Anda di halaman 1dari 12

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TBC

Farras Arlinda Rachmawati


Teguh Purnomo

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat


Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto.
Presentation title 2

• Masalah kesehatan di desa dapat bervariasi, mulai dari masalah kesehatan lingkungan, penyakit menular,
kesehatan ibu dan anak, hingga masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang terkoordinasi
antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat setempat untuk menangani masalah-masalah tersebut.
ANALISIS SITUASI MASALAH
KESEHATAN DI DESA
Dari Data Profil Puskesmas Karanglewas Tahun 2022 di dapat dapat sebagai berikut
:
A. Penyakit Menular Langsung
1. Tuberkulosis
Jumlah terduga tuberculosis yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di
wilayah Puskesms Karanglewas tahun 2022 sebanyak 177 jiwa. Jumlah kasus TB
BTA postif yang ditemukan sebanyak 17 jiwa. Semua kasus yang ditemukan sudah
dilakukan pengobatan lengkap sesuai standar.
2. Balita dengan Pneumonia ditangani
Dari jumlah 230 kunjungan balita mengalami kesulitan bernafas, persentase
yang diberikan tata laksana standar mencapai 210 balita (91,3%). Penemuan balita
dengan pneumonia tahun 2022 adalah 135 kasus (51,3%). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
3. Kasus HIV dan AIDS
Di wilayah Puskesmas Karanglewas tahun 2022 tidak terdapat kasus baru
HIV-AIDS. Terdapat 4 kasus HIV-AIDS yang merupakan kasus lama dalam masa
pengobatan.
4. Kasus Diare Ditemukan dan Ditangani
Kasus diare di Puskesmas Karanglewas tahun 2022 belum mencapai target
100%. Hal ini ditunjukan dengan kasus diare yang dilayani kategori semua umur
sebanyak 1.099 orang (56,9%) dari target penemuan 1.931. kasus diare balita yang
dilayani 285 balita (23,2%) dari target penemuan 1.228.
5. Penderita Kusta
Pada tahun 2022 ada 1 (satu) kasus kusta tipe Multi Basiler (MB) / Kusta
Basah, di temukan di Desa Karangkemiri.
A. Penyakit Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
1. Penyakit Accute Flaccid (AFP)
Di wilayah kerja Puskesmas Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun 2022 tidak
terdapat kasus AFP.
2. Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan Campak
Tahun 2022 terdapat suspek campak sebanyak 4 jiwa (5,6%).
B. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
desa/kelurahan dalam jangka waktu tertentu.
Pada Tahun 2022 kasus Covid-19 di wilayah Puskesmas Karanglewas terdapat
kasus terkonfirmasi sebanyak 112 kasus, dengan 99 kasus sembuh dan 13 kasus
meninggal. Angka kesembuhan (RR) sebesar 88,39% dan angka kematian 11,61%.
Drai tabel 85 kasus covid-19 tertinggi pada kelompok umur 15-19 tahun dengan
rincian laki-laki 35 kasus dan perempuan 45 kasus.
A. Pengendalian Penyakit Menular Vektor dan Zoonotik
1. Demam Berdarah Dengue
Angka kesakitan (Incident Rate/IR) DBD di Puskesmas Karanglewas Tahun
2022 sebesar 88 kasus. Target < 20.00 Untuk Angka Kematian / Case Fatality Rate
(CFR) DBD tahun 2022 di Puskesmas Karanglewas 3,4 %. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran tabel 72.
2. Malaria
Pada tahun 2022 di Wilayah kerja Puskesmas Karanglewas tidak terdapat
kasus malaria.
3. Filariasis
Pada tahun 2022 di Wilayah kerja Puskesmas Karanglewas tidak terdapat
kasus filariasis.
PRIORITAS
MASALAH
Dari Data tersebut diatas maka penyakit TBC merupakan prioritas masalah yang ada di Puskesmas
Karanglewas Kabupaten Banyumas. Beberapa hal yang menjadikan TBC menjadi prioritas setelah
dilakukan FGD antara lain :

➢ Kurangnya pengetahuan mengenai TBC dan cara pencegahannya, sehingga masyarakat tidak menjaga
pola hidup sehat dan terhindar dari risiko terkena TBC.

➢ Kondisi lingkungan yang tidak sehat dan kurang higienis, seperti sanitasi yang buruk, rendahnya akses
air bersih, serta penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi.

➢ Adanya kebiasaan merokok, baik aktif maupun pasif, yang dapat memperburuk kondisi saluran
pernapasan dan menyebabkan terjadinya infeksi.

➢ Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan dan diagnosis yang akurat, sehingga penanganan TBC
pada tahap awal seringkali terlewatkan dan menyebabkan penyebaran penyakit semakin luas.
➢ Terbatasnya akses petugas sampai ke seluruh lapisan masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas.
Presentation title 7

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Berikut adalah beberapa alternatif pemecahan masalah TBC di masyarakat desa:


1. Penyebaran Informasi dan Edukasi Penyebaran informasi dan edukasi tentang TBC dapat
dilakukan melalui sosialisasi atau kampanye kesehatan. Dalam kegiatan ini, tenaga medis
seperti dokter dan perawat dapat memberikan penjelasan tentang gejala, cara penularan,
pencegahan, dan pengobatan TBC.
2. Perbaikan sarana sanitasi di masyarakat kurang mampu baik melalui stimulan maupun
bantuan secara penuh.
3. Kampanye Anti-Rokok Merokok dapat meningkatkan risiko tertular TBC. Oleh karena
itu, kampanye anti-rokok di desa dapat membantu mengurangi jumlah penderita TBC.
Kampanye ini dapat dilakukan oleh pemerintah setempat atau oleh organisasi-organisasi
kesehatan.
4. Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin terhadap masyarakat di desa dapat membantu
mendeteksi kasus TBC lebih dini. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh tenaga medis di
puskesmas atau dengan menggunakan alat tes cepat TBC yang tersedia di masyarakat.
5. Pelatihan Kader Kesehatan Pelatihan kader kesehatan mengenai TBC dapat membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini. Kader kesehatan yang terlatih
dapat membantu mengidentifikasi kasus TBC di desa dan memberikan informasi tentang
cara pencegahan serta pengobatan.
“ MODEL PEMBERDAYAAN YANG
8


DILAKUKAN
Proses dalam pemberdayaan masyarakat desa terkait penemuan kasus TBC antara lain :
1. Pelatihan: Dilakukan pelatihan untuk mendorong masyarakat desa untuk menjadi lebih
sadar dan terampil dalam mengenali gejala TBC dan cara pencegahannya.
2. Peningkatan Kesadaran: Dilakukan sosialisasi di masyarakat desa tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan secara rutin guna mendeteksi adanya penyakit TBC.
3. Deteksi Dini: Memberikan informasi kepada masyarakat desa tentang gejala-gejala TBC
serta cara pemeriksaan dini agar dapat segera mendeteksi kasus-kasus TBC yang muncul
di desa tersebut.
4. Sistem Rujukan: Membuat sistem rujukan dari masyarakat ke fasilitas kesehatan
setempat terus ke rumah sakit rujukan bagi pasien TBC, sehingga mempercepat diagnosa
dan pengobatan.
5. Pendampingan Pasien: Menyediakan pendampingan bagi pasien TBC selama proses
pengobatan, mulai dari observasi minum obat hingga tahap pemulihan.
6. Promosi Kesehatan: Melakukan promosi kesehatan tentang pola hidup sehat dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), terutama pada masyarakat yang rentan terhadap penyakit
TBC.
7. Kemitraan: Melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah desa dan lembaga masyarakat
setempat dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk menangani kasus TBC di desa
tersebut.
8. Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala atas
program pemberdayaan masyarakat desa terkait penemuan kasus TBC agar program ini
dapat dikembangkan dan ditingkatkan secara berkelanjutan.
Presentation title 9

LAMPIRAN
KEGIATAN
10
Presentation title 11

KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengobatan TBC akan berhasil bila penemuan kasus di suatu wilayah sudah
tercapai sesuai target / standar yang ditetapkan sehingga pengobatan yang tuntas pada
semua kasus yang ada akan tuntas. Penularan kepada orang lain akibat adanya kasus
yang belum ditemukan atau tersembunyi tidak terjadi karena semua kasus dapat
ditemukan dan diobati secara tuntas.

B. Saran
a. Untuk Pemerintah : Program yang ada diteruskan secara berkesinambungan
dengan tetap menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk obat-
obatan
b. Untuk Masyarakat : segera berobat ke pelayanan kesehatan jika menunjukkan
gejala TBC
c. Untuk Kader : terus temukan kasus dengan kerjasama kelompok masyarakat yang
ada, baik Dasa wisma, RT atau RW atau kelompok LSM lainya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai