Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN POLI UMUM

PUSKESMAS TAPEN

UPTD PUSKESMAS TAPEN


2016
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Instalasi Rawat Jalan adalah suatu bagian pelayanan di puskesmaas yang memberikan
pelayanan pencegahan, pengobatan serta pemulihan terhadap penderita dengan waktu kurang
dari 24 jam, dimana dalam pelayanannya terkait dengan kegiatan penunjang lain seperti
laboratorium dan farmasi. Poliklinik adalah unit yang melayani pelayanan rawat jalan yang
meliputi tindakan pencegahan, pengobatan dan pemulihan terhadap pasien umum atau yang
membutuhkan tindakan pengobatan dasar dan pelayanan gigi dasar, serta pembedahan minor
yang mungkin dilakukan di puskesmas Tapen.
Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari pelayanan
kedokteran. Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan
pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung
jawabkan.(standart pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed depkes RI thn 1999). Sedangkan
Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan,
pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang
disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak
memerlukan pelayanan perawatan. poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan
diagosis dini,yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut
dalam tahap pengobatan penyakit. Pelayanan rawat jalan dibagi menjadi beberapa bagian atau
poliklinik.
Poli umum merupakan tempat pelayanan yang bertugas melakukan penanganan medis
terhadap pasien . Kegiatan yang dilakukan oleh poli umum adalah melakukan pemeriksaan
pasien secara umum dengan melihat indikasi atau gejala – gejala yang di derita oleh pasien.
Petugas yang ada di poli umum dalam 1 hari terdiri dari 1orang dokter, 2 orang perawat yang
secara bergantian melayani pasien yang datang dan administrasi.
Balai pengobatan poli umum merupakan salah satu dari jenis layanan di puskesmas
yang memberikan pelayanan dokter umum berupa pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
penyuluhan kepada pasien atau masyarakat agar tidak terjadi penularan dan komplikasi
penyakit, serta meningkat kan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang
kesehatan.
Pada tahun 2015 jumlah pasien di puskesmas tapen yaitu 11.910 pasien. Adapun 10
besar penyakit yang sering ditemukan di poli umum puskesmas Tapen, diantaranya: myalgia
(6,70%), ISPA (6,69%), gastritis (5,16%), hipertensi (5,07%), common cold (3,53%), diabetes
mellituS(3,42%),cedera(1,98%),cephalgia(1,70%),dermatitis(1,14%), asma dan penyakit
pernafasan kronis (1,02%). Beberapa penyakit yang tidak dapat ditangani di Puskesmas, poli
umum dapat memberikan rujukan rawat jalan melalui primary care apabila pasien memiliki
BPJS, dan manual apabila memiliki KJS.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya pendidikan masyarakat dalam
era globalisasi ini puskesmas dituntut untuk menyediakan pelayanan yang bermutu.
Puskesmas dapat dikatakan bermutu apabila dalam melayani masyarakat telah sesuai dengan
standar pelayanan yang telah ditentukan dan pelanggan merasa puas.

B. TUJUAN PEDOMAN
a. TujuanUmum
i. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat
ii. Meningkatkan kepuasan pelanggan atau konsumen puskesmas
b. TujuanKhusus
i. Melaksanakan program-program sesuai standar puskesmas
ii. Melaksanakan pembenahana dministrasi dan system manajemen
puskesmas
iii. Membuat komitmen yang dipenuhi dan dipatuhi oleh seluruh staff dalam
rangka memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas

C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran kegiatan poli umum di puskesmas meliputi :
a) Pelayanan pengobatan penyakit menular dan tidak menular
b) Pelayanan pasien gangguan jiwa
c) Pelayanan pemeriksaan haji
d) Pelayanan surat keterangan sehat
e) Pelayanan surat keterangansakit/istirahat
f) Pelayanan rujukan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di puskesmas.

A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pelayanan BP yang dilaksanakan di UPTD Puskesmas Tapen meliputi :
1. Pelayanan dalam gedung meliputi:
a. Perencanaan usulan kegiatan;
b. Pelaksanaan kegiatan;
c. Pelayanan pengobatan penyakit menular dan tidak menular.
d. Pelayanan pengobatan pasien gangguan jiwa .
e. Pelayanan pemeriksaan haji .
f. Pelayanan surat keterangan sehat .
g. Pelayanan surat keterangan sakit
h. pelayanan rujukan
i. Penyuluhan
j. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
k. pemantauan dan evaluasi pengelolaan.

2. Pelayanan luar gedung:


a. Pelayanan puskesmas keliling
b. Penyuluhan.
c. P3K
B. Batasan Operasional
Pelayanan balai pengobatan ( BP ) merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas
yang dilakukan melalui :
a. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan .
b. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila di perlukan.
c. Melibatkan keluarganya dalam menjaga kesehatan pasien
d. Memberi tahu pada pasien terhadap hak dan kewajiaban pasiaen .
e. membuat suarat persetujuan dan penolakan terhadap semua tindakan terhadap pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusia di unit poli rawat jalan adalah dokter umum dan perawat, serta bagian
administrasi. Kompetensi sumber daya manusia di poli rawat jalan berdasarkan kompetensi
profesi yang harus dimiliki.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM pelayanan BP Puskesmas Tapen adalah :

Tahun 2016
N
Ketenagaan MANDIRI / Jumlah
o PNS PTT
MAGANG
1 Dokter Umum 3 0 0 3
2 perawat 7 12 1 20

D. JADWAL KEGIATAN
Adapun penjadwalan untuk dokter dan perawat mengikuti jadwal yang dibuat oleh
penanggung jawab rawat jalan.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Ruangan poli rawat jalan diatur sedemikian hingga agar pelayanan bisa berjalan lancar.
Akses ke kamar obat dan laboratorium juga harus mudah terjangkau dari poli umum rawat
jalan. Untuk denah disertajkan terlampir.

Poli. KIA / KB R. LOKET R. UGD Poli . BP Poli GIGI Ruang OBAT R. PONED

Ruang tunggu

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas di poli rawat jalan terdiri dari :
1. Computer
2. Meja administrasi
3. Lemari administrasi
4. Perangkat audio
5. Meja pemeriksaan
6. Tensimeter
7. Senter
8. Stetoskope
9. Thermometer
10. Kertas resep
11. Kertas rujukan
12. Bed pemeriksaan
13. Printer
14. Westafel
15. Kertas permintaan laboratorium
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
a. Pelayanan pengobatan penyakit menular dan tidak menular
b. Pelayanan pasien gangguan jiwa
c. Pelayanan pemeriksaan haji
d. Pelayanan surat keterangan sehat
e. Pelayanan surat keterangansakit/istirahat
f. Pelayanan rujukan untuk penyakit yang tidak dapat ditangani di puskesmas

B. METODE

PELAYANAN DI BP

1. Pasien setelah mendaftar di loket


2. Petugas loket mengantar famili forder ke Ruang BP.
3. Petugas BP memanggil pasien dan mencocokan Identitas pasien kalau cocok/ sesuai langsung di
anamnesa bila tdak cocok atau tidak sesuai petugas mengembalikan ke loket.
4. Petugas BP , Melakukan anamnesa,dan pemeriksaan sesuai dengan stadart pelayanan yang ada di
5. Dokter memberikan resep apabila penderita tidak perlu tindakan lebih lanjut
6. Petugas melakukan rujukan antar poli ke laborat , KIA /KB , poli gigi , UGD , poli Gizi apabila
Penderita perlu penangan lebih lanjut.
7. Membuat Rujukan ke pelayanan yang lebih tinggi ( RS. )
8. Membuat Surat keterangan sehat , dan surat keterrangan sakit.
9. petugas mencatat di regester rawat jalan
10. Menjelaskan semua hasil pemeriksaan.
11. Memberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan pasien
12. Menyampaikan pesan kontrol ulang.
13 . Pencatatan dan pelaporan
14 . Memasukkan data kesimpus.
C. LANGKAH KEGIATAN
Kegiatan instalasi rawat jalan
1. Persiapan kelengkapan alat di poli umum
 Petugas administrasi poli sebelum pelayanan mengecek kelengkapan alat- alat
penunjang pemeriksaan seperti tensimeter, stetoskop, thermometer, dan senter.
Serta dokumen pendukung seperti kertas resep, pengantar laboratorium, blangko
rujukan dan lainnya
2. persiapan pemeriksaan pasien
 Pasien yang sudah terdaftar dan teridentifikasi menuju di poli yang dituju
 Petugas administrasi poli menerima rekam medis dari bagian pendaftaran, dan
mencatat di buku bantu rawat jalan
 Pasien menunggu di poli sesuai antrian
 Pasien di panggil sesuai antrian
 Pasien siap dilakukan pemeriksaan
3. Kajian awal : adalah suatu proses untuk menegakkan diagnose.
 Pasien yang sudah teridentifikasi dilakukan anamnesa keluhan penyakit sekarang,
anamnesa keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, dan
riwayat alergi
 Bila pasien alergi diberi tanda khusus pada rekam medisnya
 Pasien dilakukan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda- tanda vital
( tensi, nadi, temperature, respiratory rate) dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
 Bila diperlukan maka, dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium
 Dokter menyimpulkan diagnose medis dan diagnose keperawatan oleh tenaga
paramedis
 Semua kegiatan dilakukan pencatatan pada rekam medis pasien
4. Penyusunan rencana layanan medis : adalah kegiatan menyusun terapi atau pengobatan
yang akan dilakukan untuk pasien sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi pasien
agar pasien mendapatkan pengobatan yang tepat dan maksimal.
 Pasien yang sudah terdiagnosa medis dan keperawatan dilakukan perencanaan
sesuai kebutuhan dan masalah kesehatan pasien
 Jika di perlukan maka dilakukan konsul antar poli
 Petugas melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana layanan yang telah disusun
 Pasien mengambil obat ke kamar obat
5. Melibatkan pasien dalam menyusun rencana pelayanan : adalah merupakan suatu cara
untuk mengajak pasien dalam penyusunan rencana pelayanan dengan mempertimbangkan
kebutuhan biologis, psikologis, ekonomis yang ada di Puskesmas.
 Pasien yang sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan sekiranya memerlukan
pemeriksaan penunjang di KIE sesuai masalah kesehatan pasien oleh tenaga
medis/ paramedis
 Pasien menentukan setuju atau tidak, jika setuju maka dilakukan pemeriksaan
penunjang, bila tidak setuju maka petugas medis/ paramedis langsung
mendiagnosa pasien
 Petugas medis/ paramedis menyusun rencana layanan klinis dan di KIE ke pasien
tentang alternative pengobatannya bila ada
 Petugas medis/ paramedis menuliskan resep/ tindakan sesuai pilihan pasien bila da
alternative pilihan rencana terapi
 Semua kegiatan didokumentasikan di rekam medis pasien
6. Layanan terpadu ; adalah layanan kesehatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan pasien dengan melibatkan tim kesehatan secara komprehensif sehingga
tercapai hasil yang diharapkan.
 Pasien yang sudah terdiagnosa di KIE tentang masalah kesehatannya kepada
pasien dan tindakan yang mungkin diperlukan oleh pasien
 Petugas medis/ paramedis juga meng KIE pasien jika memerlukan konsultasi
antar poli/ antar profesi sesuai kebutuhan kesehatan pasien
 Jika pasien setuju, maka petugas medis/ paramedis menulis di format rujukan
internal
 Petugas mengantar rekam medis ke tempat poli rujukan
 Pasien dan rekam medis diterima di poli rujukan diurutkan sesuai antrian poli
rujukan
 Pasien di periksa di poli rujukan
 Petugas menuliskan jawaban pemeriksaannya pada format rujukan internal di
rekam medis pasien
 Pasien di KIE untuk kontrol bila ada keluhan
 Pihak penerima rujukan selalu berkoordinasi dengan pengirim rujukan bila ada
masalah yang dianggap serius
7. Pendidikan/penyuluhan pasien : adalah merupakan suatu cara untuk menyampaikan
informasi tentang kesehatan atau saran selama menjalani pengobatan, agar tercipta
pengobatan yang optimal.
 Semua pasien yang yang sudah terdiagnosa dilakukan penyuluhan /pendidikan
dan informasi tentang masalah kesehatannya
 Pemberian informasi bisa berupa pamphlet
 Dilakukan evaluasi sejauh mana pasien dan keluarga memahami tentang
informasi yang disampaikan petugas
 Jika pasien/ keluarga pasien memahami maka petugas menuliskan KIE + pada
rekam medis pasien dan buku periksa pasien
 Dilakukan kontrol sesuai kesepakatan tergantung keluhan dan masalah kesehatan
pasien.
8. Pelayanan klinis : adalah proses memberikan pelayanan klinis sesuai dengan masalah
kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien.
 Pasien yang sudah terdiagnosa di KIE tentang kesehatan dan penyakitnya
 Dilakukan pelayan klinis sesuai dengan protap penyakit pasien
 Bila memerlukan tindakan maka pasien menandatangani informed konsent
 Semua kegiatan di dokumentasikan dalam rekam medis pasien
9. Menghindari pengulangan yang tidak perlu : adalah menghindari mengulangi tindakan
yang sudah dilaksanakan, semua jenis pelayanan harus dimasukkan dalam dokumen
rekam medis supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
 Pasien yang sdh dilakukan pemeriksaan fisik bila memerlukan pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium maka petugas medis/ paramedis melihat jejak
rekam medisnya yaitu riwayat penyakit, riwayat pengobatan, kemudian
mempertimbangkan kebutuhan pemeriksaan penunjang laboratorium perlu di
ulang atau tidak bila sudah ada jejak riwayatnya.
 Petugas medis/ paramedis mendiagnosa pasien
 Petugas medis/ paramedis menyusun rencana pengobatan maupun tindakan
 Petugas medis/ paramedic melihat jejak rekam medisnya apa perlu mengulang
pengobatan/ tindakannya lagi atau menentukan pengobatan/ tindakan baru.
10. layanan klinis yang menjamin kesinambungan layanan : adalah pelayanan klinis yang
dilakukan untuk pasien mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual dengan melibatkan
seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan pasien.
 Pasien yang sudah mendapat layanan klinis dilakukan monitoring dan evaluasi
sesuai kebutuhan
 Petugas medis/ paramedis memberikan KIE kepada pasien atau keluarga pasien
untuk datang kembali kontrol bila ada keluhan atau dengan suatu pertimbangan
khusus pasien perlu kontrol sesuai masalah kesehatan pasien, petugas yang
menentukan waktu kontrol bila ada pertimbangan khusus
 Petugas mendokumentasikan hasil kegiatannya pada rekam medis
11. Alternatif penanganan pasien yang tidak mungkin dilakukan di Puskesmas : adalah suatu
tindakan penjelasan kepada pasien tentang alternative penanganan pasien yang tidak
mungkin dilakukan di Puskesmas Tapen.
 Pasien yang sudah terdiagnosa maka petugas medis/ paramedic merncanakan
terapi sesuai kebutuhan pasien.
 Untuk kasus –kasus tertentu yang mempunyai beberapa alternative pilihan terapi,
maka petugas memberitahukan alternative tersebut dengan menginformasikan
keuntungan dan kekeurangan semua alternative pengobatan, tentang efek
sampingnya dan pengaruhnya terhadap kondisi pasien.
 Alternative penanganan tersebut tidak mungkin dilakukan ndi Puskesmas.
 Pasien/ keluarga pasien dipersilahkan untuk memilih alternative penanganannya
 Pasien/ keluarga pasien menandatangani informed konsent
 Petugas menyiapkan rujukan, serta mempersilahkan pasien/ keluarga pasien untuk
memilih Rumah Sakit rujukan berdasarkan kebutuhan pasien, maupun
berdasarkan asuransi yang menanggung pasien
 Pasien siap di rujuk.
12. Merujuk pasien ke Rumah Sakit dari poli umum : adalah merujuk pasien yang
memerlukan fasilitas yang lebih lengkap baik untuk pengobatan, pemeriksaan penun jang,
maupun untuk kebutuhan spesialistik pasien yang tidak mampu dilayani di Puskesmas.
 Pasien yang sudah di diagnosa oleh petugas medis/ paramedis dan ternyata
memerlukan rujukan ke Rumah Sakit untuk pengobatan/ perawatan lebih lanjut.
 Maka petugas paramedisnya membuatkan rujukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, untuk pasien BPJS surat rujukan menggunakan format dari BPJS, untuk
pasien umum menggunakan surat rujukan pasien umum, sedangkan untuk pasien
KJS (kartu Jombang Sehat) di buatkan rujukan khusus KJS.
 Jika pasien masih bisa rawat jalan maka rujukan ke poli, sedangkan untuk kasus
gawat darurat maka petugas poli umum mengirim pasien ke UGD untuk
mendapatkan penanganan awal sebelum di rujuk, dan proses rujukan sesuai
dengan protap rujukan dari UGD.
13. Pemberian resep
 Pasien yang sudah terdiagnosa dilakukan perencananaan layanan medis
 Petugas medis menuliskan resep pada kertas resep.
 Pasien yang sudah membawa resep dipersilahkan untuk mengambil obat di kamar
obat
 Untuk obat- obat tertentu seperti obat golongan G, narkotika, dan psikotropika,
penulisan resepnya hanya oleh dokter.
14. Pemberian surat ijin istirahat
 Pemberian surat ijin hanya dilakukan oleh dokter
 Hanya dikeluarkan dengan melihat kasus dan keadaan pasien yang memerlukan
( sesuai indikasi)
 Jumlah hari disesuaikan dengan keadaan umum pasien dan jenis kasusunya
 Surat ijin yang sudah ditandatangani dokter, kemudian distempel puskesmas oleh
pihak administrasi
 Pihak administrasi membuat nomer surat ijin istirahat dan menuliskannya pada
buku bantu surat ijin istirahat pasien
 Surat ijin diberikan pada pasien
 Untuk pasien yang tidak indikasi untuk mendapatkan surat ijin istirahat, maka
dokter atau paramedis bisa membuatkan surat keterangan berobat.
15. Pemberian surat keterangan sehat
 Pelanggan yang memerlukan surat keterangan sehat harus mendaftar di bagian
loket pendaftaran dan menceritakan keperluannya untuk surat keterangan sehat
 Pasien yang sudah terdaftar menunggu antrian di poli umum /BP, sementara itu
petugas loket pendaftaran mengantarkan blangko surat keterangan sehat ke pihak
administrasi BP
 Petugas administrasi BP membawa blangko surat keterangan sehat dan
memanggil pelanggan masuk untuk dilakukan pemeriksaan.
 Tenaga medis/ paramedic melakukan pemeriksaan dan menuliskan kesimpulannya
pada blangko surat keterangan sehat
 Hanya dokter yang bisa menandatangani surat keterangan sehat
16. Pemberian surat keterangan berobat.
 Untuk pasien yang meminta surat ijin sakit tetapi tidak memenuhi syarat untuk
diberikan surat keterangan sakit maka dibuatkan surat keterangan berobat.
 Petugas medis maupun paramedic bisa memberikan surat keterangan berobat.
17. Pencatatan nomer surat keluar dari poli (termasuk surat ijin sakit, surat keterangan
berobat, dan surat keterangan sehat )
 Surat yang telah mendapatkan tandatangan dari dokter ataupun dari paramedic
( untuk surat keterangan berobat) diserahkan kepada pihak administrasi poli
 Petugas administrasi poli menuliskan kode nomer sesuai ketentuan berdasarkan
bagian poli yang memberikan, selain itu juga mencatat diagnose, lama hati ijin,
dan petugas yang memberikan.
 Petugas administrasi memberi stempel di surat tersebut
 Petugas administrasi poli memberikan surat tersebut kepada pasien.
18. Merapikan peralatan setelah pelayanan
 Setelah pasien habis, petugas administrasi poli merapikan semua peralatan dan
surat rujukan dan sejenisnya
 Menaruh semua peraltan pada laci dan menguncinya
 Mematikan computer
19. Input data pasien ke p-care/ SIMPUS dari unit layanan
 Pasien yang sudah mendapatkan layanan klinis, maka data mulai anamnesa
sampai terapinya d masukkan ke p- care dan SIMPUS.
 Semua data pasien masuk ke SIMPUS, khusus untuk pasien BPJS saja yang di
masukkan ke p-care
20. Rujukan khusus
 Untuk pasien yang khusus dengan diagnose tertentu yang hanya bisa di layani/
terapi hanya bisa di rumah sakit khusus, tidak memerlukan rujukan berjenjang.
 Pasien tersebut harus sudah ada keterangan diagnose dari rumah sakit rujukan.
 Tanpa disertai nomer rujukan, dan pasien harus minta tanda tangan dari kantor
BPJS setemapt.
 Hasil pemeriksaan penunjang dan keterangan diagnose harus di catat di rekam
medis ataupun bisa d copy di tempel ke rekam medis pasien tersebut. Data
tersebut tidak boleh di ambil dari pasien.
 Petugas harus mencatat perjalanan penyakit dan jejak rujukannya ke dalam rekam
medis.
 Petugas membuatkan rujukan dengan format dari BPJS
 Setelah surat rujukan selesai dan ditandatangani dokter, pasien di suruh ke kantor
BPJS setempat.
 Contoh diagnose khusus : cancer yang butuh kemoterapi.
21. P-care trouble
 Bila terjadi gangguan akses internet dan di perlukan rujukan BPJS, maka di
lakukan rujukan manual yang bertuliskan P-care trouble
 Setelah format di tandatangani dokter, surat rujukan tersebut diserahkan ke pasien.
22. SIMPUS trouble
 Bila terjadi gangguan akses internet, maka tidak bisa memasukkan data lewat
SIMPUS.
 Sehingga harus menulis data secara manual di register loket
 Petugas semua unit harus menyalin data ke SIMPUS, bila suatu saat akses internet
bisa dilakukakan.

Alur pelayanan poli umum

Diagnosa penyakit yang mampu laksana di Puskesmas Tapen


Berikut ini adalah diagnosa penyakit yang harus tuntas dilayani di fasilitas kesehatan
primer/ Puskesmas Tapen di era BPJS.
(sumber SKDI, Pekonsil kedokteran Indonesia 2012)
1. Kejang Demam
2. Tetanus
3. HIV AIDS tanpa komplikasi
4. Tension headache
5. Migren
6. Bell’s Palsy
7. Vertigo (Benign paroxysmal positional Vertigo)
8. Gangguan somatoform
9. Insomnia
10. Benda asing di konjungtiva
11. Konjungtivitis
12. Perdarahan subkonjungtiva
13. Mata kering
14. Blefaritis
15. Hordeolum
16. Trikiasis
17. Episkleritis
18. Hipermetropia ringan
19. Miopia ringan
20. Astigmatism ringan
21. Presbiopia
22. Buta senja
23. Otitis eksterna
24. Otitis Media Akut
25. Serumen prop
26. Mabuk perjalanan
27. Furunkel pada hidung
28. Rhinitis akut
29. Rhinitis vasomotor
30. Rhinitis vasomotor
31. Benda asing
32. Epistaksis
33. Influenza
34. Pertusis
35. Faringitis
36. Tonsilitis
37. Laringitis
38. Asma bronchiale
39. Bronchitis akut
40. Pneumonia, bronkopneumonia
41. Tuberkulosis paru tanpa komplikasi
42. Hipertensi esensial
43. Kandidiasis mulut
44. Ulcus mulut (aptosa, herpes)
45. Parotitis
46. Infeksi pada umbilikus
47. Gastritis
48. Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)
49. Refluks gastroesofagus
50. Demam tifoid
51. Intoleransi makanan
52. Alergi makanan
53. Keracunan makanan
54. Penyakit cacing tambang
55. Strongiloidiasis
56. Askariasis
57. Skistosomiasis
58. Taeniasis
59. Hepatitis A
60. Disentri basiler, disentri amuba
61. Hemoroid grade ½
62. Infeksi saluran kemih
63. Gonore
64. Pielonefritis tanpa komplikasi
65. Fimosis
66. Parafimosis
67. Sindroma duh 9discharge) genital (GO dan NGO)
68. Infeksi saluran kemih bagian bawah
69. Vulvitis
70. Vaginitis
71. Vaginosis bakterialis
72. Salphingitis
73. Kehamilan normal
74. Aborsi spontan komplit
75. Anemia defisiensi besi pada kehamilan
76. Ruptur perineum tingkat ½
77. Abses folikel rambut/kelj sebasea
78. Mastitis
79. Cracked nipple
80. Inverted nipple
81. DM tipe 1
82. DM tipe 2
83. Hipoglikemi ringan
84. Malnutrisi energi protein
85. Defisiensi vitamin
86. Defisiensi mineral
87. Dislipidemia
88. Hiperurisemia
89. Obesitas
90. Anemia defiensi besi
91. Limphadenitis
92. Demam dengue, DHF
93. Malaria
94. Leptospirosis (tanpa komplikasi)
95. Reaksi anafilaktik
96. Ulkus pada tungkai
97. Lipoma
98. Veruka vulgaris
99. Moluskum kontangiosum
100. Herpes zoster tanpa komplikasi
101. Morbili tanpa komplikasi
102. Varicella tanpa komplikasi
103. Herpes simpleks tanpa komplikasi
104. Impetigo
105. Impetigo ulceratif ( ektima)
106. Folikulitis superfisialis
107. Furunkel, karbunkel
108. Eritrasma
109. Erisipelas
110.Skrofuloderma
111. Lepra
112. Sifilis stadium 1 dan 2
113. Tinea kapitis
114. Tinea barbe
115. Tinea facialis
116. Tinea corporis
117. Tinea manus
118. Tinea unguium
119. Tinea cruris
120. Tinea pedis
121. Pitiriasis versicolor
122. Candidiasis mucocutan ringan
123. Cutaneus larvamigran
124. Filariasis
125. Pedikulosis kapitis
126. Pediculosis pubis
127. Scabies
128. Reaksi gigitan serangga
129. Dermatitis kontak iritan
130. Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant)
131. Dermatitis numularis
132. Napkin ekzema
133. Dermatitis seboroik
134. Pitiriasis rosea
135. Acne vulgaris ringan
136. Hidradenitis supuratif
137. Dermatitis perioral
138. Miliaria
139. Urtikaria akut
140. Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption
141. Vulnus laseraum, puctum
142. Luka bakar derajat 1 dan 2
143. Kekerasan tumpul
144. Kekerasan tajam
Kasus pasien terbanyak tahun 2015 yang ditangani di poli umum puskesmas Tapen :
1. Penyakit sendi
2. ISPA
3. Gastritis
4. Hipertensi
5. Common Cold
6. Diabetes Mellitus
7. Cidera
8. Cepalgia
9. Dermatitis
10. Asthma dan Penyakit paru kronis bawah

Rujukan internal/ pelayanan terpadu


Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan didalam
institusi tersebut. Dalam hal ini antar unit poli di dalam lingkungan Puskesmas bisa saling
merujuk sesuai dengan kebutuhan pasien. Rujukan internal bisa untuk keperluan penegakan
diagnosis ataupun untuk penyusunan rencana layanan klinis yang memerlukan kerjasama antar
profesi
Kriteria pasien yang di rujuk ke Rumah Sakit
 Pengobatan atau tindakan tertentu yang di perlukan tidak bisa dilakukan di
Puskesmas
 Membutuhkan fasilitas atau peralatan yang tidak dimiliki Puskesmas atau
peralatan yang dibutuhkan sedang rusak
 Petugas professional (ahli) yang tidak dimiliki puskesmas
 Ruang rawat inap Puskesmas penuh
 Atas permintaan pasien dan atau keluarga untuk pindah rawat di rumah sakit yang
ditu
BAB V
LOGISTIK

Penyediaan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan balai pengobatan ( BP )


berdasarkan rencana usulan kegiatan.Untuk pelaksanaan sesuai dengan rencana pelaksaan
kegiatan baik ada dana maupun tidak ada dana tetap di laksanakan sesuai dengan prosedur yang
ada. Pelayanan di puskesmas bisa memakai dana BOK,Retribusi , jkn ll
BAB VI
KESELAMATAN DAN SASARAN PROGRAM

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah melindungi pasien dan masyarakat dari penularan
penyakit / infeksi silang.
Sistem ini mencegah terjadinya:
 Kesalahan akibat dari tindakan petugas yang tidak kompeten
 Efek samping dari tindakan yang tidak sesuai prosedur.

B. Tujuan
Pelayanan farmasi bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Poli Balai pengobatn ( BP ) di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Poli Balai pengobatan ( BP ) yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait
dalam Pelayanan Poli Balai Pengobatan ( BP )
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan Obat
secara rasional.

C. Sasaran keselamatan Pasien


Sasaran Keselamatan Pasien Poli Balai Pengobatan ( BP ) meliputi tercapainya hal-hal sebagai
berikut :
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Ketepatan pemberian obat
3. Ketepatan indikasi
4. Ketepatan dalam pemberian dosis
5. Waspada terhadap efek samping obat yang kemungkinan akan ditimbulkan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpapar infeksi, oleh sebab
itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.

I. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri,
pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

II. Tindakan yang beresiko terpapar infeksi


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Minimnya penggunaan masker.
c. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
d. PI belun di laksanakan sesuai standart.

III. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur keselamatan kerja dalam pelayanan alai pengobatan ( BP ) yaitu :
a. menjamin kepastian hukum bagi tenaga Kesehatan terutama bidan.
b. melindungi pasien dan masyarakat dari kejadian mal praktek
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu klinis yang digunakan di poli Balai Pengobatan ( BP ) Puskesmas Tapen dalam
memberikan pelayanan adalah 90 % pasien di periksa dokter .
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan format tersendiri dan dievaluasi serta
dilaporkan setiap bulan pada wakil manajemen mutu dan akan disampaikan kepada semua staf pada saat
tinjauan manajemen
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman pelayanan Poli Balai Pengobatan ( BP ) Puskesmas Tapen  ini dibuat
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, sehingga Pelayanan Kesehatan
khususnya pelayanan Poli B Poli umum merupakan tempat pelayanan yang bertugas melakukan
penanganan medis terhadap pasien . Kegiatan yang dilakukan oleh poli umum adalah
melakukan pemeriksaan pasien secara umum dengan melihat indikasi atau gejala – gejala
yang di derita oleh pasien. Petugas yang ada di poli umum dalam 1 hari terdiri dari 1orang
dokter, 2 orang perawat yang secara bergantian melayani pasien yang datang dan
administrasi.
Balai pengobatan poli umum merupakan salah satu dari jenis layanan di puskesmas
yang memberikan pelayanan dokter umum berupa pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
penyuluhan kepada pasien atau masyarakat agar tidak terjadi penularan dan komplikasi
penyakit, serta meningkat kan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang
kesehatan.
Balai pengobatan ( BP ) di Puskesmas Tapen dapat berjalan sesuai harapan dan kebutuhan
masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai