
tindakan/prosedur medis yang dilakukan baik melalui peralatan, tehnik pemasangan,
ataupun perawatan terhadap HAIs di Puskesmas Melati.
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas puskesmas Melati.
C. TAHAPAN ICRA
Secara umum Langkah pengkajian ICRA, sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko yaitu melihat seberapa beratnya dampak potensial, seberapa
sering munculnya kejadian yang berisiko, identifikasi aktifitas yang dilakukan
terhadap risiko infeksi berdasarkan cara transmisinya.
2. Analisa risiko yaitu mengapa terjadi, seberapa sering terjadi, siapa yang
berkontribusi, dimana kejadiannya dan apa dampak serta biaya untuk
mencegahnya.
3. Kontrol risiko dengan melakukan strategi pengurangan atau mengeliminasi
kemungkinan risiko yang menjadi masalah.
4. Monitoring risiko dengan memastikan rencana pengurangan risiko dilaksanakan
dan dapat menjadi umpan balik perbaikan.
• Jika perlu gunakan alat bantu (catatan, ceklist, dll) pengamatan saat
mengunjungi unit pelayanan untuk identifikasi masalah.
1) Peralatan Kritikal, semi kritikal, non kritikal masih belum terpisahkan pada saat
pelayanan
2. Langkah kedua:
Penilaian probabilitas yaitu penilaian awal dilakukan untuk menilai seberapa sering
kejadian muncul, semakin sering terjadi semakin banyak risiko infeksi, dengan cara :
5 item masalah yang sudah di identifikasi pada pelayanan Gigi dan Mulut diatas
selanjutnya dilakukan penilaian dan pentuan skoring masing-masing, berdasarkan
matriks berikut ini :
TINGKAT
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
RISIKO
0-5% extremely unlikely or virtually
1 Sangat rendah impossible. Hampir tidak mungkin terjadi
(terjadi dalam lebih dari 5 tahun).
3. Penilaian dampak yaitu penilaian terhadap risiko keparahan akibat kejadian yang
muncul.
TINGKAT
DESKRIPSI DAMPAK
RISIKO
1 Minimal Klinis Tidak ada cedera.
Cedera ringan, misalnya lecet, dapat diatasi
2 Moderate klinis
dengan P3K.
Cedera sedang (luka robek), berkurangnya
fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
Lama hari rawat intelekteual tidak berhubungan dengan
3
panjang penyakitnya dan Setiap kasus akan
memperpanjang hari perawatan
4. Penilaian tingkat risiko terhadap sistem yang ada yaitu penilian terhadap adanya
peraturan, pelaksanaan dan ketersediaan fasilitas.
Tabel
Deskripsi tingkat TINGKAT DESKRIP SISTEM, PERATURAN DAN
risiko terhadap RISIKO SI PELAKSANAAN
sistem, 1 Solid Peraturan ada, fasilititas ada, dilaksanakan
peraturan dan Peraturan ada, fasilititas ada, tidak selalu
2 Good
pelaksanaannya dilaksanakan
3 Fair Peraturan ada, fasilititas ada, tidak dilaksanakan
No Uraian
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Peralatan Kritikal, semi 5 3 2 30 II
kritikal, non kritikal masih
belum terpisahkan pada saat
pelayanan
2 Petugas menggunakan APD 4 3 3 36 I
belum sesuai standar
pelayanan
3 Tempat pencucian alat 2 2 4 16 IV
kesehatan masih di tempat
risiko
wastafel cuci tangan
Keterangan:
• No adalah no urut masalah yang ditemukan
• Uraian adalah masalah yang ada dan terjadi di lapangan berdasarkan data hasil
laporan bulanan
• Probability adalah nilai sering nya kejadian muncul atau ditemukan di lapangan
• Dampak adalah akibat yang kemungkinan akan terjadi akibat masalah yang ada
• Sistem adalah peraturan atau kebijakan yang ada, fasilitas yang ada dan
pelaksanaan di lapangan
• Score risiko adalah nilai akhir dari perkalian antara probability, dampak dan sistem
yang ada
• Rangking score adalah urutan nilai tertinggi dari score Risiko untuk dijadikan
masalah prioritas
6. Selanjutnya buat Plan of Action (POA) untuk meningkatkan mutu dalam program
PPI dengan menggunakan fish bone atau sistem perbaikan mutu yang lain.
POTENSI
PRIORITAS
TUJUAN
KHUSUS
NO
TUJUAN
RISIKO
UMUM
RISIKO
JENIS
SKOR
1
(i) Tentukan type konstruksi baru atau renovasi bangunan berdasarkan tingkat
risiko, sebagai berikut:
• Type B: kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal
misalnya pemotongan dinding plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol.
(ii) Identifikasi tingkat risiko area dan pengelompokan pasien berdasarkan tingkat
risiko, misalnya:
Rendah I II II III/IV
Sedang I II III IV
Tinggi I II III/IV IV
Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV
a) Tarik garis lurus sesuai tingkat risiko pasien ke arah type kontruksi
yang sesuai, kolom dimana ketemu kedua garis menunjukkan kelas
intervensi.
b) Jika ketemu pada kolom kelas yang terdapat dua nilai maka diambil
yang tertinggi.
• Menutup jendela pada area perawatan pasien yang dinilai rentan untuk
meminimalkan masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan
bangunan di dekatnya.
• Periode monev
• Dst……..
G. SUMBER PEMBIAYAAN
Pembiayaan Pelaksanaan kegiatan ICRA -----(disebutkan sumbernya)
Nomor : 442/231/SOP.UKP/TU
Terbit ke : 01
No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 4 Mei 2016
Halaman :1
Diberikan Kepada
Dokumen
Tanggal Pemberian
(dr. Dina Ratnasari) (dr. Prima Sesari Saraswati) (drg. I Gusti Ayu Rai Ratih, M.M.)
NIP. 19840414 201001 2 022 NIP. 19651024 199302 2 003
Penanganan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD),
Kejadian Potensial Cidera (KPC), Kejadian
Nyaris Cidera (KNC) Dan Resiko Pelayanan
Klinis
No. Dokumen : 442/231/SOP.UKP/TU
Terbit ke : 01
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 04/05/2016
Halaman : 1/2
Puskesmas Pondok I Gusti Ayu Rai Ratih
Aren NIP.196510241993022003
CONTOH :
CEKLIT
PEMANTAUAN PENERAPAN KEWASPADAAN
STANDAR DALAM FASILITAS PELAYANAN
PUSKESMAS. Tanggal Pemantauan: ………………….
KEWASPADAAN STAND
NO PELAYANAN
HH APD LIGK ALT SUTK LIN LM
1 Pendaftaran & Rekam Medis
2 Pemeriksaan umum
3 Gigi dan mulut
4 Unit Gawat Darurat
5 Persalinan Normal & PONED
6 Rawat Inap
7 Kesehatan keluarga
8 Gizi
9 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
10 Kefarmasian
11 Laboratorium
12 Pelayanan konseling (seperti kesehatan lingkungan,
gizi, PKPR, dan lain-lain)
Keterangan
• Beri tanda pada Kolom yang sesuai : √ jika dilaksanakan, - jika tidak dilaksanakan,
selanjutnya untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas terhadap masing-masing SOP
tersebut dapat dilakukan audit penilaian kepatuhan pada SOP (lihat Pedoman Teknis PPI
di FKTP, Kemkes 2020 Hal 144).
• Kotak yang di Arsir Hitam : tidak berlaku
• Singkatan HH (Hand hygiene), APD (penggunaan APD), ALT (pengelolaan alat medis), IGK
(pengelolaan lingkungan), SUTK (penyuntikan yang aman), LIN (pengelolaan linen), LMB
(pengelolaan limbah), ETK (kebersihan pernapasan & etika batuk), PNPT (penempatan pasien), KP
(kesehatan petugas).
…………………Tgl,…………………………..
P
e
t
u
g
a
s
y
a
n
g
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
m
a
n
t
a
u
a
n
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
CONTOH :
CEKLIT PEMANTAUAN
PENERAPAN
KEWASPADAAN STANDAR
DILUAR FASILITAS
PELAYANAN PUSKESMAS.
KEWASPADAAN STAN
NO PELAYANAN HH AP LIG ALA STIK LIN PL
D K T
1 Pendataan - - - - -
2 Penjaringan - - - - -
3 Kunjungan sasaran - - - - -
4 Vaksinasi & tindakan medis lainnya - - - - √
5 Distribusi & pemberian obat - - - - -
6 Distribusi dan pemberian PMT - - - - -
7 Pelatihan, penyuluhan & konseling. - - - - √
8 Pemantauan, Pembinaan dan Pemberdayaan - - - - -
Keterangan
• Beri tanda pada Kolom yang sesuai : √ jika dilaksanakan, - jika tidak dilaksanakan,
selanjutnya untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas terhadap masing-masing SOP
tersebut dapat dilakukan audit penilaian kepatuhan pada SOP (lihat Pedoman Teknis PPI
di FKTP, Kemkes 2020).
• Singkatan HH (Hand hygiene), APD (penggunaan APD), ALT (pengelolaan alat medis), IGK
(pengelolaan lingkungan), SUTK (penyuntikan yang aman), LIN (pengelolaan linen), LMB
(pengelolaan limbah), ETK (kebersihan pernapasan & etika batuk), PNPT (penempatan pasien), KP
(kesehatan petugas).
………………….Tgl, ………………….2022
----------------
----------------
----------------
-
CONTOH :
Dst ……………………………….
LOGO dan KOP SOP PUSKESMAS
KEBERSIHAN TANGAN
Tujuan Kebersihan tangan bertujuan untuk mencegah terjadi kontaminasi silang dari
tangan petugas ke pasien atau pengguna layanan atau sebaliknya saat melakukan
tindakan aseptik atau saat memberikan pelayanan kesehatan dengan melakukan
kebersihan tangan sesuai 5 momen sesuai standar PPI.
Kebijakan ………..
Referensi 1. PMK 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasyankes.
2. Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di FKTP, Kemkes tahun 2020.
3. Dst ……..
Prosedur (a) Membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir
(i) Indikasi
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan ketika tangan
terlihat kotor atau ketika akan menggunakan sarung tangan yang dipakai
dalam perawatan pasien.
(ii) Prosedur:
• Pastikan semua assesoris yang menempel di tangan (cincin, jam
tangan) tidak terpakai dan kuku harus pendek serta tidak mengunakan
pewarna kuku (kuteks dan lain-lain).
• Jika lengan atas sampai ke pergelangan tangan maka sisihkan terlebih
dahulu dengan menaikkan lengan atas sampai ke 2/3 tangan ke arah
siku tangan.
• Atur aliran air sesuai kebutuhan.
• Basahi tangan dan ambil cairan sabun/sabun antiseptik + 2 cc ke
telapak tangan.
Lakukan kebersihan tangan dengan langkah seperti dalam gambar
dibawah ini.
Langkah cuci tangan dengan air mengalir
Dst ……..
Lampiran :
Catatan:
• Pola dan format penulisan SOP disesuikan dengan Tatanaskah yang telah ditetapkan oleh
Puskesmas masing-masing.
•
Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
Tujuan Bertujuan untuk menghalangi pajanan bahan infeksius pada kulit, mulut, hidung,
atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan, pasien atau pengguna kesehatan.
Penggunaan APD yang efektif perlu didasarkan pada potensi paparan, dampak
penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang
akan digunakan.
Kebijakan ………..Dst
Referensi 1. PMK 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasyankes.
2. Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di FKTP, Kemkes tahun 2020.
3. Dst ……..
Jenis APD, 1) Pelindung kepala (Topi)
Tujuan, jenis a) Tujuan: sebagai pelindung kepala dan rambut tenaga kesehatan dari
dan indikasi
paparan cairan infeksius pasien selama melakukan tindakan atau
perawatan.
b) Jenis: penutup kepala terdiri dari bahan yang digunakan sekali pakai dan
yang dapat digunakan ulang (terbuat dari bahan kain yang dapat dilakukan
pencucian), harus terbuat dari bahan tahan cairan, tidak mudah robek dan
ukuran nya pas atau sesuai di kepala pemakai.
Catatan: apabila petugas menggunakan hijab pada prosedur medis, maka:
• Ganti hijab yang dipergunakan saat bekerja di pelayanan dengan risiko
paparan darah, cairah tubuh, eskresi dan sekresi dengan hijab yang
lain termasuk saat akan pulang ke rumah.
• Gunakan hijab yang menutupi kepala dan dimasukkan ke dalam baju
kerja atau diikat kebagian belakang leher dan jika jilbab akan digunakan
pada prosedur berikutnya maka jilbab ditutup kembali dengan penutup
kepala (topi).
c) Indikasi penggunaan topi atau penutup kepala:
• Operasi kecil (minor surgery).
• Pertolongan atau tindakan persalinan.
• Intubasi trachea dan tracheotomy.
• Penghisapan lendir masif.
• Pembersihan alat kesehatan dan lain-lain.
(ii) Indikasi
• Transmisi kontak misal saat adanya wabah dan transmisi droplet, saat
pencegahan infeksi sebelum operasi atau pra bedah.
• Membersihkan luka, tindakan drainase, menuangkan cairan kontaminasi
ke pembuangan atau WC/toilet.
• Menangani pasien perdarahan masif, tindakan bedah dan perawatan gigi.
Dst ……………………
Sarana
Prasarana
Monitoring Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan penerapan prosedur setiap APD
sesuai SOP maka dilakukan monitoring atau penilaian kepatuhan petugas
menggunakan APD secara berkala ……………………dst
Dst ……..
Lampiran :
Catatan:
• Pola dan format penulisan SOP disesuikan dengan Tatanaskah yang telah ditetapkan oleh
Puskesmas masing-masing.
• Puskesmas dapat mengembangkan tools atau ceklist pemantauan kepatuhan penggunaan
APD.
Hari/Tanggal Audit :
Ruang :
Auditor :
JumlahYa
Skoring = x 100%
Jumlah Ya+Tidak
Fasilitas : Periode : Sesi
Pelayanan Tanggal : Observer
Ruang Waktu Mulai-Selesai : Halaman
Departeme LamaSesi : 20 Kota/Ka
nNegara
PUSKESMAS ABCD
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Email
xxxxxxxxxxxxxx
A. LATAR BELAKANG
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan
antiseptik pencuci tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety
challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand
hygiene untuk petugas kesehatan dengan my five moments for hand hygiene yaitu melakukan
cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan
steril, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,
setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulus sosial
yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap upaya universal precaution sehingga
akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Kegagalan
melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi
nosokomial atau HAIs dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan
kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah.
Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan hand hygiene untuk evaluasi kegiatan
hand hygiene yang telah dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Puskesmas ABCD
1. Maksud :
2. Tujuan :
C. PENGERTIAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh seluruh pegawai
Puskesmas terutama orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Untuk menanggapi hal ini,
Tim PPI melakukan penilaian terhadap kepatuhan cuci tangan kepada petugas yang
bersentuhan langsung dengan pasien yang dinilai setiap bulan. Penilaian ini berdasarkan
dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam five moments for hand hygiene (lima momen cuci
tangan) yang ditetapkan oleh WHO.
Lima moment tersebut adalah:
Jumlah petugas yang dinilai (audit) berasal dari Profesi Pemberi Asuhan (PPA) dan orang
yang bersentuhan langsung dengan pasien untuk dilakukan audit hand hygiene. Data
dikumpulkan dengan cara menggunakan lembar observasi. Lembar observasi berisi check list
untuk melihat praktik hand hygiene yang dilakukan oleh petugas (PPA), yang terdiri dari
penilaian lima momen cuci tangan dengan membandingkan jumlah nilai Opportunity dan
jumlah Action setiap petugas dalam melakukan tindakan cuci tangan. Penilaian Fasilitas cuci
tangan juga menggunakan lembar Observasi dilakukan berupa format yang berisi item-item
yang perlu diamati menggunakan cheklist.
D. HASIL KEGIATAN
Kepatuhan Hand Hygiene di Puskesmas ABCD. Audit hand hygiene merupakan cara yang
dilakukan untuk mengobservasi dan mengukur kepatuhan para petugas kesehatan dalam
melakukan hand hygiene yang merupakan perilaku mendasar dalam upaya mencegah
timbulnya infeksi nosokomial. Dari pelaksanaan audit hand hygiene yang dilaksanakan rutin
tiap 3 bulan di Puskesmas berikut ini laporan kepatuhan hand hygiene pada setiap unit
pelayanan kesehatan Puskesmas bulan Juli-September 2021.
Berdasarkan data pada grafik, menunjukkan bahwa angka kepatuhan Hand Hygiene bulan
Juli-September 2021 di Puskesmas menurut jenis profesi paling tinggi yaitu profesi Dokter
pada bulan juli 72%, dan pada bulan September kepatuhan cuci tangan tertinggi yaitu profesi
Bidan 67%, sedangkan angka kepatuhan paling rendah yaitu Analis, Perawat, Bidan sebesar
50% pada bulan Juni dan paling rendah pada bulan September yaitu profesi Analis 30%.
Maka Tim PPI merencanakan peningkatan kepatuhan kebersihan tangan (hand hygiene)
dengan cara:
G. PENUTUP
a. Pemahaman petugas IPCN tentang PPI sudah memadai, dan informasi tentang PPI juga
sudah disampaikan ke petugas ruangan, namun untuk merubah perilaku petugas
kesehatan juga harus didukung oleh ketersediaan fasilitas cuci tangan untuk kepentingan
pasien dan Puskesmas tentunya.
b. Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan petugas dalam kebersihan
tangan ini adalah tidak terjadinya HAIs pada pasien Puskesmas. Karena kebersihan
tangan merupakan salah satu indicator pacient safety yang harus dijalankan oleh petugas
di Puskesmas, maka meningkatnya kepatuhan
petugas dalam cuci tangan juga berarti meningkatnya kualitas pelayanan Puskesmas.
xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxx
Nama pasien :
No Regester :
Ruang :
Hari / Tanggal / Jam :
, 2022
Koordinator PPI
PUSKESMASABCD
FORMULIR MONITORING
CHECKLIST MONITORING
KEWASPADAAN
TRANSMISI
Unit :.............................................................................................
KEADAAN
NO VARIABEL
YA TIDAK KET.
1. Apakah petugas melakukan cuci tangan
2. Apakah petugas menggunakan APD sesuai dengan pola transmisi infeksi pasien
HASIL
NO PENULARAN MELALUI KONTAK Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1. PENEMPATAN Pasien ditempatkan diruangan
PASIEN rawat terpisah, bila tidak
mungkin kohorting
Pasien ditempatkandengan jarak
>1meter antar tempat tidur
2. TRANSPORTASI Gerak pasien dibatasi pada saat
PASIEN pemindahan
Transport pasien hanya kalau
perlu saja
3. ALAT Petugas memakai sarung tangan
PELINDUNG non streil terbuat dari latekssaat
DIRI masuk keruang pasien
Petugasmengganti sarung
tangan setelah kontak engan
bahan infeksius (feses,cairan
drein)
Petugas melepaskan sarung
tangan sebelum keluar dari
kamar pasiendan cuci tangan
dengan antiseptik
Ptugas memakai gaun bersih,
tidak streil saat masuk ruang
pasien untuk melindungi baju
dari kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan,barang
diruang pasien, cairan diare
pasien,ileostomy,colostomy,luka
terbuka
Petuga melepaskan gaun
sebelum keluar ruangan,jaga
agar tidak ada kontaminasi
silang kelingkungan dan pasien
lain
Petugas menggunakan apron
bilaguna permeabel tidak ada,
untuk mengurangi penetrasi
cairan, dan tidak dipakai sendiri
4. PERALATAN Peralatan non kritikal dipakai
UNTUK untuk 1 pasien atau pasien
PERAWATAN denganinfeksi mikrob yang
sama
Peralatan dibersihkan dan
disinfektansebelum dipakai
IPCO
. IPCN
..................................... ........................................
CATATAN PASIEN DENGAN ISOLASI KONTAK
5. dst
LAPORAN SEPTEMBER-OKTOBER
HASIL SURVEILANS HAIs
PUSKESMAS ABCD
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan September-Oktober HASIL
INFEKSI ini bagi Puskesmas ABCD sangat penting sekali karena akan memberikan gambaran tentang
insiden rate HAIs di Puskesmas sehingga dapat digunakan untuk merencanakan program
pengendalian dan pencegahan infeksi untuk perbaikan pelayanan Puskesmas ke depan. Harapannya,
Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi pada keselamatan
pasien serta melindungi seluruh masyarakat pengguna layanan puskesmas dari infeksi selama
mendapat pelayanan dari puskesmas.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang terjadi akibat perpindahan
mikroorganisme melalui petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat melakukan
tindakan. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara
umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari
72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada
didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas ABCD sehingga melindungi
sumber daya manusia kesehatan ,pasien, dan masyarakat dari infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya informasi tentang situasi dan kencenderungan kejadian HAIs di
Puskesmas ABCD dan faktor risiko yang mempengaruhinya
b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya fenomena
Puskesmas ABCD
c. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian penyimpangan pada hasil
Dari hasil pemantauan tim PPI ditemukan kejadian HAI's sebagai berikut : September
2020
Oktober 2020
Incidence Rate
No Bulan
Phlebitis CAUTI
1 September 1 0
2 Oktober 0 0
Analisis
Incidence Rate Phlebitis Puskesmas ABCD September-Oktober 2019 = 1 / 51 x 1000 = 19,6 Incidence
Rate CAUTI Puskesmas ABCD September-Oktober 2019 = 0 /17 x 1000 = 0
mengingatkan
teman
Angka incidence rate Phlebitis yang cukup tinggi ini disebabkan karena ketidakpatuhan petugas
terhadap SOP pemasangan infus dan pemasangan kateter dan ada petugas rawat inap yang kurang
berkompeten dalam melakukan pemasangan kateter, serta belum ada budaya mengingatkan
antarteman
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Incidence Rate Phlebitis di Puskesmas ABCD pada September-Oktober tahun 2021 adalah
sebesar 19,6
Angka yang cukup tinggi ini disebabkan karena ketidakpatuhan petugas terhadap SOP
pemasangan infus dan pemasangan kateter dan ada petugas rawat inap yang kurang
berkompeten dalam melakukan pemasangan kateter serta belum ada budaya mengingatkan
antar teman.
B. SARAN
1. Meningkatkan pengawasan dalam tindakan pemasangan infus dan kateter
2. Pengawasan tenaga keperawatan dalam bekerja sesuai SOP yang berlaku
3. Menggalakkan program cuci tangan sesuai SOP yang berlaku
4. Pengawasan dalam hal menjaga kesterilan melakukan tindakan invasif
kateter
3. Pembinaan terhadap petugas yang kurang berkompeten dalam memasang infus dan
kateter
XXXXXXXXXXX
BAB I PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif),penyembuhan penyakit (kuratif)
dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan
pusat penelitian medik. Berdasarkan undang – undang no. 44
tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit
adalah institusipelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lainnya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyakit menular ditandai dengan adanya pathogen
penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Infeksi merupakan
invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005).
Outbreak atau epidemic merupakan peningkatan melebihi level
yang didapatkan dari suatu penyakit dalam area geografik
tertentu; terdapat satu kasus penyakit dari sebelumnya
tidak pernah ada. Endemi merupakan level biasa (usual) suatu penyakit
pada area geografis tertentu(misalnya rumah sakit). Outbreak
adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi
normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat
terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusiyang
tertutup (misalnya sekolah, tempat kerja, atau pesantren)
pada suatu periode waktu tertentu.
Di Indonesia telah dikeluarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mengetahuipenyebab outbreak
2. Tujuan Khusus
b. Cara transmisi
c. Sumber outbreak
d. Carrier
e. Populasi berisiko
RUANG LINGKUP
A. Identifikasi Outbreak
Outbreak adalah peningkatan kejadian kasus penyakit
yang lebih banyak daripada ekspektasi normal di di
suatu area atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang
potensi outbreak biasanya datang dari sumber-sumber
masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga
pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi
informasi tentang potensi outbreak bisa juga berasal dari
petugaskesehatan, hasil analisis data surveilans, laporan
kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau
media lokal (suratkabar dan televisi).
Kasus mungkin (probable case, Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit,
presumptive case) terdapat bukti epidemiologis, terdapat
bukti laboratorium yang mengarah
tetapi belum pasti, yang menunjukkan
tengah atau telah terjadi infeksi (misalnya
bukti dari sebuah tes serologis
tunggal)
Kasus pasti (confirmed Terdapat bukti pasti laboratorium (serologis
case, definite case) biokimia, bakteriologis, virologis,
parasitologis) bahwa tengah atau telah
terjadi infeksi, dengan atau tanpa kehadiran
tanda, gejala klinis, atau bukti
epidemiologis
Penemuan Kasus
Kasus pertama yang dilaporkan (kasus indeks) belum
tentu sama dengan kasus primer, yaitu kasus pertama
dalam komunitas. Kasus pertama yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan biasanya hanya merupakan
sebagian kecil dari seluruh jumlah kasus yang ada
(“tip of the iceberg”, puncak gunung es). Karena itu,
setelah mendefinisikan kasus, langkah investigasi selanjutnya
adalah mencari kasus (case finding).
Tujuan penemuan kasus:
d. Mengidentifikasi sumber-sumberinfeksi
C.
Investiga
si Kasus
Wawanc
ara
denganK
asus
Tujuan wawancara dengan kasus dan nara sumber terkait
kasus adalah untuk menemukan kausa outbreak. Dengan
menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti
mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan
wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh informasi
berikut:
a. Identitasdiri (nama, alamat, nomer telepon jika ada)
d. Faktor-faktor risiko
c. Mengeliminasi kerentanan
Sedang eliminasi
sumber patogen
mencakup: a.
Eliminasi atau inaktivasi
patogen
b. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)
c. Desain studi
d. Subjek
e. Variabel-variabel
D. Mengkomunikasikan Temuan
Temuan dan kesimpulan investigasi outbreak
dikomunikasikan kepada berbagai pihak pemangku
kepentingan kesehatan masyarakat. Dengan tingkat rincian
yang bervariasi, pihak- pihak yang perlu diberitahu
tentang hasil penyelidikan outbreak mencakup pejabat
kesehatan masyarakat setempat, Direktur pembuat
kebijakan dan pengambil keputusan kesehatan,
petugasfasilitas pelayanan kesehatan, pemberi informasi
peningkatan kasus, keluarga kasus, tokoh masyarakat, dan
media. Penyajian hasil investigasi dilakukan secara
lisan maupun tertulis (laporan awal dan laporan
akhir). Pejabat dinas kesehatan yang berwewenang hendaknya
hadir pada penyajian hasil investigasi outbreak.
Temuan-temuan disampaikan dengan bahasa yang jelas,
objektif dan ilmiah, dengan kesimpulan dan rekomendasi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
1. Lembar Surveilans
2. Data Outbreak
PENGNDALIAN KLB
No. Dokumen :
TanggalTerbit :
Halaman : 1/4
PUSKESMAS ..................................
ABCD NIP. ................
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS
Jl.
Email: .....................................
ANALISIS
MASALAH RENCANA PELAKSANAAN EVALUASI
MASALAH
XXXXXXXXXX XXXXXXXXXX
NIP : ...................... NIP : ................