Anda di halaman 1dari 8

LOMBA INOVASI DAN TEKNOLOGI

BOJONEGORO INNOVATIVE AWARD TAHUN 2023


KATEGORI : PELAYANAN PUBLIK

I. Informasi Inovasi

PETISI TB (Periksa, Kenali, Obati


Nama/Judul Inovasi
Tuberkulosis)
Nama Lembaga Puskesmas Kapas
Alamat Lembaga Jl. Raya Kapas No. 132
Ketua : Wijiyanto, Amd.Kep
Anggota :
1. Putri Nabilatus Sholikah,
Nama Inovator A.Md.Kes
2. dr. Nur Firdaos, MH.Kes
3. Dwi Wijayanti, Amd.Keb
4. Yanti Fikriawati, Amd.Kep

II. Latar belakang Permasalahan


Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakter
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru atau jaringan
ekstra paru. Berdasarkan data Global TB Report WHO 2022, Indonesia
menjadi negara kedua dengan kasus TBC yang setiap tahunnya terdapat
144.000 kematian dari 969.000 kasus TBC baru. Penularan dan
perkembangan penyakit TBC semakin meluas karena dipengaruhi oleh
faktor sosial seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang efektif,
penggunaan tembakau dan alkohol.
TBC dapat berpotensi menurunkan produktivitas hingga kehilangan
pekerjaan akibat kecacatan, pengeluaran biaya medis maupun non medis.
Sebanyak 75% pasien TBC merupakan kelompok usia produktif, 15-54
tahun. Angka ini menyebabkan TBC menjadi sebuah tantangan terhadap
pembangunan Indonesia, lebih dari 25% pasien TBC dan 50% pasien TBC
RO berisiko kehilangan pekerjaan.
Jumlah kasus TBC di Jawa Timur mencapai 81.835 kasus pada tahun
2022. Angka tersebut 76% dari estimasi insiden TBC di Jawa Timur sebesar
107.547 kasus. Jumlah kasus TBC di Bojonegoro mencapai 2.012 kasus
pada tahun 2022. Sementara kasus yang ditemukan dan diobati di
Puskesmas Kapas mencapai 54% atau 25 kasus dari target yang telah
ditetapkan yaitu 46 kasus. Jumlah investigasi kontak terhadap kasus TB di
wilayah Puskesmas Kapas mencapai 149 IK dengan penemuan 18 kasus
atau 55% dari target yang ditetapkan yaitu 270 IK.
Situasi TBC ini merupakan tantangan yang membutuhkan perhatian
pada aspek sosioekonomi seperti perlindungan sosial, pengendalian
kepadatan penduduk, kekurangan gizi, stigma dan diskriminasi terhadap
pasien dan keluarganya, serta pencegahan dan pengendalian di fasilitas
publik. Intervensi untuk menangani aspek sosial dan ekonomi epidemi TBC
membutuhkan penyesuaian paradigma dari penanganan yang berpusat
pada pasien secara individu ke konteks sosial yang lebih luar. Oleh karena
itu, tanggung jawab untuk mengakhiri epidemi TBC melalui sektor
kesehatan.
Berdasarkan data yang dijabarkan diatas, maka diperlukan inovasi
PETISI TB yakni Kenali, Periksa, dan Obati TB. Adanya inovasi ini
diharapkan agar masyarakat dapat mengenali gejala dan segera
memeriksakan di fasilitas kesehatan pertama sebelum menjadi parah.
Selain itu, kegiatan ini dapat memotivasi pasien TB untuk melakukan
pengobatan sampai tuntas.
III. Keunggulan/Kelebihan dalam Mengatasi Permasalahan yang Ada
Inovasi PETISI TB memliki keunggulan sebagai peningkatan kualitas
sumber daya manusia agar lebih memahami penyakit TBC.
IV. Tujuan, Manfaat dan Hasil yang diharapkan
- Tujuan
1. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit
TBC
2. Untuk meningkatkan capaian SPM TBC
3. Untuk memaksimalkan capaian temuan kasus TBC baru
- Manfaat
1. Agar masyarakat memahami penyakit TBC
2. Agar meningkatkan capaian SPM TBC
3. Agar memaksimalkan capaian temuan kasus TBC baru
- Hasil yang diharapkan
1. Masyarakat dapat memahami penyakit TBC
2. Meningkatkan capaian SPM TBC
3. Memaksimalkan capaian temuan kasus TBC baru
V. Rancang Bangun atau Desain Inovasi

Identifikasi Masalah
Capaian kasus TB 2022 sebanyak 55% Capaian IK 2022 sebanyak 66%

Metode Pendekatan
Pemberdayaan masyarakat

Strategi
Menggerakkan kader TB Melakukan penyuluhan
Membentuk paguyuban TB
secara aktif terkait masalah TB

Sasaran
Masyarakat di wilayah pasien Masyarakat di wilayah
Keluarga pasien TB
TB tinggal Puskesmas Kapas

Output
Mampu mengidentifikasi secara optimal
Mampu melakukan skrining PTM dan HIV
pasien TB sehingga segera mendapat
terduga TB maupun pasien TB
pengobatan
VI. Transferabilitas
Inovasi ini mampu diterapkan dengan mengupayakan kader-kader TB dan
tenaga kesehatan yang berperan penting.
VII. Sumber Daya Berkelanjutan
Melakukan pelatihan terhadap kader TB di setiap desa di wilayah
Puskesmas Kapas melalui pengadaan pada dana DAK non fisik.
Mengefisienkan waktu dengan membentuk grup WA antara nakes dan
kader TB sehingga dapat melakukan koordinasi antar anggota. Pembuatan
grup WA kader TB dapat mengoptimalkan kinerja kader dalam
mengidentifikasi gejala umum pasien TB.
Kader-kader TB yang berperan aktif dalam melakukan kegiatan ini
adalah :
1. Bakalan : Sriwidarti
2. Bogo : Sulistyoningrum
3. Kapas : Sri Wahyuni dan Yupita
4. Kedaton : Kusmiati
5. Klampok : Arin Narni
6. Mojodeso : Sulikah
7. Plesungan : Wahyu S. R
8. Sukowati : Sumiati
9. Semenpinggir : Ayu dan Lia

Selain melakukan pemberdayaan kader TB juga melakukan promosi


kesehatan dengan penempelan stiker gejala TB dan etika batuk di
Puskesmas Kapas. Tidak hanya itu, melakukan penyuluhan melalui lintas
program dan lintas sektor.
VIII. Monitoring dan Evaluasi

No Indikator Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des
Temuan √ √ √ √ √ √ √ √
1 √
kasus
Follow Up √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
kasus TB
Investigasi √ √ √ √ √ √ √ √ √
3
Kontak

Skrining DM √ √ √ √ √ √ √ √ √
4
dan HIV

Tata Laksana √ √ √ √ √ √ √ √ √
5
Terapi

Ket :
: Kegiatan
: Monitoring dan Evaluasi

Dalam penerapannya, kegiatan PETISI TB mendapati beberapa


kendala, misalnya ketidaksediaan pasien terduga TB saat dilakukan
skrining gejala dan pengambilan spesimen atau pasien TB yang kurang
peka terhadap lingkungannya dengan tidak menggunakan masker saat
bersosialisasi.
Indikator kegiatan ini meliputi capaian :
1. Temuan kasus TB
Indikator ini berperan dalam keaktifan kader dan peningkatan
pemahaman terduga TB terhadap gejala-gejala TB yang ada
sehingga bersedia melakukan pengambilan spesimen sputum
untuk pemeriksaan secara bakteriologis terutama TCM sebagai
golden standar diagnosa TB.
2. Follow up kasus TB
Indikator ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan
dengan melakukan pemeriksaan BTA terhadap sputum pasien TB.
3. Investigasi kontak
Indikator ini dapat membantu dalam melakukan pencatatan
terhadap kontak erat pasien TB positif sehingga petugas dan
kader dapat memantau kontak erat apabila ditemukan gejala-
gejala awal TB.
4. Skrining DM dan HIV
Indikator ini berperan untuk mengetahui riwayat kasus diabetes
dan HIV sehingga dapat dilakukan terapi bersama dengan terapi
TB.
5. Tata laksana terapi

IX. Keterlibatan pemangku kepentingan


Kepala desa di wilayah Puskesmas Kapas berperan penting
mengetahui keadaan wilayah masing-masing dalam proses kegiatan
PETISI TB. SSR Komunitas TB dapat membantu pengembangan kader TB.
Dinas Kesehatan Bojonegoro berperan dalam mengevaluasi inovasi ini.

Anda mungkin juga menyukai