KAK/ / /2023
I. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi di
dunia. WHO memperkirakan insiden tahun 2017 sebesar 842.000 atau 319 per
100.000 penduduk, sedangkan TB-HIV sebesar 36.000 kasus per tahunnya atau 14 per
100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk
dan kematian akibat TB-HIV sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar
842.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 570.289 kasus maka masih ada sekitar 32%
kasus masih belum ditemukan dan diobati (un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi belum
tercatat oleh program (detected, un-notified). Mereka yang belum ditemukan menjadi sumber penularan
TBC di masyarakat. Keadaan ini merupakan tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di
Indonesia, diperberat dengan tantangan lain dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi seperti ko-
infeksi TBC- HIV, TBC resistan obat (TBC-RO), TBC kormobid, TBC pada anak serta tantangan
lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas Program Penanggulangan TBC merubah strategi penemuan
pasien TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif” tetapi juga melalui “penemuan aktif secara
intensif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat“, dengan tetap memperhatikan dan
mempertahankan layanan yang bermutu sesuai standar. Salah satu kegiatan yang penting untuk
mendukung keberhasilan strategi penemuan aktif ini adalah melalui pelacakan dan investigasi kontak
(contact tracing and contact investigation). Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan
investigasi yang ditujukan pada
orang-orang yang kontak dengan pasien TBC (indeks kasus) untuk menemukan terduga TBC. Kontak
yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosis
TBC, akan diberikan pengobatan yang tepat dan sedini mungkin. IK mempunyai 2 fungsi yaitu
meningkatkan penemuan kasus dan mencegah penularan TBC di masyarakat.
Dengan kenyataan yang ada sangat di sayangkan apabila tidak secepatnya kita segera dapat
menemukan sumber penularan dan siapa saja yang beresiko telah tertular karena jumlah penderita TB
paru BTA positif yang ada di Puskesmas Jetis belum mencapai target yang harus ditemukan. Untuk itu
kegiatan investigasi kontak ini perlu dilakukan untuk secepatnya dapat menemukan dan mendiagnosa
serta segera melakukan pengobatan yang standar.
I. Sasaran
1. Penderita TB
2. Suspek TB
II. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
NO. KEGIATAN BULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Investigasi kontak bersama kader √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TB
III. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan kegiatan investigasi kontak bersama kader TB
dilakukan oleh progremer TB. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan investigasi kontak dilakukan oleh
penanggung jawab UKM Puskesmas (jadwal setiap bulan sekali).
IV. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan investigasi kontak bersama kader TB dilakukan oleh
programer TB dan dilakukan setelah kegiatan investigasi kontak bersama kader TB selesai. Laporan
diserahkan kepada Bendahara dan Koordinator UKM setelah ditanda tangani dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas.