Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN MEMPAWAH

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN


PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS RAWAT JALAN SUNGAI PURUN KECIL
Jl. Raya Sungai Purun Kecil Kecamatan Sungai Pinyuh
Kode Pos 78353

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


“GERATIS”
GERAKAN ATASI TUBERKOLOSIS

I. Pendahuluan

TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan karena adanya
kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.
TBC adalah penyakit infeksi yang menular dan juga dapat menyerang organ tubuh,
terutama paru-paru.
Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan terbesar di Indonesia.
TBC harus ditangani dengan serius. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan
Reepublik Indonesia kasus TBC mencapai angka 700 kasus. Saat ini diketahuai Bahwa
Indonesia menempati peringkat kedua setelah India terkait penyakit tuberculosis.
Dikutip dari Global Tb Report Tahun 2022.
TOSS TBC itu sendiri merupakan singkatan dari Temukan dan Obati Sampai Sembuh
TBC.
Salah satu pendekatan untuk menemukan, mediagnosis, mengobati, dan
menyembuhkan pasien TBC, untuk menghentikan penularan TBC di masyarakat.
Langkah-langkah TOSS TBC juga perlu diketahui, yaitu:
1. Temukan gejala di masyarakat
2. Obati TBC dengan tepat dan cepat
3. Pantau pengobatan TBC sampai sembuh
Tingkat penularan pasien TB TCM positif adalah 65%, TCM negatif dengan
kultur positif 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks
positif adalah 17%. Tanda dan gejala penyakit ini berupa batuk berdahak secara terus
menerus lebih dari 2 minggu, dapat disertai dengan badan lemah, tidak nafsu makan,
BB menurun, keluar keringat dingin pada malam hari serta kadang disertai dengan
sesak dan demam.
Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan permasalahan kesehatan di
masyarakat, bukan hanya karena TB adalah penyakit menular, namun ada hubungan
TB dengan penyakit tidak menular lainnya seperti pada Diabetes Melitus,Penyakit
akibat rokok,alkohol,pengguna narkoba dan malnutrisi. TB sebagian besar menyerang
pada usia produktif dan masyarakat dengan sosial ekonomi yang kurang. TB menjadi
penyebab tersering untuk kesakitan dan kematian pada ODHA, TB sering
dihubungkan dengan kemiskinan, lingkungan yang kumuh,padat dan terbatasnya akses
untuk perilaku hidup bersih dan sehat. Wanita dan anak – anak juga rentan tertular TB.
Bahkan sebagian besar kasus TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa
ditegakkan mereka sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten obat
sehingga penyembuhan menjadi sulit. Keterlambatan pengobatan ini bermakna karena
menunjukkan lebih banyak lagi penduduk yang sudah terpapar TB. Kesadaran
masyarakat untuk mencari pengobatan secara dini sangatlah penting.

II. Latar belakang

Upaya pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak


sebelum kemerdekaan. Perjalanan waktu membuktikan bahwa upaya pengendalian TB
telah memberikan hasil yang bermakna sampai dengan saat ini, namun perlu
diwaspadai karena masih ada beberapa tantangan utama yang harus dihadapi salah
satunya masih banyaknya kasus TB yang “hilang” atau tidak terlaporkan ke program.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat,seperti pada negara-negara yang
sedang berkembang
2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan disparitas yang terlalu lebar,sehingga
masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan,sandang
dan pangan yang buruk
3. Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran, tingkat
pendidikan yang pendapatan perkapitanya masih rendah yang berakibat pada
kerentanan masyarakat terhadap TB.
4. Kegagalan program TB, yang diakibatkan oleh :
 Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
 Tidak memadainya organisasi pelayanan Tb
 Tidak memadainya tatalaksana kasus
 Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG
 Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi
 Belum adanya sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas
secara merata.
5. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tetap tingginya beban
TB seperti gizi buruk,merokok, diabetes.
6. Pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB, koinfeksi dengan
HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan
7. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB
( multidrug resistance/MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak
berhasil disembuhkan.keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi
pengendalian TB global pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan epidemi
global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:
1. Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015
2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk)
Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar utama,yaitu
1. Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas
3. Intensifikasi riset dan inovasi
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit akan sangat efektif bila dapat
dukungan oleh sistem surveilans yang efektif, karena fungsi sistem surveilans yang
utama adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka terhadap perubahan
yang terjadi dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian penyakit.
Selanjutnya hasil surveilans dapat digunakan dalam menentukan
prioritas,kebijakan,perencanaan,serta prediksi dan deteksi dini kejadian luar biasa.
Surveilans juga digunakan untuk monitoring,evaluasi dan peningkatan program.
Surveilans TB merupakan suatu kegiatan pengamatan terus menerus dan
sistematis dalam mengumpulkan, mengolah,memganalisis, dan menginterpretasikan
data program TB untuk mengetahui capaian penemuan kasus baru penderita TB
TCM positif dan hasil pengobatan penderita TB.

III. Tujuan umum dan tujuan khusus


Tujuan Umum:
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB dengan memutus rantai
penularan sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan penemuan kasus TB TCM positif yang ada di wilayah kerja
b. Menyembuhkan minimal 80% penderita baru TB TCM positif yang ditemukan
c. Tercapainya cakupan penemuan penderita hingga 80% dari semua penderita TB
d. Menjamin ketersediaan data yang valid dan up to date
e. Mencegah timbulnya resistensi obat TB di masyarakat
f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus TB yang ada
di masyarakat.

IV. KEGIATAN POKOK


1. Penemuan dini orang terduga TB melalui intensifikasi penemuan secara aktif,
2. Pengobatan pasien TB sesuai standar
3. Promosi kesehatan melalui penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat
4. Penggalangan kemitraan agar kegiatan dilakukan bersama dan terkoordinasi
dengan lintas sektor dan organisasi kemasyarakatan
5. Memberikan Asupan Nutrisi dengan memberikan 2 butir teleur rebus selama 2
bulan pengobatan awal (kolaborasi dengan Perangkat Desa Sungai Purun Kecil)
6. Pemberian TPT kepada Pasien dengan ILTB (Infeksi Laten Tuberkulosis) dan
kontak erat serumah
7. Penjaringan TB Anak
8. Kolaborasi Tb-HIV
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Kegiatan GERATIS di Puskesmas meliputi :
1. Membentuk satgas TB di setiap desa / kelurahan

2. Melakukan Investigasi Kontak (IK) serta Pemantauan Minum Obat ke rumah-


rumah dalam rangka memberikan informasi TBC, sekaligus melakukan Skrinning
untuk menemukan kasus aktif baru TB.
3. Bagi penderita TB akan diberikan pengobatan dengan obat yang berkualitas yang
disediakan pemerintah secara GRATIS
4. Melakukan Penyuluhan Kesehatan Tentang TBC dan ILTB kepada Masyarakat
5. Melakukan Pemeriksaan Gratis pengecekan Tekanan Darah dan Gula Darah
6. Pemberian TPT kepada Pasien ILTB dan kontak serumah dan dilakukan
pemeriksaan dahak dan mantoux test, jika kontak erat hasil Mantoux positif
disaranan kan untuk pengecekan dahak jika hasilnya Negatif maka akan diberikan
TPT.
7. Kolaborasi pada pelayanan TB -HIV dimana semua pasien Tb di Anjurkan untuk
pemeriksaan HIV
8. Pengumpulan dan validasi data
9. Pengolahan data, Pembuatan dan pengiriman laporan
10. Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program,lintas sektor dan
pemangku kepentingan (stakeholders) terkait
11. Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus TB di
masyarakat
12. Cara pelaksanaa surveilans TB:
a. Pengumpulan data dan Validasi data
Kelengkapan data yang akurat dan lengkap, sumber informasi dapat diperoleh
dari Form TB.01 From TB.02 data SITB
b. Pelacakan Investigasi Kontak (IK)
Kunjungan rumah dan wawancara dengan orang – orang yang kontak erat
dengan penderita serta pengambilan spesimen dahak untuk pemeriksaan TCM
guna mendeteksi penularan di sekitar penderita. Petugas membawa surat tugas
dari Kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan ini.
c. Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Data lengkap dari form TB01, TB02, TB 03 sampai dengan TB16 kemudian
semua data di entry ke dalam Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu ( SITB )
d. Pengiriman laporan
Laporan hasil rekapan dan up load data SITB dari puskesmas di kirim ke Dinas
Kesehatan setiap tiga bulan sekali ( triwulan )
e. Pertemuan analisis data Surveilans
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas melakukan analisa hasil laporan.

VI. Sasaran
Penderita TB paru TCM positif, TB paru klinis, TB ekstra paru, dan TB anak.
VII. Jadwal Pelaksanaan kegiatan

No Kegiatan Waktu Penanggung jawab Ket


1 Pengumpulan data dan validasi Setiap kali ada Pengelola
data penemuan kasus Prog.P2TB
Puskesmas
2 Investigasi Kontak, Pemantauan Setiap kali ada Pengelola
Minum Obat (PMO) penemuan kasus Prog.P2TB
Puskesmas
3 Pengolahan data dan Setiap kali ada Pengelola
Pembuatan laporan penemuan kasus Prog.P2TB
Puskesmas
4 Pengiriman laporan Jan, April, Pengelola
Juli,Okt Prog.P2TB
Puskesmas
5 Pertemuan analisis data Jan – Des Sie. P2TB DKK
surveilans

VIII. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan program berdasarkan indikator cakupan. Melalui kegiatan
“GERATIS” dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada masyarakat, lintas program, lintas sektor terkait, dan pemangku
wilayah untuk dilakukan intervensi dalam rangka pencegahan dan pengendalian
penyakit TB.

IX. Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatan dan pelaporan data penderita dan pengobatan serta kesembuhan
dilakukan secara manual dan juga menggunakan Sistem Informasi Tuberkulosis
(SITB) oleh Petugas pengelola program P2TB Puskesmas.
Hasil pencatatan ini dianalisis untuk digunakan dalam evaluasi capaian progam,
sekaligus melaporkan ke instansi terkait secara berjenjang.

Mengetahui, Sungai Purun Kecil, 24 Oktober 2023


Kepala Puskesmas Penanggungjawab Kegiatan
Rawat Jalan Sungai Purun Kecil “GERATIS”

MUHAMMAD HASANUDIN ADIT W PRAYOGO, AMd.Kep


NIP. 19770521200003 1 003 NIP. 19930316202203 1 004

Anda mungkin juga menyukai