H. SAPRUDIN, AMK
&
CEPI KUNNAEFI S,Amd.kep
- Pemeriksaan Bakteriologis
1. Pemeriksaan mikroskopis langsung dahak
2x dahak : Sewaktu-Pagi (SP) atau SS
2. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) / Gen-
XPert
3. Pemeriksaan Kultur / Biakan
- Foto
Rontgen
MENGENALI DAN MENEMUKAN
SUSPEK TB
TUJUAN :
1. Mampu mengenali tanda dan gejala TB
2. Mampu menjelaskan perbedaanantara batuk biasa dan
batuk yang disebabkan oleh TB
3. Mampu menyebutkan tempat yang memiliki resiko
tinggi penularan TB
4. Mampu mempraktekkan bagaimana mendampingi
suspek TB
PERAN KADER DI DALAM
MENDAMPINGI SUSPEK TB
1. Sebagai motivator
2. Sebagai informan
3. Sebagai teman
Hambatan Dalam Melakukan
Pendampingan Suspek TB
1. Stigma tentang TB
2. Akses ( jarak ) tempat pelayanan
kesehatan
3. Gap atau kesenjangan dari orang
terdekat
Penjaringan Suspek
1. Stigma tentang TB
2. Akses ( jarak ) tempat pelayanan
kesehatan
3. Gap atau kesenjangan dari orang
terdekat
TUGAS KADER KESEHATAN
POSYANDU SEBAGAI KADER
PEDULI TB:
1. Mendeteksi secara aktif warga yang memiliki gejala
TB
2. Menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dahak ke
pelayanan Kesehatan
3. Mengantarkan pasien dengan gejala TB ke Puskesmas
4. Memonitor proses pengobatan pada pasien TB
5. Mendorong pasien TB untuk melakukan kontrol dan
pemerik-saan dahak secara teratur
TUGAS KADER KESEHATAN
POSYANDU SEBAGAI KADER
PEDULI TB:
6. Mendorong anggota keluarga/ yang kontak langsung
denganpasien TB untuk melakukan pemeriksaan dahak
7. Memonitor kemajuan kesehatan pasien TB
8. Memonitor efek samping pengobatan TB
9. Mendorong terbentuknya kelompok swabantu TB
10. Sebagai fasilitator pada kelompok swabantu TB
Cara Penyembuhan
TB
1.Pengobatan TB harus tuntas minimal 6
bulan
2.Pengobatan TB tidak boleh putus
3.Tunjuklah PMO (Pengawas Menelan
Obat) ; Keluarga,Kader, Petugas Kesehatan
4.Hubungi Puskesmas terdekat untuk
mendapatkan pengobatan gratis
Akibat tidak minum
obat teratur
1.Pasien dapat menularkan TB ke banyak orang
lainnya teru-tama keluarga yang tinggal serumah
2.Penyakit TB akan sulit diobati karena kuman TB
kebal ter-hadap obat
3.Pengobatan menjadi lebih mahal dan lama
4.Pasien akan mengulang pengobatan TB
• Panduan Pelaksanaan
Program Kolaborasi TB-
HIV (Kemenkes 2015)
https://youtu.be/mjJJolZ8ToA
Kolaborasi TB
HIV
Antara lain:
Pengobatan Anti Retroviral (ARV) segera diberikan pada setiap orang yang telah
didiagnosis terinfeksi HIV dengan ketentuan:
a. Pengobatan ARV diberikan kepada semua orang yang
telah didiagnosis terinfeksi HIV dengan memberikan
informasi tentang manfaat obat ARV dan manfaat bagi
ODHA jika memulai pengobatan ARV dengan segera
b.Obat ARV dapat diberikan pada hari yang sama saat
diagnosis HIV ditegakkan pada ODHA yang siap dan jika
tidak ada kontraindikasi klinis (yaitu tidak ada gejala TBC,
gejala infeksi oportunustik laian dan CD4<100 pada kasus
kriptokokus meningitis.
PERAN KADER DALAM HIV DI MASYARAKAT
S-T O P
Suluh: 90% masyarakat paham HIV
Temukan: 90% ODHA tahu statusnya
Obati: 90% ODHA mendapat terapi ARV
Pertahankan: 90% ODHA yang
ART tidak terdeteksi virusnya
Suluh (1)
Perubahan Cara Pandang HIV-AIDS
Percepatan akan terjadi jika Stigma dan Diskriminasi telah menurun
Mengubah cara pandang:
• HIV = penyakit mematikan 🡪 penyakit kronis yg bisa dikelola
• HIV = tidak bisa disembuhkan 🡪 sudah ada obatnya
Pesan Kunci:
"HIV sudah ada obatnya”
Suluh (2)
Pencegahan Penularan
Edukasi kesehatan reproduksi remaja
Perilaku Hidup Sehat bagi masyarakat
Pendidikan Kespro yang tepat di dalam Kurikulum pendidikan
Tidak Mudah Dihapus Hanya Dengan Sekedar Info Atau Bukti Empiris
Stigma Membuat Orang Enggan Mencari Pengetahuan/Bukti
Proses Stigmatisasi
Stigma aktual (actual) atau stigma yang dialami (experienced)
WPS
Stigma
Ganda
Positif
HIV
Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma
terhadap Orang dengan HIV-AIDS:
Terhadap penyakitnya
Isu tentang penyakit mematikan
Ganas tidak ada obat
Penuh penderitaan dan Mengerikan
PELECEHAN
MENJAUHI
CUEK
PENOLAKAN
Training of trainer
UNAIDS
stigma dan diskriminasi terkait dengan
HIV sebagai ciri negatif yang diberikan
pada seseorang sehingga menyebabkan
tindakan yang tidak wajar dan tidak adil
terhadap orang tersebut berdasarkan
status HIV-nya
TEMPAT – TEMPAT MUNCULNYA
STIGMA DAN DISKRIMINASI
TEMPAT KERJA
LINGKUNGAN LAYANAN
SOSIAL KESEHATAN
STIGMA &
DISKRIMINASI
MEDIA SEKOLAH
SISTEM
PERADILAN ORGANISASI
&POLITIK KEAGAMAAN
Training of trainer
FAKTOR PENYEBAB
INTERNAL EKSTERNAL
1. Masalah
Psikologis 1. Kurangnya pengetahuan
2. Ketidak mampuan masyarakat tentang HIV
beradaptasi AIDS.
3. Tekanan jiwa 2. Kurangnya sosialisasi
4. Rasa malu tentang penanggulangan
5. Rasa ketakutan HIV AIDS yang di lakukan .
6. dll 3. Mitos yang berkembang di
masyarakat
Training of trainer
Pentingnya Intervensi
Penghapusan Stigma dan
Diskriminasi
Pengaruh stigma dan diskriminasi
terhadap HIV
Memperlambat tes HIV
Selain itu, ibu hamil yang terinfeksi Sifilis dan Hepatitis B dapat juga menularkan
kepada bayinya.
Infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B merupakan penyakit menular yang saat ini masih
menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Kemungkinan
penularan HIV dari ibu ke anak sebesar 20-45%, penularan Sifilis dari ibu ke anak
sebesar 69-80% dan penularan Hepatitis B pada ibu hamil ke anak sebesar 90%.
Untuk mencegah penularan maka diperlukan deteksi dini selama kehamilan akan
risiko penularan ketiga infeksi tersebut dalam pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA) pada saat pelayanan antenatal terpadu, penanganan dini dan
imunisasi pada layanan kesehatan.
DATA IBU HAMIL YANG DI TEST
HIV DI SELURUH INDONESIA
GRATIS !!!
DI PUSKESMAS TERDEKAT
CUKUP BAWA KTP SEBAGAI IDENTITAS
KENAPA HARUS MEMBAWA KTP
TB paru Dermatitis
seborrhoik
Keilitis
angularis
Oral hairy
leukoplakia
Kandidiasi
oral
prurigo Herpes
zoster
Persistent Generalized
Lymphadenopathy