Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud.

Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28 H angka (1)


mengamanahkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pada
pasal 34 angka (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal


93 dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan
dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan,
pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah,
serta pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.

Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada


sebagian besar penduduk Indonesia. Di banyak negara, sebagian besar
karies pada anak-anak masih tidak diobati sehingga mengakibatkan
sakit gigi, penyakit pulpa, ulserasi mukosa di jaringan sekitarnya, abses
dan fistula. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan umumanak.
Di seluruh dunia, karies berkontribusi 15 kali lebih tinggi sebagai beban
penyakit disability- adjusted life year (DALY) dibandingkan dengan
penyakit periodontal. Keterbatasan (disable) berarti rasa sakit dan

1
ketidaknyamanan serta kurangnya perawatan diri, sering tidak masuk
sekolah, gangguan kognisi, terganggunya kegiatan interpersonal,
gangguan tidur dan berkurangnya energi.

Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75%


penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi; dengan rata-rata
jumlah kerusakan gigi sebesar 5 gigi setiap orang, diantaranya 4 gigi
sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa dipertahankan lagi, sementara
angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi per orang). Juga
dilaporkan penduduk Indonesia yang menyadari bahwa dirinya
bermasalah gigi dan mulut hanya 23%, dan diantara mereka yang
menyadari hal itu, hanya 30% yang menerima perawatan atau pengobatan
dari tenaga profesional gigi. Ini berarti effective demand untuk berobat gigi
sangat rendah, yaitu hanya 7%. Temuan selanjutnya adalah angka
keperawatan yang sangat rendah, terjadinya keterlambatan perawatan
yang tinggi, sehingga kerusakan gigi sebagian besar berakhir dengan
pencabutan.
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dalam pembangunan
kesehatan mempunyai salah satu fungsi untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Puskesmas juga merupakan unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan. Pelayanan kesehatan tidak hanya mencakup
pelayanan kesehatan umum, tetapi juga mencakup pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut di Puskesmas Somagede masih
masuk dalam 10 besar penyakit yang ada di Puskesmas Somagede.
Dengan adanya pelayanan gigi dan mulut diharapkan masyarakat memiliki
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan setinggi-tingginya, khususnya derajat kesehatan gigi dan mulut.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ini dapat
menjadi pegangan dan arahan bagi tenaga kesehatan gigi, di
Puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.
2
C. RuangLingkup

Lingkup pedoman pelayanan BP gigi diperuntukan khusus untuk


kegiatan di poli gigi. Pelayanan kesehatan gigi dasar dimaksudkan
untuk menyediakan pelayanan preventif dan kuratif yang meliputi :

1. Penanganan kegawatdaruratan gigi dan mulut (Oral Urgent


Treatment/OUT),

2. Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride (Affordable


Fluoride Toothpaste/AFT),

3. Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur) / Atraumatic


Restorative Treatment (ART)

D. Batasan Operasional
1. Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut (Oral
Urgent Treatment/OUT) yang terdiri atas 3 elemen mendasar:

a. Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian


obat-obatan dan perawatan penambalan gigi

b. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi


dan jaringan penyangga

c. Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks

2. Tersedianya Pasta Gigi yang mengandung fluoride dengan


harga terjangkau (Affordable Fluoride Toothpaste/AFT) dan
mudah didapat

3. Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur)


/Atraumatic Restorative Treatment (ART).

Balai Pengobatan Gigi dan mulut adalah tempat/unit pelayanan


yang bertugas penanganan dan perawatan kesehatan gigi serta seleksi
terhadap pasien. Balai pengobatan gigi merupakan salah satu dari jenis
layanan yang ada di Puskesmas Somagede yang memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dasar, seperti pemeriksaan gigi dan mulut,
konsultasi gigi dan mulut, premedikasi, pencabutan gigi anak-anak,
3
pencabutan gigi dewasa, penambalan dengan glass ionomer,
pembersihan karang gigi, perawatan pulpa capping, incisi abses, koreksi
oklusi, maupun lepas jahitan kasus gigi.
Selain itu juga memberikan penyuluhan kepada pasien mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari
menjaga kesehatan pribadi, serta meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

E. Landasan Hukum

1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Peraturan menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/ Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 296/ Menkes/
SK/III/2008 tentang Pengobatan Dasar Puskesmas.

6. Keputusan direktur jenderal bina upaya kesehatan nomor:


HK.02.04/II/964/2012 tentang Pedoman paket dasar pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/MENKES/62/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Gigi

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Untuk menjalankan pelayanan poli gigi dan mulut didukung oleh


tenaga profesional.
A. Kualifikasi Sumber daya manusia
1. Penanggung jawab poli gigi dan mulut adalah seorang dokter gigi
yang bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.
Penanggung jawab poli gigi dan mulut memiliki uraian tugas
seperti :
a. Mengkoordinir kegiatan poli gigi dan mulut
b. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi (POACE) dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi poli gigi dan mulut
c. Mengadakan komunikasi dengan tenaga klinis yang lain
d. Memastikan kegiatan di poli gigi dan mulut berjalan sesuai
dengan standar yang sudah ditetapkan
e. Memastikan peralatan di poli gigi dan mulut yang harus
terkalibrasi sudah dilakukan kalibrasi
f. Memberikan usulan program kerja dan anggaran unit poli gigi
dan mulut
g. Mengembangkan kemampuan SDM unit poli gigi dan mulut
sehingga berperan aktif terwujudnya pelayanan poli gigi dan
mulut yang unggul

B. Distribusi Ketenagaan

N Jabatan PNS D3 D4/S1 S2/spesialis


o
1 Dokter Gigi 1 1

C. Jadwal pelayanan
Senin –Kamis : 07.30 - 14.15
Jumat : 07.30 - 11.15
Sabtu : 07.30 – 12.30

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Poli Gigi Puskesmas Somagede

Keterangan :
= meja = Lemari alat dan bahan
= dental unit
= pintu masuk

B. Standart fasilitas
Poli Gigi Puskesmas Somagede memiliki fasilitas ruangan yang terdiri
dari :
 1 dental unit
 1 unit meja administrasi untuk meletakkan rekam medis yang
masuk ke poli gigi,melayani konsultasi pasien, mengisi rekam
medis dan administrasi lainnya
 1 unit almari
 2 unit kursi duduk untuk pasien
 1 unit kursi beroda duduk drg
 1 buah jam dinding
 1 unit kaca tempel dinding
 1buah tempat sampah medis
 1 buah tempat sampah non medis
 1 unit AC
 1 lampu
 1 unit wastafel
 1 unit telephone antar ruang

6
 1 unit pengharum ruangan
 1 unit sterilisator
 1 unit meja untuk meletakkan sterilisator
 1 unit kompresor
 1 unit scaler ultrasonic

C. TENAGA KESEHATAN PELAKSANA ART

Aplikasi ART dapat dikerjakan oleh dokter gigi dan perawat gigi.

D. INSTRUMEN/ALAT

Peralatan serta bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan


pelayananan gigi dan mulut merupakan peralatan dan bahan yang
memadai.

- Set instrumen gigi dasar (terdiri dari kaca mulut, pinset, sonde)

- Hand instrument ART (terdiri dari hatchet, enamel access cauter,


excavator besar dan kecil) Excavator, hatchet, enamel cauter dan
carver harus tajam, diuji dengan cara sisi pemotong ditancapkan
kedalam kuku ibu jari, bila sewaktu instrumen digeser jika tidak
bergeser berarti instrumen tajam dan jika bergeser berarti tumpul.

- 1 set peralatan tang pencabutan gigi atas dan bawah

- 1 set phantom gigi untuk bahan penyuluhan promosi kesehatan gigi


dan mulut

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENATALAKSANAAN KASUS KEGAWATDARURATAN GIGI DAN


MULUT
1. Abses gigi
Definisi :
Pengumpulan nanah yang telah menyebar dari sebuah gigi ke
jaringan di sekitarnya, biasanya berasal dari suatu infeksi. Abses gigi
yang dimaksud adalah abses pada pulpa dan periapikal.

Penyebab :
Abses ini terjadi dari infeksi gigi yang berisi cairan (nanah) dialirkan ke
gusi sehingga gusi yang berada di dekat gigi tersebut membengkak.

Gambaran Klinis:
- Pada pemeriksaan tampak pembengkakan disekitar gigi yang sakit.
Bila abses terdapat di gigi depan atas, pembengkakan dapat
sampai ke kelopak mata, sedangkan abses gigi belakang atas
menyebabkan bengkak sampai ke pipi. Abses gigi bawah
menyebabkan bengkak sampai ke dagu atau telinga dan
submaksilaris.
- Pasien kadang demam, kadang tidak dapat membuka mulut lebar.
- Gigi goyah dan sakit saat mengunyah.

Diagnosis :
Pembengkakan gusi dengan tanda peradangan di sekitar gigi yang
sakit.

Penatalaksanaan :
- Pasien dianjurkan berkumur dengan air garam hangat.
- Jika abses meluas dapat diberikan:
Dewasa : Amoksisilin 500 mg dan Metronidazol 500 mg
setiap 8 jam

8
Anak : Amoksisilin 10-15 mg/kgbb, setiap 6-8 jam
- Simtomatik : Parasetamol atau ibuprofen atau asam mefenamat
Dewasa : 500 mg setiap 6-8 jam
Anak : 10-15 mg/kgbb, setiap 6-8 jam
- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk
penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi.
- Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat
dilakukan tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.

KIE
- Tujuan penatalaksanaan : menyembuhkan infeksi, menghilangkan
gejala, mencegah komplikasi
- Pencegahan : menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi
setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke
dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan
berair.
- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

2. Pulpitis Akut
Definisi :
Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa
nyeri, merupakan reaksi terhadap toksin bakteri pada karies gigi.

Penyebab :
Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah pembusukan
gigi, penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding
yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk
membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah
peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan jika
berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang
permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa.
Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui
ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan jaringan di
sekitarnya.

9
Gambaran Klinis :
- Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama
malam hari. Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan
pelipis (pulpitis gigi atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi
bawah).
- Bila kemasukan makanan, karena rangsangan asam, manis, atau
dingin akan terasa sakit sekali. Sakit saat mengunyah menunjukkan
bahwa peradangan telah mencapai jaringan periapikal.
- Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka.

Diagnosis :
Nyeri dan tanda peradangan.

Penatalaksanaan :
- Bila tidak ada tenaga kesehatan gigi, lubang gigi dibersihkan
dengan ekskavator dan semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas
dan dimasukkan pellet kapas yang ditetesi eugenol.
- Berikan analgetik bila diperlukan :
Dewasa : parasetamol 500 mg 3 – 4 x sehari, atau analgesik
lainnya seperti ibuprofen atau asam mefenamat
Anak : parasetamol 10-15 mg/kgBB 3 – 4 x sehari
- Bila sudah ada peradangan jaringan periapikal, lihat Abses gigi
- Dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya sesuai dengan
indikasi.

KIE :
- Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan
gejala, mencegah komplikasi
- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi
setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke
dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan
berair (sayur dan buah).

10
3. Gingivitis
Definisi :
Gingivitis adalah inflamasi gingiva marginal atau radang gusi.

Penyebab :
Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor
sistemik. Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan
(plak), pemakaian sikat gigi yang salah, rokok, tambalan yang kurang
baik. Faktor sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM),
ketidakseimbangan hormon (saat menstruasi, kehamilan, menopause,
pemakaian kontrasepsi), keracunan logam, dan sebagainya.

Gambaran Klinis :
- Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah
berdarah, tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal.
- Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah
dan mudah berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya
buruk.
- Ginggivitis herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks.
- Tanda di gusi tidak disertai bau mulut.
- Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang
gejalanya lebih berat: demam, sukar membuka mulut.

Diagnosis :
Peradangan pada gusi.

Penatalaksanaan :
- Pasien dianjurkan untuk memperbaiki kebersihan mulut dan
berkumur dengan 1 gelas air hangat ditambah 1 sendok teh garam,
atau bila ada dengan obat kumur iodium povidon setiap 8 jam
selama 3 hari.
- Bila kebersihan mulut sudah diperbaiki dan tidak sembuh, rujuk ke
Rumah Sakit untuk perawatan selanjutnya. Perlu dipikirkan
kemungkinan sebab sistemik.

11
- Perikoronitis memerlukan antibiotik selama 5 hari: amoksisilin 500
mg setiap 8 jam.
- Di rujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya yaitu
membersihkan karang gigi.

KIE :
- Tujuan penatalaksanaan: menyembuhkan infeksi, menghilangkan
gejala, mencegah komplikasi
- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi
setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke
dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan
berair (sayur dan buah).
- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.
- Alasan rujukan: bila kebersihan mulut sudah diperhatikan dan
penyakit tidak sembuh, perlu dirujuk ke rumah sakit untuk
perawatan selanjutnya.

4. Periodontitis
Definisi :
Peradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan
lanjutan dari peradangan gingiva.

Penyebab :
Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak
dan karang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong
diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan
tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu
lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhan bakteri
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan gigi tersebut tanggal.

Gambaran Klinis :
- Perdarahan gusi
- Perubahan warna gusi
- Bau mulut (halitosis)

12
Diagnosis :
Nyeri pada gingiva

Penatalaksanaan :
- Karang gigi, saku gigi, impaksi makanan dan penyebab lokal
lainnya harus dibersihkan/diperbaiki.
- Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg
setiap 8 jam selama 5 hari.
- Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan
povidon 1%, setiap 8 jam.
- Bila sudah sangat goyah, gigi harus sudah dicabut.
- Analgesik jika diperlukan.

KIE :
- Tujuan penatalaksanaan : menyembuhkan infeksi, menghilangkan
gejala, mencegah komplikasi.
- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi
setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke dokter
gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan berair
(sayur dan buah).
- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

5. Perikoronitis Akut
Definisi :
Peradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi,
terjadi pada molar ketiga yang sedang erupsi.

Penyebab :
Bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari penumpukan
plak dan sisa makanan diantara gigi dan gusi.

Gambaran Klinis :
- Perdarahan gusi
- Perubahan warna gusi
- Bau mulut (halitosis)

13
Diagnosis :
Adanya riwayat sakit gigi yang sedang erupsi khususnya molar tiga,
peradangan di gusi sekitar mahkota gigi.

Penatalaksanaan :
- Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg
setiap 8 jam selama 5 hari.
- Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan
povidon iodin1%, setiap 8 jam.
- Pemberian parasetamol 500 mg 3 - 4 x sehari atau analgesik lain
seperti ibuprofen atau asam mefenamat.
- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk
penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi.
- Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat
dilakukan tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.

KIE :
- Tujuan penatalaksanaan : menyembuhkan infeksi, menghilangkan
gejala, mencegah komplikasi.
- Pencegahan: menjaga kebersihan gigi dan mulut, menggosok gigi
setiap setelah makan pagi dan sebelum tidur, memeriksakan ke
dokter gigi minimal 2x setahun, makan makanan yang berserat dan
berair (sayur dan buah).
- Jangan mengunyah hanya pada satu sisi gigi.

6. Trauma gigi dan jaringan penyangga


Definisi :
Trauma gigi adalah hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atau
periodontal karena sebab mekanis.

Penyebab :
Penyebab trauma gigi paling sering adalah jatuh saat bermain,
berolahraga, kecelakaan lalu lintas dan perkelahian.

14
Gambaran Klinis :
- Perdarahan gusi
- Pembengkakan/luka pada wajah

Diagnosis :
Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras
langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung
terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang
bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan tekanan besar
dan tiba-tiba.

Penatalaksanaan :
- Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan
mulut. Jaringan lunak harus dirawat dengan baik.
- Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan
membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko
adanya keadaan anaerobik. Antiseptik permukaan juga digunakan
untuk mengurangi jumlah bakteri.
- Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila
terdapat luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah
dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik harus
dipertimbangkan kembali.
- Simptomatik: pemberian parasetamol 500 mg 3 – 4 x sehari, atau
analgetik lainnya ibuprofen atau asam mefenamat.
- Bila tidak ada dokter gigi, maka dirujuk ke dokter gigi untuk
penanganan selanjutnya sesuai dengan indikasi.
- Bila ada dokter gigi dengan fasilitas memadai, maka dapat
dilakukan tindakan lebih lanjut sesuai kompetensi dokter gigi.

KIE :
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyembuhkan infeksi,
menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi.

15
7. Karies Gigi
Definisi :
Penyakit infeksi yang merusak struktur gigi sehingga menyebabkan
lubang pada gigi .

Penyebab :
Adanya sisa makanan yang menempel dan menyebabkan
demineralisasi pada lapisan gigi karena aktifitas dari bakteri.

Gambaran Klinis :
- Adanya Lubang gigi

Diagnosis :
- Adanya riwayat sakit gigi, peradangan di gusi sekitar mahkota gigi
dan dijumpai lubang gigi

Penatalaksanaan :

- Dilakukan pemeriksaan pada lubang gigi dengan menggunakan


sonde
- Dilakukan pembersihan jaringan karies dengan menggunakan bur
bulat berkecapatan tinggi, setelah dibersihkan dilakukan irigasi
untuk mengeluarkan debris jaringan karies dengan menggunakan
kapas basah.
- Setelah lubang gigi dibersihkan dilakukan penambalan permanen
dengan menggunakan bahan semen ionomer kaca
- Dilakukan penambalan ART, Tidak menggunakan bur.
- Dilakukan kontrol 1 seminggu setelah selesai penambalan

KIE :

- Tujuan penatalaksanaan untuk mengembalikan fungsi gigi


tersebut.
- Menganjurkan pasien untuk rajin kontrol setiap 6 bulan
sekali
16
B. PENATALAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1. Penggunaan pasta gigi berfluoride
Penggunaan pasta gigi mengandung fluor dianggap paling
efisien dalam mengontrol karies gigi. Namun agar efektif,
kandungan fluor dalam pasta gigi harus tersedia dalam konsentrasi
yang memadai untuk berkontak dengan permukaan gigi Instruksi
yang jelas mengenai penggunaan pasta gigi secara efisien,
termasuk jumlah optimal pasta gigi yang digunakan, metode
berkumur yang benar serta saran untuk mengawasi anak menyikat
gigi harus tertera dalam kemasan pasta gigi.

Menyikat gigi dengan pasta gigi mengandung fluor harus


diupayakan sejak usia dini. Memasyarakatkan sikat gigi dengan
pasta gigi berfluor dalam bentuk sikat gigi bersama dapat
dilaksanakan pada kegiatan UKGM (Usaha Kesahatan Gigi
Masyarakat) misalnya di Posyandu, PAUD (Pendidikan anak usia
Dini) dan UKGS (Usaha kesehatan Gigi Sekolah)

Penatalaksanaan :

- Dilakukan kerjasama lintas sektoral dengan institusi pendidikan


dengan mengadakan demo sikat gigi yang baik dan benar.

KIE :

- Dianjurkan pada siswa supaya membiasakan menyikat sikat gigi


sesuai aturan dan petunjuk di kehidupan sehari-harinya.

- Menganjurkan Kebiasaan tidak berkumur atau berkumur sekali


saja setelah menyikat gigi diikuti dengan membuang sisa pasta
gigi sangat direkomendasikan.

17
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan poskesdes yang bermutu,


maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal,
melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan usulan pemegang program yang sudah berdasarkan hasil pemetaan
masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan
pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan alat
dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis poskesdes diselenggarakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Keperluan logistik di poli gigi dan mulut meliputi bahan medis habis pakai
yang ada di instalasi farmasi Puskesmas Somagede
1. Alur permintaan bahan medis dan non medis

PJ poli Gilut
mengajukan Bag.
Pengadaan
permintaan pengadaan
barang
BMHP logistik
farmasi

Poli gilut

2. Perencanaan
Pengadaan bahan medis poli gigi dan mulut harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan di gudang obat Puskesmas maupun POAK, ada
dan tidaknya stok bahan medis maupun non medis
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
Menghitung pemakaian bahan medis non medis setiap bulannya,
untuk memperkirakan kebutuhan dalam satu tahun, melalui kartu
stok yang ada
c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan barang
Terhitung 30 hari setelah ada perintah kerja dari petugas
pengadaan barang
3. Permintaan
Untuk permintaan bahan medis non medis dilakukan melalui LPLPO.

18
Untuk bahan medis non medis yang buffer stoknya sudah mulai
berkurang, segera mengajukan ke petugas pengadaan, dengan
menuliskan pada buku permintaan barang.
4. Penyimpanan
Stok bahan medis non medis kebutuhan poli gigi dan mulut
penyimpanan ada di gudang obat.
Untuk stok harian bahan medis non medis disimpan di poli gigi, tetapi
untuk obat-obatan yang memerlukan suhu tertentu, disimpan di kulkas
yang ada di ruang laboratorium
5. Penggunaan
Disesuaikan dengan kebutuhan

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) di Unit Pelayanan gigi adalah


suatu sistem dimana membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan
berdasarkan atas latar belakang itulah maka pelaksanaan program
keselamatan pasien di Puskesmas Somagede, salah satunya di Unit
Pelayanan Gigi perlu dilakukan,untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan terutama didalam melaksanakan keselamatan pasien sangat
diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka kejadian KTD dapat
dicegah sedini mungkin.

A.Tujuan Pedoman Keselamatan Pasien


 Terciptanya budaya keselamatan pasien di Unit Palayanan Gigi
 Meningkatnya akuntabilitas Unit Pelayanan Gigi terhadap pasien dan
masyarakat
 Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Unit Pelayanan Gigi
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
 Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan
terarah di Unit Pelayanan Gigi.
 Sebagai acuan yang jelas bagi petugas di Unit Pelayanan Gigi
didalam mengambil keputusan terhadap keselamatan pasien.
 Sebagai acuan bagi Dokter Gigi dan Perawat Gigi untuk dapat
meningkatkan keselamatan pasien.
 Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan
terarah di Unit Pelayanan Gigi.
20
A. MANFAAT :
1. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang bekualitas dan citra
yang baik bagi Unit Pelayanan Gigi
2. Agar seluruh personil Unit Pelayanan Gigi memahami tentang
tanggung jawab dan rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan
pasien.
3. Dapat meningkatkan kepercayaan antara petugas Unit Pelayanan
Gigi dan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan
4. Mengurangi terjadinya KTD di Unit Pelayanan Gigi

Solusi Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Gigi


1. Pastikan Identifikasi pasien
2. Komunikasi secara benar saat akan merujuk pasien ke Unit lain
3. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
 Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated) mis; penggunaan
cairan bayclin untuk merendam alat.
4. Pastikan akurasi pemberian tindakan yang tepat.
5. Hindari kesalahan dalam menggunakan alat yang berakibat fatal
6. Gunakan alat injeksi sekali pakai
7. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan
infeksi nosokomial

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) poli gigi dan mulut
merupakan bagian dari pengelolaan poli gigi dan mulut secara
keseluruhan. Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
mempunyai kewajiban untuk selalu memenuhi salah satu kriteria standar
pelayanan kedokteran gigi di Indonesia,yaitu melaksanakan Kesehatan
Keselamatan (K3).
Prosedur tentang pelaksanaan Kesehatan Keselamatan Kerja
harus dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas.
Dokter gigi sebagai penanggungjawab pelayanan gigi di Poli gigi harus
dapat memastikan seluruh tenaga pelayanan yang bekerja di
lingkungannya mempunyai pengetahuan tentang Kesehatan Keselamatan
Kerja .
Standar kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan gigi
(K3) kebijakan pelaksanaan dan program kesehatan keselamatan kerja,
standard pelayanan K3 di unit pelayanan gigi, standard sarana, program
K3 di unit pelayanan gigi, pengelolaan Jasa dan Barang berbahaya bagi
manusia K3 di unit pelayanan gigi, pembina pengawasan, pencatatan, dan
pengawasan.
Unit pelayanan gigi Puskesmas Somagede merupakan salah satu
unit pelayanan yang wajib melaksanakan K3 yang bermanfaat baik bagi
dokter gigi, perawat gigi, pengunjung/pengantar, pasien maupun pasien
serta masyarakat sekitar.
Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Keselamatan Kerja Unit
Pelayanan Gigi pada setiap petugas unit poli gigi dan mulut wajib
melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti yang tercantum pada
pasal 23 dalam undang – undang kesehatan tahun 1992 :
a. Melaksanakan pendidikan dan pelayanan/pelatihan tentang
kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada pekerjaa di unit
pelayanan gigi dalam menyesuaikan diri baik fisik maupun mental
terhadap pekerjaannya. Maka diperlukan antara lain :

22
b. Informasi umum tentang Unit Pelayanan gigi dan fasilitas atau
sarana yang terkait dengan K3.
c. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya.
d. SPO Kerja, SPO Peralatan, SPO Penggunaan alat pelindung diri
dan kewajibannya.
e. Orientasi K3 di tempat kerja.
f. Melaksanakan pendidikan, pelatihan atau promosi/penyuluhan
kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai
kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.
g. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental/rohani
kemampuan fisik petugas.

B. Penanganan bahan berbahaya dan beracun di unit pelayanan gigi


Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani
tumpahan, cara menggunakan, dll) B3, setiap petugas di unit pelayanan
gigi mengetahui betul jenis dan bahan serta penanganan dengan melihat
SPO dan MSDS yang telah ditetapkan.
1. Penanganan untuk personil
a. Mengenali dengan seksama jenis bahan digunakan dan disimpan
b. Membaca petunjuk yang tertera pd kemasan.
c. Peletakan bahan sesuai ketentuan
d. Penempatan bahan pd ruangan sesuai petunjuk
e. Memerhatikan batas waktu pemakaian
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi dan hampa udara
g. Menghindari kebocoran dan tumpahan.
h. Melaporkan bila ada kebocoran bahan gas ( kompresor )
i. Melaporkan bila ada accident atau near miss
2. Penanganan berdasarkan lokasi
Penempatan tabung kompresor harus berada di luar ruangan unit
pelayanan gigi karena untuk menghindari kebocoran gas dan
kebisingan suara.
3. Pananganan adminisratif
Disetiap penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi
tanda sesuai dengan potensi bahaya yang ada dan lokasi tersebut
tersedia SPO untuk menangani B3 antara lain:

23
a. Cara penanggulangan jika terjadi kontaminasi
b. Cara penangggulangan bila terjai kedaruratan
c. Cara penanganan B3

24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di poli gigi dan mulut Puskesmas


Somagede dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan
adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu
pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (komitmen)
yang selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan mutu
a.Konsumen/pasien
b.Pembayar/asuransi
c.Karyawan
d.Masyarakat
e.pemerintah
f.Ikatan profesi
3) Dimensi Mutu
a.Keprofesian
b.Efisiensi
c.Keamanan Pasien
d.Kepuasan Pasien
e.Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan input,proses dan output
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variabel,yaitu:
a. Input adalah segala daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan,seperti: tenaga, dana, obat, fasilitas,
peralatan, bahan, teknologi, organisasi dll. Pelayanan kesehatan
yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.

25
b. Proses adalah interaksi profesional interaksi profesional antara
pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat)
c. Output adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk
kepuasan dari konsumen tsb.

B. Upaya Peningkatan Mutu


Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya
peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Somagede secara efektif dan
efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Upaya tsb
dilakukan melalui :
a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai standar profesi dan standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu
sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan
pengembangan pelayanan kesehatan
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya,
sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan
dapat diperkecil sesuai dengan target mutu poli gigi dan mulut,serta
kepuasan pelanggan dapat selalu ditingkatkan.
Pemantapan mutu di poli gigi dan mulut Puskesmas Somagede
melalui tahap pre analitik meliputi kegiatan mempersiapkan sebelum
pelayanan, menerima pasien.Tahap analitik meliputi kegiatan
pemeriksaan odontogram, anamnesis, pemeriksaan keluhan utama,
tindakan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan pencatatan hasil
pemeriksaan, pelaporan hasil pemeriksaan ke dalam SIK/Pcare.

26
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Poli gigi dan mulut yang sudah disusun


bersama,sebaiknya menjadi dasar setiap SDM di poli gigi dan mulut
khususnya, dan SDM Puskesmas Somagede dalam menjalankan
organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal. Pedoman ini bertujuan
pada akhirnya untuk kepuasan pelanggan,baik internal maupun eksternal.
Seiring perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman
pelayanan organisasi ini akan direvisi apabila diperlukan.

Disahkan oleh,
Kepala Puskesmas Somagede

Sukoco,SKM.M.Kes
NIP.196701141992031010

27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai