Anda di halaman 1dari 66

TB DAN HIV

H. SAPRUDIN, AMK
&
CEPI KUNNAEFI S,Amd.kep

DINAS KESEHATAN KAB. GARUT


UPT PUSKESMAS TAROGONG
Jl. Raya Suherman No. 3 Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut Kode Pos 44151
BEBAN PERMASALAHAN TB DI
INDONESIA
1. Diperkirakan ada kasus baru TB sebanyak 1.260
orang per hari, atau 52 orang per jam.
2. Diperkirakan terjadi kematian akibat TB sebanyak
175 orang perhari atau 7 orang perjam
3. Diperkirakan terdapat 1.600.000 orang dengan TB
di Indonesia
4. Diperkirakan terdapat 5.700 orang yang TB
resistan obat dari 300.198 kasus baru TB Paru
yang terlaporkan
5. Ada 9.502 kasus TB diantara 17.699 orang
dengan HIV-AIDS
ROBERT
KOCH
“Postulat KOCH”
=
Diagnosis TB
HARUS
ditemukan
kumannya
PENULARAN
TB
Pulmonary Tuberculosis
Gejala Terduga (Suspek) TB Paru

• DEWASA: • Anak : tidak khas


• Batuk > 2 minggu • Demam lama
• Sakit dada • BB kurang
• BB Menurun
• Sesak dll • Lemah
• Rewel
• Batuk darah, dll
Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Bakteriologis
1. Pemeriksaan mikroskopis langsung dahak
 2x dahak : Sewaktu-Pagi (SP) atau SS
2. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) / Gen-
XPert
3. Pemeriksaan Kultur / Biakan
- Foto
Rontgen
MENGENALI DAN MENEMUKAN
SUSPEK TB
TUJUAN :
1. Mampu mengenali tanda dan gejala TB
2. Mampu menjelaskan perbedaanantara batuk biasa dan
batuk yang disebabkan oleh TB
3. Mampu menyebutkan tempat yang memiliki resiko
tinggi penularan TB
4. Mampu mempraktekkan bagaimana mendampingi
suspek TB
PERAN KADER DI DALAM
MENDAMPINGI SUSPEK TB

1. Sebagai motivator
2. Sebagai informan
3. Sebagai teman
Hambatan Dalam Melakukan
Pendampingan Suspek TB

1. Stigma tentang TB
2. Akses ( jarak ) tempat pelayanan
kesehatan
3. Gap atau kesenjangan dari orang
terdekat
Penjaringan Suspek

1. Stigma tentang TB
2. Akses ( jarak ) tempat pelayanan
kesehatan
3. Gap atau kesenjangan dari orang
terdekat
TUGAS KADER KESEHATAN
POSYANDU SEBAGAI KADER
PEDULI TB:
1. Mendeteksi secara aktif warga yang memiliki gejala
TB
2. Menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dahak ke
pelayanan Kesehatan
3. Mengantarkan pasien dengan gejala TB ke Puskesmas
4. Memonitor proses pengobatan pada pasien TB
5. Mendorong pasien TB untuk melakukan kontrol dan
pemerik-saan dahak secara teratur
TUGAS KADER KESEHATAN
POSYANDU SEBAGAI KADER
PEDULI TB:
6. Mendorong anggota keluarga/ yang kontak langsung
denganpasien TB untuk melakukan pemeriksaan dahak
7. Memonitor kemajuan kesehatan pasien TB
8. Memonitor efek samping pengobatan TB
9. Mendorong terbentuknya kelompok swabantu TB
10.  Sebagai fasilitator pada kelompok swabantu TB
Cara Penyembuhan
TB
1.Pengobatan TB harus tuntas minimal 6
bulan
2.Pengobatan TB tidak boleh putus
3.Tunjuklah PMO (Pengawas Menelan
Obat) ; Keluarga,Kader, Petugas Kesehatan
4.Hubungi Puskesmas terdekat untuk
mendapatkan pengobatan gratis
Akibat tidak minum
obat teratur
1.Pasien dapat menularkan TB ke banyak orang
lainnya teru-tama keluarga yang tinggal serumah
2.Penyakit TB akan sulit diobati karena kuman TB
kebal ter-hadap obat
3.Pengobatan menjadi lebih mahal dan lama
4.Pasien akan mengulang pengobatan TB
• Panduan Pelaksanaan
Program Kolaborasi TB-
HIV (Kemenkes 2015)

• Petunjuk Teknis Tata


Laksana Klinis Ko-Infeksi
TB-HIV (Kemenkes 2013)
“KLIK” VIDEO SEKILAS TENTANG HIV

https://youtu.be/mjJJolZ8ToA
Kolaborasi TB
HIV

• Pasien TB diperiksa status HIV-nya


• Pasien HIV diperiksa apakah TB
Faktor risiko HIV :

– Berganti-ganti / memiliki > satu pasangan seksual


– Pengguna Napza suntik (Penasun)
– Memiliki tindik berlebihan & tato
– Riwayat Infeksi Menular Seksual
– Bekerja risiko tinggi orang yg karena pekerjaannya sering pindah
tempat (supir/pelaut), migran, tuna wisma, pekerja bar/salon, PSK
– Riwayat transfusi darah & transplantasi organ
TUJUAN PENGENDALIAN HIV AIDS
3 ZERO 2030

Zero Zero Zero


New HIV AIDS Related Discrimination
Infection Death

SINERGISITAS SEMUA SEKTOR


Target Skrining Orang Berisiko HIV

1. Orang berisiko (SPM) = Bumil + Pasien TBC + Pasien IMS +


Poci (Populasi Kunci) + WBP (warga binaan
pemasyarakatan)

2. Partner Notifikasi = Pasangan


ODHA (60%)
PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
DENGAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
HIV AIDS
Per Undang-Undangan (1)
• Permenkes No 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan
Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimum
Bidang Kesehatan

• Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 75 Tahun 2014, tentang


Puskesmas.

• Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 45 Tahun 2014, tentang


Penyelenggaraan surveilens

• Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 87 Tahun 2014, tentang


Pedoman Pengobatan ARV
Per Undang-Undangan (2)
• Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 74 Tahun 2014, tentang
Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV

• Peraturan Menteri Kesehatan Repunlik Indonesia Nomor 21 Tahun


2013, tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2012 Tentang Rahasia Kedokteran

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun


2012 Tentang Penyelenggaraan laboratorium Puskesmas

• Kesepakatan Bersama 5 Menteri, Tahun 2013, tentang Peningkatan


Pengetahuan Komprehensif HIV AIDS pada penduduk usia 15
sampai dengan 24 tahun.
Per Undang-Undangan (3)

• Surat Edaran Menkes No 129 tahun 2013 tentang Pelaksanaan


Pengendalian HIV AIDS dan Infeksi Menular seksual (IMS)

• Surat Edaran Menkes nomor GK/Menkes/001/I/2013, tentang


Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak

• Surat Edaran Dirjen PPPL No HK.02.03/D/III.2.823/2013 tentang


Alokasi Biaya Logistik Program Pengendalian HIV AIDS dan IMS.

• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
Surat Edaran Nomor HK.02.02/1564/2018
Tentang Penatalaksanaan Orang dengan HIV AIDS (ODHA)
Untuk Eliminasi HIV AIDS (ODHA) Tahun 2030

  Antara lain:
Pengobatan Anti Retroviral (ARV) segera diberikan pada setiap orang yang telah
didiagnosis terinfeksi HIV dengan ketentuan:
a. Pengobatan ARV diberikan kepada semua orang yang
telah didiagnosis terinfeksi HIV dengan memberikan
informasi tentang manfaat obat ARV dan manfaat bagi
ODHA jika memulai pengobatan ARV dengan segera
b.Obat ARV dapat diberikan pada hari yang sama saat
diagnosis HIV ditegakkan pada ODHA yang siap dan jika
tidak ada kontraindikasi klinis (yaitu tidak ada gejala TBC,
gejala infeksi oportunustik laian dan CD4<100 pada kasus
kriptokokus meningitis.
 
PERAN KADER DALAM HIV DI MASYARAKAT

  MENYAMPAIKAN INFORMASI TENTANG HIV


Strategi Jalur Cepat TOP

S-T O P
Suluh: 90% masyarakat paham HIV
Temukan: 90% ODHA tahu statusnya
Obati: 90% ODHA mendapat terapi ARV
Pertahankan: 90% ODHA yang
ART tidak terdeteksi virusnya
Suluh (1)
Perubahan Cara Pandang HIV-AIDS
Percepatan akan terjadi jika Stigma dan Diskriminasi telah menurun
Mengubah cara pandang:
• HIV = penyakit mematikan 🡪 penyakit kronis yg bisa dikelola
• HIV = tidak bisa disembuhkan 🡪 sudah ada obatnya

Pesan Kunci:
"HIV sudah ada obatnya”
Suluh (2)
Pencegahan Penularan
 Edukasi kesehatan reproduksi remaja
 Perilaku Hidup Sehat bagi masyarakat
 Pendidikan Kespro yang tepat di dalam Kurikulum pendidikan

Kampanye Promosi ARV


• Banyak mispersepsi tentang ARV
• Kurangnya informasi dan promosi tentang ARV
• Media KIE offline dan online untuk promosi ARV
Suluh (3)
Peningkatan Peran Kader Kesehatan
 Lebih dari 70% ODHA bukan dari populasi kunci
 Partisipasi masyarakat adalah kunci dari penurunan stigma dan diskriminasi
serta dukungan terhadap ODHA
 Peningkatan partisipasi dimulai dengan peningkatan pemahaman tentang
HIV-AIDS
 Promosi kesehatan memegang peranan penting untuk pemberdayaan
masyarakat
Temukan (1)
 Penjangkauan populasi kunci yang inovatif; internet-based outreach
 Investigasi Kontak; pemberitahuan dan ajakan tes yang dibantu oleh
petugas kesehatan untuk pasangan/kontak dari pasien dengan HIV
 Community-based screening/Self testing; tes dengan menggunakan
sediaan air liur, baik yang dibantu oleh penjangkau maupun mandiri
Temukan (2)
• Tes untuk Triase; bidan dapat melakukan R1 (triase
tes HIV), yang positif dirujuk ke layanan diagnostik
• Akses Tes Early Infant Diagnosis (EID); memperluas
akses tes untuk bayi dari ibu dengan HIV
• Tes pada kelompok rentan / khusus;
- Pekerja tambang, perkebunan, konstruksi
- Buruh migran
- Anak/remaja jalanan, komunitas lain
- Pasien TB
- Pasien IMS
Obati
 Treat all; ARV untuk semua orang dengan
HIV, tanpa memandang CD4
 Simplifikasi memulai ART; pemeriksaan lab
dilakukan setelah memulai ART*
 Menurunkan harga ARV; dengan target on
ART yang tinggi, harga ARV harus terjangkau
 Perluasan layanan satelit dan inisiasi ART;
di KK jalur cepat TOP, semua PKM dan RS
pemerintah bisa memberikan ARV
Pertahankan
 Pendampingan ODHA berbasis keluarga dan masyarakat; pelibatan
keluarga ODHA dan Kader untuk pemantauan minum obat
 Sistem transportasi spesimen; memperluas akses pemeriksaan viral
load
 Inovasi reminder minum obat
1. MENGAJAK MASYARAKAT UNTUK
MELAKUKAN PEMERIKSAAN HIV AIDS
DAN PIMS SEDINI MUNGKIN
MELAKUKAN TES HIV dan PEMERIKSAAN PIMS SEDINI MUNGKIN

Mengapa perlu? Karena semua orang berisiko tertular HIV atau


PIMS jika pernah melakukan perilaku tidak
aman
Bagaimana caranya Kader - Berikan penjelasan tentang pencegahan,
mengajak masyarakat penularan HIV dan PIMS
untuk melakukan - Berikan contoh-contoh perilaku yang
pemeriksaan dini HIV dan berisiko tertular HIV dan PIMS
PIMS? - Berikan informasi tempat layanan tes HIV
dan pemeriksaan PIMS
- Bila perlu, dampingi mereka ke layanan
Jika hasilnya (+), Membantu ODHA/penderita PIMS untuk patuh
bagaimana peran Kader? saran dokter, misalnya rutin minum obat dll.
2. MELIBATKAN MASYARAKAT DALAM
PENCEGAHAN PENULARAN HIV AIDS DAN PIMS
MELIBATKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV AIDS
DAN PIMS
Mengapa perlu? - Semakin banyak masyarakat tahu informasi yang
benar tentang pencegahan penularan HIV AIDS dan
PIMS semakin banyak orang diharapkan melakukan
pencegahan.
- Turut serta membangun kesehatan masyarakat
sekitar wilayahnya
- Membangun generasi mendatang lebih sehat
Bagaimana - Berikan penjelasan tentang pencegahan, penularan
caranya Kader HIV dan PIMS
melibatkan - Ajak dalam kegiatan penyuluhan
masyarakat? - Berikan media KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) seperti leaflet, brosur, poster, video dll
sebagai media untuk sosialisasi
3. MENGAJAK MASYARAKAT MENJADI
KADER/KADERISASI
MENGAJAK MASYARAKAT MENJADI KADER

Mengapa perlu? - Agar semakin banyak masyarakat menjadi kader


kesehatan
- Meningkatkan kepedulian masyarakat kepada
kesehatan sekitarnya
Bagaimana - Melihat potensi orang-orang yang bisa diajak
caranya Kader? - Ajak dan libatkan dalam kegiatan penyuluhan
sebagai pengalaman
- Berikan media KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) seperti leaflet, brosur, poster, video dll
sebagai media untuk sosialisasi dan penyuluhan
- Perkenalkan dan daftarkan ke pemangku
kepentingan (RT/RW, Pengelola layanan – posyandu,
puskesmas dll)
4. MENGHAPUS STIGMA DAN DISKRIMINASI
DI MASYARAKAT
STIGMA
• Ciri negatif yang
menempel pada
pribadi seseorang
karena pengaruh
lingkungannya.
Stigma(Kesepakatan ahli psikologi
sosial)
 Labeling : yaitu pemberian cap pada seseorang
 Stereotyping : tindakan menyamaratakan seseorang dalam
satu kelompok setelah hanya mengenal satu atau beberapa
diantaranya

 Cognitive separation : yaitu anggapan bahwa


seseorang berbeda secara kognitif

 Emotional reaction : reaksi emosional


STIGMA 🡪 DISKRIMINASI
 Dari Mana Asalnya?
 Ketidak Tahuan
 Ketakutan (Infeksi Atau Kekuasaan)
 Norma Yang Berlaku – Hukum Positif
 Rendah Diri

 Tidak Mudah Dihapus Hanya Dengan Sekedar Info Atau Bukti Empiris
 Stigma Membuat Orang Enggan Mencari Pengetahuan/Bukti
Proses Stigmatisasi
 Stigma aktual (actual) atau stigma yang dialami (experienced)

 Stigma potensial atau yang dirasakan (felt)

 Stigma internal atau stigmatisasi diri


Tidak selalu bersifat tunggal
Contoh stigma Ganda:

WPS

Stigma
Ganda
Positif
HIV
Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma
terhadap Orang dengan HIV-AIDS:

 HIV-AIDS, penyakit mematikan


 HIV-AIDS, penyakit karena perbuatan
melanggar susila, kotor, tidak bertanggung
jawab
 Orang dengan HIV-AIDS, sengaja menularkan
penyakitnya
 Kurangnya pengetahuan yang benar tentang
cara penularan HIV
Stigma terhadap ODHA

Terhadap penyakitnya
 Isu tentang penyakit mematikan
 Ganas tidak ada obat
 Penuh penderitaan dan Mengerikan

Stigma terhadap perolehan penyakit


 Aktivitas seksual
 Narkoba suntik
 Homoseks
Stigma pada ODHA berdampak luas pada Penderita,
keluarga, teman , perawat atau dokter
BENTUK BENTUK
DISKRIMINASI

PELECEHAN
MENJAUHI

CUEK
PENOLAKAN

MENGABAIKAN ANTIPATI TDK PEDULI


MENGEJEK

Training of trainer
UNAIDS
 stigma dan diskriminasi terkait dengan
HIV sebagai ciri negatif yang diberikan
pada seseorang sehingga menyebabkan
tindakan yang tidak wajar dan tidak adil
terhadap orang tersebut berdasarkan
status HIV-nya
TEMPAT – TEMPAT MUNCULNYA
STIGMA DAN DISKRIMINASI

TEMPAT KERJA

LINGKUNGAN LAYANAN
SOSIAL KESEHATAN

STIGMA &
DISKRIMINASI
MEDIA SEKOLAH

SISTEM
PERADILAN ORGANISASI
&POLITIK KEAGAMAAN

Training of trainer
FAKTOR PENYEBAB
INTERNAL EKSTERNAL

1. Masalah
Psikologis 1. Kurangnya pengetahuan
2. Ketidak mampuan masyarakat tentang HIV
beradaptasi AIDS.
3. Tekanan jiwa 2. Kurangnya sosialisasi
4. Rasa malu tentang penanggulangan
5. Rasa ketakutan HIV AIDS yang di lakukan .
6. dll 3. Mitos yang berkembang di
masyarakat

Training of trainer
Pentingnya Intervensi
Penghapusan Stigma dan
Diskriminasi
Pengaruh stigma dan diskriminasi
terhadap HIV
 Memperlambat tes HIV

 Menyembunyikan status hasil tes reaktif

 Kurangnya mencari layanan HIV


KENAPA PEMERIKSAAN HIV
PENTING BAGI IBU HAMIL
Salah satu penularan HIV adalah dari ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat
menularkan kepada bayinya baik selama dalam kandungan, persalinan dan pada
saat menyusui.

Selain itu, ibu hamil yang terinfeksi Sifilis dan Hepatitis B dapat juga menularkan
kepada bayinya.

Infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang saat ini masih
menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Kemungkinan
penularan HIV dari ibu ke anak sebesar 20-45%, penularan Sifilis dari ibu ke anak
sebesar 69-80% dan penularan Hepatitis B pada ibu hamil ke anak sebesar 90%.
Untuk mencegah penularan maka diperlukan deteksi dini selama kehamilan akan
risiko penularan ketiga infeksi tersebut dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA) pada saat pelayanan antenatal terpadu, penanganan dini dan
imunisasi pada layanan kesehatan.
DATA IBU HAMIL YANG DI TEST
HIV DI SELURUH INDONESIA

Bumil Bumil Bumil


Periode Dites HIV Masuk Bumil
HIV Positif Perawatan Mulai
HIV dan ART
ART
TOTAL 5.533.721 15.386 6.712 5.485

2017 1.357.255 3.873 1.972 1.536

2018 1.805.993 5.074 2.366 1.818

2019 2.370.473 6.439 2.374 2.131

Jan – Mar 590.242 2.432 555 482


2020
TRIPLE ELIMINASI

Skrining HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil


yang dilaksanakan dalam paket layanan antenatal
terpadu dan didukung dengan upaya promotif dan
preventif pada pelayanan kesehatan ini dapat
mendukung Program Nasional Eliminasi Penularan
HIV, Sifilis dan Hepatitis B atau yang sering disebut
“Triple Eliminasi”.

GRATIS !!!
DI PUSKESMAS TERDEKAT
CUKUP BAWA KTP SEBAGAI IDENTITAS
KENAPA HARUS MEMBAWA KTP

Skrining HIV, Sifilis dan Hepatitis B merupakan


program nasional yang dibiayai oleh pemerintah.

Pelaporan pemeriksaan menggunakan aplikasi SIHA


secara online dimana pada bulan Oktober 2020
mewajibkan setiap pasien yang diperiksa HIV
mencantumkan nomor induk kependudukan (NIK)
Infeksi Oportunistik (IO) pada HIV

TB paru Dermatitis

seborrhoik
Keilitis
angularis

Oral hairy
leukoplakia

Kandidiasi
oral
prurigo Herpes
zoster

Persistent Generalized
Lymphadenopathy

Anda mungkin juga menyukai