A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru BTA +
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC
c. Mengurangi angka kejadian TBC di masyarakat melalui penemuan kasus
secara dini
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus baru TBC
e. Membentuk patisipan aktif ( Toam, Toga, Kader) untuk mendukung
penemuan kasus
C. Ruang Lingkup
2. Target Program
1. Penemuan kasus baru 70%
2. Pemeriksaan Suspek 70%
3. Konversi 90%
4. Angka kesembuahan 85%
5. Case Notifikation Rate (CNR) 90%
E. Sumber Daya
2. Pemanfaatan Teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau
sasaran
- Memanfaatkan Komputer dengan program SITT 10, 03 untuk sistim pelaporan
H. Penutup
Demikian Pedoman pelayanan program TB Paru ini dibuat sebagai
pedoman/acuan dalam pelaksanaan pelayanan program TB Paru di Puskesmas
Cikondang.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS CIKONDANG
A. Latar belakang
Ganguan jiwa dan perilaku, menurut The World Health Report 2001, dialami kira-
kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya dan lebih dari 40%
diantaranya didiagnosis secara tidak tepat sehingga menghabiskan biaya untuk
pemeriksaan laboratorium dan pengobatan yang tidak tepat. Ganguan jiwa dan perilaku
dialami pada suatu ketika oelh kira-kira 10% pupulasi orang dewasa. Dalam laporan itu
dikutip juga penelitian yang menemukan bahwa 24% dari pasien yang mengunjungi
dokter pada pelayanan kesehatan dasar ternyata mengalami ganguan jiwa. Enam puluh
Sembilan persen (69%) dari pasien tersebut datang dengan keluhan-keluhan fisik dan
banyak diantaranya ternyata tidak ditemukan gangguan fisiknya.
Indonesia telah menghadapi berbagai traspormasi dan transisi di berbagai bidang
yang mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup, pola perilaku dan tata nilau
kehidupuan. Dalam bidang kesehatan terjadi transisi di berbagai bidang yang
mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup, pola perilaku dan tatanilai kehidupan.
Dalam bidang kesehatan terjadi transisi epidemiologis di masyarakat dari kelompok
penyakit menular ke kelopok penyakit tidak menular termasuk berbagai jenis ganguan
akibat perilaku manusia dan ganguan jiwa.
Masalah kesehatan jiwa juga menimbuklkan dampak social antara lain angka
kekerasan, criminalitas, bunuh diri, penganiyayan anak, perceraian, kenakalan remaja,
penyalah gunaan zat, HIV/AIDS, perjudian, pengangutan dll. Oelh karena itu masalah
kesehatan jiwa perlu ditangani secara serius
Dari hasil surfei kesehatan rumah tangga (SKRT Tahun 1965) yang dilakukan
oeleh Balitbang Departemen Kesehatan RI dengan menggunakan rancangan sampel
dari susenas BPS terdapat 65.664 Rumah tangga menunjukkan bahwa Vrepalensi
ganguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga adalah sbb:
Ganguan mental Emosional (15 Tahun atau lebih): 140/1000
Ganguan Mental Emosional (5-14 Tahun) 104/1000
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusu :
C. Ruang Lingkup
2. Target Program
1. Kasus Pasung 0,01%
2. Sasaran kasus jiwa 70%
3. Target penemuan 1,2%
E. Sumber Daya
2. Pemanfaatan Teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau
sasaran
- Memanfaatkan Komputer dengan program Kesehatan Jiwa untuk sistim
pelaporan
H. Penutup
Demikian Pedoman pelayanan program Kesehatan Jiwa ini dibuat sebagai
pedoman/acuan dalam pelaksanaan pelayanan program Kesehatan Jiwa di
PUSKESMAS CIKONDANG.
JALALUDIN SAYUTI,SKM,MPH
NIP. 19751231 199803 1 013
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM P2 KUSTA DI PUSKESMAS CIKONDANG
A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronik (menular menahun) yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang
susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran
pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan
testis.
Penyakit kusta jarang sekali ditemukan pada bayi. Angka kejadian penyakit
kusta meningkat sesuai umur dengan puncak kejadian pada umur 10-20 tahun
(Depkes RI, 2006). Penyakit kusta dapat mengenai semua umur dan
terbanyak terjadi pada umur 15-29 tahun. Serangan pertama kali pada usia di
atas 70 tahun sangat jarang terjadi.
Kejadian penyakit kusta pada laki-laki lebih banyak terjadi dari pada wanita,
kecuali di Afrika, wanita lebih banyak terkena penyakit kusta dari pada laki-laki
(Depkes RI, 2006). Menurut Louhennpessy dalam Buletin Penelitian
Kesehatan (2007) bahwa perbandingan penyakit kusta pada penderita laki-laki
dan perempuan adalah 2,3 : 1,0, artinya penderita kusta pada laki-laki 2,3 kali
lebih banyak dibandingkan penderita kusta pada perempuan. Menurut Noor
dalam Buletin Penelitian Kesehatan (2007) penderita pria lebih tinggi dari
wanita dengan perbandingannya sekitar 2 : 1.
Penderita penyakit kusta menimbulkan gejala yang jelas pada stadium lanjut dan
cukup didiagnosis dengan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan bakteriologi.
Ada 3 tanda – tanda utama yang dapat menetapkan diagnosis penyakit kusta
yaitu: Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yang disertai
dengan gangguan fungsi saraf, dan adanya bakteri tahan asam di dalam
kerokan jaringan kulit. Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada kasus yang
meragukan. Apabila ditemukan pada seseorang salah satu tanda - tanda
utama seperti diatas maka orang tersebut dinyatakan menderita kusta
(Depkes, 2006).
Di Puskesmas/ Rumah sakit, penderita akan mendapatkan terapi anti kusta Multi
Drug Therapy (MDT) agar tidak menjadi sumber penularan, selain menghindari
kemungkinan cacat menjadi besar.
1. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak
yang tidak gatal.
2. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak
nyeri.
3. Tanda-tanda pada saraf adalah sebagai berikut: rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan
nyeri pada anggota badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau
bagian muka, adanya cacat, dan luka yang tidak mau sembuh (Depkes RI,
2006).
D. PENCEGAHAN PRIMER
a. Penyuluhan kesehatan
Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena penyakit
kusta dan memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan
penderita seperti keluarga penderita dan tetangga penderita, yaitu dengan
memberikan penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas
kesehatan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga
dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit
kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah keluarga penderita,
tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)
1. Tujuan umum
Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik terhindar
dari penyakit menular terutama penyakit kusta,
2. Tujuan Khusu :
H. Ruang Lingkup
2. Target Program
CDR Kusta 100%
J. Sumber Daya
2. Pemanfaatan Teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau
sasaran
- Memanfaatkan Komputer dengan program P2 Kusta untuk sistim pelaporan
H. Penutup
Demikian Pedoman pelayanan program P2 Kusta ini dibuat sebagai
pedoman/acuan dalam pelaksanaan pelayanan program Kesehatan Jiwa di
PUSKESMAS CIKONDANG.