Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN

PENANGGULANGAN
TUBERKULOSISI (TB)
TRIMESTER 1
(Januari s/d Juni 2023)

Disusun oleh : NURHAYATI, Amd.Keb


KATA PENGANTAR

puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya sehingga UPTD Puskesmas Mawasangka Timur pada tahun 2023 ini mendapat
kesempatan untuk melaksanakan Akreditasi.
Akreditasi bagi UPTD Puskesmas Mawasangka Timur sangatlah penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk
menunjang pelaksanaan Akreditasi di UPTD Puskesmas Mawasangka Timur, maka di
oerlukan pedoman pelayanan di UPTD Puskesmas Mawasangka Timur.
Harapan kami agar pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat bagi UPTD
Puskesmas Mawasangka Timur, sehingga Akreditasi di UPTD Puskesmas Mawasangka
Timur berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.

Inulu, 2023
Kepala UPTD Puskesmas Mawasangka Timur

MIN SARI KASA, A.Md.Kep


NIP. 19820307 200604 2 015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai inventaris bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut telah diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu menempatkan puskesmas sebagai penanggung jawab
penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsiaonal yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, juga membina peran serta
masyarakat, disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok, mempunyai wewenang
dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya kegiatan pokok di puskesmas adalah program pengendalian dan
pencegahan TB Paru pada masyarakat. Upaya pengendalian Tuberkolosis (TB) di
Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum kemerdekaan. Setelah perang dunia kedua,
secara terbatas melalui 20 balai pengobatan dan 15 sanatorium yang pada umumnya
berada dipulau Jawa.
Setelah perang kemerdekaan, diagnosis ditegakkan TB berdasarkan foto toraks
dan pengobatan pasien dilakukan secara rawat inap. Pada era tersebut sebenarnya World
Health Organization (WHO) telah merekomendasikan upaya Diagnosis melalui
pemeriksaan dahak langsung dan pengobatan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) yang baru saja ditemukan yaitu :INH, PAS, dan Strptomisin serta metode
pengobatan pasien dengan pila rawat jalan. Era tahun 1960-1970 menandai diawalinya
uapaya pengendalian TB secara modern dengan dibentuknya Subdid TB pada tahun
1967 dan susunannya suatu pedoman Nasional pengendalian TB. Pada era awal tersebut
penata laksanaan dilakukan melalui puskesmas dengan Rumah Sakit debagai pusat
rujukan untuk penata laksanaan kasus-kasus sulit. Pada tahun 1977 mulai diperkenalkan
pengobatan jangka pendek (6 Bulan) dengan menggunakan paduan OAT yang terdiri dari
INH, Rifampisin dan Ethambutol. Beberpa kegiatan uji pendahuluan yang dilakukan
menunjukkan hasil kesembuhan yang cukup tinggi. Atas dasar keberhasilan uji tersebut
mulai tahun 1995 secara Nasional strategi DOTS diterapkan bertahap melalui puskesmas.
B. Tujuan

1. Tujuan umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusu :
a. Meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru TCM +
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC
c. Mengurangi angka kejadian TBC di masyarakat melalui penemuan kasus secara
dini
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus baru TBC
e. Membentuk patisipan aktif (Toam, Toga, Kader) untuk mendukung penemuan
kasus

C. Sasaran Pedoman
1. Sasaran Program TB Paru
Semua orang yang memiliki gejala TB dan penderita TB Paru yang masih dalam masa
pengobatan, paska pengobatan maupun pasien tersangka (suspek)
2. Target Program
a. Deteksi Dini Kasus TB 100%
b. Pelacakan kontak erat penderita TB 90%
c. Pelacakan TB mangkir 100%
d. Pemantauan minum obat penderita TB 100%
e. Pengiriman suspek TB ke RS Buton Tengah 100%

D. Ruang Lingkup
1. Pelayan P2 TB dalam gedung
a. Pelayanan rawat jalan (konsling dan pemeriksaan suspek);
b. Pelayanan tambahan pada pasien TB dengan pemeriksaan HIV dan DM;
c. Pelayanan rawat inap (asuhan keperawatan pada pasien suspek maupun TCM +).
2. Pelayanan TB Paru luar gedung
a. Skrining Suspek TB pada Posyandu Lansia dan Posbindu;
b. Pelacakan dan pemeriksaan kontak TB;
c. Pelacakan TB mangkir;
d. Pemeriksaan kontak serumah;
e. Penyuluhan TB kepada kelompok masyarakat potensial, Toma, Toga, dan Kader;
f. Kunjungan rumah dan pemantauan keteraturan minum obat pada penderita TB.

E. Batasan Operasional

Terselenggaranya pelayanan TB diwilayah kerja UPTD Puskesmas Mawasangka


Timur baik didalam gedung maupun diluar gedung (Wilayah Kerja Kecamatan
Mawasangka Timur)

F. Kebijakan

Berbagai kebijakan telah ditetapkan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan TB


yaitu:
1. Penyelenggaraan TB dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, dengan
mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.
2. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan TB dengan melibatkan berbagai
sektor terkait.

3. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.

4. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan


anggaran terpadu.

G. Strategi
1. Peran Lintas Program
a. Promkes : Mengkoordinir pelaksanaan penyuluhan kepada sasaran
masyarakat resiko tinggi Sebagai fasilitator/narasumber
pada kegiatan kusus (sosialisasi TB Paru pada tingkat,
Desa Siaga dll)
b. Kesling : mencegah penyakit berbasis lingkungan khususnya pada
masyarakat resiko tinggi tertural TB Paru
c. KIA : bertanggung jawab terhadap Ibu Hamil dengan resiko
TB Paru
d. P2P : Mengkoordinasi sub program TB Paru di Puskesmas

e. Perkesmas : melakukan pembinaan pada keluarga resiko tinggi baik


penderita TB+ maupun kontak serumah
f. Remasila : bersama-sama melakukan pembinaan pada lansia resiko
tinggi TB Paru maupun Lansia yang memiliki resiko
tinggi penularan TB Paru.
g. Laboratorium : menentukan pemeriksaan Microscopi dalam
pemeriksaan TCM
2. Peran Lintas Sektoral
a. Camat : membuat kebijakan yang terkait dengan program TB Paru
sebagai upaya peningkatan status kesehatan di wilayahnya.
Menjamin tersedianya dana Desa untuk kegiatan pelayanan
Posyandu, Desa Siaga Sehat Jiwa melalui ADD. Melakukan
pembinaan pada desa-desa yang bermasalah di bidang kesehatan,
berdasarkan hail minilokakarya lintas sectoral atau laporan
langsung dari puskesmas.
b. Desa : Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan rutin di Desa
seperti posyandu, pemeriksaan kontak serumah dan pelacakan
kasus tersangka TB Paru ( Suspek ). Menyediakan sarana dan
prasarana termasuk kesiapan Kader di Desa.

c. PKK : Betanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas Kader dalam


membantu memberikan pelayanan dan melakukan pembinaan
pada keluarga resiko tinggi TB
H. Metode dan tehnik yang digunakan
1. Metode yang digunakan :
a. Pendekatan kelompok melalui pemberdayaan masyarakat atau komunitas di Desa
1) Advokasi dan lobi pada penguasa Wilayah
2) Penyuluhan dan konseling
3) Kunjungan rumah
2. Pemanfaatan Teknologi
a. Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau sasaran
b. Memanfaatkan Komputer dengan program SITB untuk sistim pelaporan
BAB II
JADWAL PENANGGULANGAN TB

Waktu pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular


Tuberculosis (TB) Akan dilaksanakan selana (12 bulan), adapun jadwal tersebut sebagai berikut:

Bulan
No. Nama Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Bonemarambe 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2 Wambuloli 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
3 Lagili 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
4 Wantopi 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
5 Bungi 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
6 Batubanawa 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
7 Inulu 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17
8 Lasori 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
BAB III
STANDAR KETENAGAAN DAN STANDAR FASILITAS

A. Standar ketenagaan

1. Sumber Daya Manusia


Pelayanan P2TB di puskesmas dikelola/dilaksanakan oleh pemegang program TB dan
pendamping program sebanyak 2 orang terdiri dari 1 Orang Bidan PNS (DIII.
Kebidanan) dan 1 Orang Tenaga Bidan (DIII. Kebidanan Tenaga Job)

B. Standar fasilitas dan Sarana


1. Standar fasilitas ruangan dan sarana TB di UPTD Puskesmas Mawasangka Timur
Meliputi :
a. Ruang Program TB menjadi satu dengan ruangan PTM, HIV, dan Kusta;
b. Ruangan Laboratorium;
c. Penempatan Obat dalam Ruangan Gudang Obat;
d. Tempat pelayanan dalam Gedung : Ruangan Khusus pemeriksaan TB;
e. Tempat pelayanan luar geduang : Posbindu dan Posyandu Lansia di Desa (meja ke-4),
dan rumah ke rumah.
2. Standar Fasilitas peralatan meliputi :
a. Obat TB;
b. Mubelair : meja dan kursi plastik;
c. Penunjang : tempat sampah infeksius dan Non Infeksius.
BAB IV
LOGISTIK

Dalam pelayanan TB meliputi :

A. OAT

No Nama Obat Satuan

1 Isoniazid Tablet
2 Rifampicin Tablet
3 Pyrazinamide Tablet
4 Etambutol Tablet
5 Strptomisin Tablet

B. Non OAT

No Nama Barang Satuan

1 Pot dahak Buah


2 Tuberculin PPD RT 23 Buah
3 Masker bedah program TB Buah
4 Reagen zn Botol
5 Masker N95 Buah
6 Apron / Gaun Buah
BAB V
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PELAKSANA

A. Keselamatan Sasaran
1. Keselamatan pasien adalah suatu system dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman. System tersebut meliputi:
a. Asesmen resiko;
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien;
c. Pelaporan dan analisis insiden;
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya;
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
2. System ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan;
b. Mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil.
3. Tujuan dari pedoman keselamatan sasaran ini meliputi:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas maupun diluar gedung;
b. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat;
c. Menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan (KDT) di puskesmas maupun
diluar gedung;
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan (KDT).
Tata Laksana, meliputi:
1) Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien;
2) Melaporkan kejadian kepada dokter;
3) Memberikan tindakan sesuai dengan intruksi dari dokter
4) Mengobservasi keadaan umum pasien;
5) Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir, pelaporan insiden keselamatan.

B. Keselamatan Kerja
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja dengan maksimal.
Tujuan pedoman keselamatan kerja petugas UPTD Puskesmas Mawasangka
Timur, meliputi:
1. Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi;
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindari
paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Pracation”.

Ada beberapa tindakan yang beresiko terpajan atau tertular penyakit infeksius,
meliputi:
a. Cuci tangan yang kurang benar;
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat;
c. Penutupan pot dahak secara tidak rapat;
d. Pembuangan peralatan secara tidak aman;
e. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat;
f. Praktek kebersihan ruangan yang kurang memadai.

Prinsip Keselamatan Kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene


sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan dalam 3
kegiatan pokok, yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegahan infeksi silang;
2. Memakai alat pelindung diantaranya memakai sarung tangan dan masker guna
mencegah penularan penyakit infeksi melalui cairan tubuh pasien seperti darah, air
liur dan lainnya;
3. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Mawasangka Timur pada tahun 2023
dalam memberikan pelayanan TB adalah Deteksi Dini Kasus TB 67,94% untuk capaian
Januari sampai Juni.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan buku monitoring dan evaluasi
indicator mutu pelayanan dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim Mutu dan
di Kepala Puskesmas serta di Dinas Kesehatan.
BAB VII
PENUTUP

Buku pedoman pelaksanaan TB ini merupakan kumpulan dari beberapa referensi


buku panduan pelayanan TB di puskesmas, diharapkan dapat membantu penyelenggaraan
TB di puskesmas maupun diluar gedung puskesmas dengan harapam pelayanan TB
dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya.
Pedoman penyelenggaraan pelayanan TB merupakan acuan puskesmas dalam
membuat standar opersional prosedur (SOP) TB. Diharapkan standar ini bermanfaat dan
dapat membantu petugas memberikan pelayanan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan/kebidanan baik dalam gedung maupun di luar gedung secara efektif
sehingga capaian TB di puskesmas meningkat.
Penyusunan pedoman penyelenggaraan pelayanan TB ini telah diusahakan sebaik-
baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penyusunan pedoman ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan pedoman
penyelenggaraan pelayanan TB ini kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait demi
kesempurnaan pedoman ini.
Demikian Pedoman pelayanan program TB Paru ini dibuat sebagai
pedoman/acuan dalam pelaksanaan pelayanan program TB Paru di puskesmas
Mawasangka Timur.

Anda mungkin juga menyukai