Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAYANAN

KESEHATAN GIGI DAN MULUT


UPTD PUSKESMAS TAPEN

UPTD PUSKESMAS TAPEN


2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi tingginya dapat terwujud.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93 dan 94 dinyatakan


bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit
gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi
perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah, serta
pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat
dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.

Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian besar penduduk
Indonesia. Di banyak negara, sebagian besar karies pada anak-anak masih tidak diobati sehingga
mengakibatkan sakit gigi, penyakit pulpa, ulserasi mukosa di jaringan sekitarnya, abses dan fi
stula. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan umumanak. Di seluruh dunia, karies
berkontribusi 15 kali lebih tinggi sebagai beban penyakit disabilityadjusted life year (DALY)
dibandingkan dengan penyakit periodontal. Keterbatasan (disable) berarti rasa sakit dan
ketidaknyamanan serta kurangnya perawatan diri, sering tidak masuk sekolah, gangguan kognisi,
terganggunya kegiatan interpersonal, gangguan tidur dan berkurangnya energi.

Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75% penduduk Indonesia


mengalami riwayat karies gigi; dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi sebesar 5 gigi se􀆟 ap
orang, diantaranya 4 gigi sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa dipertahankan lagi, sementara
angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi per orang). Juga dilaporkan penduduk Indonesia
yang menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi dan mulut hanya 23%, dan diantara mereka yang
menyadari hal itu, hanya 30% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional
gigi. Ini berarti eff effetive demand untuk berobat gigi sangat rendah, yaitu hanya 7%. Temuan
selanjutnya adalah angka keperawatan yang sangat rendah, terjadinya keterlambatan perawatan
yang tinggi, sehingga kerusakan gigi sebagian besar berakhir dengan pencabutan.

Dengan demikian maka pentingnya untuk menyusun pedoman pelayanan gigi yang
terstruktur yang dapat digunakan sebagai acuan dokter gigi dan perawat gigi dalam pelaksanaan
pelayanan gigi mulut yang baik untuk mencapai keberhasilan dalam meningkatkan kesehatan
gigi mulut di masyarakat.

B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan medik dasar yang
profesionaldan bermutu di sarana kesehatan.
Tujuan Khusus:
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yang aman,
bermanfaat, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan gigi dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dasar.
3. Tersedianya pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar bagi tenaga kesehatan
yang ada di poli gigi

C. Sasaran Pedoman
Tenaga kesehatan yang ada di poli gigi baik dokter gigi dan perawat gigi

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut ini membahas standar
ketenagaan , standar fasilitas yang ada di poli gigi, tata laksana pelayanan poli gigi, logistik poli
gigi, keselamatan sasaran kegiatan poli gigi, keselamatan kerja di poli gigi serta pengendalian
mutu yang ada di poli gigi.

E. Batasan Operasional
1. Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
2. Upaya kesehatan perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP dalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan.
3. Upaya kesehatan masyarakat selanjutnya yang disingkat UKM adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tundakan kedokteran
adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, teraupeutik dan rehebilitatif
yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
6. Dokter atau dokter gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di
dalam maupun di luar negri oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai peraturan
perundangan.
7. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan karakteristik yang
dimiliki suatu produk
8. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang memenuhi kebutuhan
masyarakat yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan kesehatan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia wajar, efisen, dan efektif serta memberikan keamanan dan
memuaskan sesuai norma dan etika.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medik gigi dasar adalah tenaga yang
memiliki surat izin praktek/ surat izin kerja, al:
1. Dokter gigi
2. Perawat gigi

Tenaga baru harus melalui orientasi petugas. Tenaga kesehatan mengikuti seminar dan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelayanan dikoordinir oleh penanggungjawab poli gigi

C. Jadwal Kegiatan

No Hari Nama Drg Nama perawat Lain2


1 Senin Isti kenyo R M. Abid
2 Selasa Isti kenyo R M. Abid
3 Rabu Isti kenyo R M. Abid
4 Kamis Isti kenyo R M. Abid
5 Jum’at Isti kenyo R M. Abid
6 Sabtu Isti kenyo R M. Abid
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Ukuran ruangan 4 x 4 m untuk satu dental unit
2. Setiap ruangan memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup
3. Tersedia air mengalir, listrik, pengelolaan limbah dan sanitasi yang baik

ss
L..A L.A

mej Dental
a unit
B. Standar Fasilitas
Jumlah kondisi
No Jenis peralatan standart Yang berfungsi Tak keterangan
ada berfungsi
I. Set kesehatn gigi dan
mulut
1 ART 1set -
2 Bein Lurus besar 1 2 2
3 Bein lurus kecil 1 2 2
4 Bur intan highspeed 1set 2 biji 2 biji
5 Bur intan contra 1set 1 set 1set
6 Ekskavator berujung
5buah 2 buah 2 buah 3 buah
dua (besar)
7 Ekskavator berujung
5 buah 2 buah 2 buah 3 buah
dua (kecil)
8 Gunting operasi gusi 1 buah 1 buah 1 buah
9 Handpiece contra
1 buah 1 buah 1 buah
angle
10 Handpiece straight 1 buah 1 buah 1 buah
11 Kaca mulut datar
4 buah 6 buah 4 buah 2 buah
no.4 tanpa tangkai
12 Klem 1 buah 1 buah 1 buah
13 Set kursi gigi
elektrik
Kursi gigi 1 buah 1 buah 1 buah
Cuspidor unit 1 buah 1 buah 1 buah
Meja instrumen 1 buah 1 buah 1 buah
Foot controller
1 buah 1 buah 1 buah
highspeed
Kompressor oilness
1 buah 1 buah 1 buah
1 pk
14 Jarum ekstirpasi 1 set 1 set 1 set
15 Jarum K-file (15-40) 1 set 2 biji 2 biji 3 patah
16 Jarum K-file (45-80) 1 set -
17 Light curing 1 buah 1 buah 1 buah
18 Mikromotor 1 buah 1 buah 1 buah
19 Pelindung jari 1 buah 1 buah 1 buah
20 Pemegang matriks 1 buah 1 buah 1 buah
21 Penahan lidah 1 buah 1 buah 1 buah
22 Cryer Distal 1 buah 3 buah 3 buah
23 Cryer Mesial 1 buah 1 buah 1 buah
24 Penumpat Plastis 1 buah 1 buah 1 buah
25 Periodontal probe 1 buah -
26 Penumpat semen 1 buah 2 buah 2 buah
berujung 2
27 Pinset gigi 5 buah 6 buah 6 buah
28 Polishing bur 1 set 1 buah 1 buah
29 Skeler standar, 1 buah 1 buah 1 buah
cangkul kiri
30 Skeler standar, 1 buah 1 buah 1 buah
cangkul kanan
31 Skeler standar 1 buah 1 buah 1 buah
bentuk tombak
32 Skeler standar black 1 buah 1 buah 1 buah
kiri kanan
33 Skeler standar black 1 buah 1 buah 1 buah
kiri kiri
34 Skeler ultrasonik 1 buah 1 buah 1 buah
35 Sonde lengkung 5 buah 4 buah 3 buah 1 buah
36 Sonde lurus 5 buah 2 buah 2 buah
37 Spatula pengaduk 1 buah 3 buah 2 buah 1 buah
semen
38 Spatula pengaduk 1 buah 3 buah 1 buah 2 buah
glassionomer
39 Set tang cabut 1 set 1 set 1 set
dewasa
40 Set tang pencabutan 1 set 1 set 1 set
gigi anak
41 Skalpel mata pisau 1 buah -
bedah besar
42 Skalpel mata pisau 1 buah 1 buah 1 buah
bedah kecil
43 Skalpel, tangkai 1 buah 1 buah 1 buah
pisau operasi
44 Tangkai kaca mulut 5 buah 6 buah 6 buah

II. Bahan habis pakai


1 Betadine solution Sesuai Ada
kebutuhan
2 Sabun tangan Sesuai Ada
kebutuhan
3 Kasa Sesuai Ada
kebutuhan
4 Benang silk Sesuai Ada
kebutuhan
5 Chromik catgut Sesuai -
kebutuhan
6 Alkhohol Sesuai Ada
kebutuhan
7 Kapas Sesuai Ada
kebutuhan
8 Masker Sesuai Ada
kebutuhan
9 Sarung Tangan Sesuai Ada
kebutuhan

III. perlengkapan
1 Baki logam tempat 1 buah 1 buah 1 buah
alat steril bertutup
2 Korentang, 1 buah -
penjepitsponge
3 Lampu spiritus isi 1 buah 1 buah 1 buah
120cc
4 Lemari peralatan 1 buah 1 buah 1 buah
5 Lempeng kaca 1 buah 1 buah 1 buah
pengaduk semen
6 Needle distroyer 1 buah -
7 Silinder korentang 1 buah 1 buah 1 buah
steril
8 Sterelisator kering 1buah 1 buah 1 buah
9 Tempat alkhohol 1 buah -
10 Toples kapas logam 1 buah 1 buah 1 buah
dengan pegas
11 Toples pembuangan 1 buah -
kapas
12 nierbeken 1 buah 5 buah 5 buah

IV. meubelair
1 Kursi kerja 3 buah 3 buah 3 buah
2 Lemari arsip 1 buah 1 buah 1 buah
3 Meja tulis ½ biro 1 buah 1 buah 1 buah
V. pencatatan pelaporan
1 Register pelayanan Sesuai Ada
kebutuhan
2 Kartu rekam medis Sesuai Ada
kebutuhan
3 Formulir informed Sesuai Ada
consent kebutuhan
4 Formulir rujukan Sesuai Ada
kebutuhan
5 Surat keterangan Sesuai -
sakit kebutuhan
6 Formulir dan surat Sesuai Ada
keterangan lain kebutuhan
sesuai kebutuhan
pelayanan yang
diberikan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan standar pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dari kemenkes RI meliputi :
1. Pelayanan kedaruratan gigi
2. Pelayanan pencegahan
3. Pelayanan medik gigi dasar
4. Pelayanan kesehatan rujukan

B. Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas adalah dengan pendekatan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health
Care/PHC). PHC dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan kuratif dan preventiff
mendasar dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat .Pemerintah telah mengadopsi
pendekatan Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care/PHC) di Puskesmas dalam
sistem pelayanan kesehatan nasional.

C. Langkah Kegiatan
1. Pelayanan kedaruratan gigi
Pelayanan kesehatan dalam menghilangkan nyeri gigi dan mulut serta
penatalaksanaan infeksi gigi-mulut dan trauma gigi dilakukan dalam Penanganan
Kegawatdaruratan Medik Gigi, yang meliputi :
a) Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian obatobatan dan
perawatan penambalan gigi
b) Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan
penyangga
c) Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks
2. Pelayanan pencegahan
a) Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi melalui
penyuluhan
b) Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut
melalui program pendidikan kepada kelompok tertentu, program UKGS dan
UKGM
c) Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut,
nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai hygine mulut, pembersihan
karang gigi dan pelaksanaan fissure sealent
3. Pelayanan medik gigi dasar
a) Ekstraksi tanpa komplikasi
b) Restorasi tumpatan
c) Perawatan Saluran Akar
d) Perawatan penyakit/ kelainan jaringan mulut
e) Menghilangkan traumatik oklusi
4. Pelayanan kesehatan rujukan
Memberikan pelayanan rujukan ke tingkat lanjutan yang lebih berkompeten dalam
melakukan perawatan gigi mulut.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk melaksanakan kegiatan pelayanan medik rawat jalan
direncanakan dalam loka karya mini sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Bab ini mengemukakan tentang keselamatan sasaran kegiatan, maksud dari sasaran keselamatan
kegiatan adalah mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan kegiatan yang ada di poli
gigi. Seperti yang diketahui dalam pelayanan poli gigi terdapat kegiatan yang meliputi;
5. Pelayanan kedaruratan gigi
Pelayanan kesehatan dalam menghilangkan nyeri gigi dan mulut serta
penatalaksanaan infeksi gigi-mulut dan trauma gigi dilakukan dalam Penanganan
Kegawatdaruratan Medik Gigi, yang meliputi :
d) Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian obatobatan dan
perawatan penambalan gigi
e) Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan jaringan
penyangga
f) Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks
6. Pelayanan pencegahan
d) Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi melalui
penyuluhan
e) Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut
melalui program pendidikan kepada kelompok tertentu, program UKGS dan
UKGM
f) Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut,
nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai hygine mulut, pembersihan
karang gigi dan pelaksanaan fissure sealent
7. Pelayanan medik gigi dasar
f) Ekstraksi tanpa komplikasi
g) Restorasi tumpatan
h) Perawatan Saluran Akar
i) Perawatan penyakit/ kelainan jaringan mulut
j) Menghilangkan traumatik oklusi
8. Pelayanan kesehatan rujukan
Memberikan pelayanan rujukan ke tingkat lanjutan yang lebih berkompeten dalam
melakukan perawatan gigi mulut.

Di dalam pelaksanaanya setiap kegiatan pelayanan kesehatan gigi mulut di puskesmas Tapen di
dasari oleh sop sebagai pencegahan akan kemungkinan kejadian kecelakaan kegiatan terjadi
sehingga keselamatan kegiatan dapat terpenuhi. Dan berikut merupakan analisa keselamatan
kegiatan dalam kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi puskesmas tapen;

NO KASUS PENCEGAHAN TINDAKAN KET


1 Anafilaktik syok 1.anamnese tentang 1.lakukan tindakan sesuai
riwayat terapi yg lalu sop penanganan
anafilaktik shock

2 Alveolitis pasca 1.terapkan prinsip aseptik 1.lakukan tindakan sesuai


pencabutan dalam setiap tindakan sop penatalaksanaan
2. Laksanakan sop alveolitis (dry socket)
pencabutan
3.laksanakan sop injeksi

3 Perdarahan pasca 1.anamnese tentang 1.lakukan tindakan sesuai


pencabutan riwayat perdarahan sop penatalaksanaaan
2.laksanakan sop perdarahan pasca
pencabutan pencabutan
3.laksanakan sop injeksi
4 Syok neurogenik 1.anamnese tentang 1. Lakukan tindakan
riwayat perawatan gigi sesuai sop penanganan
2. Mengurangi kecemasan syok neurogenik
dan ketegangan pasien
akan perawatan gigi

5 Penggunaan injeksi 1.setelah melakukan 1. Lakukan tindakan


yang tidak single tindakan dengan sesuai sop pengelolaan
use menggunakan jarum spuit habis pakai
maka jarum dibuang/
disimpan sesuai dengan
sop pengelolaan spuit
habis pakai

6 Pemakaian alat 1.alat yang steril dan 1. Lakukan


yang tidak steril tidak steril disendirikan dekontaminasi alat
agar tidak tercampur sesuai sop
2.alat yang tidak steril di dekontaminasi dan
dekontaminasi sesuai sop sterelisasi alat
7 Tertusuk / 1.memberi himbauan 1. Memberi pelindung
tersangkut mata kepada pasien agar pada mata bur dengan
bur highspeed berhati- hati ketika naik/ plastik agar tidak
yang ada di meja turun dari dental unit tersangkut pada pasien
dental unit agar tidak tersangkut (sesuai sop)
mata bur
2.setelah perawatan
selesai meja dental unit
dijauhkan dari pasien
8 Tertukar dalam 1.mencocokkan resep 1. Lakukan tindakan
memberikan resep pasien dengan pasien sesuai sop menulis resep
kepada pasien yang telah diperiksa
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap


kesehatan , terdapat disemua tempat baik di dalam maupun di luar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja , proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
terhindar dari berbagai masalah yabg ditimbulkan akibat pekerjaan.

A. Identifikasi bahaya di poli Gigi


Lokasi Potensi Jenis Bahaya Masalah Kesehatan /
Bahaya kecelakaan kerja
Poli Kecelakaan kerja Benda tajam, alat medis Tertusuk, tersayat, cedera
Gigi
Biologi Mikroorganisme, virus Infeksi hepatitis, tbc, cacar
bakteri air, influenza, HIV, ebola
Kimia Mercuri, amalgam, Gangguan SSP, ginjal,
silikat, klor etil, clorin dermatitis
Ergonomi Posisi janggal Musculoskeletal disorder

Fisik Getaran, bising Renauld syndrom,


pendengaran
Psikososial Bekerja yang monoton Stress kerja

Pengendalian resiko dengan upaya ;


1. Promotif ;
a) Menginformasi potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh petugas
b) Memasang leflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja
c) Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi
2. Preventif;
a) Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun, APD, mengganti
alat yang berbahaya, pengaturan shift kerja
b) Vaksinasi hepatitis
c) Deteksi dini melalui medical check up, pemeriksaan pekerja sebelum masuk kerja,
pindah, pemeriksaan berkala pada pekerja, pemeriksaan khusus pada petugas yang
terpajan bahan berbahaya seperti petugas lab, radiologi.
3. Kuratif;
a) Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
b) Penatalaksanaan kecelakaan akibat kerja
c) Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
d) Melakukan rujukan kasus

Penatalaksanaan limbah poli gigi puskesmas ;

No Jenis Limbah Asal Perlakuan


1 Limbah Kegiatan dapur, kardus obat, plastik  Ditampung dalam kantong
Domestik lain yang tidak infeksius, hitam
terkontaminasi  Selanjutnya dibawa ke TPA
2 Limbah Materi padat yang memiliki sudut  Tidak boleh recapping
benda tajam lancip, dapat menyebabkan luka langsung
tusuk ataupun iris,; contohnya;  Dikumpul dalam savety box
jarum, kaca sediaan, infus set, vial atau kontener lain yang tidak
obat bocor
 Tidak boleh di daur ulang
3 Limbah Limbah yang diduga mengandung  Ditampung dalam wadah
infeksius patogen dalam jumlah cukup untuk yang kuat dan tidak bocor,
menyebabkan infeksi misalnya; tidak boleh dicampur dengan
limbah kultur, stok agen infeksius limbah lain
dari lab, limbah hasil operasi,  Penyimpanan di puskesmas
limbah pasien dengan penyakit tidak boleh lebih dari 48 jam
menular. sejak mulai dari penyimpanan
 Penyimpanan di ruang
khusus, tertutup, ada
pencatatan jumlah timbunan
limbah setiap hari, tidak
mungkin binatang pengerat
masuk, termasuk pembatasan
orang masuk ke ruangan
tersebut.
4 Limbah Limbah berasal dari organ tubuh  Masukkan dalam kontener
patologis misalnya; janin, organ tubuh, kuat dan tidak bocor
muntahan  Perlakuannya sama dengan
limbah infeksius
 Jika limbah padat maka
pengolahan limbah padat
 Jika cair diolah dengan alat
pengolahan limbah cair
5 Limbah Limbah yang mengandung bahan-  Dapat dikembalikan kepada
farmasi bahan obat, vaksin, produk farmasi, produsennya
serum kadaluwarsa  Bila terjadi tumpahan obat
dapat digunakan pasir
absorben untuk menyerap
tumpahan farmasi , tumpahan
farmasi termasuk B3dan harus
dikelola dan diolah oleh pihak
yang khusus dapat mengelola
limbah farmasi
6 Limbah Limbah berasal dari zat kimia  Jika jumlahnya kecil
kimia misalnya; formaldehid, zat rontgen pengelolaannya sama dengan
limbah infeksius
7 Limbah Berasal dari alat medis yang  penampungannya dalam
logam berat mengandung logam berat misalnya tempat yang tidak bocor dan
dari bocoran tensi air raksa kuat,pengelolaannya
bekerjasama dengan dinas
atau lingkungan hidup
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan medik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang
pasien sebaik- baiknya melalui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan terkini,
sehingga probabilitas outcome yang diharapkan meningkat (IOM 1990)
Dalam meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan gigi mulut maka perlu
dilakukannya pengendalian mutu dalam pelayanan kesehatan gigi mulut di poli gigi puskesmas
Tapen. Diperlukan sasaran mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat di kendalikan
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

No Sasaran mutu poli gigi Perencanaan


1 50% keberhasilan perawatan Melakukan perhitungan jumlah gigi permanen dan
pulp capping pada gigi gigi susu dengan indikasi perawatan pulpcapping
permanen maupun gigi susu yang tidak ditemukan adanya suatu keluhan post
perawatan yang selanjutnya dilakukan tindakan
penumpatan tetap pada gigi tersebut

1. Tujuan
a) Untuk mengetahui pencapaian sasaran mutu poli gigi
b) Untuk menentukan rencana tindak lanjut (follow up), terhadap hasil pencapaian

2. Sasaran yang akan diukur


Jumlah gigi permanen dan gigi susu yang terindikasi perawatan pulp capping yang tidak
ditemukan adanya keluhan lagi post perawatan yang selanjutnya dilakukan penumpatan
tetap pada gigi tersebut.

3. Menyediakan buku yang diperlukan


Buku untuk mencatat rekapitulasi jumlah gigi permanen dan gigi susu yang dilakukan
perawatan pulpcapping sampai dilakukan penumpatan tetap.

4. Pelaksanaan teknis
Rekapitulasi jumlah tumpatan tetap pada gigi permanen maupun gigi susu post perawatan
pulp capping dilakukan setiap bulan pada akhir bulan
Rumus : ∑ pasien yang berhasil dilakukan perawatan pulpcapping
X 100%
∑ pasien yang dilakukan perawatan pulpcapping
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas yang ada di poli gigi puskesmas tapen
dalam melaksanakan pelayanan medik dasar gigi di puskesmas. Keberhasilan pelayanan medik
dasar terkait dengan kepatuhan pemberi layanan terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai