Anda di halaman 1dari 116

dr.

Chrispian Oktafbipian Mamudi, SpPD-KP, FINASIM


Jakarta, Sept 6th 1975
e-mail: chrispian.oktafbipian@ukrida.ac.id

Education :
MD Medical School, Atma Jaya, Jakarta, Indonesia
Internal Med Medical School, Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
Pulmonology Consultant Collegiums of Internal Medicine, Indonesia

Occupation :
Staf of Respirology Division & Critical Care Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Kriten Krida Wacana,
Indonesia

Organization :
Indonesian Doctor’s Association, - Indonesia
Society of Internal Medicine Jakarta, - Indonesia
Society of Respirologi Indonesia (PERPARI)
Update Tatalaksana TB
(Perubahan Alur Diagnosis & pengobatan TBC SO & RO, TB Anak, Pemberian TPT untuk pencegahan TBC)

dr. Chrispian O. Mamudi, SpPD-KP, FINASIM

Lokakarya Pelibatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Dalam Program TBC di Jakarta Utara,
Senin, 12 September 2022
ISTC
• Standards for diagnosis→ Standard 1-6

• Standards for treatment→ Standard 7-13

• Standards for addressing HIV infection & other co-


morbid conditions→ Standard 14-17

• Standards for public health & prevention→


Standard 18-21
Standards for diagnosis
Standar 1
Standar 1 (new)
• Untuk memastikan
diagnosis dini→ harus
tahu faktor2 risiko TB
pada individu & grup &
melaksanakan evaluasi
klinis & tes diagnostik
yang tepat untuk orang
dgn gejala & temuan
yang konsisten dgn TB
Penemuan ps TB
• Tujuan→ mendapatkan ps TB→ penjaringan
terduga TB, pemeriksaan fisik & lab,
menentukan dx, klasifikasi penyakit serta tipe
ps TB, hingga pengobatan agar sembuh→
tidak menularkan pd org lain

• Butuh ps yg paham & sadar akan keluhan &


gejala TB, akses fasilitas kesehatan & adanya
tenaga kesehatan yg kompeten
Strategi penemuan
• Dilakukan secara intensif pada kelompok populasi terdampak TB & populasi rentan

• Didukung kegiatan promosi yg aktif→ diagnosis dini

• Penjaringan terduga TB→ di fasilitas kesehatan, didukung oleh promosi secara aktif

• Semua fasilitas kesehatan dilibatkan→ mempercepat penemuan & mengurangi


keterlambatan pengobatan

• Penemuan secara aktif:


– Kelompok khusus yg rentan/risiko tinggi TB→ HIV, DM & malnutrisi
– Berada di lingkungan risiko tinggi→ lapas, pengungsian, daerah kumuh, tempat kerja,
asrama & panti jompo
– Anak < 5 tahun→ kontak TB
– Kontak erat dgn ps TB & ps TB resistan obat

• Menjaring mereka yg memiliki gejala→ gejala utama batuk berdahak ≥ 2 minggu→ dahak
campur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, BB menurun,
malaise, keringat malam tanpa kegiatan fisik, demam meriang > 1 bulan→ periksa dahak
mikroskopis langsung
Standar 2
Standar 2 (sebelumnya 1)
• Setiap individu
termasuk anak, dengan
batuk berdahak selama
2-3 minggu lebih yang
tidak dapat dipastikan
penyebabnya/pada
CXR dicurigai TB maka
harus dievaluasi untuk
TB
Batuk yang Lama
Pikirkan TB: Batuk selama 2-3 minggu

• Sumber batuk bukan hanya TB, tapi lamanya batuk


menambahkan kemungkinan diagnosis TB

• Kriteria menduga TB di sebagian besar pedoman


nasional & internasional

• Semakin lama batuk semakin tinggi persentase BTA


positif

 Masih harus mempertimbangkan gejala lain, tidak


hanya batuk, dalam diagnosis TB
Presentasi Klinis: Pemeriksaan Fisik
• Mungkin normal kalau penyakit tidak parah

• Paru: rales, ronki; efusi pleura (suara nafas melemah


& perkusi pekak)

• Ekstra paru: adenopati, lesi kulit, nyeri tulang, kaku


kuduk, dsb

 Pemeriksaan fisik tidak spesifik, tapi berguna untuk


menemukan bagian tubuh yang sakit ekstra paru
Presentasi Klinis & Diagnosis TB
Elemen lainnya:
• Gejala/keparahan → dari tidak sama sekali sampai sangat berat

• Alur penyakit dapat lambat / cepat

• TB dapat menyerang organ / jaringan dimanapun

• Tanda / gejala bisa lokal / sistemik

• Pertimbangkan uji HIV dalam waktu evaluasi diagnosis

TB banyak rupanya


Standar 3
Standar 3 (sebelumnya 2)
• Semua pasien yang diduga TB paru,
(dewasa- remaja -anak , yang dapat
berdahak) →harus menjalani pem.
mikroskopis sputum sekurang-
kurangnya 2 kali/1 spesimen sputum
Xpert MTB/RIF - GeneXpert yang
diperiksa di lab dgn kualitas terjamin

• Ps dgn risiko resistensi obat, HIV, dgn


penyakit berat→ harus dilakukan
Genexpert sebagai tes inisial dx

• Serologik & IGRA tidak dianjurkan


untuk digunakan sebagai dx TB aktif
Pemeriksaan TCM atau
Gene Expert
Peran
• Menegakkan diagnosis
• Tidak dapat digunakan dalam hal mengevaluasi pengobatan

TCM
• Pada tahun 2010, WHO mendukung penggunaan pemeriksaan
Xpert MTB/RIF molecular test untuk mendiagnosis TB
• Berdasarkan PCR dengan mendeteksi DNA Mtb dan ada
tidaknya resistensi terhadap rifampisin dalam waktu 2 jam

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Casela M, Cerqueira SMA, Casela TDO, Pereira MA, Dos Santos SQ, Del Pozo FA, et al. Rapid Molecular Test for Tuberculosis:
Impact of Its Routine Use at a Referral Hospital. J Bras Pneumol. 2018; 44(2): 112–7.
Faraid FAS, Handayani I, Esa T. Profil of Rapid Molecular Test of Tuberculosis Using XpertMTB/RIF. Indonesian Journal of
Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2020; 26(2): 223-8.
Pemeriksaan dahak bakteriologis
• Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung→ penegakkan dx,
menilai keberhasilan obat & menetukan potensi penularan→
3 contoh uji dahak dalam 2 hari kunjungan yg berurutan
sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)→ minimal 1 dari pemeriksaan (+)

• Pemeriksaan biakan→ identifikasi M. tb→ menegakkan dx TB


pd ps tertentu→ TB ekstra paru, TB anak, TB dgn hasil BTA (-)

• Bila memungkinkan tes cepat


Pemeriksaan Dahak atau
Sputum
BTA (+)

• Jika salah satu atau kedua uji dahak menunjukkan hasil BTA (+)
• Ketika hasil BTA (+) pada pemeriksaan dahak pertama, dapat
didiagnosis sebagai pasien BTA (+)

BTA (-)

• Jika kedua uji dahak menunjukkan hasil BTA (-)


• Saat pemeriksaan mikroskopik hasilnya (-), penegakkan
didiagnosis dilakukan secara klinis berdasarkan pemeriksaan
klinis dam penunjang (setidaknya foto thoraks)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Lewinsohn DM, Leonard MK, Lobue PA, Cohn DL, Daley CL, Desmond E, et al. Official American Thoracic Society/ Infectious Disease
Society of America/ Centers for Disease Control and Prevention Clinical Practice Guidelines: Diagnosis of Tuberculosis in Adults and
Childrens. Infectious Disease of Society America. 2017;64(2):e1–e33
Pemeriksaan Foto Thoraks
• Salah satu metode terbaik untuk skrining TB
• Pemeriksaan foto thoraks juga termasuk kedalam tiga metode skirining
konvensional selain anamnesis dan PPD screening test atau Tes Mantoux.
• Sensitivitas dan spesifisitas dari anamnesis berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah ke TB masing- masing 77% dan 66%.
• Sensitivitas dan spesifisitas dari pemeriksaan foto thoraks masing- masing
86% dan 89%.
• Analisis sensitivitas dan spesifisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni:
status HIV, usia pasien, keparahan penyakit, background epidemiology,
teknik pewarnaan dan proses sputum, serta kualitas diagnostik.
• Foto thoraks juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik TB pulmoner dan
TB esktraparu pada anak serta dikombinasikan dengan anamnesis, bukti
adanya infeksi, dan pemeriksaan mikrobiologi.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
Al Ubaidi BA. The Radiological Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis (TB) in Primary Care. Journal of Family Medicine and
Disease Prevention. 2018; doi.org/10.23937/2469-5793/1510073
World Health Organization. Chest Radiography in Tuberculosis Detection. Swiss: World Health Organizatin; 2016.
Dx TB pada dewasa
• Ditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis→ mikroskopis langsung, biakan &
tes cepat

• Jika (-)→ klinis & penunjang (CXR) & ditetapkan oleh dokter yg terlatih TB

• Pada sarana terbatas penegakkan dx→ pemberian AB spektrum luas (non OAT &
non kuinolon) yg tdk memberikan perbaikan klinis

• Tidak dibenarkan mendx TB→ pemeriksaan serologis

• Tidak dibenarkan mendx TB→ hanya dari CXR→ tidak selalu menggambarkan
spesifik TB→ overdx/underdx

• Tidak dibenarkan mendx TB→ hanya dari uji tuberkulin


Diagnosis
Klasifikasi TB
Mikrobiologi Lokasi Riwayat Status HIV Resistensi obat
pengobatan TB

• Terkonfirmasi • TB paru • Kasus baru • HIV – positive • Mono-resisten


bakteriologis • TB ekstra- • Kasus kambuh • HIV – negative • Poli-resisten
paru • Gagal • HIV – tidak • RR-TB
• Terkonfirmasi pengobatan diketahui • MDR-TB
klinis • Loss to follow- • XDR-TB
up • Pre-XDR-TB
Ps TB berdasar hasil konfirmasi
pemeriksaan bakteriologis
• TB paru BTA (+)

• TB paru hasil biakan M. tb (+)

• TB paru hasil tes cepat M. tb (+)

• TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis

• TB anak terdiagnosis dgn bakteriologis


Standar 4
Standard 4
• Pada semua pasien (dewasa, remaja,
& anak) yg diduga menderitaTB ekstra
paru, spesimen dari bagian tubuh
yang sakit seharusnya diambil untuk
pemeriksaan mikrobiologis &
pemeriksaan histopatologi

• GeneXpert direkomendasikan sebagai


tes inisial mikrobiologis untuk
perkiraan TB meningitis karena
kebutuhan untuk dx cepat
Klasifikasi berdasar lokasi anatomi
• TB paru
– Terjadi pada parenkim paru
– Milier TB dianggap TB paru
– Ps TB paru sekaligus TB ekstra paru dianggap sebagai ps TB
paru

• TB ekstra paru
– Terjadi pada organ selain paru
– TB ekstra paru pada beberapa organ diklasifikasikan pada
organ dgn gambaran TB yg terberat
Dx TB ekstra paru
• Gejala & keluhan tergantung organ yg terkena

• Dx pasti→ pemeriksaan klinis, bakteriologis,


&/histopatologis dari organ yg terkena

• Dilakukan pemeriksaan bakteriologis→ TB


paru
Diagnosis Ekstra Paru
• Jmlh kuman M. tuberculosis yg
ditemukan pada lesi ekstra paru
hanya sedikit

• Pd pleuritis TB BTA (+) hanya 5 -10%,


pada meningitis TB lebih rendah lagi

• Biakan & pemeriksaan histopatologi


lebih penting (biopsi jarum pada kgb)
Extrapulmonary Tuberculosis
Standar 5
Standar 5

• Ps suspek TB paru dgn sputum (-) harus


diperiksa GeneXpert & kultur sputum

• Pd sputum (-) & GeneXpert (-)→ ps dgn klinis


TB, harus diberikan OAT inisial setelah
pengambilan spesimen pemeriksaan kultur
Ps TB terdx secara klinis
• TB paru BTA (-)→ CXR mendukung TB

• TB ekstra paru secara klinis maupun lab & histopatologis


tanpa konfirmasi bakteriologis

• TB anak terdiagnosis dgn sistem skoring

Jika ps di atas terdiagnosis secara bakteriologis maka harus


diklasifikasi ulang sebagai terkonfirmasi bakteriologis
Standar 6
Standar 6

• Diagnosis TB intratoraks (paru, pleura, KGB


hilus/mediastinum) pada anak konfirmasi
bakteriologis harus disegerakan dgn pemeriksaan
dahak ( dengan cara batuk, kumbah lambung /
induksi sputum ) untuk pemeriksaan mikroskopik,
GeneXpert &/ biakan
Alur penegakan Diagnosis TB
Terduga TBC

Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistan* MTB pos Rif sensitif** MTB Negatif
Indeterminate** invalid

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan paket
Pemeriksaan molekuler (LPA TCM***
standar uji kepekaan
lini dua / TCM XDR dll.) Pemeriksaan
fenotipik Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan radiologis / antibiotik
Pemeriksaan uji kepekaan pengobatan spektrum luas
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang Gambaran paru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB / tampak normal/
Resistan
Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
INH
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC Pengobatan TBC Pengobatan
TBC Lanjutkan
RO paduan RO paduan TBC SO dengan Bukan TBC
monoresistan OAT lini satu
jangka pendek individu OAT lini satu
INH

**Inisiasi *** Pengulangan hanya 1 kali.


* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari Hasil pengulangan yang menjadi
kriteria terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. pengobatan dengan
OAT lini satu acuan
Standar 7
Standar 8
Standar 9
Standar 10
Standar 13
Klasifikasi berdasar riwayat
pengobatan sebelumnya
• Ps baru TB→ belum pernah/pernah menelan OAT < 1 bulan (< 28 dosis)

• Ps yg pernah diobati TB→ pernah menelan OAT ≥ 1 bulan/ ≥ 28 dosis


– Kambuh→ pernah dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap, saat ini
didx TB dari bakteriologis/klinis
– Gagal→ pernah diobati & dinyatakan gagal pd pengobatan terakhir
– Putus berobat→ pernah diobati & dinyatakan lost to follow up
– Lain2→ pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tdk
diketahui
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) & fase lanjutan 4 atau 7 bulan

A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:


• Rifampisin
• INH
• Pirazinamid
• Streptomisin
• Etambutol

2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)


• Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan
etambutol 275 mg dan
• Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg

3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)


• Kanamisin
• Kuinolon
• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
• Derivat rifampisin dan INH
Doses of first-line antituberculosis
drugs in adults & children
Dosis OAT
• Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali

• INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X seminggu atau 300 mg/hari untuk
dewasa. lntermiten : 600 mg / kali

• Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg BB 2 X seminggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg

• Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X
seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali

• Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
Tatalaksana TB Sensitif Obat
2(RHZE)/4(RH)

Fase awal (2 bulan), setiap hari Fase lanjutan (4 bulan), setiap hari
Berat badan
(Kg) 4KDT: (RHZE) 2KDT: (RH)

(150mg + 75mg + 400mg + 275 mg) (150mg + 75mg)

30-39 2 2

40-54 3 3

55-70 4 4

>70 5 5
Tatalaksana TB Sensitif Obat

• Pasien yang masih sensitive R (dari TCM) akan mendapat obat Kategori 1 yaitu
2 ( R H Z E ) / 4 ( R H ) , kecuali:
• bila dari biakan atau LPA menunjukan resisten Isoniazid (INH) maka akan diobati
sebagaimana pasien monoresisten INH
• Sisipan tidak perlu diberikan: bila setelah 2 bulan BTA masih positif, periksa TCM
Bila Rif senstif , OAT dilanjutkan
Bila Rif resisten, OAT disesuaikan dgn rejimewn TB RO

https://www.who.int/news/item/16-04-2021-update-of-the-who-guidance-on-the-treatment-of-drug-susceptible-tuberculosis
LATAR BELAKANG PENGUNAAN DOSIS HARIAN

• Rekomendasi WHO dalam pengobatan TB menggunakan OAT dosis harian pd


tahun 2017. negara mana saja yang masih menggunakan dosis intermitten….
• Obat TB KDT yang tersedia saat ini pada fase lanjutan harus diminum 3 kali setiap
minggu,sehingga memperbesar resiko pasien terlupakan minum obat dan tidak
patuh dalam menyelesaikan pengobatannya.
• Kecenderungan penurunan angka keberhasian pengobatan TB sensitive pada
tahun 2018 sebesar 84%, 2019 sebesar 83% dan pada tahun 2020 sebesar 80%
• Penggunaan KDT dosis harian diharapkan dapat meningkatakan angka
kesembuhan.
2. PENGGUNAAN KDT DOSIS HARIAN

Panduan Pengobatan TBC di Indonesia


(Permenkes 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis)

• Pengobatan TB dengan paduan OAT Lini Pertama dapat diberikan dengan dosis harian maupun dosis
intermiten (diberikan 3 kali perminggu) dengan mengacu pada dosis terapi yang telah
direkomendasikan
• Tahap pengobatan TBC:
1. Tahap awal
2. Tahap lanjutan
• Bentuk Paket OAT:
1. OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT): kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet
2. OAT Kombipak: obat lepas yang yang dikemas dalam bentuk blister
PENGGUNAAN OAT DOSIS HARIAN

• Untuk fase Intensif (RHZE:150/75/400/275 mg), tablet diberikan selama 2 bulan. Tablet
RHZE mengandung obat: rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.

• Untuk fase Lanjutan (RH: 150/75 mg), tablet diberikan selama 4 bulan. Tablet RH
mengandung obat: rifampisin dan isoniazid.
Tatalaksana TB Sensitif Obat ‘terbaru’

“New evidence from a randomized controlled trial on a 4-month treatment regimen


containing a fluoroquinolone and high dose rifapentine has recently become available to
WHO. This will be the evidence that will be reviewed and considered by the GDG.”

Kita masih menunggu

https://www.who.int/news/item/16-04-2021-update-of-the-who-guidance-on-the-treatment-of-drug-susceptible-tuberculosis
Treatment of drug-susceptible
tuberculosis
1. The effectiveness of shortened fluoroquinolone-
containing regimens when compared to the standard 6-
month treatment regimen of 2HRZE/4HR in patients
with drug-susceptible pulmonary TB disease

Recommendation: In patients with drug-susceptible


pulmonary TB, 4-month fluoroquinolone containing
regimens should not be used & the 6-month rifampicin-
based regimen 2HRZE/4HR remains the recommended
regimen (Strong recommendation, moderate certainty
in the evidence).
2. The effectiveness of TB treatment using fixed-
dose combination tablets when compared to
separate drug formulations in patients with
drug-susceptible TB disease

Recommendation: The use of fixed-dose


combination (FDC) tablets is recommended over
separate drug formulations in treatment of
patients with drug-susceptible TB (Conditional
recommendation, low certainty in the evidence).
3. The effectiveness of intermittent dosing (thrice
weekly) of TB medications, both in the intensive phase
& in the continuation phase of treatment, when
compared to daily treatment

• Recommendation: In all patients with drug-


susceptible pulmonary TB, the use of thrice-weekly
dosing is not recommended in both the intensive &
continuation phases of therapy, & daily dosing
remains the recommended dosing frequency
(Conditional recommendation, very low certainty in
the evidence).
7. The empirical use of the WHO category II
regimen in patients who require retreatment for
TB

Recommendation : In patients who require TB


retreatment, the category II regimen should no
longer be prescribed & drug-susceptibility
testing should be conducted to inform the
choice of treatment regimen (Good practice
statement).
Update Tatalaksana TB RO

dr. Chrispian O. Mamudi, SpPD-KP, FINASIM


Klasifikasi berdasarkan hasil
pemeriksaan uji kepekaan obat
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja

• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) & Rifampisin
(R) secara bersamaan

• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) & Rifampisin (R) secara bersamaan dengan
atau tanpa OAT lini pertama yang lain

• Pre-extensive drug resistance (pre-XDR): TB MDR disertai resistansi terhadap salah salah satu obat golongan
fluorokuinolon atau salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin & amikasin)

• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon & minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin &
Amikasin)

• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan / tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) / metode fenotip (konvensional)
Standar 11
Terduga TB Resisten Obat

Apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:


• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan positif pada follow up pemeriksaan sputum selama
pengobatan lini pertama
• TB anak non-responder
• Pasien TB yang kontak dengan pasien DR-TB
• TB pasien dengan riwayat pengobatan
• Pasien TB kasus baru dengan koinfeksi HIV
Penegakkan diagnosis TB-RO
a. Penegakan diagnosis TB pada terduga TB dilakukan dengan pemeriksaan TCM. Pada kondisi dimana pemeriksaan TCM tidak
memungkinkan (misalnya alat TCM melampaui kapasitas pemeriksaan, alat TCM mengalami kerusakan, dll), penegakan
diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis

b. Jika terduga TB adalah kelompok terduga TB RO & terduga TB dengan HIV positif, harus tetap diupayakan untuk dilakukan
penegakan diagnosis TB dengan TCM TB, dengan cara melakukan rujukan ke layanan tes cepat molekuler terdekat,
diutamakan rujukan contoh uji

c. Jumlah contoh uji dahak yang diperlukan untuk pemeriksaan TCM sebanyak 2 (dua) dengan kualitas yang bagus. Satu
contoh uji untuk diperiksa TCM, satu contoh uji untuk disimpan sementara & akan diperiksa jika diperlukan, misalnya pada
hasil indeterminate, error, invalid, no result hasil TB RR pada terduga TB kelompok risiko rendah contoh uji non-dahak yang
dapat diperiksa dengan TCM terdiri atas cairan serebrospinal (cerebro spinal fluid/CSF), jaringan biopsi, bilasan lambung
(gastric lavage), & aspirasi cairan lambung (gastric aspirate)

d. Pasien dengan hasil M.TB Resistan Rifampisin dari kelompok risiko rendah TB RO harus dilakukan pemeriksaan ulang TCM
menggunakan spesimen dahak baru dengan kualitas yang lebih baik. Jika terdapat perbedaan hasil pertama & kedua, maka
hasil pemeriksaan TCM terakhir yang memberikan hasil M.TB positif menjadi acuan tindakan selanjutnya. Jika hasil
pemeriksaan kedua adalah M.TB negatif, invalid, no result, / error, maka terapi diserahkan kepada pertimbangan klinis

e. Jika hasil TCM indeterminate, lakukan pemeriksaan TCM ulang. Jika hasil tetap sama, berikan pengobatan TB Lini 1, lakukan
biakan & uji kepekaan

f. Pengobatan TB RO dengan paduan standar jangka pendek segera diberikan kepada semua pasien TB RR, tanpa menunggu
hasil pemeriksaan uji kepekaan OAT lini 1 & lini 2 keluar. Jika hasil resistansi menunjukkan MDR, lanjutkan pengobatan TB
RO. Bila ada tambahan resistansi terhadap OAT lainnya, pengobatan harus disesuaikan dengan hasil uji kepekaan OAT

g. Pemeriksaan uji kepekaan menggunakan metode LPA (line probe assay) Lini-2 / dengan metode konvensional

h. Pasien dengan hasil TCM M.TB negatif, lakukan pemeriksaan foto toraks. Jika gambaran foto toraks mendukung TB & atas
pertimbangan dokter, pasien dapat didiagnosis sebagai pasien TB terkonfirmasi klinis. Jika gambaran foto toraks tidak
mendukung TB kemungkinan bukan TB, dicari kemungkinan penyebab lain
pasien tidak pindah ke paduan standar
jangka pendek apabila telah
mendapatkan pengobatan dengan
paduan individual > 1 bulan
Pengobatan dengan paduan jangka pendek
Catatan:
1. Durasi total pengobatan adalah 9–11 bulan, durasi tahap
awal adalah 4–6 bulan dan tahap lanjutan 5 bulan

2. Intoleransi Z tidak boleh mendapatkan paduan jangka


pendek

3. Intoleransi / resistansi terhadap E, paduan jangka pendek


diberikan tanpa Etambutol

4. Capreomisin dapat menggantikan kanamisin apabila


muncul efek samping di dalam masa pengobatan.
Mengingat ketersediaan capreomisin yang terbatas, maka
penggunaannya harus berkordinasi dengan tim logistik
MTPTRO
Dosis OAT pada paduan standar jangka pendek

• Kanamisin diberikan maksimum 0,75 g


untuk pasien usia >59 tahun. Jika kanamisin
tidak dapat diberikan, maka dapat diganti
dengan kapreomisin dengan dosis yang
sama

• Khusus untuk INH, pasien dengan BB 33-40


kg diberikan 450 mg; >40 kg diberikan 600
mg

• Karena ketersediaan obat Clofazimin saat


ini, untuk pasien dengan berat badan <33
kg, Clofazimin 100mg diberikan dua hari
sekali
Cara pemberian obat:
1. Pasien akan mendapatkan pengobatan paduan jangka pendek selama
minimal 9 bulan, terdiri dari 4 bulan fase awal & 5 bulan fase lanjutan

2. Pada tahap awal, obat oral & injeksi diberikan setiap hari (7 hari, Senin s.d
Minggu) selama 4 bulan & pada tahap lanjutan, obat oral diberikan setiap
hari (7 hari, Senin s.d Minggu)

3. Satuan bulan yang dimaksud adalah bulan sesuai kalender (30 hari)

4. Pada keadaan dimana tidak terjadi konversi BTA pada bulan ke-4, tahap
awal diperpanjang menjadi 6 bulan sehingga durasi total pengobatan
menjadi 11 bulan (6 bulan tahap awal & 5 bulan tahap lanjutan). Pada
bulan ke-5 dan ke-6, obat injeksi diberikan 3x seminggu (intermiten) &
obat oral tetap diberikan setiap hari (7 hari, Senin s.d Minggu).
Paduan Jangka
Pendek Tanpa
Injeksi

Durasi tahap
Konversi BTA ≤4 bulan
awal = 4 bulan
Durasi tahap lanjutan
= 5 bulan Pada paduan jangka pendek, BDQ
Pengobatan
jangka pendek tetap diberikan selama 6 bulan
Belum konversi Teruskan tahap
tanpa memperhatikan durasi tahap
pada bulan ke-4 awal s/d 6 bulan
awal (4-6 bulan).
• Durasi total pengobatan jangka
Tidak terjadi konversi Terjadi konversi BTA pada pendek adalah 9–11 bulan.
s/d bulan ke-6 bulan ke-5 atau ke-6
• Tidak dianjurkan untuk mengubah
Pasien dinyatakan gagal Lanjutkan pengobatan ke
komposisi obat, kecuali
pengobatan jangka pendek tahap lanjutan selama 5
bulan
Levofloksasin diganti dengan
Moksifloksasin.
Pasien dirujuk untuk mendapatkan
paduan invidual

Regimen oral TB-RO 67


Rejimen jangka pendek ( semua oral)
6 BDQ - Lfx - Cfz – Hdosis tinggi -Z - E / 5 Lfx-Cfz-Z-E

Fase intensif Fase lanjutan

Fase intensif Fase lanjutan


(setiap hari selama 6 bulan) (setiap hari selama 5 bulan)

1. Bedaquiline (Bdq) 1. Levofloxacin (Lfx)


2. Levofloxacin (Lfx) 2. Clofazimin (Cfz)
3. Clofazimin (Cfz) 3. Pirazinamid (Z)
4. INH (dosis tinggi) 4. Etambutol (E)
5. Pirazinamid (Z)
6. Etambutol (E)
7. Etionamid
Pengobatan dengan paduan individual (jangka panjang)

Paduan individual diberikan untuk pasien:

a. TB pre-XDR

b. TB XDR

c. MDR dengan intoleransi terhadap salah satu atau lebih obat lini kedua
yang digunakan pada paduan jangka pendek

d. Gagal pengobatan jangka pendek

e. Kembali setelah putus berobat

f. TB MDR kambuh
Rekomendasi untuk paduan individual untuk TB-MDR
1) Pengobatan dimulai dengan setidaknya lima obat TB yang diperkirakan efektif & setidaknya terdapat tiga obat untuk sisa perawatan setelah bedaquiline
dihentikan

2) Paduan pengobatan terdiri dari tiga obat dalam Grup A & dua obat dari Grup B. Misal : 6 Bdq – Lfx – Lnz – Cfz-Cs // 14 Lfx – Lnz – Cfz-Cs

3) Jika paduan tidak dapat dibentuk dengan obat dari Grup A & B saja, obat dari Grup C ditambahkan untuk melengkapi paduan pengobatan. Misal : 6 Bdq – Lfx –
Cfz – Cs - E // 14 Lfx – Cfz – Cs - E

4) Kanamycin & capreomycin tidak dimasukkan dalam paduan pengobatan Pasien MDR / RR-TB yang memakai ITR

5) Levofloxacin / moxifloxacin harus dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB pada paduan pengobatan jangka panjang (rekomendasi kuat)

6) Bedaquiline harus dimasukkan dalam paduan pengobatan TB-MDR jangka panjang untuk pasien berusia 18 tahun / lebih (rekomendasi kuat)

7) Bedaquiline juga dapat dimasukkan dalam paduan pengobatan TB-MDR jangka panjang untuk pasien berusia 6-17 tahun

8) Linezolid harus dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB pada paduan pengobatan TB-MDR jangka panjang (rekomendasi kuat)

9) Clofazimine & cycloserine dapat dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB yang menggunakan paduan TB RO jangka panjang

10) Etambutol dapat dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB dengan paduan TB RO jangka Panjang

11) Delamanid dapat dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB berusia 3 tahun / lebih dengan rejimen yang lebih lama

12) Pyrazinamide dapat dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB dengan rejimen yang lebih lama

13) Amikacin dapat dimasukkan dalam pengobatan pasien MDR / RR-TB berusia 18 tahun / lebih dengan paduan pengobatan jangka panjang jika terbukti masih
susceptible/sensitif & terdapat SPO yang memadai untuk monitoring ESO

14) Jika amikasin tidak tersedia, streptomisin dapat menggantikan amikasin dalam kondisi yang sama

15) Ethionamide / prothionamide hanya dapat dimasukkan dalam pengobatan pasien TB-MDR / RR yang memakai paduan pengobatan TB-MDR jangka Panjang jika
bedaquiline, linezolid, clofazimine / delamanid tidak digunakan atau jika tidak ada pilihan untuk membuat rejimen yang lebih baik
Durasi Pengobatan
Rejimen jangka Panjang (semua oral)
Prinsip: mulai dengan 5 obat untuk fase awal diteruskan 3 atau 4 obat fase lanjutan
Contoh: 6 Lfx - Bdq- Lzd - Cfz - Z / 12 Lfx – Cs – Cfz

Fase intensif Fase lanjutan

Fase intensif Fase lanjutan


( mulai dengan 5 obat, setiap hari selama 6 (setiap hari selama 12 bulan)
bulan)
1. Levofloxacin (Lfx) 1. Levofloxacin (Lfx)
2. Bedaquiline (Bdq) 2. Cycloserine (Cs)
3. Linezolid (Lzd) 3. Clofazimin (Cfz)
4. Clofazimin (Cfz)
5. Pirazinamid (Z)
Beberapa Contoh Paduan TB RO Jangka Panjang pada Kondisi Tertentu

Catatan:Contoh paduan yang diberikan pada tabel berikut belum mencakup semua opsi.

Regimen oral TB-RO 74


Durasi Pengobatan Jangka Panjang
• Durasi total pemberian paduan pengobatan TB RO jangka
panjang minimal ialah 18 bulan / setelah 16 bulan sejak
terjadinya konversi kultur dahak

• Durasi total paling lama ialah 24 bulan, yaitu bila pasien


mengalami konversi pada bulan ke-8 pengobatan

Waktu konversi (Bulan ke-) Durasi total pengobatan

1 N/A 18 bulan
2 2 + 16 bulan 18 bulan
3–7 N + 16 bulan 19 – 23 bulan
8 8 + 16 bulan 24 bulan

Regimen oral TB-RO 75


Standar 12
Pemberian paduan individual berdasarkan kelompok pasien

TB MDR maupun TB pre-/XDR

• Paduan pengobatan jangka panjang akan lebih efektif bila disusun berdasarkan
hasil uji kepekaan obat

• Untuk obat-obat yang belum dapat dilakukan uji kepekaan (seperti Bdq, Lzd, Cfz)
keputusan pemberian obat dapat didasarkan pada riwayat pengobatan pasien &
data surveilans
TB RR
• Pasien TB RR tanpa resistansi INH dapat
dioabati dengan paduan jangka panjang atau
paduan jangka pendek

• Meskipun INH dosis tinggi tidak lagi masuk


dalam kelompok obat TB RO yang
direkomendasikan, INH masih dapat diberikan
bila terbukti sensitif
TB RO pada anak
• Bdq direkomendasikan untuk anak >6 tahun, sementara Dlm untuk anak >3 tahun

• Dosis Dlm untuk anak 3-5 tahun ialah 25 mg, sehingga diperlukan pembelahan tablet

• Pemberian Dlm yang dibelah ataupun digerus dapat menyebabkan perubahan bioavailabilitas
obat & dosis yang tidak sesuai

• Pemberian obat injeksi dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang berdampak pada
kemampuan bicara & belajar

• Audiometri rutin perlu dilakukan pada anak yang mendapatkan obat injeksi

• Hasil studi menunjukkan pemberian INH dosis tinggi berhubungan dengan keberhasilan
pengobatan pada anak dengan TB MDR
TB RO ekstra paru dan meningitis
• Paduan pengobatan jangka panjang dapat diberikan pada pasien TB RO ekstra paru & TB RO meningitis,
dimana penyesuaian dosis mungkin diperlukan bergantung lokasi penyakit

• Pengobatan TB RO meningitis terbaik ialah sesuai dengan hasil uji kepekaan & kemampuan obat
menembus blood-brain barrier (BBB)

• Obat yang dapat berpenetrasi baik ke system saraf pusat ialah Levofloxacin, Moxifloxacin,
Etionamide/Protionamide, Sikloserin/Terizidone, Linezolid & Imipenem-Silastatin

• INH dosis tinggi & Pirazinamid juga dapat mencapai kadar terapeutik dalam cairan serebrospinal & dapat
digunakan bila masih sensitive

• PAS & Etambutol tidak dapat menembus BB & tidak dihitung sebagai obat meningitis untuk TB meningitis

• Amikasin & Streptomisin hanya dapat masuk ke otak bila terdapat peradangan meningeal

• Data terkait kemampuan penetrasi Bdq, Dlm, & Clofazimine ke otak masih terbatas
TB RO dengan kehamilan
• Obat yang dikontraindikasikan pada kehamilan ialah
Amikasin, Streptomisin, serta Eto/Pto

• Data keamanan Bdq & Dlm pada kehamilan &


menyusui masih terbatas

• Pada kehamilan direkomendasikan untuk menyusun


paduan pengobatan individual dengan obat yang
sudah diketahui data keamanannya
TB RO dengan HIV
• Interaksi obat yang perlu dihindari pada
pasien HIV ialah Bdq & Efavirenz
Update Tatalaksana TB Anak

dr. Chrispian O. Mamudi, SpPD-KP, FINASIM


Penegakan Diagnosis
4 dasar penegakan diagnosis TB Anak:

1. Konfirmasi bakteriologis TB

2. Gejala klinis yg khas TB

3. Adanya bukti infeksi TB (uji tuberkulin/IGRA (+) atau kontak


erat pasien TB menular)

4. Gambaran foto toraks sugestif TB


Diagnosis TB pada anak dengan sistem skoring

Catatan:
1) Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1
bulan
2) Demam (≥2 minggu) dan batuk (≥2 minggu) yang tidak membaik setelah
diberikan pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas
3) Gambaran foto toraks mengarah ke TB berupa: pembesaran kelenjar hilus
atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi
segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat, tuberculoma
4) Semua bayi dengan reaksi cepat (<2 minggu) saat imunisasi BCG harus
dievaluasi dengan sistem skoring TB anak

Kesimpulan dari hasil skoring :


1) Jika skor total ≥6 anak didiagnosis dengan TB anak klinis dan segera obati
dengan OAT
2) Jika skor total = 6, uji Tuberkulin positif atau ada kontak erat,dengan gejala
lainnya anak didiagnosis dengan TB anak klinis dan segera obati dengan
OAT
3) Jika skor total = 6, uji Tuberkulin positif atau ada kontak erat, tanpa adanya
gejala lainnya anak didiagnosis dengan infeksi laten TB, berikan pengobatan
pencegahan TB
4) Jika skor total 6, dan uji Tuberkulin negatif atau tidak ada kontak erat,
observasi gejala selama 2-4 minggu, bila menetap evaluasi kembali
kemungkinan diagnosis TB dan rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi

Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dengan gejala klinis yang
meragukan, maka pasien tersebut dirujuk ke RS untuk evaluasi lebih
lanjut
Alur Diagnosis TB anak

Keterangan:
*) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum
**) Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak merespon baik dengan pengobatan adekuat,
evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya
OAT yang dipakai & dosisnya
Paduan OAT pada anak
• Foto toraks tidak rutin dilakukan karena perbaikan radiologis
ditemukan dalam jangka waktu yang lama, kecuali pada TB milier
setelah pengobatan 1 bulan & efusi pleura setelah pengobatan 2 –
4 minggu

• Kortikosteroid dapat digunakan untuk TB dengan komplikasi seperti


meningitis TB, sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar, & perikarditis TB.
Steroid dapat pula diberikan pada TB milier dengan gangguan napas
yang berat, efusi pleura & TB abdomen dengan asites. Obat yang sering
digunakan adalah prednison dengan dosis 2 mg/kg/ hari, sampai 4
mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dengan dosis maksimal 60 mg/hari
selama 4 minggu, kemudian tappering off bertahap 12 minggu sebelum
dilepas

• Isoniazid dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik, terutama


pada anak dengan malnutrisi berat & anak dengan HIV yang
mendapatkan ARV. Suplementasi piridoksin (5-10 mg/hari)
direkomendasikan pada bayi yang mendapat ASI ekslusif, HIV positif /
malnutrisi berat.
Pencegahan TB
1. Vaksinasi Bacillus Calmette et Guerin (BCG)

2. Pengobatan pencegahan dengan INH


Profilaksis primer
• Diberikan pada balita sehat yang memiliki kontak dengan pasien TB
dewasa dengan BTA sputum positif (+), namun pada evaluasi
dengan tidak didapatkan Indikasi gejala & tanda klinis TB

• Obat yang diberikan adalah INH dengan dosis 10 mg/kgBB/hari


selama 6 bulan, dengan pemantauan & evaluasi minimal satu kali
per bulan

• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu


diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai &
anak belum atau tidak terinfeksi (uji tuberkulin negatif)

• Pada anak dengan kontak erat TB yang imunokompromais seperti


pada HIV, keganasan, gizi buruk & lainnya, profilaksis INH tetap
diberikan meskipun usia di atas 5 tahun
Profilaksis sekunder
• Diberikan kepada anak-anak dengan bukti infeksi TB (uji tuberkulin / IGRA
positif) namun tidak terdapat gejala & tanda klinis TB

• Dosis dan lama pemberian INH sama dengan pencegahan primer

• Pengobatan pencegahan terhadap anak yang berkontak dengan kasus


indeks TB RO menggunakan ethambutol 15 – 25 mg/kgBB/hari &
levofloksasin 15 – 20 mg/KgBB/hari pada anak balita & anak
imunokompromis disegala usia yang kontak erat dengan pasien TB RO

• Obat diminum 1-2 jam sebelum makan

• Durasi pemberian selama 6 bulan


Pengobatan pencegahan dengan
3HP
• Selain pemberian INH selama 6 bulan, WHO 2018
juga merekomendasikan pemberian regimen lain,
yaitu INH-Rifampisin & INH-Rifapentin (3HP)

• Pemberian INH-Rifapentin lebih dipilih karena


pemberiannya yang lebih singkat yaitu diberikan
1x per minggu selama 12 minggu

• Studi menunjukkan kepatuhan pasien lebih baik


pada regimen 3HP sehingga angka keberhasilan
menyelesaikan terapi pencegahan lebih tinggi
Update Tatalaksana TB Laten

dr. Chrispian O. Mamudi, SpPD-KP, FINASIM


IGRAs vs TEST TUBERKULIN
IGRAs
• Pasien hanya perlu sekali datang
• Hasil didapatkan 24-48 jam
• Pada pasien yang sudah di BCG tak terjadi positif palsu
• Mahal membutuhkan darah, infrastuktur lab khusus → pelatihan
staf yang adekuat

TST
• Pasien harus datang 2 kali
• Hasil didapatkan 48-72 jam
• Pada pasien anak yang sudah di BCG terjadi positif palsu
• Murah , menggunakan injeksi pada kulit , infrastuktur lab tak
khusus → pelatihan staf yang adekuat
Flow Chart for Latent TB Infection (LTBI) in Primary Care

Patient with risk factors


for LTBI
Note: Evaluate patient for
TST (PPD) LTBI testing & treatment
regardless of BCG status
Negative Positive Rule out active TB disease
before treatment for LTBI is
started
No treatment; History/HIV risk,
Document status in physical exam,
medical record chest x-ray

Normal Abnormal

Refer to TB clinic Treatment of


for evaluation Positive active TB
of active TB by TB clinic

Candidate for Negative


LTBI Treatment
Tata laksana TB laten
• WHO merekomendasikan pengobatan TB
Laten di negara berpendapatan rendah atau
sedang atau sumber daya terbatas pada
anak usia dibawah 5 tahun yang kontak
dengan pasien TB dan pasien HIV
Beberapa pilihan pengobatan
1. Isoniazid selama 6 bulan

2. Isoniazid selama 9 bulan

3. Isoniazid & Rifapentine (RPT) sekali seminggu


selama 3 bulan

4. 3-4 bulan Isoniazid & Rifampisin

5. 3-4 bulan Rifampisin


PEM BERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
(TPT) DAN PEM ANTAUAN EFEK SAM PING SERTA
Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT)
PEM ANTAUAN KEPATUHAN

4.1 Pilihan Paduan TPT


• Pilihan Paduan TPT
Tujuan pemberian TPT adalah untuk mencegah terjadinya sakit
– Tujuan pemberian
TBC sehingga TPT adalah
dapat menurunkan bebanuntuk mencegah
TBC. Saat ini terdapat
beberapa pilihan paduan TPT yang direkomendasikan program
terjadinya sakit TBC sehingga dapat menurunkan
penanggulangan tuberkulosis nasional yaitu:
beban TBC Tabel 3. Pilihan Paduan TPT
No Sasaran Pilihan paduan TPT
3HP 3HR 6H
1 Kontak serumah usia < 2 tahun *)
2 Kontak serumah usia 2 – 4 tahun
3
4 ODHA usia < 2 tahun *)
)
5
6 Kelompok risiko lainnya
Keterangan:
Paduan TPT yang disediakan program TBC
Paduan TPT Interval Durasi Pemberian Sasaran
Pemberian
Isoniazid 100mg Setiap hari 6 Bulan Kontak TB SO
semua umur

FDC Isoniazid dan Setiap hari 3 Bulan Kontak TB SO


Rifampisin 50/75mg Umur < 2 tahun
(3HR)
Isoniazid dan Satu kali seminggu 3 Bulan Kontak TB SO
Rifapentine Lepasan Umur 2 – 14 tahun
300/150 mg (3HP)
FDC Isoniazid dan Satu kali seminggu 3 Bulan Kontak TB SO
Rifapentine 300/300 Umur ≥ 15 tahun
mg (3HP)*
Levofloxacin dan Setiap hari 6 Bulan Kontak TB RO
Etambutol Semua umur
100/100mg (6Lfx+E)
Paduan TPT baru 3HP dan 3HR
dengan ILTB).
Pemberian
Pemberian dosis 3HP Dosis :3HP
sebagai berikut
Tabel 4 Pemberian Dosis 3HP
Usia 2-14 tahun
Sediaan Obat 10-15 kg 16-23 kg 24-30 kg 31-34 kg
INH 100 mg (tablet) 3 5 6 7 7
Rifapentine 150 mg 2 3 4 5 5
(tablet)
Usia >14 tahun
Sediaan Obat 30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg
INH 300 mg (tablet) 3 3 3 3 3
Rifapentine 150 mg 6 6 6 6 6
(tablet)

K
EM
EN
TE
RI
A N
KE
SE
HA
TA
NRE
PU
BL
I
K I
N D
ONE
SI
A T
AHU
N20
20 19
Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan ILTB
Tabel 5. Karakteristik Paduan TPT pada Orang dengan ILTB
6H 3HP 3HR 1HP*
Interval pem- Harian Mingguan Harian Harian
berian
Durasi 6 bulan 3 bulan 3 bulan 1 bulan
Dosis 180 dosis 12 dosis 84 dosis 28 dosis
<10 tahun: 10 mg/ 2-14 tahun <10 tahun: INH 10 mg/ INH 300 mg
kg BB kg BB, RIF 15 mg/kg BB RPT 600 mg
INH 300mg Untuk semua BB
10-15 kg
RPT 300mg
INH 500mg
16-23 kg
RPT 450mg
INH 600mg
24-30 kg
RPT 600mg
INH 700mg
RPT 750mg

kg BB BB, RIF 10 mg/kg BB


900 mg
Sediaan 300mg RPT 150 mg RIF 300mg/150mg 150mg
INH 300mg INH 300mg
Pill burden per 1 (180) Lepasan: 9 (108) 3 (252) 5 (140)
dosis(total)a KDT: 3 (36)
Kriteria umur Semua umur; sesuai Semua umur
utk anak HIV+ yg
menerima LPV-RTV,
NVP, DTG
Interaksi den- Tidak ada Semua PIs, NVP/NNRTIs, TAF Semua PIs, NVP/hampir Semua PIs, NVP/
gan ARV semua NNRTIs hampir semua
NNRTIs
Dapat digu- TDF, EFV (600 mg), DTGb, RALb TDF, EFV (600 mg) TDF, EFV (600 mg),
nakan DTGb, RALb
Dgn perhatian khusus:
TAF
Penyesuaian dosis:
DTG, RAL
Absorbsi obat Paling baik dalam Baik diberikan bersamaan Absorbsi rifampisin Sama dengan 3HP
perut kosong; dengan makanan; bioavailability sangat cepat tapi
hindari makanan RPT oral sebesar 70% dapat diperlambat
berlemak – atau menurun dengan
konsentrasi dapat konsumsi makanan
berkurang sampai tinggi lemak
50%
- Bila saat kontrol tidak ada masalah, maka pemberian TPT dapat
dilanjutkan untuk bulan berikutnya.
Tatalaksana TPT yang Terlewat
4.4 Tatalaksana Dosis TPT yang Terlewat
(10)
Tabel 7. Tatalaksana TPT yang terlewat
3HP Satu dosis Jika dosis yang terlewat adalah 2 hari ke depan,
Rejimen Durasi terapi Langkah selanjutnya Saran tinda- terlewat orang tersebut dapat segera melanjutkan minum
TPT tertunda kan dalam jadwal obat. Lanjutkan jadwal sesuai rencana semula
3HR, 6H Kurang dari 2 Lanjutkan TPT segera dan tambahkan jumlah hari M enyampaikan mingguan (misal, terus minum obat sesuai dosis yang tersisa
minggu berdasarkan dosis yang terlewat dari total durasi alasan tertun- mengikuti jadwal yang sama).
pengobatan. danya TPT Jika dosis yang terlewatkan lebih dari 2 hari kemu-
Jangan mengubah tanggal yang dijadwalkan untuk dian, orang tersebut dapat segera mengambil
kunjungan berikutnya, tetapi kunjungan terakhir M em b er i kan dosis yang terlewat dan mengubah jadwal asupan
akan ditunda sesuai tambahan jumlah hari untuk nasihat kepada mingguan menjadi hari dosis yang dilewatkan
mengganti dosis yang terlewatkan (misal: jika seo- orang dengan itu diambil sampai pengobatan selesai. Ini akan
rang anak dengan 3HR melewatkan 3 hari, lanjut- TPT dan pen- menghindari dua dosis mingguan yang diambil
kan TPT untuk durasi 3 bulan + 3 hari dari tanggal damping ten- kurang dari 4 hari
memulai) tang pentingnya Lebih dari Jika antara 1-3 dosis mingguan terlewatkan, terapi
Lebih dari 2 Jika berhentinya TPT terjadi setelah lebih dari 80% TPT dan kepatu- satu minggu dilanjutkan sampai semua 12 dosis diminum,
minggu dosis yang diharapkan pada rejimen terpilih, tidak han selesai pen- dosis 3HP sehingga memperpanjang durasi terapi hingga
perlu ada tindakan. Lanjutkan dan selesaikan sisa gobatan. yang terlewat maksimum 16 minggu.
perawatan sesuai rencana awal. Namun, jika 4 atau lebih dosis mingguan terlewat,
Peninjauan dan pertimbangkan untuk memulai kembali TPT
Jika berhentinya TPT kurang dari 80% dari dosis p e r s e t u j u a n
yang diharapkan pada rejimen terpilih, TPT masih dengan orang lengkap.
dapat diselesaikan sesuai waktu yang diharapkan, dengan TPT dan Jika kepatuhan terhadap rutinitas mingguan tidak
memungkinkan, pertimbangkan menghentikan
yaitu durasi pengobatan + 33% waktu tambahan, p e n d a m p i n g
3HP dan menawarkan rejimen alternatif (harian).
tidak perlu ada tindakan. Lanjutkan dan selesaikan mengenai cara
sisa perawatan sesuai rencana awal. terbaik untuk 1HP* Kurang dari 1 Jika lebih dari 80% dosis yang diharapkan dalam
Jika pasien tetap tidak dapat menyelesaikan min- m ening kat kan minggu rejimen itu diminum tidak diperlukan tindakan,
imal 80% dari total dosis yang diharapkan setelah kepatuhan, cukup lengkapi dosis yang tersisa.
diberikan perpanjangan waktu, pertimbangkan Jika kurang dari 80% dari dosis yang diharapkan
memulai TPT kembali secara lengkap. dalam rejimen diambil, segera melanjutkan terapi
segera setelah kembali dan menambahkan dosis
yang terlewat pada total durasi terapi untuk
menyelesaikan rangkaian terapi dalam waktu
maksimal 6 minggu.
Lebih dari 1 Jika lebih dari 7 dosis berturut-turut terlewatkan,
minggu pertimbangkan untuk memulai kembali rangkaian
lengkap rejimen 1HP.
Jika lebih dari 7 dosis terlewat tidak berturut-turut,
lanjutkan TPT segera setelah kembali dan tambah-
kan dosis yang terlewat ke total durasi terapi un-
tuk menyelesaikan rangkaian terapi dalam waktu
K
EM
EN
TE
RI
A N
KE
SE
HA
TA
NRE
PU
BL
IK
IND
ONE
SI
A T
AHU
N20
20 31 maksimum 8 minggu.
Jika kepatuhan terhadap 1HP tidak memungkink-
an, pertimbangkan untuk menghentikannya dan
menawarkan rejimen harian alternatif atau 3HP
Hasil Akhir pemberian TPT
Pengobatan lengkap
– Dewasa maupun anak yang telah menyelesaikan minimal 80% rangkaian
pengobatan pencegahan sesuai dengan durasi dari paduan TPT yang dipilih

– Putus berobat → Jika dewasa maupun anak tidak minum obat TPT selama 1
bulan atau lebih secara berturut-turut

– Gagal selama pemberian TPT → Dewasa maupun anak yang sedang dalam
pemberian TPT menjadi sakit TBC

– Meninggal → Dewasa maupun anak yang meninggal sebelum menyelesaikan


TPT dengan sebab apapun

– Tidak dievaluasi → Dewasa maupun anak yang tidak diketahui hasil akhir
terapi, termasuk dalam kriteria ini adalah pasien pindah ke fasyankes lain
dimana hasil terapi tidak diinformasikan ke fasyankes pengirim
rangkaian pengobatan pencegahan sesuai dengan durasi dari
paduan TPT yang dipilih:
Proses Pemberian TPT
Tabel 8. Proses Pemberian TPT
Paduan TPT Durasi Jumlah 80%dari rekomen- Perpanjangan waktu
total dosisyang dasi jumlah dosis untuk penyelesaian
(bulan) diharapkan pengobatan
(durasi pengobatan
+ 33%tambahan
waktu)

6H (harian) 6 182 146 239


3HR (harian) 3 84 68 120
3HP (minggu- 3 12 11 16
an) (90% dari rekomen-
dasi jumlah dosis)
1HP (harian) 1 28 23 40

b. Putus berobat
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai