Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN / PANDUAN

RUANG PEMERIKSAAN
GIGI DAN MULUT

KLINIK PRATAMA RAWAT INAP


ASY-SYIFA’
JL. Raya Ploso, Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso
Telp. (0321)885995 Kode Pos : 61453
JOMBANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, pedoman/panduan pelayanan di ruang pemeriksaan gigi dan
mulut dapat terselesaikan. Penulisan pedoman/panduan ini dilakukan dalam
rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan di klinik asy-syifa. Oleh karena
itu kami berharap melalui pedoman/panduan ini dapat membantu terhadap
upaya peningkatan proses pelayanan di klinik asy-syifa.

Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak


memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman/panduan ini, semoga
Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga pedoman/panduan ini bermanfaat terhadap peningkatan pelayanan
yang bermutu di klinik asy-syifa.

Pembuatan pedoman/panduan ini tentunya masih jauh dari sempurna,


untuk itu kami membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan ke
depan.

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama setiap individu,
keluarga, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Keberhasilan
pembangunan kesehatan ditentukan oleh kontribusi dari semua sektor,
berdasarkan fungsi dan perannya masing-masing. Pembangunan
berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap
pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal
93 dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada
sebagian besar penduduk Indonesia. Di banyak negara, sebagian besar
karies pada anak-anak masih tidak diobati sehingga mengakibatkan
sakit gigi, penyakit pulpa, ulserasimukosa di jaringan sekitarnya, abses
dan fistula. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan umum dan
anak. Di seluruh dunia, karies berkontribusi 15 kali lebih tinggi sebagai
beban penyakit disabilityadjustedlife year (DALY) dibandingkan dengan
penyakit periodontal. Keterbatasan (disable) berarti rasa sakit dan
ketidaknyamanan serta kurangnya perawatan diri, sering tidak masuk
sekolah, gangguan kognisi, terganggunya kegiatan interpersonal,
gangguan tidur dan berkurangnya energi.Survei Nasional Riskesdas
2007 melaporkan sebesar 75% penduduk Indonesia mengalami riwayat
karies gigi; dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi sebesar 5 gigi setiap
orang, diantaranya 4 gigi sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa
dipertahankan lagi, sementara angka penumpatan sangat rendah (0,08

3
gigi per orang). Juga dilaporkan penduduk Indonesia yang menyadari
bahwa dirinya bermasalah gigi dan mulut hanya 23%, dan diantara
mereka yang menyadari hal itu, hanya 30% yang menerima perawatan
atau pengobatan dari tenaga profesional gigi. Ini berarti eff ective
demand untuk berobat gigi sangat rendah, yaitu hanya 7%. Temuan
selanjutnya adalah angka keperawatan yang sangat rendah, terjadinya
keterlambatan perawatan yang tinggi, sehingga kerusakan gigi sebagian
besar berakhir dengan pencabutan.
B. Tujuan
Tujuan Umum: Pedoman ini dibuat sebagai acuan Petugas pelaksanan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi di Klinik Asy-Syifa.
Tujuan Khusus:
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman,
bermanfaat, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
2. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan gigi dalam
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar.
3. Tersedianya pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di
Klinik Asy-Syifa.
4. Tersedianya panduan / acuan untuk melaksanakan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Gigi di Klinik Asy-Syifa.

C. Sasaran
Petugas pelaksanan pelayanan kesehatan gigi di Klinik Asy-Syifa

D. Ruang Lingkup Pedoman


a. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Klinik Asy-
Syifa
b. Pelaksanaan Administrasi pelayanan kesehatan gigi di Klinik Asy-
Syifa
c. Peningkatan mutu Pelayanan kesehatan gigi di Klinik Asy-Syifa
d. Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan gigi di Klinik
Asy-Syifa

4
E. Batasan Operasional
Pelayanan kesehatan gigi adalah segala upaya pencegahan dan
pengobatan penyakit, serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi
yang dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau
tenaga kesehatan gigi lainnya dengan individu / masyarakat yang
membutuhkannya .

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kompetensi Dokter Gigi


a. Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktek
b. Mampu mengidentifikasi,merencanakan, memecahkan masalah,
mengevaluasi program kesehatan gigi
c. Mampu melaksanakan pelayanan darurat gigi/Basic Emergency
Care
d. Mampu melaksanakan pelayanan pencegahan penyakit gigi
e. Mampu melaksanakan pelayanan medik gigi dasar sesuai
kompetensi dan kewenangannya
f. Mampu melaksanakan pelayanan medik gigi khusus sesuai
kompetensi dan kewenangannya
g. Mampu melakukan pelayanan dokter gigi keluarga
kewenangannya
Uraian Tugas:
a. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan kesehatan gigi
dengan penuh tanggung jawab sesuai keahlian dan
kewenangannya.
b. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi sesuai standar prosedur
operasional, tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pimpinan Klinik Asy-Syifa
c. Membuatkan rekam medik gigi yang baik dan lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi sesuai standar
profesi dan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku.
e. Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi

2. Jumlah Tenaga
Dokter Gigi = minimal 1 Orang
6
B. Distribusi Ketenagaan
.
Pengaturan dan penjadwalan tenaga disesuaikan ketentuan yang
berlaku.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi di Klinik Asy-Syifa `sesuai
jadwal yang telah ditentukan.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Ukuran Ruangan 3m x 4 m.
Setiap ruangan mempunyai ventilasi, penerangan / pencahayaan yang
cukup
Tersedia air mengalir,listrik,pengolahan limbah dan sanitasi yang baik

1
3

6
1
4 3

5
7

Keterangan :

1. Pintu
2. Dental Unit
3. Alat Sterilisasi
4. Tempat Sampah Medis dan Non Medis
5. Washtafel
6. Meja Dokter
7. Almari Alat
8
B. Standar Fasilitas
1. Peralatan Non Medis 2. Peralatan Medis
a. Kursi dan meja a. 1 Dental Unit
b. lemari peralatan b. Diagnostic set
d. 1 buah AC c. Alat ekstraksi
e. Dokumen laporan d. Alat konservasi
f. ATK e. Obat – obat pencabutan
g. Dokumen inventarisasi f. Bahan penambalan gigi
alat. g. Bahan dekontaminasi alat.

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Klinik Asy-syifa meliputi:
1. Kegawatdaruratan medik gigi
Pelayanan kesehatan dalam rangka menghilangkan nyeri gigi dan
mulut serta penatalaksanaan infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi
dan jaringan penyangga gigi. Tindakan yang dilakukan antara lain:
a. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit dan perawatan
penambalan gigi
b. Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan
jaringan penyangga gigi
c. Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks

Macam-macam kasus kegawatdaruratan medik gigi:


1. Abses Gigi
Definisi:
Pengumpulan nanah yang telah menyebar dari gigi ke jaringan
penyangga disekitarnya, biasanya berasal dari gigi yang terinfeksi.
Abses gigi yang dimaksud yaitu abses pada pulpa dan periapikal gigi.
Gambaran Klinis:
a. Pada pemeriksaan tampak adanya pembengkakan disekitar gigi
yang sakit, dan biasanya terjadi penyebaran infeksi ke area
disekitarnya.
b. Pasien terkadang demam, dan tidak bisa membuka mulut dengan
lebar (trismus)
c. Gigi goyah dan sakit saat mengunyah.
Penatalaksanaan:
a. Pasien dianjurkan untuk berkumur dengan air garam hangat
b. Medikasi dengan pemberian antibiotic dan analgesic sesuai
dengan dosis

10
c. Diberi KIE untuk rajin menjaga kebersihan gigi dan mulut, kontrol
rutin minimal 6 bulan sekali.

2. Pulpitis Akut
Definisi:
Peradangan pada pulpa gigi yang menyebabkan rasa nyeri,
merupakan reaksi dari toksin bakteri pada karies gigi
Gambaran Klinis:
a. Gigi yang mengalami pulpitis akan merasakan nyeri berdenyut,
terutama pada malam hari.
b. Bila kemasukan makanan yang asam, manis, dingin atau panas
akan terasa nyeri, Sakit saat mengunyah menandakan radang
sudah sampai daerah periapikal
c. Gigi berlubang besar dan pulpa terbuka
Penatalaksanaan:
a. Gigi dibersihkan dari kotoran yang berada di dalam lubang gigi
dengan excavator dan semprotan air
b. Gigi dibersihkan juga dengan bur untuk membuang karies
c. Dilakukan perawatan dengan pemberian pulperyl yang diteteskan
dalam kapas, lalu ditutup dengan tambalan sementara
d. Pemberian analgesic jika diperlukan untuk mengurangi rasa sakit
e. KIE pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut,
kontrol rutin minimal 6 bulan sekali.

3. Gingivitis
Definisi:
Peradangan pada gusi/gingiva terutama di daerah margin gingival
yang disebabkan oleh karang gigi, plak, stain, pemakaian sikat yang
salah, tambalan gigi yang tidak baik. Selain itu ada faktor sistemik
yaitu DM (Diabetes Mellitus), ketidakseimbangan hormone
( mensturasi, pemakaian kontrasepsi), dll.
Gambaran Klinis:
a. Pasien biasanya mengeluh bau mulut, gusi bengkak yang mudah
berdarah, tanpa nyeri, tapi biasanya terasa gatal

11
b. Pada pemeriksaan intra oral pasien, gusi terlihat membulat,
kemerahan, mudah berdarah dengan sondasi
Penatalaksanaan:
a. Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulutnya,
dengan menggosok gigi
b. Membersihkan karang gigi ke dokter gigi
c. Pemberian antibiotik dan analgesik bila diperlukan
d. KIE pada pasien untuk menjaga kesehatan gigi, kontrol rutin
minimal 6 bulan sekali dan jangan mengunyah satu sisi.

4. Periodontitis
Definisi:
Peradangan pada jaringan periodontal yang lebih dalam yang
merupakan lanjutan dari peradangan gingival. Sebagian besar
disebakan penumpukan plak dan karang gigi diantara gigi dan gusi.
Gambaran Klinis:
a. Penumpukan karang gigi
b. Perubahan warna gusi dan gusi mudah berdarah
c. Kadang disertai kegoyangan gigi
d. Bau mulut
e. Nyeri
Penatalaksanaan:
a. Pembersihan karang gigi, kuretase daerah saku gusi
b. Pemberian obat antibiotik dan analgesik
c. Bila gigi sudah amat goyang, indikasi pencabutan
d. KIE pada pasien untuk menjaga kesehatan gigi, kontrol rutin
minimal 6 bulan sekali dan jangan mengunyah satu sisi.

5. Pericoronitis Akut
Definisi:
Peradangan jaringan lubak disekitar mahkota gigi yang sedang erupsi
(gigi molar ke 3 yang sedang erupsi) akibat penumpukan plak dan sisa
makanan diantara gigi dan gusi.
Gambaran Klinis:

12
a. Pembengkakan disekitar gigi molar ke 3
b. Gusi kemerahan dan mudah berdarah
c. Nyeri
d. Bau mulut
Penatalaksanaan:
a. Pembersihan area sekitar gigi molar ke 3 dari adanya plak dan sisa
makanan (food impaction)
b. Pemberian antibiotik dan analgesik
c. Apabila kasus berulang, pasien disarankan untuk periksa ke
Dokter Gigi Sp.BM untuk dilakukan pencabutan (odontektomi) gigi
molar ke 3 tersebut.
d. KIE pada pasien untuk menjaga kesehatan gigi, kontrol rutin
minimal 6 bulan sekali

6. Trauma Gigi dan Jaringan Penyangga


Definisi:
Hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atau periodontal karena
sebab mekanis, seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas dll
Gambaran Klinis:
a. Perdarahan gusi
b. Terdapat/tidak gigi yang patah
c. Pembengkakan atau luka pada jaringan lunak rongga
mulut/wajah
Penatalaksanaan:
a. Pertolongan pertama pada semua luka pada jaringan lunak rongga
mulut/wajah
b. Pembersihan dan irigasi dengan larutan saline pada daerah luka
dan pemberian antiseptik
c. Pemberian antibiotik sebagai profilaksis apabila terjadi luka pada
jaringan lunak, dan pemberian analgesik untuk pengurangan
nyeri
d. Apabila terjadi trauma yang aparah, segera rujuk ke fasilitas
kesehatan yang lebih memadai.

13
2. Pencabutan tanpa faktor penyulit
Definisi:
Pengangkatan gigi dari soket gigi, dimana tidak ada faktor-faktor
penyulit seperti letak dan bentuk anatomis gigi, penyakit sistemik (DM,
penyakit jantung,dll). Pencabutan gigi yang dimaksud disini yaitu
pencabutan pada gigi permanen dan gigi sulung yang menggunakan
lokal anastesi.
Gambaran Klinis:
Gigi permanen : gigi sisa akar (gangren radiks)/gangren pulpa yang
sudah tidak bisa dirawat
Gigi sulung : gigi sisa akar/gigi sulung yang goyang/gigi kesundulan
(persistensi)
Penatalaksanaan:
a. Anamnesa pada pasien/wali pasien tentang keluhan, riwayat
kesehatan pasien
b. Pemeriksaan intra oral dan ekstra oral pasien dan menentukan
diagnosa, apakah indikasi pencabutan
c. Untuk pasien dewasa dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
pengecekan gula darah.
d. Pengisian inform consent apabila hasil pemeriksaan normal dan
indikasi pencabutan
e. Dilakukan lokal anestesi. Pencabutan sulung dilakukan topikal
anestesi, pencabutan permanen dengan teknik infiltrasi/ block
anestesi
f. Pencabutan dilakukan dengan hati-hati
g. Pemberian obat antibiotik dan analgesik bila diperlukan
h. KIE pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi, kontrol rutin.

3. Penumpatan/Restorasi Gigi
Definisi:
Suatu tindakan pengembalian fungsi gigi di dalam mulut dengan jalan
menghentikan proses karies dan menjaga pulpa agar tetap vital dan
sehat dengan cara membuang jaringan gigi yang karies dan meletakkan
bahan restorasi gigi pada gigi yang mengalami kerusakan. Penumpatan

14
yang dimaksud dibagi menjadi 2 berdasarkan bahan restorasi:
Penumpatan GIC (Glass Ionomer) dan Penumpatan Komposit.
Gambaran Klinis:
Karies yang mencapai lapisan email/dentin gigi
Penatalaksanaan:
a. Anamnesa dan pemeriksaan pasien untuk menentukan jenis bahan
penumpatan
b. Pembersihan kavitas untuk membuang jaringan karies
c. Melakukan preparasi gigi dan melakukan penumpatan
d. KIE pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, instruksi
post penumpatan, kontrol rutin

4. Perawatan syaraf gigi


Definisi:
Perawatan untuk memperbaiki gigi yang rusak parah atau terkena
infeksi. Perawatan ini dapat mengatasi masalah gigi tanpa perlu
pencabutan, sehingga kembali mampu mengunyah dengan nyaman,
melindungi gigi dan menjaga penampilan gigi tetap alami.
Gambaran Klinis:
a. Gigi dengan karies profunda perforasi (pulpa terbuka)
b. Bisa disertai rasa nyeri/tidak
c. Sakit saat menggigit/mengunyah
Penatalaksanaan:
a. Anamnesa dan pemeriksaan gigi pasien untuk menentukan diagnosa
b. Menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan foto rongten gigi
c. Untuk gigi yang masih vital, diperlukan anestesi lokal untuk
kenyamanan pasien saat preparasi pembukaan atap pulpa
d. Devitalisasi untuk mematikan syaraf gigi kemudian ditutup dengan
tumpatan sementara
e. Kontrol 1 minggu lagi untuk dilakukan sterilisasi dan ditutup
tumpatan sementara
f. Apabila tidak ada keluhan dapat dilakukan penumpatan
GIC/Komposit.

15
5. Pembersihan karang gigi (Scalling)
Definisi:
Pemberihan karang gigi dengan menggunakan alat ultrasonic scaller.
Karang gigi sendiri yaitu penumpukan plak yang mengeras yang
mengalami mineralisasi dan mempel pada gigi.
Gambaran Klinis:
Karang gigi yang menempel pada gigi
Penatalaksanaan:
a. Anamnesa keluhan pasien dan riwayat kesehatan pasien
b. Pemeriksaan intra oral dan ekstra oral pasien
c. Pembersihan karang gigi dengan alat scaller sampai semua karang
gigi hilang
d. Area yang habis di scalling, diolesi dengan antiseptik povidon iodin
e. KIE pada pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulutnya,
anjuran mengunyah dua sisi dan kontrol rutin minimal 6 bulan
sekali.

6. Rujukan medis bila diperlukan


Definisi:
Suatu sistem pelayanan kesehatan dengan pelimpahan wewenang atau
tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan, secara vertikal dari unit yang terkecil atau
berkemampuan kurang ke unit yang lebih mampu, atau secara
horizontal antar unit yang setingkat kemampuannya.
Dalam hal ini rujukan vertikal dari poli gigi faskes pertama ke Rumah
Sakit, atau rujukan horizontal dari poli gigi ke poli umum/laboratorium.

B. Metode
Metode yang digunakan sesuai dengan SOP yang ada.

C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pelaporan
16
4. Monitoring dan evaluasi

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan


kesehatan gigi dan mulut di Klinik Asy-Syifa disediakan oleh pihak Klinik Asy-
Syifa.

17
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Pelaksanaan pekerjaan sehari hari selalu mematuhi prosedur pelayanan yang


berlaku.
Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud diatas meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien.


b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan
keperawatan.
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Untuk
mengeliminasi risiko infeksi, puskesmas wajib menerapkan program
cuci tangan (hand hygiene) yang tepat sesuai standar WHO)
f. Pengurangan resiko pasien jatuh

18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja karyawan puskesmas dengan melakukan identifikasi risiko


terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan:
1. Melaksanakan pekerjaan sehari hari sesuai SOP yang berlaku.
2. Pemakaian APD
3. Proses sterilisasi alat sesuai pedoman yang berlaku
4. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien.

19
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dimonitor dan


dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaporan
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Kesesuaian penyelenggaraan pelayanan gigi dengan peraturan yang
ada.
4. Terjaminnya sediaan sarana dan prasarana baik kualitas maupun
kuantitas
5. Setiap Permasalahan yang muncul dibahas dan diselesaikan sesuai
peraturan dan pedoman yang ada.
6. Bahan yang digunakan untuk pelayanan senantiasa mengikuti
perkembangan teknologi.
7. Petugas senantiasa meningkatkana kemampuan dan ketrampikan
dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan.
8. Pelayanan kesehatan gigi harus senantiasa mengutamakan
pelayanan dan berusaha memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.

20
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan Kesehatan gigi dan mulut ini digunakan


sebagai acuan dalam perencanaan, upaya pengembangan, dan
peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan kesehatan di Klinik Asy-
Syifa.

21

Anda mungkin juga menyukai